Tampilkan postingan dengan label IMNU. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label IMNU. Tampilkan semua postingan

Selasa, 13 Maret 2018

Pecinta Al-Qur’an Sepanjang Hayat

Kecintaan Allahuyarham Mbah Muntaha sapaan akrab KH. Muntaha Al-Hafizh Kalibebeber Wonosobo terhadap Al-Qur’an tak dapat diragukan lagi. Hampir seluruh usianya dihabiskan untuk menyebarkan dan menghidupkan Al-Qur’an. 

Yang Paling monumental adalah gagasannya membuat mushaf Al-Qur’an Akbar (Al-Qur’an Raksasa) dengan tinggi 2 meter, lebar 3 meter dan berat 1 kuintal lebih. Sebuah karya mahaagung yang sempat dikala itu diusulkan masuk ke Guiness Book Of Record.

KH Muntaha al-Hafizh lahir di desa Kalibeber kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo dan wafat di RSU Tlogorejo Semarang, Rabu 29 Desember 2004 dalam usia 94 tahun. Ada beberapa keterangan berbeda tentang kapan tepatnya Mbah Muntaha Lahir. 

Pecinta Al-Qur’an Sepanjang Hayat (Sumber Gambar : Nu Online)
Pecinta Al-Qur’an Sepanjang Hayat (Sumber Gambar : Nu Online)

Pecinta Al-Qur’an Sepanjang Hayat

Pertama, ada yang mengatakan Kiai Muntaha lahir pada tahun 1908. Kedua, ada pula yang menyatakan bahwa Kiai Muntaha lahir pada tahun 1912. Hal ini didasarkan pada dokumentasi pada KTP / Paspor dan surat-surat keterangan lainnya, Mbah Muntaha lahir pada tanggal 9 Juli 1912.

PKB Kab Tegal

Ayahanda Kiai Muntaha adalah putra ketiga dari pasangan KH. Asy’ari dan Ny. Safinah. Sebelum Kiai Muntaha, telah lahir dua kakaknya, yakni Mustaqim dan Murtadho.

Sejak kecil hingga dewasa, Kiai Muntaha menimba banyak ilmu dari sejumlah Kiai Pesantren. Sebelum itu, Kiai Muntaha mendapat didikan langsung dari kedua orang tuanya, KH. Asy’ari dan Ny. Safinah. 

PKB Kab Tegal

Lahir dalam keluarga Pesantren, Kiai Muntaha banyak memperoleh didikan berharga dari Ayah dan Ibundanya seperti membaca Al-Qur’an dan ilmu-ilmu keislaman.   Kedua orang tuanya memang dikenal sangat telaten dan sabar dalam mendidikan putra-putrinya.

Selanjutnya dari Kalibeber, Kiai Muntaha memulai perjalanan menuntut ilmunya ke berbagai Pesantren di tanah air. Kiai Muntaha sebagaimana umunya santri dizaman itu berkenala untuk mencari ilmu dari Pesantren ke Pesantren berikutnya.

Ada satu hal sangat menarik berkaitdan dengan proses pencarian ilmu Kiai Muntaha saat masih muda. Ketika Kiai Muntaha berangkat menuntut ilmu ke Pesantren Kaliwungu, Pesantren Krapyak, dan Pesantren Termas, ia selalu menempuh perjalanan dengan cara berjalan kaki. Melakukan riyadhah demi mencari ilmu semacam itu dilakukan Kiai Muntaha dengan niatan ikhlas demi memperoleh keberkahan ilmu. 

Di setiap melakukan perjalanan menuju Pesantren, Kiai Mutaha selalu memanfaatkan waktu sambil mengkhatamkan Al-Qur’an saat beristirahat untuk melepas lelah. Kisah ini menunjukkan kemauan keras dan motivasi spiritual yang tinggi yang dimiliki Kiai Muntaha dalam mencari ilmu.

Setelah berkenalan dari berbagai Pesantren, Kiai Muntaha kembali ke Kalibeber pada tahun 1950. Ia kemudian meneruskan kepemimpinan ayahnya dalam mengembangkan Al- Asy’ariyyah di desa kelahirannya, Kalibeber, Wonosobo.Di bawah kepemimpinan Mbah Muntaha inilah, Al-Asy’ariyyah berkembang pesat. Berbagai kemajuan signifikan terjadi masa ini.

Dalam kehidupan keluarga dan masyarakat, KH. Muntaha adalah pribadi yang bersahaja. Mbah Muntaha sangat sayang kepada keluarga, santri dan juga para tetangga, serta masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya.

Pecinta Al-Qur’an Sepanjang Hayat

Kecintaan Kiai Muntaha terhadap Al-Qur’an sebenarnya berawal dari kecintaan ayahandanya , Kiai Asy’ari terhadap Al-Qur’an. Dalam usia relatif muda yakni 16 tahun, Kiai Muntaha telah menjadi hafizh Al-Qur’an. 

Hampir seluruh hidup Mbah Muntaha didedikasikan untuk mengamalkan dan mengajarkan nilai-nilai Al-Qur’an kepada para santrinya dan juga pada masyarakat umumnya. 

Dalam kesehariannya, Mbah Muntaha selalu mengajar para santri yang menghafalkan Al-Qur’an. Para santri selalu tertib dan teratur satu per satu memberikan setoran hafalan kepada Kiai Muntaha. Mbah Muntaha  selalu berjuang untuk menanamkan nilai-nilai Al-Qur’an kepada santri-santrinya.

Sepanjang hidup Mbah Muntaha, Al Qur’an senantiasa menjadi pegangan utama dalam mengambil  berbagai keputusan, sekaligus menjadi media bermunajat kepada Allah Swt. Mbah Muntaha tidak pernah mengisi waktu luang kecuali dengan Al-Qur’an. 

Sering Kiai Muntaha mebaca wirid atau membaca ulang hafalan Al-Qur’an di pagi hari seraya berjemur. Menurutnya, wirid dan dzikir yang paling utama adalah membaca Al-Qur’an. Itulah sebabnya, Kiai Muntaha menasehati para santri untuk mengkhatamkan Al-Qur’an paling tidak seminggu sekali.

Kecintaan Kiai Muntaha terhadap Al-Qur’an juga diwujudkan melalui pengkajian tafsir Al-Qur’an, dengan menulis tafsir maudhu’i atau tafsir tematik yang dikerjakan oleh sebuah tima yang diberi nama Tima Sembilan yang terdiri dari sembilan orang ustadz di Pesantren Al-Asy’ariyyah dan para dosen di Institut Ilmu Al-Qur’an (sekarang UNSIQ) Wonosobo. Gagasan Kiai Muntaha tentang penulisan tafsir ini mengandurng maksud untuk menyebarkan nilai-nilai Al-Qur’an kepada masyarakat luas.

Dan puncak realisasi kecintaan Kiai Muntaha terhadap Al-Qur’an ditunjukkan dengan perealisasian idenya tentang penulisan Al-Qur’an dalam ukuran raksasa yang sering disebut dengan Al-Qur’an akbar utuh 30 juz.  

Al-Qur’an akbar itu ditulis oleh dua santri Al-Asy’ariyyah yang juga mahasiswa IIQ yaitu H. Hayatuddin dari Grobogan dan H. Abdul Malik dari Yogyakarta.  Ketika penulisan Al-Qur’an akbar yang kertasnya merupakan bantuan dari Menteri Penerangan (H. Harmoko di kala itu) itu selesai, Al-Qur’an itu pun diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia di istana negara.

Mungkin Kiai Muntaha melihat banyak orang Islam telah meninggalkan Al-Qur’an, atau bahkan sama sekali tidak mau membaca Al-Qur’an, sehingga Mbah Muntaha tidak henti-hentinya menasehati anggota Hufadz wa Dirasatal Qur’an (YJHQ) untuk terus memasyarakatkan Al-Qur’an. Dakwah serupa juga selalu Mbah Muntaha sampaikan saat Beliau berkunjung ke berbagai belahan dunia seperti Turki, Yordania, Mesir dan lain sebagainya.

Dari hal-hal yang sudah disebutkan, menjadi jelas bahwa sosok dan pribadi Kiai Muntaha al-Hafidz adalah sosok sosok yang sangat mencintai Al-Qur’an secara fisik maupu nbatin. Seluruh hidupnya diperuntukkan untuk berdakwah menyebarkan nilai-nilai Al-Qur’an ke masyarakat.

 

Redaktur : Syaifullah Amin

(Disarikan oleh Inam Al-fajar dari buku KH. Muntaha Al Hafidz,  Pecinta Al Qur’an Sepanjang Hayat oleh Samsul Munir Amin). Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Fragmen, Olahraga, IMNU PKB Kab Tegal

Minggu, 04 Maret 2018

Soal Pemberitaan Terorisme, Media Massa Dinilai Masih Elitis

Jakarta, PKB Kab Tegal

Agus Sudibyo, Pengajar Komunikasi Massa di Akademi Televisi Universitas Indonesia (UI), mengungkapkan penyebab mengapa pihak korban jarang diberitakan dalam pemberitaan isu terorisme. Menurutnya, hal itu karena media massa lebih mempertimbangkan siapa yang diberitakan.

Soal Pemberitaan Terorisme, Media Massa Dinilai Masih Elitis (Sumber Gambar : Nu Online)
Soal Pemberitaan Terorisme, Media Massa Dinilai Masih Elitis (Sumber Gambar : Nu Online)

Soal Pemberitaan Terorisme, Media Massa Dinilai Masih Elitis

Di Indonesia, secara umum pemberitaan mengacu pada names make news (nama adalah berita). Apabila korban adalah orang awam, bukan tokoh ternama, artis, pejabat, atau pengamat, pemberitaan tidak menyebut atau mengutamakan sudut pandang tokoh yang diberitakan.

Agus menyampaikan ha tersebut saat menjadi pembicara dalam sesi “Realitas Media dalam Peliputan Terorisme” pada kursus singkat “Penguatan Perspektif Korban? dalam Peliputan Isu Terorisme bagi Insan Media” di Hotel Ibis Budget, Menteng Jakarta Pusat, Rabu (25/5) siang.

PKB Kab Tegal

Baca: Berita Terorisme dari Sudut Pandang Korban Masih Minim

PKB Kab Tegal

Menurut Agus, minimnya pendekatan sudut pandang korban dalam pemberitaan isu terorisme juga disebabkan karena beberapa permasalahan lain, yaitu elitisme dalam pemilihan isu, elitisme dalam pemilihan sumber berita, jurnalisme pernyataan (statemen), sehingga wartawan (dan media massa) melakukan konstruksi realitas elite, hingga timbul bias kelas menengah.

Terkait dengan elitisme dalam pemilihan sumber berita, Agus mengungkapkan, “Seharusnya media massa memberikan ruang bagi unordinary people untuk bicara. Apa nilai berita harus terkait dengan nama besar? Maka korban, tidak pernah bisa muncul atau sulit dapat ruang kecuali untuk berita human interest.”

