Tampilkan postingan dengan label Tokoh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tokoh. Tampilkan semua postingan

Kamis, 08 Februari 2018

Pesantren, dari Wangi Parfum Kiai hingga Ngaji

Dengan gagasan kreatif para penulis, telah lahir banyak literatur bertemakan pesantren bertebaran di tanah air. Terlepas dari beragam label negatif yang seringkali disandangkan, keberadaan pesantren justru telah memberi energi positif bagi dunia literasi negeri ini yang cenderung lesu dan tertinggal.

Bermacam genre buku telah menghiasi ruang baca, tinggal kita pilih mana yang disukai. Dari buku hasil penelitian semisal Pesantren Studies hingga cerita fiksi macam Negeri Lima Menara, semua tersedia.

Pesantren, dari Wangi Parfum Kiai hingga Ngaji (Sumber Gambar : Nu Online)
Pesantren, dari Wangi Parfum Kiai hingga Ngaji (Sumber Gambar : Nu Online)

Pesantren, dari Wangi Parfum Kiai hingga Ngaji

Tapi bagi anda yang ‘alergi’ dengan buku-buku tebal, atau malas bertele-tele membaca karya fiksi, buku ini mungkin dapat menjadi alternatif. Ditulis oleh alumni pesantren, buku berjudul Lost in Pesantren ini berisi kisah-kisah inspiratif yang mengurai segala dinamika kehidupan di penjara suci.

Dengan bahasa yang renyah dan sederhana, pembaca dapat dengan rileks memilih topik mana yang ingin dibaca. Meski membahas tentang pesantren, buku ini layak dinikmati semua kalangan.

Saeful Bahri membagi buah penanya ini ke dalam tiga bagian. Bagian pertama berisikan fragmen kehidupan pesantren dan laku hidup santri. Dari bab ini kita bisa tahu bahwa meski terjal, perjalanan menjadi santri tak melulu soal duka cita. Baca saja artikel berjudul Elegi Santri di Terungku Suci, anda dapat melihat betapa kreatifnya mereka mengisi waktu.

Selain itu tersaji pula kisah pribadi sang penulis tentang hari pertama di pesantren, perjumpaan dengan sang kiai yang terkenal dengan aroma parfumnya, bahkan sampai detik terakhir perpisahan semua ada. Sangat cocok untuk memancing kenangan masa lalu bagi para alumni.

PKB Kab Tegal

Pada bagian selanjutnya, Saeful Bahri mengulas dengan detail beberapa nilai kehidupan yang tersemai dan tumbuh subur di rahim pesantren. Tak hanya itu, ia juga mengungkap fakta bahwa nilai kearifan tersebut amatlah selaras dengan teori penemuan para intelektual barat.

Soal  kecerdasan adversitas misalnya, buah pemikiran dari Paul G. Stoltz ini menyatakan bahwa kecerdasan seseorang juga bisa dilihat sewaktu menghadapi kesulitan dalam hidup. Lebih lanjut, Paul membagi manusia ke dalam tiga tipe ketika punya masalah, quitter (penyerah), camper (pekemah), climber (pemanjat).

Pesantren sebagai salah satu model pendidikan yang ada di Indonesia memiliki karakter yang dapat menunjang proses pembentukan kecerdasan di atas. Kita tahu, sistem kehifupan pesantren mengajarkan kemandirian, kedisiplinan, daya tahan, dan tempaan untuk hidup siap susah bukan siap senang.

Di pesantren, anak-anak usia belasan tahun tinggal tanpa ada pengawasan dan bantuan orang tua (hal. 95). Kondisi inilah yang kemudian membuat kecerdasan adversiatas santri terasah hingga membentuk pribadi climber (pemanjat) sebagaimana dalam teori Stoltz di atas.

PKB Kab Tegal

Bagian terakhir sungguh di luar dugaan. Alih-alih bicara soal kepesantrenan, alur berubah drastis menjadi cerita penuh hikmah seperti di buku dongeng. Sebagian diambil dari kisah-kisah tempo dulu, sedangkan sisanya adalah catatan perjalanan sang penulis ketika mengikuti pelatihan di benua Afrika. Tapi mengingat muatannya yang positif dan memotivasi, kekecewaan akibat tragedi ganti alur ini bisa sedikit terobati. 

