Tampilkan postingan dengan label Ulama. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ulama. Tampilkan semua postingan

Minggu, 04 Maret 2018

Tradisi Bermazhab di Masa Sahabat

Oleh Ahmad Nur Kholis



Dalam bidang pengambilan hukum agama, Nahdlatul Ulama sejak awal, bahkan sejak sebelum berdirinya telah memilih model pendekatan bermazhab. Di mana pemahaman terhadap agama Islam dilakukan dengan cara mengikuti apa yang telah dirumuskan para ulama terdahulu yang diyakini memiliki kemampuan untuk menggali sendiri hukum dari Al-Qur’an dan Hadits. Hal ini adalah dalam rangka menjaga pemahaman Islam relatif sama dengan apa yang dipahami para ulama salaf.

Tradisi Bermazhab di Masa Sahabat (Sumber Gambar : Nu Online)
Tradisi Bermazhab di Masa Sahabat (Sumber Gambar : Nu Online)

Tradisi Bermazhab di Masa Sahabat

Selain itu, pendekatan pemahaman semacam ini didasarkan pula pada realitas masyarakat Islam di masa para sahabat dan bahkan di masa Rasulullah sendiri.

PKB Kab Tegal

KH M Tholchah Hasan mengutip dari Al-Amidi memaparkan bahwa sejak zaman sahabat dan tabiin, orang-orang awam selalu bertanya masalah hukum agama (Islam) kepada ulama mujtahid waktu itu. Dan para ulama mujtahid tersebut memberikan jawaban (fatwa) kepada orang awam yang bertanya tanpa menyebutkan dalil-dalilnya yang dipakai dasar fatwanya. Ulama-ulama pada waktu itu tidak menentang cara yang demikian. Kenyataan ini dapat dipandang sebagai ijma’ (kesepakatan) mereka, bahwa orang awam boleh mengikuti fatwa ulama meskipun tidak mengetahui dalil-dalil yang dipakainya sebagai dasar fatwa tersebut.

Realitas kehidupan keagamaan umat Islam di Hijaz pada zaman sahabat juga menunjukkan adanya mazhab yang berbeda-beda. Cukup lama masyarakat Islam Hijaz mengikuti fatwa atau mazhab Ibnu’ Umar radliyallahu ‘anh, sebagaimana halnya masyarakat Islam Irak cukup lama mengikuti mazhab Ibnu Mas’ud.

PKB Kab Tegal

Demikianlah, alasan mengapa Ahlussunnah wal Jamaah memilih cara bermazhab sebagai pendekatan dalam memahami agama Islam. Pada saat ini, ada 4 (empat) Imam Mujtahid yang mazhabnya diikuti oleh mayoritas umat Islam (Sunni). Keempatnya adalah Imam Abu Hanifah an-Nu’man bin Tsabit (Kufah, 80 H - Baghdad 150 H); Imam Malik bin Anas bin Malik (Madinah, 93 H – 179 H); Imam Muhammad bin Idris As-Syafi’i (Ghazah, 150 H -Kairo, 204 H); dan Imam Ahmad bin Muhammad bin Hanbal (Baghdad, 163 H – 241 H).

Keempat mazhab tersebut dianggap yang lebih populer dan lebih mudah karena pendapat-pendapatnya terkodifikasikan dengan baik.

Di sisi lain, KH Achmad Shiddiq memaparkan bahwa dengan bermazhab bukan berarti telah mempertentangkan antara sistem ijtihad dan sistem taqlid melainkan lebih merupakan upaya memadukan keduanya dalam proporsi yang serasi. Masing-masing keduanya adalah sistem yang baik untuk digunakan oleh seorang Muslim dalam beragama. Hanya saja keduanya harus digunakan oleh orang yang tepat. Di satu sisi ijtihad terhadap Al-Qur’an dan Hadits sebagai sebuah upaya memahami Kalam Ilahi dan Sabda Nabi tidak bisa dilakukan oleh setiap orang. Di sisi lain seseorang tidak bisa malakukan taqlid kecuali mengacu pada pendapat seorang mujtahid.

KH Hasyim Asy’ari menyatakan bahwa Al-Qur’an dan Hadits sebagai pedoman beragama seorang Muslim adalah sebuah keniscayaan. Namun memahami kedua sumber hukum Islam tersebut tanpa meninjau pendapat ulama terdahulu adalah sebuah kelalaian. Hadratussyekh kemudian menyatakan memilih taqlid kepada salah satu Imam Mazhab yang empat (madzahib arba’ah) karena ia mengakui hanya menguasi sekitar 19 (sembilan belas) macam ilmu dari 22 (dua puluh dua) ilmu yang harus dikuasai seorang mujtahid.

Dengan menganalisis pemberian restu Rasulullah terhadap Sahabat Mu’adz bin Jabal untuk berijtihad, maka dapat diambil kesimpulan:

Pertama, bahwa yang berijtihad adalah seorang yang kemampuannya seperti Sahabat Mu’adz bin Jabal. Tidak semua orang seperti beliau. Kedua, perkara yang diijtihadi adalah hal-hal yang tidak ada nash-nya secara sharih dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ketiga, hasil ijtihad sahabat Mu’adz ditujukan untuk diikuti masyarakat Yaman. Karena dirinya diutus untuk mengajarkan Islam di sana. Dan bukannya untuk menjadikan masyarakat Yaman sebagai mujtahid semua apalagi dalam waktu singkat.

Dari ketiga hal diatas maka dapat dipastikan bahwa setidaknya untuk beberapa waktu lamanya, sahabat Mu’adz ada di Yaman, beliau menjadi mujtahid sedangkan masyarakatnya menjadi muallid.

Wallahu a’lam

Disarikan dari buku:

Ahlussunnah wal Jamaah dalam Tradisi dan Persepsi NU karya KH Muhammad Tolchah Hasan

Risalah Ahlussunnah wal Jamaah karya KH Muhammad Hasyim Asy’ari

Khittah Nahdliyah karya KH Achmad Shiddiq

NU, Tradisi, Relasi-relasi Kuasa, Pencarian Wacana Baru karya Martin van Bruinnessen

Penulis adalah warga NU, tinggal di Karangploso, Malang, Jawa Timur.



Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal RMI NU, Ulama, News PKB Kab Tegal

Kamis, 22 Februari 2018

Saifullah: Ansor Jangan Terlibat Konflik Elit Parpol

Kebumen, PKB Kab Tegal. Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Saifullah Yusuf menegaskan, seluruh kader GP Ansor hendaknya tidak melibatkan diri dalam konflik elit partai politik, terlebih jika mengarah pada aksi kekerasan.

"Kader Ansor jangan melibatkan diri dalam konflik elit parpol, apalagi jika mengarah pada tindak kekerasan," kata Gus Ipul, panggilan akrab Saifullah Yusuf, saat melantik kepengurusan Pimpinan Cabang Ansor Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Minggu (25/3).

Gus Ipul lantas mencontohkan kasus "penyerbuan" Gedung Graha Astranawa, Surabaya, Jumat (23/1) lalu oleh sekelompok orang yang mengaku sebagai kader PKB karena di dalam gedung itu sedang berlangsung rapat persiapan deklarasi Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU).

Saifullah: Ansor Jangan Terlibat Konflik Elit Parpol (Sumber Gambar : Nu Online)
Saifullah: Ansor Jangan Terlibat Konflik Elit Parpol (Sumber Gambar : Nu Online)

Saifullah: Ansor Jangan Terlibat Konflik Elit Parpol

Yang memprihatinkan, kata Gus Ipul, baik kader PKB yang menyerang maupun kader PKNU yang diserang sama-sama anggota keluarga besar Nahdlatul Ulama (NU).

"Saya berharap yang terlibat peristiwa itu bukan kader Ansor atau Banser. Saya juga meminta agar ke depan kader Ansor dan Banser tak terlibat atau dilibatkan dalam kasus-kasus seperti ini," katanya.

Dikatakannya, sebagai organisasi kader, Ansor tidak memaksa kadernya untuk berafilisasi pada partai politik tertentu. Kader Ansor bebas memilih dan bergabung dengan partai politik apa saja.

PKB Kab Tegal

"Tapi hendaknya perbedaan afiliasi politik tidak menjadikan kita bermusuhan satu sama lain, apalagi hingga melakukan kekerasan," kata Wakil Ketua Majelis Pertimbangan Partai PPP tersebut.

Saifullah yang juga Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal lebih lanjut mengatakan, sangat tidak elok jika di dalam situasi yang serba sulit sekarang ini rakyat disuguhi dengan pertikaian antarpartai politik.

PKB Kab Tegal

"Semestinya partai politik memberi solusi bagi kondisi saat ini, bukan menyuguhi rakyat dengan pertikaian, apalagi ekerasan," katanya.

Sebelumnya, belasan massa yang membawa bendera PKB dan Garda Bangsa (PKB pro-Gus Dur dan Muhaimin Iskandar) menyerbu Graha Astranawa dan mencabuti sejumlah bendera yang berkibar di pagar gedung itu, di antaranya bendera PKB, Banser, dan GP Ansor.

Massa sempat dihadang Komandan Satuan Tugas (Satgas) PKB pro-Choirul Anam, Halim, namun pimpinan Satgas itu justru dipukuli hingga mulut dan hidungnya tampak berdarah.

Bentrok "berdarah" itu mengundang puluhan peserta rapat persiapan deklarasi PKNU di lantai dua Graha Astranawa pun turun untuk membantu Halim yang dikeroyok massa itu.

Adu mulut sempat terjadi dan puluhan massa itu pun mengusir belasan massa yang melakukan penyerangan itu sampai akhirnya belasan mereka pun membubarkan diri. (rif)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Ulama, Nusantara PKB Kab Tegal

Selasa, 20 Februari 2018

LDNU dan LPID Adakan Halal bi Halal

Jakarta, PKB Kab Tegal. Dua lembaga yang bergerak dalam bidang dakwah, Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) dan Lembaga Pusat Informasi Dakwah (LPID) yang semuanya dikelola oleh warga NU menyelenggarakan halal bi halal di Gd. PBNU, Kamis malam (15/11).

Acara halal bi halal yang diselenggarakan mulai pukul 19.00 WIB ini dipenuhi oleh para pengurus dan jamaah yang menjadi binaan kedua organisasi ini. Hadir dalam acara tersebut Ketua LDNU KH Nuril Huda dan Ketua LPID KH Syukron Makmur. Sementara PBNU diwakili oleh KH Tolhah Hasan.

LDNU dan LPID Adakan Halal bi Halal (Sumber Gambar : Nu Online)
LDNU dan LPID Adakan Halal bi Halal (Sumber Gambar : Nu Online)

LDNU dan LPID Adakan Halal bi Halal

Sebelum memimpin LPID, KH Syukron Makmun sendiri merupakan mantan ketua LDNU selama tiga periode pada era Gus Dur sehingga pertemuan ini layaknya seperti kangen-kangenan dengan pengurus lama. Para pengurus LPID lainnya juga merupakan para kiai dan ulama dari kalangan nahdliyyin.

Ketua Panitia H Baden Badruzzaman menjelaskan bahwa upaya untuk mempererat silaturrahmi melalui halal bi halal ini salah satunya juga untuk mengantisipasi maraknya aliran sesat yang kini kerap kali muncul dan meresahkan masyarakat.