Agus meneruskan elitisme dalam pemilihan isu sering terjadi misalnya dalam pemberitaan kasus korupsi yang diberitakan adalah yang melibatkan orang besar, atau angka korupsinya yang besar dan terjadi di pusat kekuasaan. Sangat mungkin kasus korupsi terjadi di semua lapisan masyarakat, walaupun angka korupsi itu kecil, jika dijumlahkan menimbulkan angka korupsi yang tinggi.

Sementara jurnalisme statemen dicontohkan dengan adanya pemberitaan yang hanya berisi pernyataan-pernyataan. “Media massa pun terpola dalam jurnalisme cangkem,” kata pria kelahiran Malang, Jawa Timur ini.

Agus mengaku tidak bermaksud menyalahkan pihak-pihak tertentu. Akan tetapi pola yang terjadi itu, tanpa disadari mengonstruksi pers menjadi realitas elite. Kalaupun masalah sembako dibicarakan, misalnya itu dari sudut pandang kaum elite. Dan inilah bentuk paradoks dari media.

Selanjutnya, sambung Agus, wartawan mengalami bias kelas. Dari sisi kesejahteraan wartawan di Indonesia masuk kelas menengah ke bawah. Sedangkan dari sisi intelektualitas wartawan adalah dari kelas menengah ke atas. Akibatnya, isu-isu yang disebarkan ke publik adalah isu kelas menengah ke atas.

Mengkritisi penyebutan korban dalam pemberitaan isu terorisme, Agus memaparkan korban yang dimaksud adakah korban atas aksi terorisme atau korban atas pemberitaan terorisme.

Disebutkan Agus, pemberitaan di media juga dapat menciptakan korban. Misalnya saat media massa televisi menampilkan istri atau anak dari pelaku terorisme. Istri atau anak pelaku terorisme itu kemudian dikucilkan dari masyarakat setelah penayangan.

Media massa harus sadar dan hati-hati betul apa dampak dari pemberitaan. Jangan sampai perlombaan media massa untuk menjadi yang pertama dalam pemberitaan, justru menimbulkan kekonyolan dan permasalahan baru, saran Agus. (Kendi Setiawan/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal IMNU PKB Kab Tegal

Sabtu, 17 Februari 2018

Hukum Menikahkan Dua Orang Putri di Tahun yang Sama

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya telah merencanakan nikah pada bulan Syawal, sedang kakak perempuan dari calon istri saya tersebut telah menikah pada bulan Muharram. Yang ingin saya tanyakan, apakah boleh menikahkan dua orang putri dengan selang waktu kurang dari satu tahun (dalam tahun yang sama). Terimakasih atas perhatiannya. Wassalamu’alaikum warhahmatullahi wabarakatuh. (Hadiman Kholison)

?

Jawaban

Hukum Menikahkan Dua Orang Putri di Tahun yang Sama (Sumber Gambar : Nu Online)
Hukum Menikahkan Dua Orang Putri di Tahun yang Sama (Sumber Gambar : Nu Online)

Hukum Menikahkan Dua Orang Putri di Tahun yang Sama

Waalaikum salam wr wb. Penanya yang budiman, semoga selalu dirahmati Allah swt. Bahwa menikah itu diwajibkan bagi orang yang memang sudah mampu, baik lahir maupun batin. Mengenai hukum menikahkan dua orang anak perempuan dalam tahun yang sama tak ditemukan dalil yang melarangnya. ?

Penjelasan yang tersedia adalah mengenai soal waktu pelaksanaan akad nikah, yaitu sebaiknya dilakukan pada hari Jumat. Alasan yang bisa dikemukakan di sini adalah bahwa hari Jumat adalah hari yang paling mulia dan merupakan sayyid al-ayyam (penghulu hari).

Di samping itu pelakasanaan akad nikah tersebut sebaiknya dilakukan pada pagi hari, karena terdapat hadits yang menceritakan tentang do’a Rasulullah saw yang meminta kepada Allah swt agar memberikan berkah kepada umatnya pada pagi hari. ? ? ?

PKB Kab Tegal

?: ? ?- ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?.? ? ?: ? ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ? ? ? ?

“(Perkataan penulis: dan pada hari Jumat) maksudnya adalah adanya akad sebaiknya dilakukan pada hari Jumat karena merupakan hari yang paling mulia dan penghulu hari. Dan perkataan penulis pada awal siang (pagi hari, pent) maksudnya adalah sebaiknya akad nikah dilakukan pada awal siang karena ada hadits yang menyatakan bahwa Rasulullah saw berdo’a, ‘Ya Allah berkati umatku pada pagi hari’. Hadits ini dianggap sebagai hadits hasan oleh at-Tirmidzi” (Al-Bakri Muhammad Syatha, I’anah ath-Thalibin, Bairut-Dar al-Fikr, tt, juz, 3, h. 273)?

PKB Kab Tegal

Sedang mengenai bulannya disunnahkan pada bulan Syawal dan Shafar karena Rasulullah saw menikah dengan sayyidah Aisyah ra pada bulan Syawal, dan menikahkan putrinya yaitu sayyidah Fathimah dengan Ali bin Abu Thalib kw pada bulan Shafar. Hal ini sebagaima keterangan yang terdapat dalam kitab Nihayah az-Zain karya syaikh Nawawi al-Bantani.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

“Dan sunnah pelaksanaan pernikahan pada bulan Syawal dan Shafar karena Rasulullah saw menikah dengan sayyidah Aisyah ra pada bulan Syawal, dan menikahkan putrinya sayyidah Fathimah ra pada bulan Shafar”. (Nawawi al-Bantani, Nihayah az-Zain, Bairut-Dar al-Fikr, tt, h. 200)?

Dalam pandangan kami soal menikahkan dua orang anak perempuan dalam tahun yang sama lebih merupakan sesuatu yang terkait dengan adat-istiadat, dan umumnya berlaku di dalam tradisi masyarakat Jawa. Di kampung kami juga para orang tua sering mewanti-wanti sebaiknya jangan menikahkan dua anak perempuan dalam tahun yang sama.

Sedang pendekatan yang paling mudah untuk memahami larangan tersebut adalah dengan menggunakan pendekatan ekonomi. Pada umumnya kalau orang tua menikahkan anak perempuannya, mereka akan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk hajatan pernikahan tersebut.

Bahkan acapkali untuk keperluan hajatan mereka rela menghutang kesana-kemari. Dan setelah hajatan baru dibayar hutang-hutang tersebut. Jika kemudian di tahun yang sama menikahkan puterinya yang kedua tentunya ini akan membebani mereka. Beban menikahan putri yang pertama belum selesai, tiba-tiba muncul beban baru.

Demikian jawaban yang dapat kami kemukakan. Dan sebaiknya dalam soal ini dibicarakan baik-baik dengan pihak keluarga, agar dikemudian hari tidak timbul masalah. Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq, wassalamu’alaikum wr. wb. (Mahbub Ma’afi Ramdlan)

?

?

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal IMNU PKB Kab Tegal

Sabtu, 27 Januari 2018

Gagasan Mengawinkan Bencong dengan Tomboi

Oleh Muhammad Ishom 



“Aku punya gagasan untuk mempertemukan mereka berdua

Gagasan Mengawinkan Bencong dengan Tomboi (Sumber Gambar : Nu Online)
Gagasan Mengawinkan Bencong dengan Tomboi (Sumber Gambar : Nu Online)

Gagasan Mengawinkan Bencong dengan Tomboi



agar saling isi dengan cerita derita duka lara

Barangkali nanti tumbuh naluri sejati

dan kembali seperti sediakala

PKB Kab Tegal

Semua jawabnya hanyalah Tuhan yang mengerti

Sekali lagi jawabnya hanya Tuhan yang mengerti.” (Bait ke-6)

PKB Kab Tegal

Itulah enam baris dari bait terakhir lirik lagu berjudul “Zaman” yang dinyanyikan sendiri oleh penciptanya– Ebiet G. Ade–dan dirilis pada tahun 1986. Apa yang dimaksudkan Ebiet dengan frasa “mereka berdua” pada baris pertama di atas tak lain adalah bencong dan tomboi sebagaimana terdapat dalam judul tulisan ini meski Ebiet tidak menyebut sama sekali dua istilah itu di dalam lirik lagunya. 

Kedua istilah itu telah umum digunakan oleh masyarakat untuk menyebut kelompok orang yang perilaku atau penampilannya tidak cocok menurut kewajaran dengan jenis kelamin yang disandangnya. Mereka yang disebut bencong mungkin sama dengan yang dimaksud gay atau transgender dalam LGBT meski tidak setiap bencong adalah gay atau transgender. Demikian pula mereka yang disebut tomboi mungkin sama dengan yang dimaksud lesbian dalam LGBT meski tidak setiap tomboi adalah lesbian. 

Saat ini orang tengah ramai kembali membicarakan tentang LGBT sehubungan dengan penolakan Mahkamah Konstitusi (MK) terhadap perkara 46/PUU-XIV/2016 yang diajukan oleh Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Euis Sunarti bersama sejumlah pihak. Tahun lalu Prof Dr Euis Sunarti dan para akademisi lain meminta para lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) dihukum penjara maksimal 5 tahun. 

Penolakan itu telah dipahami sebagian kalangan di sejumlah postingan di media sosial bahwa MK telah melegalkan perbuatan zina dan homoseksual. Pemahaman sekaligus tuduhan ini ditolak oleh Juru Bicara MK Fajar Laksono yang menegaskan Mahkamah tidak melegalkan perbuatan seksual sejenis (Kompas.com, 18/12/2017, 20:15 WIB).

Namun, tulisan ini tak dimaksudkan untuk membicarakan polemik tentang LGBT dari berbagai perspektif karena penulis hanya sekedar ingin mengingat kembali bahwa tiga puluh satu (31) tahun lalu seorang penyanyi sekali pencipta lagu–Ebiet G. Ade–telah menyodorkan sebuah gagasan untuk mencarikan solusi terhadap fenomena bencong dan tomboi yang masing-masing bisa masuk dalam kategori gay atau transgender dan lesbian.

Sejauh yang bisa saya tangkap dari lirik lagu “Zaman” secara keseluruhan, Ebiet G. Ade berpikir bahwa bencong dan tomboi dapat dipertemukan dalam ikatan perkawinan sebab mereka yang secara fisik laki-laki tetapi secara seksual tertarik kepada sesama jenis sebenarnya juga menyadari ketidak wajarannya. Mereka bahkan tak menghendaki hal itu terjadi sehingga selalu menangisi nasibnya. Akhirnya mereka sampai pada pertanyaan mendasar apakah hal itu berdosa. 