Dan penting diketahui bahwa sebagai intermezzo, masing-masing artikel dalam buku terbitan Republika ini dipisah dengan kata-kata bijak. Pembaca bisa mengambilnya sebagai motivasi, atau sekadar pamer status di dunia maya.

Seperti yang dikatakan sejak awal, buku ini amat sederhana. Andai dikembangkan sedikit saja, saya yakin hasilnya akan jauh lebih memuaskan. Jika mau, prnulis bisa menggarap buku susulan yang pembahasannya lebih luas dan mendalam. Tak harus bersifat ilmiah, novel perjalanan hidup juga boleh. Itupun jika Kang Saeful Bahri selaku penulis mau.

Identitas buku:





Judul: Lost in Pesantren

Penulis: Saeful Bahri

Penerbit: Republika

Cetakan: I, Agustus 2017

Tebal Buku: xiv+195 hal.

ISBN: 978-602-0822-81-5

Peresensi: Ach. Khalilurrahman, penikmat buku asal Sumenep. Juru kunci di terlanjurnulis.blogspot.co.id.

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Olahraga, Pesantren, Tokoh PKB Kab Tegal

Jumat, 26 Januari 2018

Kemensos Siapkan Rancangan untuk 10 Juta Penerima PKH dan BPNT

Jakarta, PKB Kab Tegal. Kementerian Sosial RI menyiapkan roadmap (peta jalan-red) atau rancangan untuk perluasan Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) tahun 2018 mendatang.?

Kemensos Siapkan Rancangan untuk 10 Juta Penerima PKH dan BPNT (Sumber Gambar : Nu Online)
Kemensos Siapkan Rancangan untuk 10 Juta Penerima PKH dan BPNT (Sumber Gambar : Nu Online)

Kemensos Siapkan Rancangan untuk 10 Juta Penerima PKH dan BPNT

Rencananya, jumlah keluarga penerima manfaat (KPM) PKH ditambah sebanyak 4 juta KPM. Sehingga tahun depan total KPM mencapai 10 juta. Sementara BPNT yang saat ini menyasar 1,28 juta juga menjadi 10 juta KPM.

"Peta jalan kita siapkan bersama Kementerian BUMN, mengingat dalam penyalurannya Kemensos bekerja sama dengan sejumlah Bank BUMN seperti Mandiri, BNI, BRI, dan BTN," ungkap Khofifah, Jumat (7/4) melalui keterangan tertulisnya kepada PKB Kab Tegal.

Khofifah menerangkan, peta jalan tersebut mencakup apa saja yang perlu disiapkan dalam menjangkau 10 juta KPM. Mulai dari anggaran, data penerima manfaat, tenaga pendamping, infrastruktur perbankan, hingga sebaran agen bank yang menjadi ujung tombak penyaluran bantuan sosial PKH.?

Gerak cepat ini dalam rangka menindaklanjuti arahan Presiden Joko Widodo saat Rapat Kabinet Paripurna 4 April lalu. Dalam rapat yang membahas pagu indikatif RAPBN 2018 tersebut, Presiden menyampaikan sembilan arahan dimana dua di antaranya terkait subsidi untuk masyarakat ekonomi terbawah dan mengawal jalannya PKH yang kini sedang berjalan.?

PKB Kab Tegal

"Butuh persiapan matang agar PKH dan BPNT benar-benar tepat sasaran, terlebih dengan jumlahnya yang terus meningkat," imbuhnya.?

Perluasan PKH dan BPNT kata dia tidak hanya bagi penerima manfaat saja, melainkan dari segi jumlah kebupaten, kecamatan, serta penerima dalam satu kecamatan yang sama. PKH nantinya akan menyasar kantong-kantong kemiskinan di wilayah perdesaan, pinggiran, serta perbatasan Indonesia.?

Khofifah menjelaskan, program PKH adalah salah satu upaya pemerintah dalam memberikan perlindungan sosial kepada masyarakat miskin. Tidak sekedar keluar dari jurang kemiskinan, namun juga lebih mandiri dan berdaya. Saat ini, PKH menjadi program paling efektif dan ampuh mengatasi persoalan kemiskinan di Indonesia.?