Sementara itu, H. Ahmad Jauhari yang mewakili LDNU mengungkapkan bahwa tantangan dakwah dimasa depan menjadi semakin berat. Jika saat ini umat Islam dengan gampang bisa sholat, tahlil dan sholawat dengan gampang, apakah hal yang sama bisa terjadi pada 50 tahun ke depan. Dibeberapa daerah yang umat Islamnya minoritas, seperti di Bali, NTT dan Manado, mereka kesulitan untuk menjalankan ibadah.

“Karena itu, rahmat Allah berupa penduduk beragama Islam yang mayoritas ini harus disyukuri dengan saling bekerjasama, mendukung dan mendorong pengembangan dakwah,” katanya.

PKB Kab Tegal

Sementara itu KH Syukron Makmun yang merupakan dai kawakan ini menjelaskan berbagai persoalan yang dihadapi umat Islam seperti liberalisasi, sekulerisasi sampai dengan penanaman cara berfikir Barat pada umat Islam.

PKB Kab Tegal

Liberalisasi yang dilakukan dalam rangka memperlemah iman umat Islam ini disebarkan dengan kedok modernisasi, padahal tujuannya adalah untuk membunuh umat Islam. Menurutnya, kini sudah banyak umat Islam yang mengaku memiliki pemikiran baru, padahal sebenarnya mereka hanya mentransfer dari Barat.

“Kini seorang ustadz tidak boleh menegur perempuan yang membuka auratnya karena ini melanggar HAM,” katanya.

Untuk melawan ini, kini LPID telah menyiapkan penerbitan sejumlah buku seperti Apakah Bid’ah Itu, Pluralisme Menuju Pemurtadan, Sekularisme Membunuh Syariat Islam, Liberalisme dan Yahudi, dan lainnya.

Acara ini diakhiri dengan musafahah atau ramah tamah diantara hadirin. Undangan juga disuguhi musik gambus ala padang pasir untuk menghibur mereka dengan lagu-lagu Islami. (mkf)



Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Ulama, Budaya, Amalan PKB Kab Tegal

Kamis, 15 Februari 2018

Orang-orang dari Pesantren dan Sepak Bola

Oleh Abdullah Alawi



Bagi kalangan pesantren, sepak bola merupakan olahraga populer. Jika tak punya lapangan, sepak-sepak bola dalam bentuk cucian yang dibuntal saja bisa jadi. Bahkan bola api dan durian pun disepak. Padahal kaki santri sama saja dengan manusia pada umumnya, terdiri dari daging dan tulang yang dibungkus kulit.  

Tak heran, lembaga pendidikan yang fokus sebenarnya adalah mendalami ilmu agama membuahkan pemain sepak bola di tingkat nasional. Tak banyak memang. Sebut misalnya M. Rafli Mursalim. Ia memperkuat Timnas Indonesia U-19. Membikin gol dalam hitungan detik. Mencetak hattrick. Bukan hanya dia, nama lain bisa disebut Evan Dimas. 

Orang-orang dari Pesantren dan Sepak Bola (Sumber Gambar : Nu Online)
Orang-orang dari Pesantren dan Sepak Bola (Sumber Gambar : Nu Online)

Orang-orang dari Pesantren dan Sepak Bola

Jika dicari angkatan lebih tua, Zaenal Arif, mantan penyerang Persib Bandung, pernah nyantri di sebuah pondok pesantren di Cikajang, Garut. Bahkan sempat juara Musabaqah Tilawatil Qur’an tingkat kecamatan.

Bacaan Al-Qur’an Zaenal Arif dipuji Ketua Pengurus Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah atau asosiasi pondok pesantren NU, KH Abdul Ghofarrozin ketika pembukaan putara final Liga Santri Nusantara di GOR Pasundan, kota Bandung, Senin (23/10). Tak heran ia didaulat sebagai duta Liga Santri Nusantara tahun ini.  

Legenda Persija Jakarta, Nuralim, juga mengaku dekat dengan tradisi pondok pesantren karena ia selama 6 tahun belajar di Madrasah Ibtidaiyah Najahul Islam Bekasi. 

PKB Kab Tegal

Pondok pesantren juga melahirkan komentator sepak bola. Dalam hal ini adalah KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Menurut pengamat sepak bola nasional, M. Kusnaeni, amatan sepak bola Gus Dur memiliki tempat tersendiri, yaitu pengamat sepak bola dengan pendekatan filosofis yang visioner.

Pengalaman pesantren tentang sepak bola juga dimuat dalam pengalaman pribadi (autobiografi) KH Saifuddin Zuhri pada Guruku Orang-orang dari Pesantren dan Rahmatullah Ading Affandi (RAF) pada Dongeng Enteng ti Pasantren

KH Saifuddin Zuhri biasanya, sepulang dari sekolah, sehabis makan siang dan shalat dzuhur, ada sedikit waktu bermain dengan teman-teman. Kalau tidak main sepak bola, main layang-layang atau cari ikan di sungai. 

Pada cerita itu pula ia memperkenalkan sosok Kiai Mursyid, seorang ahli ilmu agama asal kota Solo yang terampil bermain si kulit bundar. Tim mana pun yang dibela Kiai Musrsyid, bisa dipastikan mendapat kemenangan.  

PKB Kab Tegal

Sepak Bola sebagian dari Iman

RAF mengisahkan sepak bola kalangan pesantren lebih detil lagi. Tidak main-main, menurut dia, berdasarkan ucapan ajengan (istilah kiai di Sunda), menyebut olahraga sebagai bagian dari iman.  

“Ari olahraga teh, eta sabagian tina iman. Ku Gusti Allah urang teh dipaparin badan. Tah eta badan teh ku urang kudu diriksa, sangkan sehat. Salian ti ku dahar, ngariksa badan teh kudu ku olah-raga, sangkan sehat." (halaman 45). Artinya, olahraga itu sebagian dari iman. Allah telah memberi kita badan. Pemberian itu harus dijaga supaya sehat. Selain dengan makan, badan harus dijaga dengan olahraga agar sehat.

Maka pada buku tersebut dikisahkan, ajengan turut serta dalam permainan sepak bola bersama santrinya. Ia memakai sarung yang digulung lebih atas dari biasanya sehingga kelihatan celana sontognya (celana) yang panjangnya sampai ke betis, biasa digunakan di pesantren-pesantren Sunda.

Pernah ajengan tersebut bermain sepak bola. Pada sebuah insiden, ia tersungkur hingga ke pinggir lapangan oleh pemain lawan, yaitu santrinya sendiri. Ajengan sampai menderita sakit beberapa hari. 

Santri yang melakukan tindakan itu dimarahi santri senior. Bahkan isteri ajengan sampai mendatangi santri tersebut dan memarahinya. Lalu bola milik santri itu disitanya. Ajengan juga sempat marah kepada pelaku. 

Tapi beberapa hari kemudian, Ajengan meminta maaf kepada pelaku. Menurutnya, dia dan santri itu sama-sama pemain di lapangan. Dan itulah risikonya ketika bermain sepak bola. (halaman 44)

Malah basa tas ngaji, Ajengan kungsi mundut hampura ka Si Atok. Saurna, ‘Atok hampura ana, harita make ngambek, padahal ana oge nyaho, yen anta harita teu ngahaja ngadupak ana.’" (Selepas mengaji, Ajengan meminta maaf kepada Si Atok (santri yang menjatuhkannya saat bermain sepak bola). Ajengan berkata, ‘Mohon maaf ya, waktu itu saya sempat marah. Padahal saya tahu, kamu tidak sengaja melakukannya).”

Dari peristiwa itu, RAF menilai seorang ajengan itu sportif. 

Tentang olahraga, menurut ajengan tersebut bermanfaat dalam dua hal. “Saur Ajengan keneh, ari maen-bal teh saenyana mah, ngalatih lahir jeung batin. Lahirna atuh badan jadi sehat, batinna atuh pikiran jadi cageur. (halaman 45).

Menurut RAF, pikiran ajengan semacam itu seperti perkataan ahli-ahli olahraga modern. Hanya berbeda kalimat dan cara menyampaikan sementara maksudnya adalah mens sana in corpore sano (jiwa yang sehat berada pada badan yang sehat). (halaman 45).

Padahal ajengan tersebut, sebagaimana dikisahkan pada bagian buku tersebut tidak mengenyam perguruan tinggi. RAF menjelaskan profil ajengan seperti berikut: 

“Ajengan tidak pernah sekolah, tak pernah mendapat didikan universitas. Tapi aku yakin, ajengan yang tinggal di kampung itu orang pintar, orang yang otodidak. Caranya dia mengajar, meski dia tidak mendapatkannya dari buku, tapi mudah dimengerti. Meski sering membentak, tapi disegani santri-santrinya. Malahan jadi payung bagi orang-orang kampungnya. Penemuannya asli, bukan dari buku orang lain. Meski begitu, tetap dalam dan mengandung kebenaran. Luas pemikirannya, luhur penemuannya. Singkatnya, bukan orang mentah. Tidak banyak sekarang juga aku menemukan orang seperti ajengan. Pedoman dia, “Tafakur sejam, lebih berguna daripada shalat berjumpalitan enam puluh hari tanpa tafakur.” (halaman 8). 

Pesantren adalah gudangnya bakat apa pun, kata Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj. Hal itu karena santri di Indonesia, yang terhubung dengan NU saja sekitar 23 ribu pesantren dengan berjumlah jutaan santri. Selain diformat untuk mengerti pengetahuan agama dan menyebarkannya (berdakwah), di antara mereka pasti ada yang berbakat menjadi politisi, seniman, termasuk olahraga. 

Namun, masih kata Kiai Said, bakat-bakat santri itu masih hanya sebatas potensi, belum menjadi prestasi secara maksimal. 

Tak berlebihan pernyataan itu, karena penulis membuktikan sendiri pada putaran final Liga Santri Nusantara 2017 yang berlangsung di kota Bandung. Mantan pemain Timnas, Nuralim kaget melihat potensi-potensi sepak bola santri. Begitu juga Zaenal Arif. 

Di luar itu, penulis menemukan keunikan kesebelasan Darul Huda Ponorogo. Mereka tidak hanya membawa pemain ke Bandung, tapi mengangkut dua kuintal beras berikut juru masaknya. Namun, juru masak itu, ketika di lapangan menjadi tim dokumentasi live streaming yang bisa ditonton langsung oleh kiai dan sesame teman santrinya di Ponorogo. Mereka meliput dengan dengan mengenakan sarung dan berkopiah. Dan di antara mereka, ada yang menjadi reporter dan komentator.    

Bukankah santri itu, jika dikembangkan bakatnya akan menjadi wartawan televisi dan komentator sepak bola di kemudian hari?

Dari catatan itu, penulis mengapresiasi langkah Kemenpora RI yang bekerja sama dengan Rabithah Ma’ahid Islamiyah NU yang menyelenggarakan kompetisi sepak bola antarpesantren di seluruh Indonesia. Sejak digelar 2015, peserta liga itu makin bertambah. Tahun ini mencapai 22 ribu orang santri.

Penyelenggaraan liga itu, harus terus dilaksanakan diperbaiki untuk meningkatkan kualitas penyelenggara sendiri dan skill pemain. Apalagi tujuannya, selain menjadi ajang silaturahim antarsantri, liga itu berupaya memasok pemain sepak bola di Timnas Indonesia yang berakhlakul karimah. 





Penulis adalah salah seorang tim peliput Liga Santri Nusantara 2017 di Bandung yang dikirim PKB Kab Tegal 

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Ubudiyah, Ulama, Warta PKB Kab Tegal

Senin, 12 Februari 2018

Helmy Faishal Dorong Netizen NU Beri Pencerahan dan Jadi Pemersatu

Jakarta, PKB Kab Tegal. Sekretaris Jenderal PBNU HA. Helmy Faishal Zaini mendorong agar aktivis NU terutama yang berjuang melalui dunia maya menjadi aktivis yang mampu memberikan pencerahan ilmu dan pemersatu.