Pikiran Ebiet G. Ade tersebut sebagaimna dapat kita simak pada bait ketiga sebagai berikut: 

Ia bersembunyi menyimpan tangis yang tak kuasa dibendung

Ia jatuh cinta namun keburu sadar itu tak wajar

Tanda tanya bergolak di dalam fikirannya, “Berdosakah?”

Sedang ia pun tak menghendaki

Siapa gerangan yang dapat membantu menjawabnya? (Bait ke-3)





Pada baris terkahir dari bait ini Ebiet G. Ade mengajukan pertanyaan siapa gerangan yang dapat membantu menjawab pertanyaan dari laki-laki bencong tentang berdosa tidaknya jika ia jatuh cinta secara tidak wajar karena mencintai sesama jenis. Beberapa pihak dari kalangan agamawan baik Islam maupun Nasrani telah memberikan jawaban tegas bahwa mencintai sesama jenis yang kemudian diungkapkan dengan hubungan seksual adalah berdosa. 

Pada bait keempat dan kelima Ebit G. Ade mengungkap fenomena yang berkebalikan dengan bencong, yakni tomboi sebagaimana tertuang dalam dua bait berikut ini:

Perempuan dongak di atas angin

Kepalanya bengkak penuh mimpi kekerasan

Tubuh sintal dan tegap menampilkan kejantanan

Tak tercermin sikap lembut sebagaimana kodratnya (Bait ke-4)

 

Rambutnya yang kasar kotor berdebu

Diisapnya cerutu bibir retak terbakar

Langkah dihentak-hentak, galak seperti singa

Ia ingin tampil lengkap sebagaimana layaknya lelaki (Bait ke-5)





Kedua bait itu (Bait ke-4 dan ke-5) mengungkapkan secara jelas tentang tomboi dengan disebutnya perempuan yang bertingkah laku tidak sebagaimana kodratnya tetapi malahan  ingin menampilkan kejantanan sebgaimana layaknya lelaki. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan Queen Mary University, London, 1 dari 3 perempuan tomboi tumbuh menjadi lesbian. (Hidayatullah, 12 Juli 2011-10:44 WIB). 

Perempuan tomboi yang tumbuh menjadi lesbian inilah yang dibicarakan Ebiet G. Ade untuk dipertemukan dalam ikatan perkawinan dengan seorang bencong yang gay atau transgender sebagaimana diungkapkan dalam bait keenam di awal tulisan ini. Argumentasi Ebiet G. Ade dalam gagasanya ini adalah karena dari perkawinan semacam ini barang kali akan tumbuh naluri sejati dari masing-masing pihak sehingga akan kembali menjadi orang normal sesuai dengan kodrat jenis kelamin masing-masing. 

Gagasan Ebeit G. Ade tersebut patut diapresiasi karena dari berbagai perspektif agama, sosial dan susila tidak bertentangan. Bisa jadi gagasan ini menjadi alternatif terapi yang mujarab bagi ketidakwajaran kaum bencong dan tomboi dalam ekspresi diri dan seksualitasnya sehingga mereka bisa diselamatkan secara hukum maupun moral. Namun pertanyaannya adalah apakah para bencong mau kawin atau dikawinkan dengan kaum tomboi?

Jawaban dari pertanyaan itu telah Ebiet temukan dalam kedua baris terkahir dari bait keenam atau penutup di atas: “Semua jawabnya hanyalah Tuhan yang mengerti. Sekali lagi jawabnya hanya Tuhan yang mengerti.” Artinya jika Tuhan berkata “Kun” (jadilah), maka “fayakun” (maka jadilah).  

Penulis adalah dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Sejarah, IMNU, Humor Islam PKB Kab Tegal

Jumat, 26 Januari 2018

Kemensos Siapkan Rancangan untuk 10 Juta Penerima PKH dan BPNT

Jakarta, PKB Kab Tegal. Kementerian Sosial RI menyiapkan roadmap (peta jalan-red) atau rancangan untuk perluasan Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) tahun 2018 mendatang.?

Kemensos Siapkan Rancangan untuk 10 Juta Penerima PKH dan BPNT (Sumber Gambar : Nu Online)
Kemensos Siapkan Rancangan untuk 10 Juta Penerima PKH dan BPNT (Sumber Gambar : Nu Online)

Kemensos Siapkan Rancangan untuk 10 Juta Penerima PKH dan BPNT

Rencananya, jumlah keluarga penerima manfaat (KPM) PKH ditambah sebanyak 4 juta KPM. Sehingga tahun depan total KPM mencapai 10 juta. Sementara BPNT yang saat ini menyasar 1,28 juta juga menjadi 10 juta KPM.

"Peta jalan kita siapkan bersama Kementerian BUMN, mengingat dalam penyalurannya Kemensos bekerja sama dengan sejumlah Bank BUMN seperti Mandiri, BNI, BRI, dan BTN," ungkap Khofifah, Jumat (7/4) melalui keterangan tertulisnya kepada PKB Kab Tegal.

Khofifah menerangkan, peta jalan tersebut mencakup apa saja yang perlu disiapkan dalam menjangkau 10 juta KPM. Mulai dari anggaran, data penerima manfaat, tenaga pendamping, infrastruktur perbankan, hingga sebaran agen bank yang menjadi ujung tombak penyaluran bantuan sosial PKH.?

Gerak cepat ini dalam rangka menindaklanjuti arahan Presiden Joko Widodo saat Rapat Kabinet Paripurna 4 April lalu. Dalam rapat yang membahas pagu indikatif RAPBN 2018 tersebut, Presiden menyampaikan sembilan arahan dimana dua di antaranya terkait subsidi untuk masyarakat ekonomi terbawah dan mengawal jalannya PKH yang kini sedang berjalan.?

PKB Kab Tegal

"Butuh persiapan matang agar PKH dan BPNT benar-benar tepat sasaran, terlebih dengan jumlahnya yang terus meningkat," imbuhnya.?

Perluasan PKH dan BPNT kata dia tidak hanya bagi penerima manfaat saja, melainkan dari segi jumlah kebupaten, kecamatan, serta penerima dalam satu kecamatan yang sama. PKH nantinya akan menyasar kantong-kantong kemiskinan di wilayah perdesaan, pinggiran, serta perbatasan Indonesia.?

Khofifah menjelaskan, program PKH adalah salah satu upaya pemerintah dalam memberikan perlindungan sosial kepada masyarakat miskin. Tidak sekedar keluar dari jurang kemiskinan, namun juga lebih mandiri dan berdaya. Saat ini, PKH menjadi program paling efektif dan ampuh mengatasi persoalan kemiskinan di Indonesia.?

PKB Kab Tegal

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) September 2016, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 27,76 juta orang (10,70 persen), berkurang sebesar 750.000 orang dibandingkan dengan kondisi September 2015 yang sebesar 28,51 juta orang (11,13 persen).?

"Artinya dengan jangkauan 6 juta KPM dari sebelumnya yang hanya 3,5 juta PKH mampu berkontribusi besar dalam penanggulangan kemiskinan," imbuhnya.?

Apalagi, lanjut dia, jumlah KPM semakin ditambah dan program PKH diintegrasikan dengan program subsidi yang dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga lain seperti kesehatan, pendidikan, subsisi pupuk, listrik, elpiji, dan lain sebagainya.?

Selain itu, tambah Khofifah, perluasan PKH ini akan berimplikasi positif terhadap target keuangan inklusif pemerintah yang dipatok sebesar 75 persen di tahun 2019 mendatang.?

"Saya optimistis langkah ini mampu menurunkan angka kemiskinan dan kesenjangan lebih besar lagi. Insya Allah Indonesia bisa lebih sejahtera di tahun-tahun mendatang," tuturnya. (Red: Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Tokoh, IMNU PKB Kab Tegal

Rabu, 17 Januari 2018

Gratis Biaya Kuliah Angkatan Pertama STIDKI NU Indramayu

Indramayu, PKB Kab Tegal. Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah dan Komunikasi Islam (STIDKI) Nahdlatul Ulama Kabupaten Indramayu menggelar Program Pengenalan Studi dan Almamater (Propesa), Selasa-Kamis, 24-26 Oktober 2017.

Gratis Biaya Kuliah Angkatan Pertama STIDKI NU Indramayu (Sumber Gambar : Nu Online)
Gratis Biaya Kuliah Angkatan Pertama STIDKI NU Indramayu (Sumber Gambar : Nu Online)

Gratis Biaya Kuliah Angkatan Pertama STIDKI NU Indramayu

Ketua PCNU Indramayu, KH. Juhadi Muhamad, mengatakan dengan hadirnya STIDKI NU Indramayu, akan menjadi jembatan bagi keberlangsungan jenjang karir dimasa yang akan datang bagi kader NU yang berpotensi. 

“Salah satu keistimewaan STIDKI NU Indramayu ini adalah bukan milik yayasan ataupun milik perorangan. STIDKI NU murni milik Nahdlatul Ulama,” ungkap Kiai Juhadi di lokasi kegiatan Kampus STIDKI NU Indramayu yang juga Kantor PCNU Indramayu Jalan Gatot Subroto No. 9 Indramayu, Kamis (26/10). 

Pada tahun pertama perkuliahan digratiskan dengan menggalang kekuatan tokoh NU melalui program orangtua asuh atau beasiswa.

PKB Kab Tegal

Alhamdulillah sekarang sudah banyak tokoh NU yang telah siap menjadi orang tua asuh bagi para mahasiswa STIDKINU,” tambahnya.

Kiai Juhadi berharap seluruh mahasiswa memanfaatkan kesempatan istimewa tersebut.

“Belajarlah yang tekun dan rajin serta pada saatnya nanti menjadi sarjana, akan benar-benar menjadi sarjana yang siap mengabdi kepada ummat, NU, bangsa dan negara,” ujarnya.

PKB Kab Tegal

Ketua Panitia Propesa, Zamakshari mengapresiasi para calon mahasiswa. Menurutnya propesa adalah syarat wajib agar diakui sebagai mahasiswa-mahasiswi STIDKI NU.

"Berbagai materi telah kami siapkan dengan mengundang para pakar yang berkompeten untuk menyampaikan pemaparan, diantaranya dari PCNU Indramayu, kiyai dari Pesantren Babakan Cirebon, praktisi perbankan,  wartawan senior di Indramayu,” kata Zamakshari.

Hal itu diharapkan  agar saat aktif menjadi para peserta Propesa memiliki pondasi dasar yang kuat untuk menjadi mahasiswa cinta terhadap almamater, menjadi kader NU yang tangguh serta siap bersaing dengan mahasiswa dari perguruan tinggi lain di Indonesia.

Selain mendengarkan materi dan diskusi, peserta Propesa juga menggelar bakti sosial berupa pemberian sembako dan pakaian layak pakai kepada fakir miskin, panti jompo, anak jalanan dan tukang becak. Mereka disebar di berbagai sudut Kota Indramayu.