PKB Kab Tegal

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) September 2016, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 27,76 juta orang (10,70 persen), berkurang sebesar 750.000 orang dibandingkan dengan kondisi September 2015 yang sebesar 28,51 juta orang (11,13 persen).?

"Artinya dengan jangkauan 6 juta KPM dari sebelumnya yang hanya 3,5 juta PKH mampu berkontribusi besar dalam penanggulangan kemiskinan," imbuhnya.?

Apalagi, lanjut dia, jumlah KPM semakin ditambah dan program PKH diintegrasikan dengan program subsidi yang dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga lain seperti kesehatan, pendidikan, subsisi pupuk, listrik, elpiji, dan lain sebagainya.?

Selain itu, tambah Khofifah, perluasan PKH ini akan berimplikasi positif terhadap target keuangan inklusif pemerintah yang dipatok sebesar 75 persen di tahun 2019 mendatang.?

"Saya optimistis langkah ini mampu menurunkan angka kemiskinan dan kesenjangan lebih besar lagi. Insya Allah Indonesia bisa lebih sejahtera di tahun-tahun mendatang," tuturnya. (Red: Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Tokoh, IMNU PKB Kab Tegal

Pesantren sebagai Basis Arus Baru Kebangkitan Ekonomi Umat

Oleh Muhammad Syamsudin

Menindaklanjuti Keputusan Kongres Ekonomi Umat, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mulai bergerak ke daerah untuk meningkatkan ekonomi umat. Meminjam tangan Pusat Inkubasi Bisnis Syariah (Pinbas), MUI juga telah meluncurkan program baru yaitu Agribisnis Kacang Nasional (Agrikanas) di Bojonegoro, Jawa Timur, Selasa (31/10) beberapa waktu yang lalu. Dalam meluncurkan program ini, MUI mengandeng PT Perhutani dan Garuda Food.

Pesantren sebagai Basis Arus Baru Kebangkitan Ekonomi Umat (Sumber Gambar : Nu Online)
Pesantren sebagai Basis Arus Baru Kebangkitan Ekonomi Umat (Sumber Gambar : Nu Online)

Pesantren sebagai Basis Arus Baru Kebangkitan Ekonomi Umat

Dalam beberapa forum lain, Ketua Umum MUI dan sekaligus Rais ‘Am Jam’iyah Nahdlatul Ulama’, KH Maruf Amin menjelaskan bahwa Kongres Ekonomi Umat yang dibuka Presiden RI Joko Widodo pada tanggal 22-24 April lalu menghasilkan berbagai rekomendasi untuk memajukan perekonomian umat di Indonesia, di antaranya komitmen untuk menggerakkan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menjadi pelaku usaha utama perekonomian nasional.?

Dalam rangka merealisasikan rekomendasi-rekomendasi hasil Konggres tersebut, pemerintah berencana menggandeng pesantren-pesantren di Seluruh Indonesia, untuk mengawal pelaksanaannya dan sekaligus menjadi motor penggerak upaya penciptaan Arus Baru Ekonomi Umat tersebut. Inilah kemudian oleh beliau, Rais ‘Aam, yang dihimbaukan kepada seluruh warga nahdliyin agar mulai bangkit. Tentunya, kebangkitan tersebut kurang menemukan gregetnya bila tidak didukung oleh soko guru masyarakat yaitu pesantren. Dan karena latar belakang inilah, tulisan ini hadir untuk mencoba memberikan respon gambaran terhadap himbauan Rais ‘Aam tersebut.?

Pesantren Soko Guru Ekonomi Umat

PKB Kab Tegal

Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi pusat perekonomian ekonomi Islam dunia. Sebab selain di dukung oleh besarnya jumlah penduduk muslim, Indonesia juga memiliki faktor pendukung lain yang sangat strategis bila dibandingkan dengan negara lain yaitu faktor adanya lembaga pendidikan Islam tradisional berupa Pondok Pesantren. Maka akan sangat mengherankan bila sampai sekarang ini, kurang lebih setelah 22 tahun sejak pertama kalinya berdiri bank dengan sistem syariah yaitu Bank Mu’amalah berdiri tahun 1992, perkembangan ekonomi Islam di Indonesia masih berjalan stagnan dan jauh tertinggal bila dibandingkan dengan negara lain, terutama negara tetangga Malaysia yang perkembangan ekonomi Islamnya paling maju di dunia.?