Helmy Faishal Dorong Netizen NU Beri Pencerahan dan Jadi Pemersatu (Sumber Gambar : Nu Online)
Helmy Faishal Dorong Netizen NU Beri Pencerahan dan Jadi Pemersatu (Sumber Gambar : Nu Online)

Helmy Faishal Dorong Netizen NU Beri Pencerahan dan Jadi Pemersatu

?

“Para aktivis NU baik yang berada di struktural maupun kultural hendaknya memberikan pencerahan ilmu dan pemersatu. Karena ini menjadi inti dari tujuan bernegara, berserikat, dan berkumpul,” kata Sekjen dalam sambutan halal bihalal dan sarasehan Netizen NU di Gedung PBNU Jakarta Pusat, Rabu (12/7) sore.

Kegiatan yang juga dirangkai dengan peringatan harlah PKB Kab Tegal ke-14, Sekjen juga menegaskan NU yang terus membangun tradisi silaturahim antar-kelompok akan menjadi kekuatan luar biasa. Hal itu dikuatkan pula bahwa sejak didirikannya, NU mengemban dua amanat, sebagai ormas keagamaan dan kemasyarakatan.

PKB Kab Tegal

?

“Amanat keagaaman adalah menyebarkan Islam yang moderat dan penuh damai. Dan kedua adalah amanat watoniyah (kebangsaan). Ini peran yang dimiliki dan dilaksakanan oleh ulama NU,” kata Helmy.

Selain itu, Sekjen juga mendorong aktivis NU melalui media online harus memberikan warna Islam untuk mengajak atau berseru kepada jalan Tuhan dengan cara yang baik.

Ia mengapresiasi kegiatan kopdar Netizen NU yang dilangsungkan di beberapa ? tempat telah membuktikan kesiapan aktivis NU dalam penyiapan konten yang dapat menjadi bahan kontra narasi yang menjadi tren global saat ini.

“Terimakasih atas partisipasi aktif melalui media yang dimiliki. Media online saat ini menjadi mainstrem baik dalam kebijakan maupun interaksi masyarakat yang satu dengan lainnya. Mari kuatkan barisan menuju Indonesia yang adil makmur berdaya di masa datang,” pinta Sekjen.

PKB Kab Tegal

Sementara itu, Pemimpin Redaksi PKB Kab Tegal Ahmad Mukafi Niam menyampaikan PKB Kab Tegal didirikan 11 Juli 2003. Harlah ke-14 tahun ini menandakan PKB Kab Tegal masih berada di usia remaja. Karenanya PKB Kab Tegal akan terus berbenah dan meningkatkan kualitas dan khidmah untuk NU.

Niam menyampaikan untuk itu PKB Kab Tegal terus bersinergi dengan berbagai pihak. Hal ini dilakukan untuk menghadapi kekuatan di luar NU yang bisa jadi tidak sama dengan apa yang diperjuangkan NU.

?

“Kami berharap ke depan PKB Kab Tegal dan Netizen NU serta semua pihak terus bekerjasama dengan membangun kolaborasi mencapai tujuan yaitu Indonesia yang damai, dan menciptakan Islam yang rahmatan lil alamin,” tandasnya. (Kendi Setiawan/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Ulama, Berita, Pemurnian Aqidah PKB Kab Tegal

Kamis, 25 Januari 2018

Anak Muda NU Jangan Lengah oleh Kebesaran Organisasi

Purworejo, PKB Kab Tegal. Rais Syuriah PWNU Jawa Tengah KH Achmad Chalwani Nawawi yang juga pengasuh Pesantren? An-Nawawi Berjan Purworejo megingatkan pemuda NU untuk senantiasa aktif menggerakkan organisasi. Mereka tak boleh lengah dengan kebesaran organisasi.

KH Chalwani mengatakan hal ini di hadapan seratusan alumni dan kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Purworejo saat acara penutupan Konferensi Cabang X dan Sambung Rasa Temu Alumni dengan tema Konsolidasi Lintas Generasi, Ikhtiar Memperkokoh Ideologi Aswaja Dalam Sistem Kaderisasi PMII, (11-12/10) lalu di aula pertemuan NU Berjan Purworejo.

Anak Muda NU Jangan Lengah oleh Kebesaran Organisasi (Sumber Gambar : Nu Online)
Anak Muda NU Jangan Lengah oleh Kebesaran Organisasi (Sumber Gambar : Nu Online)

Anak Muda NU Jangan Lengah oleh Kebesaran Organisasi

"Anak-anak muda NU jangan kantengen (merasa nyaman) lantaran sudah merasa besar karena memiliki kader banyak. Jika hal tersebut terjadi bukan tidak mungkin NU beberapa waktu ke depan NU tinggal nama di Purworejo. Islam ramah yang selama ini kita pegang ini akan berganti dengan paham lain atau bahkan agama lain," katanya.

PKB Kab Tegal

KH Chalwani yang juga ketua Majlis Pembina PC PMII Purworejo ini mencontohkan, Negara Spanyol yang dahulu bernama Andalusia tersebut adalah negara yang sangat Islami. Masjid-masjid dan pesantren tumbuh subur di sana. Namun cerita tentang majunya peradaban Islam di tanah Andalusia tersebut kini tinggal kenangan.

PKB Kab Tegal

"Masjid-masjid dan pesantren kini sudah beralih fungsi menjadi gereja dan lain sebagainya. Hal tersebut terjadi karena umat Islam di sana waktu itu mungkin sudah merasa nyaman sehingga dengan mudah agama lain masuk dan menghacurkan peradaban Islam yang sudah terbangun ratusan tahun," tandasnya.

Pada bagian lain, mantan anggota DPD Jawa Tengah ini juga berpesan bahwa berorganisasi merupakan salah satu bentuk perjuangan yang harus dilakukan oleh mahasiswa. Namun yang lebih penting lagi keaktifan berorganisasi jangan sampai melupakan tugas utama untuk belajar dan mengaji baik di kampus maupun di pesantren.

Sebelumnya, dalam Konfercab X yang digelar pada hari pertama Muhammad Arifin yang sebelumnya menjabat sebagai wakil sekretaris berhasil terpilih secara demoktratis sebagai Ketua Umum PC PMII Purworejo periode 2014-2015 mengalahkan rivalnya Imam Khoiri.

"Ini merupakan langkah awal kita bersama dalam membangun dan mempertahankan eksistensi organisasi ektra kampus terbesar di Purworejo. Untuk itu kami minta kerja sama dan dukungan kader-kader semua agar kepengurusan kedepan jauh lebih baik lagi," katanya.

Menurutnya, jika menengok dari sejarah transisi sebuah kekuasaan selalu diwarnai dengan dinamika yang berbeda-beda. Ia mencontohkan perubahan rezim dari Majapahit ke Demak Bintoro berjalan nyaris tanpa konflik. Namun transisi dari Pajang ke Mataram diwarnai dengan konflik yang berkepanjangan.

"Penyebabnya cukup sederhana karena masa transisi Majapahit di topang oleh kekuatan civil society dan para tokoh masyarakat waktu itu sementara transisi Pajang sebaliknya. Maka transisi dari Ketua lama ini saya kira dukungan dari sesepuh alumni dan kader-kader semua sangatlah penting untuk menjaga stabilitas organisasi," tandasnya. (Lukman Hakim/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Quote, Ulama PKB Kab Tegal

Kamis, 18 Januari 2018

Mbah Sahal Penjaga NU dari Politik Praktis

Jombang, PKB Kab Tegal. KH Salahuddin Wahid yang lazim disapa Gus Solah mengatakan KH MA Sahal Mahfudh atau Mbah Sahal merupakan sosok yang menjaga NU dari infiltrasi politik. Sikapnya yang demikian sejalur dengan posisinya sebagai Rais Aam PBNU.

Mbah Sahal Penjaga NU dari Politik Praktis (Sumber Gambar : Nu Online)
Mbah Sahal Penjaga NU dari Politik Praktis (Sumber Gambar : Nu Online)

Mbah Sahal Penjaga NU dari Politik Praktis

“Kiai Sahal merupakan ulama besar yang dimiliki NU. Kondisi itu semakin klop dengan posisinya sebagai Rais Aam PBNU,” terang Gus Solah yang kini mengasuh pesantren Tebuireng Jombang, Jumat (24/1).

Karenanya, fikih sosial dan petuah kiai asal Jawa Tengah ini selalu ditunggu umat. Yang lebih mengesankan lagi, menurut Gus Solah, selama ini Mbah Sahal merupakan ulama yang sangat kukuh menjaga NU dalam trek Khittah NU 1926.

PKB Kab Tegal

Mbah Sahal tidak ingin NU terseret ke wilayah politik praktis. Hal itu pula yang terus dijaga Kiai Sahal hingga akhir hayat, kata Gus Solah.

Kendati demikian, Mbah Sahal pernah kecolongan di tahun-tahun silam saat ia memegang amanah sebagai Rais Aam PBNU. Pada tahun itu NU secara tidak langsung terseret ke wilayah politik praktis. Bahkan Kiai Hasyim Mudzadi sebagai Ketua Umum PBNU maju sebagai cawapres mendampingi Megawati Soekarno Putri.

PKB Kab Tegal

Meskipun tidak berkenan, Mbah Sahal waktu itu kurang bisa mencegah langkah Pak Hasyim. “Makanya ke depan hal-hal seperti itu tidak boleh terjadi lagi," kenang Gus Solah. ? (Saiful/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Sholawat, Ulama, Sunnah PKB Kab Tegal

Minggu, 14 Januari 2018

Peringati Harlah, IPPNU Gelar Workshop Kaderisasi sampai Shalawatan

Probolinggo, PKB Kab Tegal?

Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) pada Kamis 2 Maret 2017 genap berusia 62 tahun. IPPNU memperingati hari lahir digelar dengan melakukan sejumlah rangkaian acara, diantaranya Workshop Kaderisasi, Seminar Literasi Digital di Pondok Pesantren Hati, Kraksaan, Probolinggo Jawa Timur, dan Tadabbur Alam atau rihlah ke gunung Bromo.

Peringati Harlah, IPPNU Gelar Workshop Kaderisasi sampai Shalawatan (Sumber Gambar : Nu Online)
Peringati Harlah, IPPNU Gelar Workshop Kaderisasi sampai Shalawatan (Sumber Gambar : Nu Online)

Peringati Harlah, IPPNU Gelar Workshop Kaderisasi sampai Shalawatan

Puncak peringatan harlah, IPPNU akan melakukan Istighotsah dan Bershalawat bertema "Munajat Cinta Pelajar Putri Nusantara" di gedung PBNU, Jakarta Pusat pada pada Sabtu 11 Maret 2017.

Ketua Umum IPPNU Puti Hasni, pada pembukaan Workshop Kaderisasi menyampaikan, kaderisasi adalah jantung organisasi. "Workshop Kaderisasi untuk kemaslahatan para kader dan para pelajar seluruh Nusantara. Rumusan dan kebijakan berkaitan dengan kaderisasi untuk IPPNU dan untuk seluruh pelajar seluruh indonesia pada umumnya."

Menurut Puti banyak sekali tantangan pelajar, khususnya IPPNU ke depan. Untuk itu, IPPNU harus lebih menyiapkan kader-kader untuk mengawal NKRI.