Hasyim, salah satu peserta mengungkan rasa bangganya karena bukan hanya bisa mengikuti kegiatan Propesa, tetapi juga diajarkan berbagai melalui pembagian sembako dan pakaian layak pakai kepada orang-orang yang membutuhkan.

“Yang membuat kami terharu, pada saat pembagian sembako ada tukang becak yang sampai memeluk kami dan menangis saking bahagianya mendapatkan santunan tersebut,” ujar Hasyim yang juga wartawan di Indramayu.

Propesa ditutup secara resmi oleh Rektor/Ketua STIDKI NU Indramayu, Jaenal Effendi. Doktor muda jebolan Jerman ini menegaskan, keberadaan STIDKI NU Indramayu harus dimanfaatkan oleh masyarakat Indramayu umumnya dan warga NU khususnya untuk menempuh pendidikan tinggi. 

“Kami bertekad mencetak sarjana-sarjana yang berkualitas dan unggul dengan dukungan para tenaga pengajar atau dosen yang kesemuanya sangat berkompeten. Oleh karena itu kepada para mahasiswa STIDKI NU Indramayu saya berpesan agar meluruskan niat dalam menempuh perkuliahan ini, belajar yang giat dan tekun serta bersama-sama membesarkan STIDKI NU Indramayu,” pungkas tokoh muda NU ini yang juga pengurus LPNU PBNU. 

STIDKI NU Indramayu dibuka sejak 15 Juni 2017 dengan Ijin operasional berupa SK Direktur Pendidikan Islam No. 3333 tahun 2017. Terdapat empat program studi  yakni Komunikasi Penyiaran Islam (KPI), Manajemen Dakwah (MD),  Pengembangan Masyarakat Islam (PMI), dan Bimbingan Konseling Islam (BKI). (Iin Rohimin/Kendi Setiawan) 

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Doa, IMNU, Kyai PKB Kab Tegal

Jumat, 12 Januari 2018

Perkemahan Pergamanas Perdana Siap Dihelat

Cirebon, PKB Kab Tegal. Untuk pertama kalinya, Perkemahan Regu Penggalang Ma’arif NU Nasional (Pergamanas) diselenggarakan. Kegiatan yang akan dimulai pada 7 hingga 12 Januari 2015 di Pesantren Kyai Haji Aqil Siroj (KHAS) Kempek Cirebon ini sudah dipersiapkan panitia lokal sedemikian rupa, termasuk menyambut kedatangan beberapa regu peserta yang lebih awal dari jadwal yang ditentukan.

“Sampai hari ini persiapan panitia sudah mencapai 85 persen, tinggal menyempurnakan beberapa hal yang masih dikomunikasikan dengan panitia dari PP. Ma’arif NU,” ungkap Nurkholik, sekretaris panitia lokal, Senin (5/1).

Perkemahan Pergamanas Perdana Siap Dihelat (Sumber Gambar : Nu Online)
Perkemahan Pergamanas Perdana Siap Dihelat (Sumber Gambar : Nu Online)

Perkemahan Pergamanas Perdana Siap Dihelat

Nurkholik menambahkan, beberapa regu peserta yang telah tiba di lokasi perkemahan di antaranya adalah kontingen dari Kabupaten Bogor dan Provinsi Sumatra Barat. Ia memprediksikan sekitar 20 provinsi turut terlibat dalam perkemahan nasional ini.

PKB Kab Tegal

“Dari Jawa Barat saja sekitar 1000 peserta. Ini adalah kegiatan nasional kedua yang diamanatkan kepada kami sebagai tuan rumah setelah Munas Alim Ulama dan Konbes NU pada tahun 2012 lalu,” tambahnya.

PKB Kab Tegal

Keseluruhan peserta direncanakan akan hadir pada hari Rabu (7/1), sementara untuk acara pembukaan yang akan digelar pada hari Kamis (8/1) direncanakan akan dihadiri oleh Wakil Presiden RI, H Moh. Jusuf Kalla. (Sobih Adnan/Anam)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Kajian Islam, Berita, IMNU PKB Kab Tegal

Senin, 08 Januari 2018

Roboh Karena Gempa, Masjid Penjaga Aswaja Kranggan Mulai Dibangun

Banyumas, PKB Kab Tegal. Masjid Jami At Taqwa Desa Kranggan Kecamatan Pekuncen, Banyumas yang roboh akibat gempa Kebumen, akhir Januari 2014 lalu, tepat pada hari Nisyfu Syaban, Jumat Pon (13/6) resmi  dibangun.

Meski baru mempunyai modal sekitar Rp 150 juta, namun panitia dan warga jamiyah Nahdlatul Ulama optimis bisa membangun masjid penjaga faham Ahli Sunnah Wal jamaah tersebut.

Roboh Karena Gempa, Masjid Penjaga Aswaja Kranggan Mulai Dibangun (Sumber Gambar : Nu Online)
Roboh Karena Gempa, Masjid Penjaga Aswaja Kranggan Mulai Dibangun (Sumber Gambar : Nu Online)

Roboh Karena Gempa, Masjid Penjaga Aswaja Kranggan Mulai Dibangun

Dengan rencana anggaran senilai Rp 1,147 miliar, kini panitia pembangunan masjid tengah menggalang swadaya masyarakat dan juga menampung berbagai macam bantuan dari berbagai pihak. Panitia pembangunan masjid, M Tohar Fauzi mengatakan hingga kini panitia masih menerima bantuan dari luar masyarakat Kranggan.

PKB Kab Tegal

"Posko Bencana Gempa Masjid Jami At Taqwa siap menerima bantuan berupa

apapun untuk membantu proses pembangunan masjid ini. Bagi yang terketuk untuk membantu, dipersilahkan datang untuk ke lokasi atau 081391131030 (Muhammad Tohar Fauzi). Selain itu, panitia pembangunan masjid juga menerima bantuan melalui rekening BRI Syariah KCP Ajibarang 1015829687," jelasnya.

PKB Kab Tegal

Ketua Panitia Pembangunan Masjid, Yul Khoerudin menyampaikan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam rangka pembangunan masjid. Ia berharap dengan kebersamaan dan dukungan semua pihak, proses pembangunan masjid yang dimulai tepat tanggal 15 Syaban ini dapat berjalan lancar. Diharapkan dalam waktu satu tahun masjid tersebut dapat berdiri kembali.

Pembangunan Masjid Jami At Taqwa ditandai dengan peletakan batu pertama pondasi oleh Camat Pekuncen, Rusmanto, Kapolsek Pekuncen AKP Sus Irianto, imam masjid Kyai Daiman. Selanjutnya ditutup dengan pembacaan doa oleh Kyai Muhasyim dan Habib Idrus Al Habsyi.

Ketua Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Pekuncen, Habib Muhammad Al Habsyi mengimbau kepada seluruh panitia dan warga untuk selalu kompak dan menjaga kebersamaan dalam melaksanakan pembangunan masjid warga NU tersebut. Ia berharap agar seluruh panitia dapat komitmen menjalankan hasil musyawarah mufakat bersama.

"Proses ini sudah dimulai maka semua harus satu kata dan jangan sampai ada yang merasa menjadi pahlawan karena ini semata-mata untuk kepentingan ibadah," katanya.

Seperti diketahui, akibat gempa bumi akhir Januari 2014 lalu, Masjid Jami At Taqwa Kranggan Pekuncen roboh. Karena berbahaya, akhirnya pemerintah bersama masyarakat dan jajaran TNI Polri melakukan pembongkaran dan perataan lokasi masjid. (Susanto/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal IMNU, Pendidikan PKB Kab Tegal

Jumat, 05 Januari 2018

Inilah Pendapat Lima Dubes terkait Konferensi Islam Nusantara di Belanda

Amsterdam, PKB Kab Tegal. Selain diikuti para pemakalah, mahasiswa dari banyak negara, konferensi internasional tentang Islam Nusantara yang digelar Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Belanda juga diikuti lima duta besar RI dari Belanda, Lebanon, Arab Saudi, Aljazair, dan Azerbaijan. Simak komentar mereka tentang acara yang digelar di Vrije Universiteit Amsterdam, Belanda, seperti yang dilaporkan Hamzah Sahal dari PKB Kab Tegal, Senin (27/3).

Inilah Pendapat Lima Dubes terkait Konferensi Islam Nusantara di Belanda (Sumber Gambar : Nu Online)
Inilah Pendapat Lima Dubes terkait Konferensi Islam Nusantara di Belanda (Sumber Gambar : Nu Online)

Inilah Pendapat Lima Dubes terkait Konferensi Islam Nusantara di Belanda

H.E. I Gusti Agung Wesaka Puja, Dubes RI untuk Belanda:

Pertama, seminar Islam di Belanda ini prakarsa yang sangat baik di saat situasi politik di Belanda yang dewasa ini menunjukkan nuansa yang sangat lain dari wajah Islam yang disampaikan oleh sebagian politisi Belanda yang ekstrem kanan. Kita berkepentingan untuk meluruskan perskpektif mereka tentang Islam.

Kedua, ini sebuah acara penting untuk mengumpulkan tokoh-tokoh Muslim, peneliti dunia Islam dan tokoh NU dari berbagai negara.?

Ketiga, dalam konteks sosial budaya, acara ini memberikan semacam wahana di mana kita bisa menunjukkan pemikiran, budaya, praktik hidup bangsa Indonesia di depan publik di Belanda.

PKB Kab Tegal

Agus Maftuh, Dubes RI untuk Arab Saudi:

Saya senang lihat NU di luar negeri. Saya senang lihat batik NU, dengar mereka bicara di muka umum, hingga bertukar humor. Saya senang sekali. Ini jalan untuk membuka syiar Islam damai yang belakangan tertutup oleh konflik berkepanjangan di Timur Tengah.

PKB Kab Tegal

Chozin Chumaidi, Dubes ? RI untuk Libanon:?

Rasa syukur dan bangga pada yang digelar Belanda. Acara ini menguatkan jaringan Islam Sunni yang moderat. Islam ala Aswaja yang moderat. Acara ini tidak boleh berhenti, semuanya harus mendukung. PBNU, masyarakat, dan pemerintah Indonesia. Ini baru permulaan, belum mekar. Tugas kita memekarkan tumbuhan yang sudah ditanam anak-anak muda di PCINU Belanda.

Safira Rosa Masrucha, Dubes RI untuk Aljazair:

Saya melihat orang segitu banyak enjoy semua. Dari banyak kalangan, dari banyak negeri. Mereka datang menikmati tradisi Islam dan Islam tradisi yang berkembang di Indonesia. Acara begini adalah kebutuhan mendesak, perlu dikembang ke depan.

Husnan Bey Fananie, Dubes RI untuk Azerbaijan:

Ini bukan sekadar acara. Ini momentum untuk yang memperkenalkan Islam di Indonesia. Dunia belum tahu Islam di Indonesia seperti apa. Banyak yang membayangkan kayak di Timur Tengah. Kita multibudaya yang tidak ada di negeri Muslim lain dan damai dengan segala dinamikanya.?