Menurut laporan data dari Bank Indonesia tentang Data Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia tahun 2013, akselerasi pertumbuhan ekonomi Islam khususnya pada lembaga-lembaga keuangan Islam baik bank maupun non bank hanya mampu tumbuh sekitar 4,6 persen saja dari total pangsa pasar keuangan di Indonesia dengan total asset hanya sebesar 145 trilliun rupiah, masih jauh bila dibandingkan dengan total asset perbankan konvensional yang mencapai 5000 trilliun rupiah. Pencapaian ini masih dibawah target pertumbuhan yang diharapkan mampu mencapai 6 persen. Dengan data-data yang ada sekarang ini, rasanya akan sangat sulit untuk merealisasikan target untuk menjadikan indonesia sebagai pusat dan pemimpin dalam pasar keuangan syariah dunia pada tahun 2020 nanti. Perkembangan bank syariah masih mempunyai banyak problem. Problem hukum merupakan salah satu dari beberapa problem yang dihadapi oleh bank syariah, disamping problem–problem lain seperti persepsi dan perilaku masyarakat yang masih cenderung menyamakan bank syariah dengan?

bank konvensional. Pengetahuan syariah masyarakat yang masih terbatas baik sumber daya manusia dan teknologi yang masih mengacu pada sistem konvensional dan sebagainya. Berdasarkan UU No.21 tahun 2008 yang mendukung operasional bank syariah, bank syariah dipahami sebagai bank bagi hasil namun dengan berjalannya perkembangan jaman, sebagian problem hukum bank syariah dapat diatasi. Namun, dalam pelaksanaannya nanti masih perlu menelaah beberapa hal yang mengandung potensi adanya problem hukum lain yang perlu mendapat pemecahan.?

Realitas di atas harus dijadikan sebagai bahan introspeksi bagi pemerintah maupun para praktisi ekonomi Islam mengapa dengan potensi dan dukungan yang demikian besar sampai saat ini ekonomi Islam masih belum mampu bersaing dengan sistem ekonomi konvensional. Strategi yang ada saat ini yang lebih mengedepankan pada sisi pertumbuhan aset dan jumlah lembaga-lembaga keuangan Islam rasanya akan menjadi sia-sia apabila tidak diselaraskan dengan soisalisasi dan edukasi yang efektif pada masyarakat muslim indonesia. Sebab diindikasikan salah satu penyebab lambannya pertumbuhan ekonomi syariah disebabkan oleh masih lemahnya pemahaman masyarakat muslim sendiri akan pentingnya bertransaksi dan berekonomi dengan menggunakan sistem ekonomi Islam. Masyarakat muslim indonesia masih acuh dan tertutup/tidak membuka diri terhadap sistem ekonomi Islam dan menganggap tidak ada bedanya dengan sistem ekonomi konvensional. Kesan yang timbul di masyarakat bahkan lebih buruk lagi, dimana bank atu lembaga keuangan syariah dianggap sama saja dengan bank konvensional, yang membedakannya hanyalah “jilbab” dan “salam”.?

PKB Kab Tegal

Sebagai suatu contoh, misalnya masih terdapatnya pro dan kontra terhadap penerapan di kalangan umat Islam itu sendiri mengenai bunga bank. Ada sejumlah alasan yang menjadi pendukung maupun menolak penerapan metode bunga. Adapun alasan yang menjadi pendukung maupun menolak metode bunga adalah sebagai berikut :

Masyarakat yang mendukung penerapan metode bunga umumnya berpendapat bahwa :

• Bunga atas pinjaman adalah hal yang wajar, bahkan sudah seharusnya ada.?

• Metode bunga dapat dibenarkan karena dalam perekonomian sering terjadi inflasi yang menyebabkan penurunan nilai mata uang.?

• Pengaruh Teori? Kecenderungan Mata Uang Berbasis Waktu [time preference of money theory, yang menyatakan bahwa jumlah uang pada masa kini akan mempunyai nilai yang lebih tinggi dari jumlah yang sama pada suatu masa nanti, sehingga bunga diperlukan untuk mengimbangi penurunan nilai uang.