“Workshop Kaderisasi ini bertujuan mencari sistem yang terbaik untuk bisa masuk kepada seluruh pelajar di Indonesia agar IPPNU bisa berkontribusi untuk masa depan Indonesia ini," jelas Puti.

PKB Kab Tegal

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Asdep Bidang Organisasi Kemasyarakatan Meidian menyampaikan, peran perubahan Indonesia berada di tangan para pelajar.

PKB Kab Tegal

Ia berharap agar IPPNU mampu memegang identitas budaya dan karakter bangsa dan memupuk rasa nasionalisme pemuda Indonesia. IPPNU harus pandai memfilter budaya dan informasi yang berkembang agar tidak terjerumus gerakan-gerakan radikal.

Bupati Probolinggo Puput Tantriana berpesan kepada IPPNU agar selalu hadir untuk masyarakat NU. Pengabdian, tidak hanya ? dilihat dari banyaknya anggota, tapi kehadiran IPPNU sebagai agen perubahan untuk NU dan Indonesia sangat diperlukan.

"Saya selaku orang tua, menitipkan kepada kader IPPNU untuk terus meningkatkan kualitas diri, jadilah tameng, dan jadilah agen perubahan di wilayah masing-masing, karena wajah masa depan NU ada ditangan kalian," katanya.

Workshop Kaderisasi dibuka dengan penabuhan rebana oleh Bupati Probolinggo di dampingi Pengurus Wilayah NU Jawa Timur KH Wazir dan PCNU Kota Kraksaan KH. Ahmad Syafii. (Anty Husnawati/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Ulama, Hikmah, Halaqoh PKB Kab Tegal

Senin, 08 Januari 2018

Pernikahan Dini oleh Gadis Pengungsi Suriah Marak di Yordania

Mafraq, PKB Kab Tegal - Fenomena pernikahan dini yang dilakukan para pengungsi Suriah di Yordania marak terjadi. Para perempuan usia belasan tahun dinikahkan orang tua mereka karena alasan ketidakpastian ekonomi dan ‘kehormatan’ anak-anak mereka yang rentan.

Keputusan mereka bukan tak berdampak negatif kepada para pengantin remaja ini. Kasus menjadi janda karena perceraian di usia yang muda dan kemiskinan tetap menyelmuti karena ketidaksiapan kedua mempelai, khususnya secara ekonomi.

Pernikahan Dini oleh Gadis Pengungsi Suriah Marak di Yordania (Sumber Gambar : Nu Online)
Pernikahan Dini oleh Gadis Pengungsi Suriah Marak di Yordania (Sumber Gambar : Nu Online)

Pernikahan Dini oleh Gadis Pengungsi Suriah Marak di Yordania

Data sensus Yordania menunjukkan, kasus tersebut mengalami tren peningkatan dari tahun ke tahun. Pada 2015, perempuan yang menikah pada usia 13-17 tahun sebesar 44 persen dari total perempuan Suriah di Yordania. Jumlah ini naik dibanding tahun 2010 yang berkisar 33 persen.

PKB Kab Tegal

PBB dan pemerintah Yordania menyebut perkembangan ini sebagai tren berbahaya, baik bagi pengungsi sendiri maupun negara yang ditempati.

PKB Kab Tegal

Pernikahan dini menyebabkan angka putus sekolah meningkat. Apalagi para gadis remaja itu umumnya menikahi pria yang hanya beberapa tahun lebih tua darinya dan tanpa pekerjaan tetap. Selain melanggengkan kemiskinan, pernikahan usia dini juga potensial meningkatkan populasi penduduk. Pernikahan dengan sesama anak muda cenderung produktif menghasilkan keturunan.

"Ini berarti kita akan memiliki lebih banyak? penduduk, lebih banyak daripada yang dimiliki pemerintah Yordania," kata Maysoon Al-Zoubi, sekretaris jenderal Dewan Penduduk Tinggi Yordania, seperti dilansir AP, Selasa.

Data sensus November 2015 yang dikompilasi dengan studi terbaru memperlihatkan bahwa ada 9,5 juta jiwa yang tinggal di Yordania, termasuk 2,9 juta orang non-Yordania. Orang Suriah yang tinggal di sana mencapai 1.265.000 jiwa, jumlahnya berlipat ganda sejak konflik Suriah pada tahun 2011. Termasuk dalam jumlah orang Suriah ini adalah para buruh migran yang datang sebelum perang dan tak tercatat sebagai pengungsi. (Red: Mahbib)



Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Pesantren, Ulama PKB Kab Tegal

Sabtu, 06 Januari 2018

Bahtsul Masail Perdana di Belanda Bahas Talfiq

Maroko, PKB Kab Tegal. Forum bahtsul masail perdana dari dua episode yang digagas Pimpinan Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Belanda berjalan dengan lancar. Forum ini mencoba menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat muslim di Eropa, khususnya beribadah dengan panduan lebih dari satu madzhab (talfiq).

Bahtsul Masail Perdana di Belanda Bahas Talfiq (Sumber Gambar : Nu Online)
Bahtsul Masail Perdana di Belanda Bahas Talfiq (Sumber Gambar : Nu Online)

Bahtsul Masail Perdana di Belanda Bahas Talfiq

Forum ini terselenggara atas kerja sama PCINU Belanda dan Persatuan Pemuda Masyarakat Eropa Al-Ikhlash Amsterdam (PPME) di aula PPME Al-Ikhlash, Saaftingestraat 312, Amsterdam, Sabtu (27/6) sore.

Pertemuan ini bertujuan memberikan gambaran bagi masyarakat Belanda akan adanya bahtsul masail sebagai tradisi NU. Dengan begitu, masyarakat di sana mengerti bahwa pengambilan sebuah hukum syari melalui proses yang ketat, didasarkan pada referensi-referensi yang valid dari Imam-imam madzhab, dan bisa dipertanggungjawabkan.?

PKB Kab Tegal

Selain membahas talfiq, forum ini juga membahas hukum pelaksanaan ajaran Aswaja di negeri Belanda. Forum ini dipimpin Rais Syuriyah PCINU Belanda KH Nur Hasyim Subadi. Sementara pesertanya adalah sesepuh dan pengurus PCINU Belanda yang pernah belajar di Mesir, Arab Saudi, dan Irak.Tampak hadir meramaikan kegiatan ini para mahasiswa program master dan doktoral yang berlatar belakang NU dari beberapa universitas di Belanda. Sebagai pembanding, PCINU Belanda menghadirkan dua orang pengurus PCINU Maroko, ustadz Muhammad Mahludi Bahran dan ustadz Azhari Maulana.

“Kegiatan bahtsul masail ini benar-benar mendapat apresiasi dari masyarakat muslim di Belanda khususnya Amsterdam. Karena, mereka terlibat secara langsung dan menyaksikan kegiatan dari awal hingga akhir,” kata Mahludi Bahran, delegasi PCINU Maroko.

PKB Kab Tegal

Sementara Pimpinan PPME Al-Ikhlash Amsterdam Hansyah Iskandar Putra mendukung kegiatan bahtsul masail ini. Kegiatan ini merupakan baru pertama kalinya ulama-ulama Islam Nusantara yang tinggal di Belanda membahas dan menentukan hukum atas masalah-masalah yang dihadapi masyarakat Islam di Belanda.

Katib Syuriyah PCINU Belanda Mohamad Shohibuddin mengabarkan, bahtsul masail kedua akan diadakan pada Sabtu (11/7) mendatang. Pertemuan kedua nanti, akan dibahas waktu puasa dan shalat di wilayah yang siang harinya amat panjang.

Insya Allah, selain alim ulama di Belanda, musyawirin juga berasal dari beberapa PCINU yang akan bergabung melalui fasilitas teleconference. Beberapa PCINU dan nahdliyyin yang sudah mau gabung untuk teleconference berasal dari Swedia, Jerman, Belgia, UK, USA, Maroko, dan Turki.” (Kusnadi/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Pendidikan, Ulama PKB Kab Tegal

Selasa, 02 Januari 2018

Tiga Hal Ini yang Perlu Diperkuat PMII

Sukabumi, PKB Kab Tegal - Di tengah arus globalisasi dan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) harus memperkuat tiga hal. Diantaranya, memperkuat karakter yang jelas yaitu Ahlusunnah wal-Jamaah (Aswaja).

“Jika karakter pondasi Aswaja kita tidak diperkuat maka kita akan mudah tergusur,” ungkap Sekretaris Pengurus Besar PMII Rizavan Shufi Thoriqi pada pelantikan Pengurus Cabang PMII Kabupaten Sukabumi di gedung Baznas Cisaat, Sukabumi,? Jawa Barat Rabu (27/4).

Tiga Hal Ini yang Perlu Diperkuat PMII (Sumber Gambar : Nu Online)
Tiga Hal Ini yang Perlu Diperkuat PMII (Sumber Gambar : Nu Online)

Tiga Hal Ini yang Perlu Diperkuat PMII

Supaya memiliki karakter yang jelas tersebut, kata dia, PMII melakukan penguatan kebijakan organisasi di bidang Aswaja. Diantaranya yaitu PMII mengisi ruang-ruang kegiatan keagamaan di kampus, masjid, mushala dan juga pesantren.

PKB Kab Tegal

Sebagai upaya menghadapi MEA, lanjut dia, kader PMII harus berdaya saing, mampu menguasai teknologi dan informasi, serta harus mempunyai kreativitas yang tinggi.

Ketua Cabang PMII Sukabumi Ade Opa Mustopa mengatakan, PMII adalah organisasi yang konsisten dalam menjalankan Islam Ahlusunnah wal-Jama’ah yaitu ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW, diteruskan para sahabatnya, ulama-ulama yang terjaga sanadnya sampai sekarang.

“PMII menjadi generasi penerus para ulama, penerus untuk melestarikan ajaran Ahlusunnah wal-Jamaah,” tegasnya.

PKB Kab Tegal

PMII, kata dia, akan selalu melakukan gerakan untuk perubahan dan mengkritik kebijakan pemerintah atas ketidakadilan, korupsi dan perusakan alam. “Maka dari itu PMII akan menjadi garda terdepan untuk memberikan spirit moralitas kepada bangsa ini,” tambahnya.

Pengurus Cabang dilantik Ketua Mabincab Kabupaten Sukabumi KH Hamdun Ahmad. Ia berpesan kepada kepengurusan yang baru supaya bekerja untuk menjalankan amanat dan bekerja yang lebih baik.

Selain pelantikan, dilanjutkan dengan rapat kerja cabang (Rakercab) dengan tema "Membangun keutuhan dan kekuatan elemen bangsa demi mewujudkan kehidupan yang berdaulat”.

Hadir pada kesempatan itu perwakilan dari PB PMII, PKC PMII Jawa Barat, PC Kabupaten Bogor, PC Kota Sukabumi, dan PC Kabupaten Cianjur. (Sofyan Syarif/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Ulama, Pahlawan PKB Kab Tegal

Jumat, 29 Desember 2017

Menggali Jawaban Alternatif dari Gus Dur

Judul: Gus Dur Menjawab Perubahan Zaman, Warisan Pemikiran KH Abdurrahman Wahid

Penulis: Abdurrahman Wahid

Pengantar: Jakob Oetama

Penerbit: Penerbit Buku Kompas, Jakarta

Menggali Jawaban Alternatif dari Gus Dur (Sumber Gambar : Nu Online)
Menggali Jawaban Alternatif dari Gus Dur (Sumber Gambar : Nu Online)

Menggali Jawaban Alternatif dari Gus Dur

Terbit: Januari 2010

Tebal: xviii+182, 15 x 23 cm

ISBN: 978-979-709-459-1

PKB Kab Tegal

Peresensi: Mahbib Khoiron

PKB Kab Tegal

Bahwa Gus Dur terkenal sebagai penebar kontroversi tidak bisa dipungkiri lagi. Namun apakah ia inkonsisten dalam tindakan dan ide-idenya, tentu harus didudukkan kembali. Greg Barton dalam sebuah tulisannya memuji Gus Dur sebagai figur terbaik yang senantiasa konsisten dalam pikiran-pikrannya. Kita lantas mafhum bahwa dalam diri seorang tokoh bisa saja menyimpan karakter ganda sekaligus: satu sisi ia konsisten tapi di sisi lain ia kontroversial.