Seminar ini kerja taktis dan diplomatis yang sangat jitu dalam menghadapi persepsi jelek tentang Islam. Islam sebagai inspirasi damai di Indonesia harus disuarakan dengan lantang dan konsisten. (Red: Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal IMNU, Ahlussunnah PKB Kab Tegal

Kamis, 28 Desember 2017

Cara Sujud Syukur

Assalamu alaiukum warahmatullahi wabarakatuh.

Yang terhormat redaksi bahtsul masail PKB Kab Tegal. Saya Miftahul Jinan. Saya mohon penjelasan redaksi tentang tata cara sujud syukur... Wassalamu ’alaikum. Terima kasih. (Miftahul Jinan)

Cara Sujud Syukur (Sumber Gambar : Nu Online)
Cara Sujud Syukur (Sumber Gambar : Nu Online)

Cara Sujud Syukur

Jawaban

Assalamu’alaikum wr. wb.

Kepada saudara Miftahul Jinan di mana pun, semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya untuk kita semua. Terima kasih atas pertanyaan yang saudara Miftah layangkan ke email redaksi.

PKB Kab Tegal

Pada kesempatan ini kami akan mencoba memaparkan keterangan ulama perihal yang saudara tanyakan terutama terkait syarat, cara, dan kapan sujud syukur disunahkan.

Ulama mengatakan bahwa sujud syukur itu terbilang ibadah. Karenanya, orang yang ingin melakukan sujud syukur harus suci baik di badan, pakaian, maupun tempat sujudnya. Hasyiyatul Bujairimi alal Khotib menjelaskannya sebagai berikut.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

PKB Kab Tegal

Syarat sujud syukur sama saja dengan sembahyang. Sujud syukur dianggap sah seperti sahnya sujud di dalam sembahyang seperti bersuci, menutup aurat, menghadap qiblat, tidak bicara, meletakkan dahi terbuka dengan sedikit tekanan di atas tempat yang tidak ikut bergerak ketika fisiknya bergerak, meletakkan telapak tangan, telapak kaki, lutut, dan syarat sujud lainnya.

Adapun caranya, pertama seseorang yang akan melakukan sujud syukur mengambil posisi berdiri, lalu bertakbiratul ihrom. Kedua, mengucap takbir turun. Ketiga, turun sujud. Keempat, bangun dari sujud lalu diam sejenak sebelum salam. Kelima, salam. Semua dilakukan dengan tuma’ninah. Saat sujud ia bisa membaca lafal berikut ini.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Al-khotib dalam Iqna’ menyebutkan beberapa sebab sujud syukur. Menurutnya, sujud syukur itu bukan dikerjakan tanpa alasan. Sujud itu harus dipicu oleh sebab-sebab yang jelas.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Sujud syukur dikerjakan di luar sembahyang. Sujud ini dikerjakan karena datangnya nikmat mendadak, terhindar dari bahaya, melihat orang kena musibah (atau orang cacat), atau orang fasiq secara terang-terangan. Seseorang disunahkan menyatakan sujud syukur di hadapan si fasiq jika tidak menimbulkan mudarat. Tetapi jangan sujud syukur di depan orang yang cacat karena dapat melukai perasaan yang bersangkutan. Pelaksanaan sujud syukur sama saja dengan sujud tilawah.

Sebagai alternatif, sujud syukur bisa digantikan ketika syarat-syaratnya tidak memadai. Syekh Said bin M Ba’asyin dalam Busyrol Karim mengatakan.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? "? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?" ? ? ?. Kalau tidak bisa mengerjakan sembahyang tahiyyatul masjid, sujud tilawah, atau sujud syukur, pihak yang bersangkutan cukup membaca sebanyak 4 kali “Subhanallah, alhamdulillah, la ilaha illallah, Allahu akbar, la haula wa la quwwata illa billahil ‘aliyyil azhim”. Karena kedudukan fadhilah bacaan 4 kali itu setara dengan 3 amal di atas (sembahyang tahiyyatul masjid, sujud tilawah, atau sujud syukur).

Ulama sendiri menganjurkan agar sujud syukur diikuti dengan sedekah. Sehingga, syukur kepada Allah mengambil bentuk badaniyah dan maliyah. Berikut keterangan Al-Khotib dalam Iqna’.

? ? ? ? ? ? ? ?. Bersamaan dengan sujud syukur, disunahkan bersedekah seperti dikutip dari kitab Al-Majmuk.

Sebagai catatan berkaitan dengan sujud ini, perlu kiranya kita memerhatikan rambu-rambu dalam sujud. Pasalnya sujud merupakan bagian dari ibadah. Syekh Sulaiman dalam Hasyiyatul Bujairimi alal Khotib menyebutkan sebagai berikut.

(? ? ? ? ?) ? ? (? ? ?) ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? (?) ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. (Kalau seseorang mendekatkan diri kepada Allah dengan sebuah sujud) atau ruku’ (tanpa sebab)-sebab yang tersebut seperti sujud tilawah, sujud syukur, dan sujud sahwi, (maka haramlah sujudnya) sekalipun sujud itu dilakukan usai sembahyang. Seperti sujud, ruku’ yang dikerjakan secara terpisah dari satu kesatuan rangkaian sembahyang pun demikian. Maka haramlah bertaqarrub dengan itu semua.

Demikian jawaban yang dapat kami utarakan. Semoga uraian di atas dapat dipahami dan bermanfaat. Kami selalu terbuka dalam menerima saran dan kritik dari para pembaca.

Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq,

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

(Alhafiz Kurniawan)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal IMNU, PonPes, Quote PKB Kab Tegal

Selasa, 12 Desember 2017

Lulus UN, IPNU Dukuhseti Helat “Pelajar Bersholawat”

Pati, PKB Kab Tegal. Pengurus Anak Cabang IPNU dan IPPNU kecamatan Dukuhseti mengadakan sholawatan massal di lapangan sepakbola di desa Alasdowo, Dukuhseti, Pati, Jumat (22/5) malam. Gema sholawat pelajar ini dipimpin oleh habib setempat.

Lulus UN, IPNU Dukuhseti Helat “Pelajar Bersholawat” (Sumber Gambar : Nu Online)
Lulus UN, IPNU Dukuhseti Helat “Pelajar Bersholawat” (Sumber Gambar : Nu Online)

Lulus UN, IPNU Dukuhseti Helat “Pelajar Bersholawat”

Tampak hadir Habib Hasan bin Zen Alaydrus (Solo), Habib Ali Zaenal Abidin Assegaf (Jepara), Habib Muhammad Al-Aidid (Tayu), dan Habib Muhdhor Assegaf (Pati).

Kegiatan keagamaan tersebut terselenggara berkat kerja sama IPNU-IPPNU dan alumni tiga madrasah dan satu sekolah di wilayah Dukuhseti seperti MA Yayasan Tarbiyatul Banin (Yataba) Alasdowo, MA Manahijul Huda Ngagel, MA Madarijul Huda Kembang, dan SMK Ar-Ridlo Ngagel.

PKB Kab Tegal

Menurut Ketua IPNU Dukuhseti M Hasyim Yusron, empat sekolah ini menyatukan diri dalam organisasi YAMAMADLO (Yataba, Manahijul Huda, Madarijul Huda, Ar-Ridlo) yang dipimpin Muhammad Jauhari.

Ketua panitia Muhammad Subhan dalam sambutannya mengatakan, acara tersebut dihelat dalam rangka Maulid Nabi Muhammad SAW sekaligus tasyakuran lulus UN 2015. “Kami bersama alumni empat sekolah merasa kegiatan ini lebih bermanfaat daripada hura-hura yang tidak jelas seperti mencat rambut dan baju seragam,” ujarnya.

PKB Kab Tegal

Sementara itu, camat Dukuhseti dalam pidatonya menyatakan bangga atas terselenggaranya acara tersebut. “Acara malam ini sangat positif dan bermanfaat sekali khususnya untuk adik-adik yang baru saja lulus. Mestinya, acara ini bisa dilakukan terus menerus tiap lulus ujian sekolah,” ujar camat.

Pantauan PKB Kab Tegal, ribuan warga Nahdliyin sekecamatan Dukuhseti bersatu padu dengan para siswa-siswi melantunkan sholawat yang dipimpin para habib. Mereka bersholawat yang diiringi suara rebana khas pesantren. Sementara lampu warna-warni menyorot dari panggung kian kemari.

Acara tersebut dihadiri para kepala MA dan kepala SMK beserta majelis guru. Selain itu, Ketua MWCNU Dukuhseti KH Fuad Abdillah beserta jajarannya dan para ulama setempat juga tampak duduk di tribun utama. Semarak “Pelajar Bersholawat” berlangsung hingga larut malam. (Musthofa Asrori/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal IMNU PKB Kab Tegal

Kamis, 07 Desember 2017

Pelajar NU Sudahi Program Tahap Awal Pendampingan Anak Jalanan di Kota Malang

Malang, PKB Kab Tegal - Pimpinan Komisariat Perguruan Tinggi (PKPT) Unibraw mermpungkan program pendidikan untuk anak jalanan dan anak usia dini di Kota Malang, Ahad (5/6). Program pendidikan anak jalanan dan usia dini tahap pertama ini resmi ditutup dengan pencapaian target sesuai dengan yang direncanakan.

Dalam program tahap awal ini pelajar NU Unibraw bekerja sama dengan LPAN Griya Baca Kota Malang. Dengan program ini, mereka berharap Kota Malang menjadi kota inklusif, kota layak anak, dan mencetak anak yang berkarakter bagi masa depan.

Pelajar NU Sudahi Program Tahap Awal Pendampingan Anak Jalanan di Kota Malang (Sumber Gambar : Nu Online)
Pelajar NU Sudahi Program Tahap Awal Pendampingan Anak Jalanan di Kota Malang (Sumber Gambar : Nu Online)

Pelajar NU Sudahi Program Tahap Awal Pendampingan Anak Jalanan di Kota Malang

Program dengan nama Dream for The Kidds ini dilaksanakan selama lima bulan dan mendapatkan respon positif. Hal ini ditandai dengan tingginya antusias masyarakat dan banyaknya relawan yang turut serta. Penutupan program tahap satu ini ditandai dengan penyerahan sealer (penyegel) kemasan produk kepada pengurus LPAN Griya Baca Kota Malang yang nantinya akan ditindaklanjuti pada program tahap dua dengan fokus pemberdayaan pembuatan produk.

PKB Kab Tegal

Alhamdulillah tahap satu sudah selesai dan ditutup sesuai jadwal sebelum bulan Ramadhan, tahap satu kami masih berfokus pada perkenalan dan pendidikan dasar bagi anak. Pendidikan dasar ini adalah pondasi awal di mana nanti pada fase dua kami akan mencoba mengarahkan pada sektor pemberdayaan ekonomi supaya anak jalanan dan anak usia dini bisa mandiri dan jiwa kewirausahaanya terlatih,” ujar Koordinator Program Rekanita Kurnia Islami.