Sekip masyarakat yang kontra terhadap sistem bunga Bank adalah secara umum dapat dipetakan sebagai berikut:

• Menolak pinjam-meminjam uang dengan bunga karena membuat orang tergoda untuk mengejar keuntungan dan menumpuk kekayaan sehingga uang menjadi tidak produktif dan hanya menimbulkan kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin juga fungsi uang adalah sebagai alat tukar, bukan untuk menghasilkan tambahan melalui bunga.?

• Karena bunga menyebabkan perpecahan dan perasaan tidak puas dalam masyarakat. Dilihat dari aspek sosialnya, penerapan metode bunga terbukti menimbulkan akibat yang kurang baik, karena bunga meningkatkan kecenderungan dikuasainya kekayaan segolongan orang kecil saja.?

Dengan demikian, maka hal yang paling urgen saat ini adalah bagaimana melakukan sosialisasi langsung kepada masyarakat yang dibarengi dengan edukasi yang benar mengenai pentingnya berekonomi dengan menggunakan sistem ekonomi Islam. Sebab tanpa adanya sosialisasi dan edukasi, mustahil rasanya dapat mengubah pandangan masyarakat saat ini akan pentingnya berekonomi dengan menggunakan sistem ekonomi Islam yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Dalam hal ini, peranan pondok pesantren sebagai lembaga dakwah dan pendidikan Islam menjadi sangat krusial, di mana masih terdapat sebagian besar masyarakat muslim Indonesia yang menganggap pondok pesantren dengan kyainya sebagai referensi utama dalam kehidupan keberagamaan maupun kemasyarakatan. Pondok pesantren juga masih dianggap oleh masyarakat sebagai lembaga pendidikan yang memiliki kredibilitas dan kompetensi yang tinggi, terutama dalam hal yang menyangkut norma-norma keagamaan yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh masyarakat.?

Faktor inilah yang menjadi kelebihan antara pondok pesantren dengan lembaga pendidikan Islam lainnya dalam sudut pandang masyarakat muslim Indonesia. Konsep- konsep ekonomi Islam seperti riba, mudharabah, musyarakah, qard, murabahah dan konsep-konsep lainnya sebenarnya sudah diajarkan sejak lama di Indonesia, khususnya di madrasah, dan sekolah, terlebih lagi pondok pesantren dengan nama fiqh muamalah. Salah satu elemen penting dalam pesantren adalah pengajaran kitab-kitab Islam klasik atau sering disebut “kitab-kitab kuning” (al-kutub al-shafra’). Adapun metode pengajaran yang diberikan di pesantren adalah sorogan dan bandongan. Melalui kajian terhadap kitab-kitab kuning itulah, terutama kitab-kitab fiqh, pondok pesantren mengenal dan mengkaji teori-teori yang berkaitan erat dengan ekonomi Islam.?

Dengan potensi dan integritas pondok pesantren yang demikian tinggi, maka tidak ada salahnya strategi pengembangan ekonomi Islam bisa dimulai dari pemberdayaan pesantren yang secara kuantitas maupun kualitas memiliki semua yang dibutuhkan dalam akselerasi pertumbuhan ekonomi Islam di Indonesia. Dalam hal kuantitas, setidaknya jumlah pondok pesantren di Indonesia tersebar hampir disetiap penjuru tanah air dari sabang sampai merauke, yang menurut data dari departemen agama berjumlah tidak kurang dari 30.000 pesantren, dengan jumlah santri tidak kurang dari 4.000.000 orang, dan belum lagi pesantren yang tidak terdata yang bertada di daerah-daerah terpencil dan pelosok. Secara kualitas, kyai maupun santri pondok pesantren memiliki keunggulan dalam bidang pemahaman teori dan konsep-konsep ekonomi Islam yang mumpuni, sebab secara tradisi di setiap pesantren pasti mengajarkan bidang keilmuan fiqh muamalah yang menjadi dasar utama untuk menerapkan produk-produk dan transaksi-transaksi dalam sistem ekonomi dan perbankan Islam.?

Menurut sejumlah ekonom, pemerhati ekonomi Islam, secara garis besar, peran strategis pesantren dalam pengembangan ekonomi Islam di indonesia ada dua, yaitu:?