Menelusuri alur pemikiran Gus Dur  merupakan kerja ilmiah tersendiri. Pasalnya, tokoh yang satu ini selain melintas, bermain, dan terlibat langsung dalam pelbagai diskursus, kini ia telah menjadi sebuah diskursus itu sendiri. Banyak jalan yang bisa dipakai untuk memahami kompleksitas tingkah laku politik dan gaya unik aktifitas Gus Dur lainnya. Di samping menengok historisitas perjalanan hidup Gus Dur, hal paling lumrah dan jamak dilakukan peneliti adalah membaca akar epistemologis dan jalan pikirannya melalui uraian-uraian tertulis yang tersebar dalam bermacam bentuk tulisan. Mengingat, Gus Dur sendiri terkenal sebagai penulis produktif bercakupan luas yang turut menyesaki ruang media nasional.

Pada titik ini, ikhtiar Kompas menerbitkan kembali kumpulan tulisan bertajuk “Gus Dur Menjawab Perubahan Zaman” karya guru bangsa ini patut mendapat perhatian. Gus Dur dalam buku ini secara apik melakukan analisa wacana atas isu-isu agama, politik, sosial, demokrasi dan kepemimpinan yang dikontekstualisasikan dengan perkembangan kondisi di Tanah Air. Peran ini memang menjadi bagian tak terlepaskan dari dirinya. Kedudukannya yang terpandang, meniscayakannya untuk senantiasa mengangkat isu, berkomentar, mengkritisi bahkan menawarkan solusi atas sejumlah problem yang tengah dijalani.

Sebagaimana dalam epilog buku ini, salah satu kecerdasan Gus Dur adalah keinginannya untuk selalu mencari dataran-dataran baru yang bisa menjadi titik temu bagi berbagai perbedaan. Tetapi titik temu yang dimaksud bukanlah sesuatu yang final. Ia hanya sebagai sebuah tempat untuk titik tolak yang darinya dapat diupayakan jawaban-jawaban baru yang lebih kreatif.

Menaggapi pertanyaan publik tentang kemungkinan seorang nonmuslim menjadi presiden di Indonesia, Gus Dur dengan mantap menjawab bahwa hal demikian bisa saja terjadi, jika mengacu pada bunyi Undang-Undang Dasar 1945 (hlm. 73).

Gus Dur mengembalikan apa yang secara instrinsik terkandung dalam konstitusi ini dengan penuh kesadaran. Meskipun diyakini akan menimbulkan reaksi keras dan tudingan-tudingan miring terhadapnya. Hal ini tentu berbeda dengan tawaran jawaban para pemikir dan elite Islam pada umumnya, yang cenderung menggunakan pendekatan formalistik sehingga berimbas pada peminggiran golongan tertentu di negerinya sendiri. Dengan menghindari sikap yang disebutnya sebagai ‘pandangan picik’, Gus Dur lebih nyaman menggunakan pendekatan konstitusional. Menurutnya, yang terpenting adalah “kenyataan tertulis yang pada hakekatnya merupakan cermin dari komitmen bersama yang telah disepakati.” (hlm 77).

Term “komitmen bersama” di sini menjadi kata kunci bagi peleraian dua ketegangan antara kecenderungan normatif dari agama dan kebutuhan riil dalam kehidupan bernegara. Betapapun juga negara ini dalam kesejarahannya didirikan atas semangat pengorbanan bersama yang melintasi batasan ras, suku, dan agama. Pilihan untuk melandaskan diri pada asas Negara bernama UUD akan menjauhkan bangsa ini dari kesulitan-kesulitan jangka panjang. Bagi Gus Dur, tak perlu bersikap naif dengan menyembunyikan kepentingan politik golongan tertentu melalui rekayasa tafsir atas undang-undang. Bukankah bervisi jauh ke depan mewujudkan cita-cita kebaikan bersama lebih bermakna daripada bersikap subyektif terhadap kenyataan tertulis hanya karena mengikuti kepentingan ideologis pribadi yang bersifat sesaat?

Pelajaran berharga lain kita temukan pula saat Gus Dur membicarakan soal hubungan antarumat beragama. Kemampuan masyarakat heterogen yang terdiri dari aneka unsur etinis, bahasa ibu, budaya daerah dan agama untuk hidup berdampingan tanpa saling mengganggu seringkali memuaskan banyak orang. Rasa puas ini termasuk kewajaran sikap dari kenyataan betapa langkanya kedamaian yang terbentuk di tengah masyarakat yang sangat majemuk seperti bangsa kita ini. Namun, Gus Dur akan mempersoalkan rasa puas ini, kalau memang yang dikehendaki adalah suasana kebersamaan yang berkesudahan sampai di situ saja.

Gus Dur membuat pemilahan istilah yang menarik tentang hubungan antarumat beragama (hlm 14-18). Tentu berbeda antara saling menghormati dan saling memahami. Pada poin yang pertama ini masyarakat hidup bertetangga dengan baik yang hanya disifati oleh tata krama dan saling tenggang rasa secara lahiriah belaka. Pola hubungan “harmonis” ini tidak memiliki daya tahan yang ampuh terhadap berbagai tekanan yang datang dari perkembangan politik, ekonomi dan budaya. Kerukunan berada dalam kondisi rapuh karena sesungguhnya yang terjadi bukanlah suasana optimal dari kesalingpengertian, melainkan sekadar sangat kurangnya kesalahpahaman.

Bentuk ideal dari suasana kehidupan pluralistik adalah saling pengertian atau memahami. Dalam kesalingpengertian tersimpan rasa senasib dan sepenanggungan. Rasa yang kemudian lahir adalah persaudaraan yang kukuh, karena ia tumbuh bukan atas kepentingan supaya tidak terganggu belaka, melainkan atas dasar saling memiliki (sense of belonging). Dari sini saling mengormati akan terbentuk dengan sendirinya dalam kualitas yang utuh. Nah, Gus Dur menilai, masalah pokok dari hubungan antarumat beragama terletak pada kurangnya pengembangan saling pengertian ini yang semestinya dilakukan secara tulus dan berkelanjutan. 

Sekelumit cara pandang ini menunjuk kepada konsistensinya memelihara kehidupan agar tetap manusiawi, yakni lepas dari kepicikan dan kepentingan ideologis apapun. Sebagaimana pula ulasannya seputar kepemimpinan politik. Presiden keempat republik ini menceritakan gaya leadership para pemimpin teladan yang banyak dikagumi rakyatnya, misalnya Gandhi dengan personal leader-nya, atau pendiri imperium Meiji Ieyazu Tokugawa dengan capaian-capaian prestisiusnya. Tak hanya gaya khas yang mereka tampilkan, tapi juga pola kepemimpinan yang mampu membawa hasil baik tanpa terlalu banyak menumpahkan darah akibat kekerasan (hlm 47-53).

Selaku cendikiawan, negarawan, pemimpin ormas, dan kiai, kontribusi Gus Dur dalam hal pemikiran cukuplah banyak. Pembicaraannya mengenai beragam isu bukan saja menujukan perhatiannya terhadap realitas yang dihadapi, melainkan juga menyediakan lahan baru bagi pencarian jawaban-jawaban alternatif. Kesan bunga rampai dan keterikatan sejarah spesifik dalam tulisan-tulisannya memang tak bisa dielakkan. Tapi itu bukan berarti relevansi dari gagasan-gagasannya lantas hilang dan terbuang. Bukankah pencarian tak berkesudahan melalui pertimbangan banyak unsur pemikiran adalah sikap yang bijak bagi bangsa yang sedang berproses ini?

* Peresensi adalah santri pesantren Ciganjur

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Ulama, Anti Hoax PKB Kab Tegal

Rabu, 27 Desember 2017

Kang Said: Al-Quran Rahmat untuk Seluruh Manusia

Pontianak, PKB Kab Tegal. Al-Quran merupakan kalam ilahi yang diturunkan 14 abad yang lalu kepada seorang Nabi terakhir, Muhammad Sallallahu Alaihi Wasalam. Al-Quran merupakan rahmat bukan hanya baagi orang Islam, tapi bagi semua umat manusia dalam membangun kehidupan yang harmonis.

Demikian ditegaskan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj pada sambutan pembukaan Musabaqah Tilawatil Qur’an Nasional VII yang diselenggarakan Jam’iyyatul Qura’ wal-Huffazh Nahdlatul Ulama (JQHNU) pada Selasa malam (3/7) di stadion sepak bola Sultan Syarif Abdurahman, Pontianak, Kalimantan Barat.?

Kang Said: Al-Quran Rahmat untuk Seluruh Manusia (Sumber Gambar : Nu Online)
Kang Said: Al-Quran Rahmat untuk Seluruh Manusia (Sumber Gambar : Nu Online)

Kang Said: Al-Quran Rahmat untuk Seluruh Manusia

“Dalam ajaran Al-Quran, kita harus jadi umat yang tawasuth, moderat. Al-Quran berbunyi, wakadzalika ja’alnakum ummatan washathan. Umat Islam harus menjadi umat yang moderat. Tidak boleh ekstrem, radikal, apalagi sampai melakukan tindakan makar,” jelas kiai yang akrab disapa Kang Said ini.

PKB Kab Tegal

Oleh karena itu, sambung Ketua Umum Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) ini, ulama Nahdlatul Ulama ? sejak dulu hingga sekarang dan seterusnya akan bersikap tawasuth menentang kekerasan, ekstremisme, bahkan terorisme.?

PKB Kab Tegal

“Terorisme harus kita jadikan musuh bersama. Gerakan-gerakan radikal harus kita hadapi bersaama karena bertentangan dengan ajaran Al-Quran,” tuturnya.

Yang kedua, sambung Kang Said, Al-Quran mengajarkan kita agar menjadi umat yang tawazun, seimbang. Kewajiban mengamalkan agama bukana hanya sebatas ritual, tetapi membangun pepradaaban budaya, sosial, ekonomi. ? Karena itu merupakan kewajiban agama juga.

“Oleh karena itu, bagi Nahdlatul Ulama, memperjuangankan agama sama dengan memperjuangkan tanah air. Memperjuangkan Negara Kesatuan Republik Indonesia sama wajibnya dengan mempertahankan agama Islam,” jelasnya.

Yang terakhir, Al-Quran mengajarkan kita untuk tasamuh, toleran. Andaikan Allah menghendaki umat manusia sama, pasti Allah bisa. Tapi itu tidak dilakukan. Karena itulah kita harus bersikap toleran, karena itu merupakan ajaran Islam.

Kemudian kiai asal Cirebon, Jawa Barat, yang pernah menimba ilmu di berbagai pesantren, dan belajar selama 13 tahun di Makkah ini, mengimbau masyararakat Kalimantan Barat untuk mempertahankan , toleransi dalam keragaman.