Selama lima bulan, program ini dijalankan oleh 14 relawan aktif dan diikuti oleh 32 anak di Kota Malang. “Harapanya program sosial seperti ini akan tetap berlanjut dan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. IPNU-IPPNU harus mampu menjadi pelopor nasional gerakan sosial kemasyarakatan yang massif,” tambah seorang relawan Rekan A’inurrofiqin.

Pihak IPNU-IPPNU Unibraw dan LPAN Griya Baca Kota Malang berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu terselenggaranya program tahap satu. Mereka membuka kesempatan bagi siapa saja untuk ikut terlibat dalam program ini dan memberikan kontribusi baik berupa materi, buku, atau sekedar waktu luang untuk datang ke program ini setiap hari Ahad di alun-alun Kota Malang. (Ikbar Sallim Al-Asyari/Alhafiz K)

PKB Kab Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Nahdlatul, IMNU PKB Kab Tegal

Kitab "Al-Muqtathofat" Bisa Jadi Senjata Atasi Wahabi

Tradisi tahlilan, ziarah kubur, istighotsah, dibaan atau maulidan dan sejenisnya sudah mendarah daging di tengah masyarakat. Namun ketika ditanya mengenai dalil, sebagian masyarakat awam tidak tahu, dan itu dijadikan senjata kaum Salafi Wahabi untuk mengkafir-kafirkan banyak orang.

Adalah Kitab “al-Muqtathofat li Ahlil Bidayat” yang ditulis oleh KH Marzuki Mustamar, Ketua PCNU Kota Malang memberikan pedoman bagi masyarakat jika suatu ketika ada pihak-pihak yang tidak suka dengan tradisi itu.

Kitab Al-Muqtathofat Bisa Jadi Senjata Atasi Wahabi (Sumber Gambar : Nu Online)
Kitab Al-Muqtathofat Bisa Jadi Senjata Atasi Wahabi (Sumber Gambar : Nu Online)

Kitab "Al-Muqtathofat" Bisa Jadi Senjata Atasi Wahabi

Semestinya tidak perlu menanggapi mereka yang tidak suka dengan tradisi. Namun ketika mereka mempertanyakan, menyerang, apalagi sampai mengkafirkan, maka kita juga perlu menyiapkan jawaban.

PKB Kab Tegal

Al-Muqtathofat li Ahlil Bidayat” atau “catatan untuk para pemula” tidak lain untuk menyelamatkan masyarakat yang kerap mendapat tudingan sesat, sekaligus menyadarkan pihak-pihak tertentu agar tidak mudah mengkafirkan orang lain.

PKB Kab Tegal

Semua tradisi keagamaan yang dijalankan oleh masyarakat itu ada dasaranya, “Semua itu ada dalam kitab yang berlandasakan Ahlussunnah wal jamaah,” kata Kiai Marzuki di Masjid Mujahidin, Jalan Ikan Hiu, Lowokwaru, Malang, Selasa (30/5).

Kitab tersebut dikaji secara rutin di beberapa Masjid di Kota Malang, tepatnya setiap Selasa pukul 19.00 ba’da shalat Isyak. Tidak hanya di satu tempat, jadwal rutin tersebut berjalan di seluruh Masjid Malang secara bergilir.

Hadirnya kitab ini diharapkan memberikan informasi mengenai keabsahan tradisi ubudiyah masyarakat secara syar’i. Dengan kata lain, buku ini memupuk kepercayaan masyarakat Muslim Indoensia secara umum, khususnya bagi kalangan nahdyiyin, bahwa tradisi ritual ubudiyyah seperti tahlilan, haul, upacara selatan kelahiran, ritual empat dan tujuh bulan kandungan, peringatan Maulid Nadi, qunut dan shalat, dan yang lainnya, tidak melenceng dari aqidah dan termasuk bagian dari sunnah Nabi Rasulullah SAW.?

“Semua itu ada dasarnya, tidak asal caplok,” seru pengasuh Pondok Pesantren Sabulur Rosyad, Malang itu sembari memaparkan dalil-dalil yang sudah ditulis dalam kitab karangannya.

Redaktur ? ? : A. Khoirul Anam

Kontributor: Diana Manzila

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Pondok Pesantren, Quote, IMNU PKB Kab Tegal

Senin, 04 Desember 2017

Antisipasi Gerakan Radikal, IAIN Jember Larang Mahasiswi Bercadar

Jember, PKB Kab Tegal - Semakin massifnya gerakan radikalisme menyusup di kampus-kampus, mendorong IAIN Jember untuk melakukan antisipasi dini. Pihak kampus melarang mahasiswi bercadar. Larangan tersebut tertuang dalam surat edaran yang ditandatangani Rektor IAIN Jember Babun Suharto beberapa hari lalu.

Surat edaran ini terkait dengan pencegahan paham anti-NKRI dan Pancasila di lingkungan kampus IAIN Jember. Salah satu itemnya adalah pengaturan tatacara berbusana, yang di antaranya menyangkut larangan mahasiswi mengenakan cadar saat mengkuti perkuliahan.

Antisipasi Gerakan Radikal, IAIN Jember Larang Mahasiswi Bercadar (Sumber Gambar : Nu Online)
Antisipasi Gerakan Radikal, IAIN Jember Larang Mahasiswi Bercadar (Sumber Gambar : Nu Online)

Antisipasi Gerakan Radikal, IAIN Jember Larang Mahasiswi Bercadar

Menurut Wakil Rektor IAIN Jember Nur Solikin, larangan penggunaan cadar perlu diberlakukan untuk menghalau tumbuhnya paham radikal di kampus tersebut. Paham ini dinilai sangat berbahaya karena tidak mengakui NKRI dan Pancasila sebagai ideologi negara.

PKB Kab Tegal

"Memang belum tentu mahasiswi yang menggunakan cadar secara otomatis mengikuti aliran radikal. Karena itu, kami akan melakukan pendekatan lebih dulu, sebelum menjatuhkan sanksi dikeluarkan dari kampus," katanya kepada PKB Kab Tegal di Jember, Senin (10/4).

PKB Kab Tegal

Ia menegaskan, larangan tersebut tidak akan membelenggu kebebasan berekspresi dan berpikir. Sebab, sejak awal IAIN Jember memang berkomitmen untuk memberikan ruang yang luas bagi kebebasan berpikir mahasiswa selama itu terkait dengan ide-ide dan kritisisme. Namun jika sudah mengarah kepada isu-isu penolakan NKRI dan Pancasila, maka IAIN Jember menutup rapat-rapat.

"Silakan berekspresi, mengembangkan pemikiran-pemikirannya, tapi tetap harus ada rambu-rambu, yaitu jangan sampai melawan negara. Ajaran Islam menyebutkan wa ulil amri minkum, patuh kepada pemerintah negeri ini, termasuk negara," jelasnya.

Selain itu, tambah Nur Solikin, IAIN Jember sudah memantapkan diri sebagai kampus pengembangan Islam Nusantara sehingga harus ada turunan kebijakan peraturan, termasuk kurikulum yang diterapkan. Salah satunya adalah kurikulum pemikiran pendidikan Islam Nusantara.

"Kami membuat kode etik berpakaian yang sesuai dengan Islam Nusantara. Karena itu, yang tidak sesuai (dengan budaya Islam Nusantara) dilarang," urainya.

Menurutnya, larangan itu juga berlaku bagi dekan dan civitas kampus. (Aryudi A Razaq/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal IMNU, Kiai, Khutbah PKB Kab Tegal

Canda Nabi dengan Sayyidina Ali

Selain sebagai utusan Allah, Nabi Muhammad juga manusia biasa, meski tak seperti manusia biasa (basyarun laysa kal basyari). Sebagai manusia, Nabi Muhammad SAW tak lepas dari perilaku umumnya manusia, termasuk bercanda, yang tak sampai merendahkan martabatnya.

"Nabi juga suka bercanda," ungkap Kiai Ahmad Muwaffiq. Kisah ini ia sampaikan dalam peringatan Isra Miraj Nabi Muhammad di Masjid Al-Fathonah, Kesatrian, Purworejo, Jumat (31/3/2017).

Merujuk dari sebuah Hadits riwayat Imam Bukhari, pendakwah NU yang kini tinggal di Jombor, Sleman, Yogyakarta tersebut mengisahkan kepada para jamaah yang hadir.

Canda Nabi dengan Sayyidina Ali (Sumber Gambar : Nu Online)
Canda Nabi dengan Sayyidina Ali (Sumber Gambar : Nu Online)

Canda Nabi dengan Sayyidina Ali

Suatu ketika, Nabi dan Sahabat berbuka puasa. Salah satu menu yang tersaji adalah kurma. Merekapun menikmatinya, dan meletakkan sampah berupa biji kurma di depan masing-masing.

Merasa biji yang ada didepannya terlalu banyak, keisengan Sayyidina Ali pun muncul. Ia kemudian memindahkan biji-biji itu ke hadapan Nabi, mencampurkan dengan biji sisanya, kemudian berseloroh,

PKB Kab Tegal

"Apa engkau begitu lapar, wahai Nabi, sehingga begitu banyak kurma yang engkau habiskan," kata Sayyidina Ali, sambil melihat tumpukan biji kurma di depan Nabi.

Mendengar keisengan ini, Nabi pun tak marah, spaneng, apalagi mencaci maki Sayyidina Ali. Dengan cerdas, beliau membalas keisengan tersebut.

"Bukannya kau yang justru terlalu lapar, wahai Ali. Lihat di depanmu, tak hanya kurmanya yang engkau makan, tetapi juga sekaligus biji-bijinya," balas Nabi, seperti ditirukan Kiai Muwaffiq. Hadirin pun tertawa: Geerrr!!! (Ahmad Naufa)

PKB Kab Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Pemurnian Aqidah, IMNU PKB Kab Tegal

Sabtu, 02 Desember 2017

Cara Paling Efektif Merawat Keberagaman Indonesia Menurut Menteri Agama

Banda Aceh, PKB Kab Tegal. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyebutkan sudah menjadi tugas orang-orang beragama untuk menjaga keberagaman di Indonesia. Hal ini tidak terlepas karena masyarakat Indonesia adalah bangsa yang religius dengan beragama agama, suku, bahasa, dan lain-lain.

Cara Paling Efektif Merawat Keberagaman Indonesia Menurut Menteri Agama (Sumber Gambar : Nu Online)
Cara Paling Efektif Merawat Keberagaman Indonesia Menurut Menteri Agama (Sumber Gambar : Nu Online)

Cara Paling Efektif Merawat Keberagaman Indonesia Menurut Menteri Agama

Menurut salah seorang putra KH Saifuddin Zuhri itu, cara yang paling efektif untuk merawat keragaman itu adalah menghadirkan nilai-nilai religiusitas, sebagai perekat dan kohesi sosial yang mampu melahirkan kesadaran, pemahaman, dan tingkah laku untuk saling menjunjung tinggi eksistensi antar sesama.

