Lajnah Falakiyah PBNU telah menyelenggarakan kegiatan Penyerasian Almanak Tingkat Nasional di Gresik, 9-12 Mei 2013, yang dihadiri para ahli astronomi dari berbagai daerah dan pesantren. Berikut ini catatan
PKB Kab Tegal selama mengikuti kegiatan dan hasil dialog dengan para “makhluk langka” itu yang akan dimuat berseri.
Gresik kali ini dipilih sebagai tuan rumah penyelenggaraan pertemuan ahli hisab-rukyat. Ketua Lajnah Falakiyah PBNU KH A. Ghazalie Masroeri mengatakan, Gresik punya potensi kefalakiyahan tingkat nasional. Gresik mempunyai lokasi pantai yang cukup strategis untuk mengamati benda-benda langit.
Lajnah Falakiyah Gresik juga punya markaz rukyat khusus yakni Balai Rukyat Condrodipo, bangunan dua lantai yang berada tepat disamping makam Syekh Condrodipo salah seorang murid Sunan Giri, yang terletak pada ketinggian 120 m di atas permukaan air laut m dan dengan sudut pandang ufuk barat yang nyaris tanpa penghalang serta dilengkapi dengan peralatan rukyat yang cukup canggih.
 |
Ilmu Hisab Jangan Disakralkan (Sumber Gambar : Nu Online) |
Ilmu Hisab Jangan Disakralkan
Bukan hanya itu, Gresik punya banyak sekali “pemburu hilal” yang cukup militan. Lajnah Falakiyah sendiri tidak hanya diisi oleh para ahli astronomi tetapi juga para aktivis yang siap sedia menjalankan roda keorganisasian dan menyiapkan kader-kader “pemburu hilal” dari sekolah-sekolah dan pondok pesantren.
Kegiatan penyerasian hisab di Gresik sengaja diadakan berbarengan dengan dua peristiwa penting terkait bidang astronomi, yakni gerhana matahari pada Jum’at pagi dan Rukyat Awal Rajab 1434 pada Jum’at Sore. Para peserta hisab penyerasian secara “live” mengikuti observasi gerhana dan rukyat awal bulan, masing-masing di Pelabuhan Gresik dan Balai Rukyat Condrodipo.
Observasi gerhana berjalan sesuai rencana, namun sayang rukyat awal Rajab tidak berhasil karena ufuk barat cukup gelap oleh mendung, meskipun posisi hilal sudah memenuhi kriteria visibilitas pengamatan (imkarurukyat). Dari markaz perhitungan Condrodipo Gresik, seperti dalam data hisab metode
Irsyadul Murid yang dihitung oleh Ibnu Zahid Abdo el-Moeid, dewan Pakar Lajnah Falakiyah Gresik, umur hilal sudah mencapai 09:48:54. Sementara tinggi hilal pada saat dilakukan pengamatan mencapai 03018’ 08,38”. Namun Jumat petang itu hilal benar-benar tak tampak.
Penyerasian HisabPKB Kab Tegal
Di lingkungan NU, hisab atau teori hitung-hitungan astronomi berfungsi untuk mendukung pelaksanaan rukyatul hilal. Ini kaitannya dengan penentuan awal bulan qamariyah atau hijriyah. Jadi hilal yang hendak diamati itu tidak sekonyong-konyong. Para ahli hisab sudah memperkirakan posisi hilal nanti akan berada di sebelah mana, ketinggian, kemiringan serta lamanya di atas ufuk sudah diperkirakan sebelum pelaksanaan ruakyat.
PKB Kab Tegal
Namun demikian banyaknya ilmu hisab yang berkembang di pesantren dengan berbagai hasil hitung yang berbeda justru menimbulkan persoalan baru. Bukan saja terkait dengan “klaim’ keberhasilan melihat hilal, tetapi juga beberapa hasil hitung yang berbeda juga akan mengakibatkan perbedaan almanak yang beredar dan membingungkan warga yang awam ilmu falak.
Karya-karya orisinil ulama pesantren di bidang ilmu falak juga cukup banyak. Para ahli falak juga belakangan memakai beberapa metode hisab modern. Jadi selain nama kitab yang akrab di lingkungan pesantren seperti
Fathur Rouful Mannan,
Khulasotul Wafiyah,
Ittifaqu Dzatil Bain,
Nurul Anwar atau
Irsyadul Murid, para ahli falak juga memakai
Ephimeris,
Ascript Calculation,
Javascript Eclipse dan
New Comb. Kiai Ghazalie menyebutkan sedikitnya ada 20 (duapuluh) metode hisab yang saat ini dipakai di lingkungan ahli falak NU dan pesantren.
Buku Pedoman Rukyat dan Hisab Nahdlatul Ulama yang di dalamnya terdapat petunjuk pelaksanaan penyerasian hisab baru diterbitkan pada 2006, namun menurut Kiai Ghazali, rapat penyerasian hisab sudah berlangsung sebelum Muktamar NU di Lirboyo 1999, yang sebelumnya didahului dengan beberapa kali halaqah dan seminar tentang perlunya kesatuan almanak NU.
Dalam buku pedoman itu disebutkan, “…perbedaan hasil perhitungan, terutama pada stadium yang sulit ditoleransi secara ilmu pasti, merupakan permasalahan yang dihasilkan oleh perkembangan ilmu hisab itu sendiri.” Karena itu diperlukan adanya langkah penyerasian berbagai metode hisab yang ada.
Penyerasian sendiri sebenarnya adalah kritik halus untuk beberapa metode hisab yang mempunyai perbedaan hasil yang cukup menonjol dibandingkan dengan metode-metode hisab lain, atau dengan bahasa yang lebih lugas, mempunyai tingkat akurasi yang kurang memadai karena belum memasukkan beberapa data penting yang merupakan produk terbaru dari perkembangan ilmu astronomi itu sendiri.
Istilah "penyerasian" adalah gaya kritik khas pesantren. Di pesantren, beberapa kitab yang sudah dikaji bertahun-tahun diyakini sudah mempunyai tingkat kebenaran yang tidak dapat diganggu gugat. Para
muallif atau pengarang kitab adalah orang alim yang ikhlas dan benar-benar berkarya untuk berharap ridlo Allah SWT. Namun ilmu hisab, sungguhpun ia terkait dengan penentuan waktu ibadah, adalah bagian dari pengetahuan alam.
“Dalil-dalil
kauniyah (riset) harus dipakai. Ilmu falak jangan disakralkan. Saya sendiri belajar
Khulashoh tetapi tidak menolak yang lain,” kata Kiai Ghazalie. (
A. Khoirul Anam)
Dari Nu Online:
nu.or.idPKB Kab Tegal Sejarah PKB Kab Tegal