“Bukan Indonesia kalau tanpa agama Islam. Bukan Indonesia kalau tanpa agama Katolik. Bukan Indonesia kalau tanpa Kristen. Bukan indonesia kalau tanpa Hindu, Budha, Konghucu,” tegasnya.

Kang Said menambahkan, demikian pula, bukan Indonesia kalau tanpa Dayak, Sunda, Jawa, Batak, Bugis, Ambon, Papua, Banjar, Aceh, dan seterusnya. Itulah Indonesia. Itu harus dipertahankan illa yaumil qiyamah.

“Ini merupakan pandangan Nahdlatul Ulama sejak dulu hingga sekarang dan seterusnya,” pungkasnya.

MTQ VII JQH NU ini dibuka Wakil Presiden Republik Indonesia Boediono. Hadir pada kesempatan itu beberapa pengurus PBNU, Menteri Perumahan Rakyat H. Djan Faridz, Wakil Menteri Agama Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, Ketua Umum JQH NU KH Muhaimin Zen, dan Gubernur Kalimantan Barat Drs. Cornelis MH., peserta MTQ, official, serta masyarakat Kalimantan Barat.

Redaktur : Syaifullah Amin

Penulis ? ? : Abdullah Alawi

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Ulama, Nahdlatul, Humor Islam PKB Kab Tegal

Selasa, 26 Desember 2017

Ribuan Syecher Mania Padati Masjid Agung Solo

Solo, PKB Kab Tegal. Sholawat memang dapat mempersatukan umat. Salah satunya dapat dilihat pada kegiatan ‘Solo Bersholawat’ yang diselenggarakan Majelis Ta’lim Dzikir dan Sholawat Ahbaabul Musthofa Solo, Sabtu malam (9/2), di serambi Masjid Agung Surakarta.?

Ribuan Syecher Mania Padati Masjid Agung Solo (Sumber Gambar : Nu Online)
Ribuan Syecher Mania Padati Masjid Agung Solo (Sumber Gambar : Nu Online)

Ribuan Syecher Mania Padati Masjid Agung Solo

Sang pengasuh majelis, Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf, memimpin langsung jalannya acara.

Ribuan syekher mania, sebutan untuk simpatisan Habib Syech, memadati serambi masjid, bahkan sebagian jamaah ada yang duduk di halaman masjid yang ? masih agak becek karena baru diguyur hujan.

PKB Kab Tegal

Turut hadir dalam acara tersebut Ketua Umum GP Ansor Nusron Wahid dan Menteri BUMN Dahlan Iskan yang juga menjadi ketua Syekher Nasional. Mereka ikut larut dalam bacaan sholawat dan qasidah yang didendangkan Habib Syech.

PKB Kab Tegal

Tampil sebagai penceramah, Habib Taufiq Assegaf, yang menjelaskan beberapa keutamaan yang dimiliki Nabi ? Muhammad saw.?

“Nabi-nabi lain mendapat pantulan kemuliaan dari Rasulullah saw. Ibarat bulan bisa terlihat terang itu karena mendapat pantulan sinar Matahari,” terang Ulama asal Pasuruan itu.

“Begitu matahari muncul, maka sinar bulan seakan tak nampak sebab ‘kalah’ dengan pancaran sinar mentari,” lanjutnya.

Acara pengajian yang dihelat semalam, merupakan agenda tahunan Ahbaabul Musthofa. Ribuan jamaah yang hadir datang dari berbagai daerah seperti Klaten, Purwodadi, Sragen, Yogyakarta dan sebagainya. Salah satunya, Abdul Majid, yang mengaku berasal dari Ngawi Jawa Timur datang ke Masjid Agung dengan mengendarai motor.

“Setiap ada pengajian seperti ini, meskipun jauh saya sering ikut,” ungkapnya.

Acara pengajian semalam juga dibacakan kitab maulid simtuduror. Acara kemudian ditutup dengan pembacaan doa yang dibaca oleh kakak Habib Syech, Habib Jamal As-Segaf.

Redaktur ? ? : Mukafi Niam

Kontributor: Ajie Najmuddin

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Pesantren, Ulama PKB Kab Tegal

Senin, 18 Desember 2017

PWNU Sulsel Peringati Harlah dengan Bakti Sosial

Makassar, PKB Kab Tegal

Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sulawesi Selatan memperingati Harlah Ke-82 NU dengan menggelar berbagai kegiatan, sebagai bakti kepada warga NU dan Masyarakat.



PWNU Sulsel Peringati Harlah dengan Bakti Sosial (Sumber Gambar : Nu Online)
PWNU Sulsel Peringati Harlah dengan Bakti Sosial (Sumber Gambar : Nu Online)

PWNU Sulsel Peringati Harlah dengan Bakti Sosial

Pada hari kelahiran NU, Kamis (31/1) hari ini digelar acara sunatan massal, donor darah, dan pencanangan program penanaman sejuta pohon yang dipusatkan di pesantren yang didirikan KH Sanusi Baco, Nahdlatul Ulum, Kabupaten Marash.

Ketua Panitia Harlaha PWNU sulsel DR H Abdul makhfud DEA menjelaskan rangkaian kegiatan Harlah ini akan berlangsung sampai tanggal 3 Februari yang merupakan acara puncak harlah yang secara serentak di selenggarakan di seluruh Indonesia.

PKB Kab Tegal

Dijelaskannya, pada hari Jumat 1 Februari akan di selenggarakan “NU Media Campaign” berupa penyebaran spanduk yang di mulai dari depan kampus Universitas Islam Makassar Al-Ghozali (UMI) jalan perintis kemerdekaan dilanjutkan memasuki kota dan berakhir di Gowa.

Selanjutnya Makhfud yang juga Wakil Rektor UMI menyatakan, masjid-masjid yang dikelola warga NU pada hari Jumat 1 februari besok akan menyelenggarakan khutbah dengan tema yang seragam yakni “Islam rahmatan lil ‘Alamin” .

PKB Kab Tegal

Pada hari Sabtu, 2 Februari, akan digelar dialog Islam dan masa depan bangsa. Acara ini sebelumnya akan di selenggarakan di gedung PWNU sulsel tapi di pindah ke gedung Pinnin di jl Sam Ratulangi.

Puncak acara Harlah diselenggarakan pada hari Minggu 3 februari yang dipusatkan di Balai Prajurit M Yusuf dengan acara launcing buku, istighosah, NU award, dan mendengarkan teleconference dari Gelora Bung Karno Jakarta. (mkf)Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal AlaSantri, Ulama PKB Kab Tegal

Sabtu, 16 Desember 2017

Hukum Wanita Hamil di Luar Nikah

Assalamualaikum wr. wb. Redaksi NU yang Insya Allah dirahmati Allah? swt, pertanyaannya tentang hukum Islam bagi wanita yang mengandung? anak di luar nikah tapi tidak menikah dengan ayah biologisnya maupun? dengan lelaki lain, sampai dengan lahirnya anak tersebut.? Penjelasannya sangat diharapkan, terima kasih. Wassalamualaikum wr. wb. (Nani Solaiman/ Kota Tual - Maluku Tenggara,? Propinsi Maluku)

?

Jawaban

Hukum Wanita Hamil di Luar Nikah (Sumber Gambar : Nu Online)
Hukum Wanita Hamil di Luar Nikah (Sumber Gambar : Nu Online)

Hukum Wanita Hamil di Luar Nikah

Assalamu’alaikum wr. wb.

Penanya yang budiman, semoga selalu dirahmati Allah swt. Bahwa dalam hukum Islam orang yang melakukan zina terkena hukumam had. Secara umum hukuman had ini tergantung siapa pelakuknya. Bisa dengan rajam, atau dengan jild (dera) dan pengasingan. Jika zinanya masuk kategori zina muhshan maka hukuman hadnya adalah dengan rajam. Namun jika ternyata ia hamil maka pelaksanaan rajam itu setelah melahirkan bayinya.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

“Ibnu al-Mundzir berkata; para ulama telah sepakat bahwa orang hamil tidak dirajam sampai ia melahirkan”. (Lihat, Wizarah al-Awqaf wa asy-Syu’un al-Islamiyyah Kuwait, al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, Kuwait Dar as-Salasil, cet ke-1, 1404 H, juz, 22, h. 126)

PKB Kab Tegal

Sedang jika zina masuk kategori ghairu muhshan artinya pelakunya adalah orang yang belum menikah (perjaka atau gadis, dan telah memenuhi ketentuan yang berlaku) maka hukuman hadnya adalah dengan didera seratus kali dan diasingkan selama setahun. Dan boleh saja diasingkan dulu baru kemudian didera. Hal ini sebagaimana keterangan yang kami pahami terdapat dalam kitab Kifayah al-Akhyar berikut ini;?

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

“Ketahuilah, bahwa tidak ada aturan harus tertib di antara dera dan pengasingan, karenanya maka boleh salah satu di antara keduanya boleh didahulukan”. (Taqiyyuddin Abi Bakr al-Husaini al-Hishni asy-Syafi’i, Kifayah al-Akhyar fi Halli Ghayah al-Ikhtishar, Surabaya-Dar al-Ilm, tt, juz, 2, h. 143)

Namun untuk menentukan seseorang dikatakan berzina sehingga layak mendapatkan had zina tidaklah semudah membalik telapak tangan. Jika ada seorang perempuan yang hamil, padahal tidak bersuami maka harus dibuktikan dulu apakah kehamilannya karena berbuat zina atau karena hal lain seperti diperkosa. Yang harus kita lakukan adalah jangan terburu-buru memvonis ia telah melakukan zina dengan seorang laki-laki jika memang kita tidak memiliki bukti yang kuat.

PKB Kab Tegal

Dalam hukum Islam, seseorang dikatakan berzina harus dibuktikan terlebih dahulu dengan bukti yang kuat, bisa dengan menghadirkan empat orang saksi laki-laki, atau bisa juga dengan adanya pengkuan dari pihak pelakunya sendiri sebagaimana terjadi pada zaman Rasulullah saw.

Sedang mengenai saksi haruslah orang yang adil. Dan di zaman sekarang sangat susah mencari orang yang adil. Di samping dari sisi person, ada juga syarat yang harus yang harus dipenuhi dalam kesakasian tersebut. Di antara syarat yang disepakati para ulama adalah bahwa kesaksian tersebut

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

“Para ulama sepakat bahwa di antara syarat kesaksian ini ialah dengan melihat secara langsung alat vital pihak laki-laki masuk ke lubang vagina pihak perempuan, dan kesaksian tersebut harus diungkapkan dengan bahasa yang jelas (tashrih) tidak dengan bahasa sindirin (kinayah)”. (Abdurraham al-Juzairi, al-Fiqh ‘ala Madzahib al-Arba’ah, Bairut-Dar al-Fikr, juz, 5, h. 29 )

Pertanyaan selanjutnya yang harus diajukan di sini adalah, apakah kehamilan seorang perempuan yang tidak bersuami bisa dijadikan sebagai alat bukti bahwa ia telah melakukan zina sehingga ia harus dihad? Mayoritas pakar hukum Islam menyatakan bahwa kehamilan seorang perempuan yang tidak punya suami tidak dengan serta merta menunjukkan ia berbuat zina sehingga harus dihad.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? : ? ? ? ? ? ? ?