“Sehingga terjalin rasa persaudaraan dan keharmonisan di antara kita,” kata Menag Lukman saat membuka Pentas PAI 2017, Senin (9/10) di Taman Sulthanah Shafiatuddin Banda Aceh.

Di hadapan lebih dari 906 siswa sekolah yang menjadi peserta di Pentas PAI juga dihadapan ribuan hadirin yang memadati tempat pembukaan, Menag menegaskan bahwa nilai agama adalah sumber perekat keragaman agar kehidupan antar sesama terjalin secara harmonis. 

Untuk itu, melalui pentas PAI, Menag Lukman mengajak semua pihak untuk dapat merawat keragaman sebagai kenyataan faktual keindonesiaan dengan memantapkan nilai-nilai keagamaan.

PKB Kab Tegal

“Mari kita rawat keragaman sebagai kenyataan faktual ke-Indonesia-an dengan memantapkan nilai-nilai keagamaan kita,” tegas Menag.

PKB Kab Tegal

Pendidikan Agama Islam, tambahnya, sudah seharusnya diposisikan untuk memperkuat identitas keindonesiaan. Bahkan, lanjutnya, Pendidikan Agama Islam kiranya menjadi instrumen untuk meneguhkan semangat nasionalisme dan kebangsaan.

Seluruh siswa dan guru sekolah  tidak perlu lagi mempertentangkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan agama. Sebaliknya, semangat nasionalisme dan membangun NKRI dipahami sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari semangat keagamaan.

“Identitas kita sebagai muslim dengan semangat warga negara Indonesia menjadi satu kesatuan. Mencintai Tanah Air merupakan bagian dari rasa cinta terhadap agama kita,” ucap Menag.

Pembukaan kegiatan yang mengangkat tema besar Merawat Keberagaman, Memantapkan Keberagamaan dan dimeriahkan sejumlah penampilan seni dan budaya Aceh ini juga dihadiri oleh Gubernur Provinsi Aceh Irwandi Yusuf dan para Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama se-Indonesia. (Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal IMNU PKB Kab Tegal

Minggu, 26 November 2017

Menyoal Reposisi Gerakan PMII

Oleh Abdul Rahman Wahid. --Peralihan negara dari otoriterianisme ke demokrasi menuntut organisasi mahasiswa untuk mengkaji ulang gerakannya, tak terkecuali PMII.

Berkaca pada sejarah, sikap PMII pada masa Orde Baru (Orba) yang vis a vis terhadap negara adalah suatu yang niscaya. Keterkungkungan dalam segala hal, baik politik ekonomi dan sosial membuat PMII harus mengambil sikap independen agar tetap survive mengawal negara. Tak heran, di bawah kepemimpinan sahabat Zamroni, PMII menyatakan independen, tidak ada ketergantungan terhadap organisasi manapun.

Seiring berjalannya waktu, tragedi 98 telah membuat suatu sejarah baru di Indonesia. Kebebasan sudah bisa dirasakan oleh setiap warga negara. Semuanya serba terbuka, negara telah hadir dalam bentuk regulasi bukan lagi menghegemoni.

Menyoal Reposisi Gerakan PMII (Sumber Gambar : Nu Online)
Menyoal Reposisi Gerakan PMII (Sumber Gambar : Nu Online)

Menyoal Reposisi Gerakan PMII

Menyikapi itu, pada perayaan Hari Lahir (Harlah) PMII ke-55 yang diselenggarakan di Masjid Al-Akbar Surabaya, PMII menyatakan sikap reposisi gerakan mahasiswa.[1] Suatu sikap responsif yang patut diapresiasi. Benar memang, itu harus dipahami oleh seluruh kader PMII. Karena hari ini kita berada pada kondisi zaman yang sangat jauh berbeda dengan kondisi PMII zaman dulu.

Reposisi gerakan itu disampaikan langsung ketua PB PMII, Aminudin Maruf di hadapan Presiden Joko Widodo pada perayaan Harlah PMII ke-55 di Surabaya. Menurutnya, aksi jalanan bukanlah suatu yang haram. Namun, gerakan intelektual, kaderisasi internal, kembali ke gerakan keagamaan lebih baik.

PKB Kab Tegal

Melihat itu, dalam benak penulis langsung timbul beberapa pertanyaan. Pertama, soal gerakan intelektual. Sederhanya, materi-materi yang ada di PMII masih menggunakan materi lama. Tentunya materi itu dibuat dan digunakan untuk hadirnya negara yang represif. Jika benar PMII akan melakukan reposisi gerakan di wilayah gerakan intelektual, mengkaji ulang materi agar sesuai dengan kebutuhan zaman adalah suatu keharusan. Lantas, apakah pihak kaderisasi PB PMII sudah ada langkah untuk itu? Sependek yang penulis ketahui, masih belum ada.

Momentum Harlah seharusnya menjadi ruang yang tepat untuk merefleksikan itu semua. Namun sayang, momen itu sudah terlewatkan. Mengangkat jargon "Mukatamar Pergerakan" ternyata acara yang disuguhkan lebih pada "Seminar Pergerakan." Apa yang dihasilkan dari perayaan akbar tersebut masih dalam ketidakjelasan. Kecuali hingar-bingar kegembiraan dengan sekian hiburan yang disuguhkan.

Yang menarik, kesadaran itu sudah lebih dulu muncul di benak kader lapisan bawah. Beberapa materi yang sudah seharusnya dirumuskan ulang ramai diperbincangkan. Lagi-lagi, yang dihadapi kader-kader PMII level bawah adalah soal legitimasi. Seperti persoalan kembalinya PMII menjadi bagian struktur NU, suara di bawah sudah kencang tapi PB PMII sebagai pimpinan tertinggi masih terlihat diam.[2] Artinya, setingkat Rayon tidak punya hak untuk mengubah materi-materi yang menjadi konsumsi kader PMII. Sedangkan perengkrutan kader baru semakin dekat.

PKB Kab Tegal

Lantas, masihkah mereka akan disuguhkan materi-materi yang menuntun untuk bersikap vis a vis terhadap negara, sedangkan PMII menyatakan sikap reposisi gerakan. Jika di tahun ajaran baru ini PMII masih belum bisa merumuskan materi-materi yang sesuai kebutuhan zaman. Maka, stagnasi gerakan adalah sebutan yang pantas daripada reposisi gerakan sebagaimana yang disuarakan oleh pimpinan.

Kedua, kaderisasi internal. Hal yang penting diperhatikan dalam kaderisasi internal adalah pemantapan ideologi. Jika sudah bicara pemantapan ideologi, tentunya kita tidak akan lepas dari materi-materi inti di PMII, semisal Aswaja, ke-PMII-an dan NDP (Nilai Dasar Pergerakan). Ketiga materi itu adalah materi kunci untuk memantapkan setiap kader agar memiliki rasa kepemilikan (secara jasmani dan rohani) terhadap PMII. Ketiganya harus benar-benar mengkristal pada diri kader PMII. Dengan demikian, kaderisasi internal sebagai reposisi gerakan tidak bisa diraih jika pemantapan ideologi tidak terlaksanakan. Sudahkah hal ini dirumuskan dan dilakukan?

Ketiga, kembali ke gerakan keagamaan. Jika berbicara gerakan keagamaan, maka internalisasi Aswaja menjadi kebutuhan yang tak terbantahkan. Sependek yang penulis ketahui. Aswaja yang dipakai dalam PMII adalah Aswaja dalam konteks umum. Hal itu bisa dilihat dari nilai empat (Tawasut, Tasamuh, Tawazun dan Taadul) yang dikaji dalam PMII. Bukan Aswaja sebagaimana yang diamalkan oleh warga NU (baik yang tertulis atau tidak). Meskipun PMII menganggap, Aswaja yang disuguhkan pada kader adalah Aswaja selayaknya NU. Karena, Aswaja belum tentu Aswaja sebagaimana yang diamalkan NU, tetapi Aswaja yang diamalkan NU sudah pasti Aswaja.

Artinya, PMII harus benar-benar mampu menginternalisasikan Aswaja ala NU. Jika benar-benar mau kembali ke gerakan keagamaan seperti yang termaktub dalam reposisi gerakan. Yang menjadi persoalan adalah, PMII hari ini lebih pada pengetahuan yang berbasis rasionalitas-empiris. Hampir semua argumentasi kader PMII lebih dibanggakan jika syarat akan refresensi rasionalitas-empiris. Atau lebih kita kenal dengan istilah positivistik, pengetahuan menutupi kebenaran.

Dengan demikian, kembali ke gerakan keagamaan harus diiringi dengan revolusi rohani, pembersihan diri. Revolusi rohani itu bisa terjadi jika PMII tidak hanya berpatokan pada dalil naqli dan waqii semata. Namun, dalil kasyfi menjadi landasan yang patut diperhitungkan.

Jika mengacu pada tradisi yang ada, dalil kasyfi selalu menjadi elemen yang tidak bisa dikesampingkan. Hal itu bisa dibuktikan dengan sekian kejadian yang pernah dialami oleh intelektual Islam Indonesia (Kiai), mungkin menurut pemahaman rasionalitas-empiris hal semacam itu tidak bisa dipercaya. Semisal, kebenaran yang datangnya melalui mimpi. Karena tidak bisa dibuktikan dengan data dan fakta yang tampak oleh mata. Namun, yang semacam itu adalah kebenaran yang sampai saat ini (terutama kalangan pesantren) masih mempercayai kebenarannya. Ya, singkatnya "membaca teks yang tak tertulis" itulah kasyfi yang dimaksud. Sebagai penerus perjuangan para Kiai, PMII sudah suharusnya berani mengakui akan posisi dalil kasyfi.

Tanpa dalil kasyfi mustahil revolusi rohani akan terjadi. Jika revolusi rohani tidak terjadi, kecenderungan pada hubbud dunya lebih mendominasi. Gerakan keagamaan yang dilakukan selalu dikaitkan dengan persoalan materi, bukan menegakkan kalimat Ilahi. Setinggi apapun ilmu yang diraih kader PMII, setinggi apapun pangkat dan jabatannya, namun menolak kebenaran dalil Kasyfi. Ujung-ujungnya akan menjadi penjahat dengan segala bentuknya. Alhasil, gerakan keagamaan tidak akan terealisasi. Karena untuk melakukan kebenaran sesuai kata hati telah tertutupi oleh matinya nyali. Lihatlah, sisi lain dari para Kiai.