“Apabila tampak adanya kehamilan pada seorang perempuan merdeka yang tidak bersuami, begitu juga budak yang tidak bersuami, dan ia mengatakan saya dipaksa atau saya disetubuhi dengan persetubuhan syubhat maka ia tidak wajib dihad. Hal ini sebagaimana dikemukan oleh imam Abu Hanifah, imam Syafi’i, dan imam Ahmad bin Hanbal menurut dalam riwayatnya yang adhhar” (Sulaiman al-Bujairimi, Tuhfah al-Habib ‘ala Syarh al-Khathib, Bairut-Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, cet ke-1, 1417 H/1996 M, juz, 5, h. 15)

Pandangan ini mengandaikan bahwa kehamilan seorang perempuan yang tidak memiliki suami belum tentu akibat dari perbuatan zina, tetapi bisa jadi karena ia dipaksa, diperkosa, atau karena ia mengalami wathi syubhat. Ini artinya kehamilan itu masih mengandung pelbagai kemungkinan. Sedangkan sesuatu yang mengandung pelbagai kemungkinan tidak bisa dijadikan sebagai bukti utama untuk menentukan sebuah ketetapan hukum.

Berangkat dari penjelasan ini, maka jawaban yang dapat kami ketengahkan untuk menjawab pertanyaaan di atas adalah bahwa status hukum perempuan yang hamil dan tidak mempunyai suami sampai ia melahirkan anaknya dalam hukum Islam belum tentu disebut sebagai pezina yang berhak mendapat hukumam had. Bahkan seandainya ia benar-benar melakukan zina, ia tetap disunnahkan untuk menutupinya, bahkan ada pendapat yang mewajibkannya. Sebagaimana yang telah kami kemukakan dalam Rubrik Bahtsul Masail yang dimuat pada tanggal 12/2/2015. ?

Ia baru bisa dikatakan sebagai pelaku zina dan berhak mendapatkan hukuman had jika memang telah terpenuhi buktinya, seperti kesaksian empat orang laki-laki yang adil yang melihat dengan jelas kejadiannya, atau atas dasar pengakuannya.

Apabila memang ia telah tebukti, maka dalam hukum Islam ia berhak mendapatkan had. Sedang hadnya adalah didera seratus kali kemudian diasingkan. Jika ia adalah orang yang belum pernah menikah (zina ghairu muhshan), namun jika ia janda, maka dirajam (zina muhshan). ? ?

Lantas siapakah yang melaksanakan hukuman tersebut? Negara adalah pelaksananya sehingga masyarakat tidak boleh main hakim sendiri. Namun di negara kita hukumam had zina sampai hari belum diberlakukan. Karenanya, yang terbaik adalah dengan memintanya untuk segera bertaubat. Biarlah apa yang ia lakukan menjadi urusannya dengan Allah swt.

Demikian jawaban yang dapat kami kemukakan, dan kami selalu terbuka dengan kritik dan saran dari para pembaca. Dan bersikaplah hati-hati dalam memberikan penilaian kepada orang lain, jangan gampang memberikan tuduhan yang tercela kepadanya kecuali memang ada bukti kuat. Dan sebagai masyarakat kita harus taat hukum yang berlaku di negara kita, dan jangan main hakim sendiri.

Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq,

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Mahbub Ma’afi Ramdlan

?

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Ulama PKB Kab Tegal

Minggu, 10 Desember 2017

Teliti Indeks Integritas Siswa, Puslitbang Penda Siap Terjunkan Peneliti

Jakarta, PKB Kab Tegal. Isu tentang pengembangan integritas siswa terus menjadi perhatian para penyelenggara dan pemangku kepentingan pendidikan. Pemicunya adalah banyaknya kasus yang melibatkan para siswa mulai tawuran antarsekolah, kekerasan dan pemerasan bagi siswa baru di acara MOS (Masa Orientasi Siswa),  penggunaan narkoba, hingga pergaulan bebas.

Teliti Indeks Integritas Siswa, Puslitbang Penda Siap Terjunkan Peneliti (Sumber Gambar : Nu Online)
Teliti Indeks Integritas Siswa, Puslitbang Penda Siap Terjunkan Peneliti (Sumber Gambar : Nu Online)

Teliti Indeks Integritas Siswa, Puslitbang Penda Siap Terjunkan Peneliti

Hal tersebut dikatakan Kepala Bidang Litbang Pendidikan Agama dan Pendidikan Tinggi Keagamaan Puslitbang Penda Balitbang Diklat Kemenag, Nurudin Sulaiman, di sela-sela rapat pembahasan Desain Operasional (DO) penelitian Indeks Integritas Siswa yang dipimpin Kepala Puslitbang Penda Prof Amsal Bachtiar. Rapat tersebut digelar di Takes Mansion Hotel Jl Taman Kebon Sirih No 3-4 Jakarta, Senin (4/1).

Menurut dia, pengembangan integritas di sekolah merupakan hal yang sangat penting, terutama bila ingin menghasilkan pribadi-pribadi berintegritas tinggi. Sekolah merupakan salah satu lembaga yang memegang peranan penting dalam penumbuhan integritas karena dalam kehidupan sekolah dapat mencerminkan kehidupan bermasyarakatnya.

“Ini sejalan dengan fungsi sekolah yaitu memberikan pengajaran dan pendidikan yang sesuai dengan taraf perkembangan masyarakat. Jika lembaga pendidikan dapat menumbuhkan integritas dalam kehidupan sekolah, maka integritas dalam masyarakat akan semakin tumbuh juga,” ujarnya.

PKB Kab Tegal

Meski demikian, Nurudin mengakui bahwa upaya paling awal dalam menanamkan integritas adalah pendidikan keluarga. Sebab, awal siswa tumbuh ada di kehidupan keluarga. Namun, setelah anak tersebut tumbuh menjadi siswa maka sekolah menjadi tempat terbaik dalam menumbuhkan integritas tersebut.

PKB Kab Tegal

Apabila para siswa tumbuh dengan integitas yang baik, lanjut dia, kehidupan mereka dalam masyarakat juga berbanding lurus dengan integritas yang mereka miliki. Oleh karena itu, integritas anak-anak sekolah perlu ditumbuhkan karena mereka bersiap terjun di kehidupan masyarakat.

“Tugas pengembangan integritas ini menjadi tugas bersama seluruh civitas sekolah, mulai dari kepala sekolah sampai dengan siswa. Maka semua harus terlibat di dalamnya,” tegas Doktor lulusan Universitas Indonesia ini.

Sementara itu, salah satu peneliti Puslitbang Penda, Farida Hanun, selaku koordinator penelitian dalam paparannya mengatakan, tujuan penelitian ini hendak mengetahui dan menganalisis indeks integritas siswa secara nasional. Targetnya, besaran indeks integritas siswa di sekolah bakal terumuskan.

Farida menyebut sudah cukup banyak penelitian yang mengkaji integritas siswa. Sayangnya, riset tersebut hanya fokus pada satu aspek saja. Sementara aspek lain yang tak kalah penting diabaikan. Oleh karena itu, Puslitbang Penda mencoba menelisik dari aspek lainnya.

“Selama ini, penelitian tentang integritas siswa dilakukan sebatas mengukur segi kejujuran dalam mengikuti ujian. Belum dikembangkan ke segi lain. Nah, penelitian ini akan mengukur lima nilai dasar integritas akademik, yakni kejujuran, dapat dipercaya, tanggung jawab, adil, dan menjaga kehormatan,” paparnya.

Penelitian indeks integritas siswa akan digelar di sepuluh provinsi yang ada di Indonesia. Yaitu Sulawesi Barat, Papua Barat, Sumatera Utara, Jawa Barat, Banten, Nusa Tenggara Barat, Bali, Sulawesi Utara, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Kalimantan Selatan. (Musthofa Asrori/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Ulama, Sejarah, Nahdlatul Ulama PKB Kab Tegal

Senin, 04 Desember 2017

Buru Lailatul Qodar, PMII Gelar Sahur on The Road

Sidoarjo PKB Kab Tegal. Banyak cara yang bisa dilakukan warga Nahdliyin untuk mendapatkan pahala di bulan Ramadhan khususnya pada malam Lailatul Qodar. Seperti yang dilakukan oleh Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PC PMII) Sidoarjo, Jawa Timur ini.

Buru Lailatul Qodar, PMII Gelar Sahur on The Road (Sumber Gambar : Nu Online)
Buru Lailatul Qodar, PMII Gelar Sahur on The Road (Sumber Gambar : Nu Online)

Buru Lailatul Qodar, PMII Gelar Sahur on The Road

Memasuki 10 hari terakhir Ramadhan, PC PMII Sidoarjo membagikan 1000 bungkus nasi kepada warga Sidoarjo yang hendak menyantap sahur. Mereka menyusuri sepanjang jalan Sidoarjo mulai dari depan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sidoarjo menuju pasar Larangan hingga berhenti di kantor PCNU Sidoarjo, jalan Airlangga Sidoarjo, Jawa Timur.

"Pada sahur on the road ini, kami membagikan 1000 bungkus nasi sebagai simbol 10 hari terakhir Ramadhan dan memburu berkah malam 1000 bulan. Mudah-mudahan kegiatan ini bisa menambah kecintaan kita kepada sesama sebagai bukti nilai dasar pergerakan yaitu hablum minannas," kata Ketua Umum PC PMII Sidoarjo, Muhammad Mahmuda, Selasa (28/6).

Sahur on the road yang digagas oleh PC PMII Sidoarjo ini mendapatkan respon positif dari masyarakat setempat. Nampak antusias, warga yang mengetahui aktivis muda NU ini membawa bungkusan nasi, warga pun berdatangan dan berebut ingin mendapatkan nasi tersebut. Tak ayal, sampai terjadi aksi saling dorong sesama warga yang ingin mendapatkan nasi tersebut. (Moh Kholidun/Mukafi Niam)

PKB Kab Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Kiai, Ulama PKB Kab Tegal

PKB Kab Tegal

Selasa, 28 November 2017

Jelang UN, IPNU-IPPNU Karanganyar Gelar Istighotsah Kubra

Karanganyar, PKB Kab Tegal. Pelaksanaan ujian nasional (UN) tinggal menghitung hari. Sekitar 600 siswa SMP/MTs. kelas IX dan SMA/MA/ SMK se-Kabupaten Karanganyar menggelar istighosah bersama di Masjid Agung Karanganyar yang diselenggarakan oleh Pimpinan Cabang IPNU-IPPNU Kabupaten Karanganyar, Sabtu (12/4). Ratusan siswa ini berdoa memohon ketenangan batin dan persiapan menghadapi UN yang akan dilaksanakan mulai Senin (14/4).

Jelang UN, IPNU-IPPNU Karanganyar Gelar Istighotsah Kubra (Sumber Gambar : Nu Online)
Jelang UN, IPNU-IPPNU Karanganyar Gelar Istighotsah Kubra (Sumber Gambar : Nu Online)

Jelang UN, IPNU-IPPNU Karanganyar Gelar Istighotsah Kubra

Para siswa se-Karanganyar tersebut sejak lepas Dhuhur telah memenuhi Aula Masjid Agung Karanganyar. Mereka dengan khidmat melantunkan ayat-ayat Al Quran. Acara istighosah tersebut seperti biasa diawali dengan bacaan Sholawat Nabi Muhammad dengan diiringi grup hadrah Al-Munawwar Matesih.

Ketua Panitia penyelenggara, Wahyu memberikan motivasi kepada para peserta istighostah "Mari kita bersama-sama untuk menata hati dan fikiran melalui berdoa maupun berdzikir untuk meraih kelulusan dalam ujian mendatang," ujarnya saat memberikan sambutan.