Dari sekian pembahasan di atas, tentunya banyak pekerjaan rumah yang harus di kerjakan PMII. Gerakan intelektual, kaderisasi internal, kembali ke gerakan keagamaan bukan hanya menjadi dagangan dalam masa jabatan. Semua itu harus dilakukan dan dibuktikan dengan tindakan. Penulis sendiri sepakat dengan gagasan reposisi gerakan. Namun, jika PB PMII sebagai pimpinan tertinggi lamban seperti menyikapi "Kembalinya PMII ke NU". Reposisi gerakan bukanlah suatu yang niscaya seperti yang disampaikan sahabat Aminudin Maruf, Ketua Umum PB PMII. Tetapi, reposisi gerakan adalah sebuah kata tanpa makna. Seperti yang tertulis rapi dalam berita. Ingat, Reposisi gerakan bukan reposisi perhimpunan. Buktikan, karena ucapan saja bukanlah ciri dari kaum pergerakan.

 

Habislah sudah masa yang suram

Selesai sudah derita yang lama

 

Abdul Rahman Wahid, kader Rayon PMII Ashram Bangsa, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan kalijaga Yogyakarta.

 

[1] Lihat PKB Kab Tegal, PMII Nyatakan Reposisi Ulang Gerakan Mahasiswa, dipubliskasikan (Sabtu, 18/04/2015 18:01)

[2] Lihat PKB Kab Tegal, PB PMII Tunggu Hasil Kajian Tim Kaderisasi PBNU, dipublikasikan (Ahad, 01/02/2015 17:01)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal IMNU, Tokoh, Ulama PKB Kab Tegal

IPNU-IPPNU Diimbau Jadi Penggerak Kemajuan Desa

Kendal, PKB Kab Tegal. Para kader Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) mesti berkontribusi bagi kemajuan desa. Demikian imbauan Ketua Pengurus Ranting NU Selokaton, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.

IPNU-IPPNU Diimbau Jadi Penggerak Kemajuan Desa (Sumber Gambar : Nu Online)
IPNU-IPPNU Diimbau Jadi Penggerak Kemajuan Desa (Sumber Gambar : Nu Online)

IPNU-IPPNU Diimbau Jadi Penggerak Kemajuan Desa

“Harapan kami dalam berorganisasi tidak hanya aktif di tingkat RT saja, namun bisa merambah ke tingkat Desa agar turut andil dalam membangun kemajuan Desa melalui organisasi seperti IPNU dan IPPNU,” kata Ketua Pengurus Ranting NU Selokaton Wahyudi dalam forum rapat pemilihan ketua baru Pimpinan Ranting IPNU-IPPNU Selokaton, Kamis (19/2).

Ia juga memotivasi para pelajar NU yang hadir di gedung TPQ Ar-Rahmah Selokaton itu untuk bisa menjadi kader yang mampu mengedepankan kemajuan desa, syukur-syukur bisa merembet ke Kecamatan.

PKB Kab Tegal

“Kita harus bisa menjadi kader yang mengedepankan kemajuan Desa, karena kalian semua adalah generasi muda yang harus menjadi kader penggerak, alangkah baiknya bisa merembet ke tingkat Kecamatan menggantikan rekan-rekanita PAC yang ada saat ini,” tandasnya.

PKB Kab Tegal

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Desa Selokaton Parwadi menyampaikan, Pemerintahan Desa Selokaton siap mendukung apapun kegiatan IPNU-IPPNU yang bersifat positif dan bermanfaat. “Pemerintah Desa Selokaton juga siap membantu kegiatan-kegiatan (IPNU-IPPNU) yang positif.” tegasnya.

Acara tersebut dihadiri oleh 39 anggota IPNU-IPPNU setempat ini dibuka langsung Kepala Desa Selokaton. Turut hadir di forum ini beberapa tokoh masyarakat Desa Selokaton, serta alumni IPNU-IPPNU Desa Selokaton didampingi oleh Pembina IPNU-IPPNU Selokaton.

Dalam sambutannya, Ketua Pimpinan Anak Cabang IPNU Sukorejo, Budi Irwanto mengatakan, membangun sebuah organisasi itu mudah, namun untuk mempertahankan dan menjaga konsistensi itu yang sulit dilakukan oleh para pengurus terutama di tingkatan Ranting.

“Kami dari PAC siap membantu dan memfasilitasi setiap ranting yang mau konsultasi dan membutuhkan bantuan apabila diperlukan,” imbuhnya.? (Sukron/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal IMNU PKB Kab Tegal

Rabu, 22 November 2017

Dibentuk, Gusdurian Probolinggo Rumuskan Arah Gerakan

Probolinggo, PKB Kab Tegal. Usai dibentuk sepekan lalu, tepatnya tanggal 14 Februari 2015, Gusdurian Probolinggo, Jawa Timur mulai berkumpul untuk merumuskan arah gerakan. Pertemuan sederhana itu dilaksanakan di Mushala Al-Barokah Binor, Paiton, Probolinggo, Jawa Timur.

Koordinator Gusdurian Probolinggo, Ibnu Arobi pada pertemuan Sabtu (22/2) tersebut menjelaskan, pertemuan ini perdana dilakukan pasca-pembentukan untuk merumuskan fokus gerakan.

Dibentuk, Gusdurian Probolinggo Rumuskan Arah Gerakan (Sumber Gambar : Nu Online)
Dibentuk, Gusdurian Probolinggo Rumuskan Arah Gerakan (Sumber Gambar : Nu Online)

Dibentuk, Gusdurian Probolinggo Rumuskan Arah Gerakan

"Fokus gerakannya bagaimana membumikan 9 budi utama Gus Dur yakni ketauhidan, kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, pembebasan, kesederhanaan, kesatriaan, persaudaraan dan kearifan lokal," ujarnya.

PKB Kab Tegal

Pria alumnus IAIN Sunan Ampel Surabaya ini berharap ke depan, dengan keberadaan Gusdurian di Probolinggo bisa menyosialisaikan pikiran-pikiran Gus Dur serta memasifkan pemberdayaan ekonomi mandiri di kabupaten setempat.

Ibnu juga menceritakan, terbentuknya Gusdurian Probolinggo yang diawali diskusi-diskusi informal ? dengan kader muda lintas iman hingga akhirnya memutuskan untuk membuat komunitas dengan ?

PKB Kab Tegal

Ketua Dewan Pengarah Pengasuh Yayasan Anak Yatim Bina Sholehah, Kraksaan Probolinggo Hj.Sholeha Zain.

"Semoga dengan perumusan fokus gerakan ini kedepan Gusdurian Probolinggo bisa berjalan sesuai visi misi pembentukan," pungkasnya. (Nidhomatum MR/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal IMNU PKB Kab Tegal

Minggu, 12 November 2017

Gus Sholah Berikan Tausiyah di Maroko

Kenitra, PKB Kab Tegal. Dalam rangka kunjungan muhibah, segenap rombongan KH Sholahudin Wahid ? yang tiba di Maroko pada hari Jumat (5/4) langsung disambut hangat oleh Duta Besar Republik Indonesia Untuk ? Kerajaan Maroko H. Tosari Widjaja dan sebagian besar mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Maroko.

Dalam acara penyambutan ini juga diisi dengan acara diskusi atau tausiyah bersama KH Sholahudin Wahid pengasuh pondok pesantren Tebuireng yang bertempat di Wisma Duta Indonesia.?

Gus Sholah Berikan Tausiyah di Maroko (Sumber Gambar : Nu Online)
Gus Sholah Berikan Tausiyah di Maroko (Sumber Gambar : Nu Online)

Gus Sholah Berikan Tausiyah di Maroko

Sebelum acara dibuka H. Husnul Amal selaku sekretaris pribadi Dubes RI H. Tosari Widjaja sekaligus pembawa acara menyampaikan bahwa kunjungan rombongan Gus Sholah (panggilan akrab KH Sholahudin Wahid ) tidak bisa lepas dari peran almarhumah Mahsusoh Ujiati istri Dubes H. Tosari Widjaja yang semasa hidupnya pernah meminta Gus Sholah untuk berkunjung ke Maroko, hanya saja baru saat ini Gus Sholah baru bisa meluangkan waktunya.

PKB Kab Tegal

Dubes RI Untuk Kerajaan Maroko H. Tosari Widjaja dalam sambutannya berharap semoga kedatangan rombongan ini mampu memperkuat hubungan kerjasama antara Indonesia dan Maroko khususnya dalam pendidikan Islam.?

Di dalam tausiyahnya Gus Sholah banyak sekali memberikan motifasi kepada para mahasiswa yang tergabung dalam organisasi Perhimpunan Pelajar Indoensia (PPI) Maroko agar bisa memanfaatkan waktunya sebaik mungkin serta belajar untuk berfikir secara luas. Agar cakrawala berfikir mahasiswa tidak jumud.?

PKB Kab Tegal

Di sisi lain Gus Sholah juga berbicara mengenai keadaan yang sedang terjadi di Indonesia, mulai dari ? kemasyarakatan, keekonomian, kepemerintahan, dan yang sangat menarik adalah ketika beliau berbicara mengenai pendidikan yang ada di Indonesia.

"Penyebab ? dari kemunduran pendidikan yang ada di indonesia ? dikarenakan oleh pihak pengajar yang tidak memahami konsep pendidikan secara benar, karena makna pendidikan yang sebenarnya adalah transfer of knowledge yang di bungkus dengan nilai-nilai sopan santun bukan hanya menyalurkan ilmu saja lalu lepas tangan."

Gus Sholah juga berpendapat bahwa ada tiga factor yang harus diperhatikan dalam metode pendidikan. Yang pertama guru menguasai dan benar-benar mendalami materi, yang ke dua guru sudah pernah mendapatkan pelatihan pengajaran dan yang ke tiga guru harus mampu memilki akhlak yang baik dan harus di salurkan ke siswa didik.

Ia juga menambahkan bahwa masyarakat muslim di Indonesia, khususnya para santri, jangan pernah mendikotomikan antara ilmu agama dan ilmu umum.?

“Jangan ? pernah mengatakan bahwa ilmu agama adalah ilmu ukhrowi dan ilmu umum adalah ilmu duniawi, karena semuanya adalah sama dan wajib untuk dipelajari, semisal ketika ilmu umum ? di orientasikan untuk menolong orang lain maka itu juga di sebut dengan ilmu ukhrowi, jadi saya pesankan ? bahwa santri harus mempelajari kedua-duanya.”

? Acara ini juga dimeriahkan dengan group sholawat rebana yang dibawakan oleh mahasiswa STAINU Jakarta yang sedang mengikuti program kelas internasional di Univ. Ibnu Tofail Kenitra, Maroko.

Hadir pula segenap jajran home staf dan lokal staf KBRI Rabat, para mahasiswa Indonesia dan masyarakat Indonesia yang ada di maroko.

Kontributor: Nizar Presto

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal IMNU, Pendidikan PKB Kab Tegal