PKB Kab Tegal

Ia berharap kepada peserta istighotsah agar setelah lulus nanti untuk ikut dan bergabung dengan organisasi IPNU-IPPNU, tambahnya

PKB Kab Tegal

Istighotsah yang dipimpin oleh Rais Syuriah MWC NU Karangapandan, KH. Agus Mushtafa berlangsung khusuk dan khidmat. Usai berdoa, KH. Yahya menyampaikan pesan singkat kepada ratusan pelajar yang hadir.

KH. Mushtafa mengajak para pelajar untuk selalu berdoa, berikhtiar dan meminta doa restu kepada orang tua dan guru-guru agar ilmu yang dicita-citakan bermanfaat.

"Sebagai pelajar harus terus berdoa, berikhtiar, dan meminta doa dan restu kepada orang tua dan guru-guru kalian agar apa yang dicita-citakan bermanfaat baik di dunia maupun akhirat," pesannya ratusan pelajar

Sementara, Ketua PC.IPNU, Khalid menjelaskan kegiatan ini menjadi agenda rutinan yang diselenggarakan setiap tahun menjelang Ujian Nasional.

"Alhamdulillah, acara ini mampu membuat para Pelajar tampak semakin optimis dalam menghadapi UN yang akan digelar 14 April mendatang." tuturnya.

Dalam acara tersebut tampak hadir Ketua PCNU Kabupaten Karanganyar, Kiai Mukti Ali, Kiai dan  Kasi Mapenda Kemenag Kab. Karanganyar Drs. H. Muhtadi M.Pd. (Ahmad Rosidi/Anam)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Anti Hoax, Ulama, Pertandingan PKB Kab Tegal

Minggu, 26 November 2017

Menyoal Reposisi Gerakan PMII

Oleh Abdul Rahman Wahid. --Peralihan negara dari otoriterianisme ke demokrasi menuntut organisasi mahasiswa untuk mengkaji ulang gerakannya, tak terkecuali PMII.

Berkaca pada sejarah, sikap PMII pada masa Orde Baru (Orba) yang vis a vis terhadap negara adalah suatu yang niscaya. Keterkungkungan dalam segala hal, baik politik ekonomi dan sosial membuat PMII harus mengambil sikap independen agar tetap survive mengawal negara. Tak heran, di bawah kepemimpinan sahabat Zamroni, PMII menyatakan independen, tidak ada ketergantungan terhadap organisasi manapun.

Seiring berjalannya waktu, tragedi 98 telah membuat suatu sejarah baru di Indonesia. Kebebasan sudah bisa dirasakan oleh setiap warga negara. Semuanya serba terbuka, negara telah hadir dalam bentuk regulasi bukan lagi menghegemoni.

Menyoal Reposisi Gerakan PMII (Sumber Gambar : Nu Online)
Menyoal Reposisi Gerakan PMII (Sumber Gambar : Nu Online)

Menyoal Reposisi Gerakan PMII

Menyikapi itu, pada perayaan Hari Lahir (Harlah) PMII ke-55 yang diselenggarakan di Masjid Al-Akbar Surabaya, PMII menyatakan sikap reposisi gerakan mahasiswa.[1] Suatu sikap responsif yang patut diapresiasi. Benar memang, itu harus dipahami oleh seluruh kader PMII. Karena hari ini kita berada pada kondisi zaman yang sangat jauh berbeda dengan kondisi PMII zaman dulu.

Reposisi gerakan itu disampaikan langsung ketua PB PMII, Aminudin Maruf di hadapan Presiden Joko Widodo pada perayaan Harlah PMII ke-55 di Surabaya. Menurutnya, aksi jalanan bukanlah suatu yang haram. Namun, gerakan intelektual, kaderisasi internal, kembali ke gerakan keagamaan lebih baik.

PKB Kab Tegal

Melihat itu, dalam benak penulis langsung timbul beberapa pertanyaan. Pertama, soal gerakan intelektual. Sederhanya, materi-materi yang ada di PMII masih menggunakan materi lama. Tentunya materi itu dibuat dan digunakan untuk hadirnya negara yang represif. Jika benar PMII akan melakukan reposisi gerakan di wilayah gerakan intelektual, mengkaji ulang materi agar sesuai dengan kebutuhan zaman adalah suatu keharusan. Lantas, apakah pihak kaderisasi PB PMII sudah ada langkah untuk itu? Sependek yang penulis ketahui, masih belum ada.

Momentum Harlah seharusnya menjadi ruang yang tepat untuk merefleksikan itu semua. Namun sayang, momen itu sudah terlewatkan. Mengangkat jargon "Mukatamar Pergerakan" ternyata acara yang disuguhkan lebih pada "Seminar Pergerakan." Apa yang dihasilkan dari perayaan akbar tersebut masih dalam ketidakjelasan. Kecuali hingar-bingar kegembiraan dengan sekian hiburan yang disuguhkan.

Yang menarik, kesadaran itu sudah lebih dulu muncul di benak kader lapisan bawah. Beberapa materi yang sudah seharusnya dirumuskan ulang ramai diperbincangkan. Lagi-lagi, yang dihadapi kader-kader PMII level bawah adalah soal legitimasi. Seperti persoalan kembalinya PMII menjadi bagian struktur NU, suara di bawah sudah kencang tapi PB PMII sebagai pimpinan tertinggi masih terlihat diam.[2] Artinya, setingkat Rayon tidak punya hak untuk mengubah materi-materi yang menjadi konsumsi kader PMII. Sedangkan perengkrutan kader baru semakin dekat.

PKB Kab Tegal

Lantas, masihkah mereka akan disuguhkan materi-materi yang menuntun untuk bersikap vis a vis terhadap negara, sedangkan PMII menyatakan sikap reposisi gerakan. Jika di tahun ajaran baru ini PMII masih belum bisa merumuskan materi-materi yang sesuai kebutuhan zaman. Maka, stagnasi gerakan adalah sebutan yang pantas daripada reposisi gerakan sebagaimana yang disuarakan oleh pimpinan.

Kedua, kaderisasi internal. Hal yang penting diperhatikan dalam kaderisasi internal adalah pemantapan ideologi. Jika sudah bicara pemantapan ideologi, tentunya kita tidak akan lepas dari materi-materi inti di PMII, semisal Aswaja, ke-PMII-an dan NDP (Nilai Dasar Pergerakan). Ketiga materi itu adalah materi kunci untuk memantapkan setiap kader agar memiliki rasa kepemilikan (secara jasmani dan rohani) terhadap PMII. Ketiganya harus benar-benar mengkristal pada diri kader PMII. Dengan demikian, kaderisasi internal sebagai reposisi gerakan tidak bisa diraih jika pemantapan ideologi tidak terlaksanakan. Sudahkah hal ini dirumuskan dan dilakukan?

Ketiga, kembali ke gerakan keagamaan. Jika berbicara gerakan keagamaan, maka internalisasi Aswaja menjadi kebutuhan yang tak terbantahkan. Sependek yang penulis ketahui. Aswaja yang dipakai dalam PMII adalah Aswaja dalam konteks umum. Hal itu bisa dilihat dari nilai empat (Tawasut, Tasamuh, Tawazun dan Taadul) yang dikaji dalam PMII. Bukan Aswaja sebagaimana yang diamalkan oleh warga NU (baik yang tertulis atau tidak). Meskipun PMII menganggap, Aswaja yang disuguhkan pada kader adalah Aswaja selayaknya NU. Karena, Aswaja belum tentu Aswaja sebagaimana yang diamalkan NU, tetapi Aswaja yang diamalkan NU sudah pasti Aswaja.

Artinya, PMII harus benar-benar mampu menginternalisasikan Aswaja ala NU. Jika benar-benar mau kembali ke gerakan keagamaan seperti yang termaktub dalam reposisi gerakan. Yang menjadi persoalan adalah, PMII hari ini lebih pada pengetahuan yang berbasis rasionalitas-empiris. Hampir semua argumentasi kader PMII lebih dibanggakan jika syarat akan refresensi rasionalitas-empiris. Atau lebih kita kenal dengan istilah positivistik, pengetahuan menutupi kebenaran.

Dengan demikian, kembali ke gerakan keagamaan harus diiringi dengan revolusi rohani, pembersihan diri. Revolusi rohani itu bisa terjadi jika PMII tidak hanya berpatokan pada dalil naqli dan waqii semata. Namun, dalil kasyfi menjadi landasan yang patut diperhitungkan.

Jika mengacu pada tradisi yang ada, dalil kasyfi selalu menjadi elemen yang tidak bisa dikesampingkan. Hal itu bisa dibuktikan dengan sekian kejadian yang pernah dialami oleh intelektual Islam Indonesia (Kiai), mungkin menurut pemahaman rasionalitas-empiris hal semacam itu tidak bisa dipercaya. Semisal, kebenaran yang datangnya melalui mimpi. Karena tidak bisa dibuktikan dengan data dan fakta yang tampak oleh mata. Namun, yang semacam itu adalah kebenaran yang sampai saat ini (terutama kalangan pesantren) masih mempercayai kebenarannya. Ya, singkatnya "membaca teks yang tak tertulis" itulah kasyfi yang dimaksud. Sebagai penerus perjuangan para Kiai, PMII sudah suharusnya berani mengakui akan posisi dalil kasyfi.

Tanpa dalil kasyfi mustahil revolusi rohani akan terjadi. Jika revolusi rohani tidak terjadi, kecenderungan pada hubbud dunya lebih mendominasi. Gerakan keagamaan yang dilakukan selalu dikaitkan dengan persoalan materi, bukan menegakkan kalimat Ilahi. Setinggi apapun ilmu yang diraih kader PMII, setinggi apapun pangkat dan jabatannya, namun menolak kebenaran dalil Kasyfi. Ujung-ujungnya akan menjadi penjahat dengan segala bentuknya. Alhasil, gerakan keagamaan tidak akan terealisasi. Karena untuk melakukan kebenaran sesuai kata hati telah tertutupi oleh matinya nyali. Lihatlah, sisi lain dari para Kiai.

Dari sekian pembahasan di atas, tentunya banyak pekerjaan rumah yang harus di kerjakan PMII. Gerakan intelektual, kaderisasi internal, kembali ke gerakan keagamaan bukan hanya menjadi dagangan dalam masa jabatan. Semua itu harus dilakukan dan dibuktikan dengan tindakan. Penulis sendiri sepakat dengan gagasan reposisi gerakan. Namun, jika PB PMII sebagai pimpinan tertinggi lamban seperti menyikapi "Kembalinya PMII ke NU". Reposisi gerakan bukanlah suatu yang niscaya seperti yang disampaikan sahabat Aminudin Maruf, Ketua Umum PB PMII. Tetapi, reposisi gerakan adalah sebuah kata tanpa makna. Seperti yang tertulis rapi dalam berita. Ingat, Reposisi gerakan bukan reposisi perhimpunan. Buktikan, karena ucapan saja bukanlah ciri dari kaum pergerakan.

 

Habislah sudah masa yang suram

Selesai sudah derita yang lama

 

Abdul Rahman Wahid, kader Rayon PMII Ashram Bangsa, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan kalijaga Yogyakarta.

 

[1] Lihat PKB Kab Tegal, PMII Nyatakan Reposisi Ulang Gerakan Mahasiswa, dipubliskasikan (Sabtu, 18/04/2015 18:01)

[2] Lihat PKB Kab Tegal, PB PMII Tunggu Hasil Kajian Tim Kaderisasi PBNU, dipublikasikan (Ahad, 01/02/2015 17:01)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal IMNU, Tokoh, Ulama PKB Kab Tegal