Pertama, peran pengembangan keilmuan dan sosialisasi ekonomi syariah ke masyarakat. Hal ini karena pesantren diakui sebagai lembaga pengkaderan ulama dan dai yang legitimed di masyarakat. Ulama produk pesantren sangat berpotensi menjadi ulama ekonomi Islam yang sangat diperlukan sebagai Dewan Pengawas Syariah (DPS) bagi Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang berfungsi mengawasi dan menjaga aktivitas dan program LKS tersebut sesuai dengan syariah. Disamping itu mereka juga dapat berperan sebagai corong sosialisasi ekonomi syariah di masyarakat, karena mereka adalah panutan dan suara mereka lebih didengar daripada ulama dan dai produk lembaga non pesantren. Kelebihan lainnya mereka lebih menguasai fiqh muamalah, sehingga memiliki kemampuan untuk menjelaskan tentang ekonomi syari’ah kepada masyarakat dengan lebih baik.?

Kedua, adalah peran mewujudkan laboratorium praktek riil teori ekonomi syariah dalam aktivitas ekonomi. Peran ini juga sangat strategis, mengingat masyarakat melihat pesantren sebagai contoh dan teladan dalam aktivitas sehari-hari. Jika pesantren mengembangkan potensinya dalam ekonomi syariah dan berhasil tentu hal itu akan diikuti oleh masyarakat. Insya Allah mereka akan ramai-ramai melakukan migrasi dari sistem ekonomi kapitalis menuju ekonomi Islam yang terbebas dari riba, maysir, gharar, risywah, dzalim, jual beli barang haram dan berbagai bentuk kemaksiatan lainnya. Sebaliknya, jika pesantren pasif dan apatis tentu berpengaruh kepada masyarakat, apalagi jika mereka masih berinteraksi dengan ekonomi konvensional.?

Kedua peran ini memiliki posisi yang sangat strategis dalam strategi ekselerasi ekonomi Islam di indonesia, dan bila dapat diimplementasikan dengan baik, tidak mustahil perkembangan ekonomi Islam di indonesia akan dapat berjalan lebih cepat dan mencapai target yang menjadikan indonesia sebagai pusat dan leader dalam ekonomi dan keuangan Islam dunia. Namun dibalik potensi yang sedemikian besar dan strategis, tentu saja tidak bisa kita nafikan pondok pesantren juga memiliki sisi kelemahan yang menjadi salah satu penyebab pasifnya peran pondok pesantren dalam andil mengembangkan dan memajukan ekonomi Islam. Kelemahan tersebut terletak pada minimnya pengetahuan kyai atau santri akan praktik dan implementasi dari teori-teori dan konsep-konsep ekonomi Islam yang telah mereka miliki, sehingga teori-teori dan konsep-konsep tersebut hanya menjadi sebuah ilmu pengetahuan yang tidak pernah terimplementasikan di dalam kehidupan dunia secara nyata.?

Eksistensi ilmu teoritis fiqh muamalah di pesantren seharusnya membumi, sehingga bisa menyelesaikan problem-problem transaksi yang bersih dan syar?i di lapangan, namun kebanyakan insan pondok pesantren tak berdaya manakala berhadapan dengan sistem kapitalis yang membelit seperti sistem riba. Perbankan konvensional misalnya, sebelum adanya sistem perbankan syariah, ia seakan tak bisa dihindari oleh kebanyakan umat Islam, termasuk para santri yang sejatinya pakar tentang teori fikih muamalah tersebut. Bahkan, akibat mengakarnya sistem kapitalis itu, tak sedikit ulama yang melegitimasi sistem riba di perbankan konvensional dengan dalil-dalil yang dikutip dari kitab-kitab kuning.?

Terdapat beberapa hal yang menyebabkan tidak membuminya konsep-konsep teoritis fiqh muamalah yang dikuasai oleh santri di pondok pesantren dengan perkembangan produk- produk ekonomi Islam yang terus berkembang pesat sekarang ini yaitu Pertama, kajian keilmuan pesantren khususnya fiqh muamalah hanya merujuk dan bersumber dari kitab-kitab klasik yang ditulis pada ratusan tahun yang lalu, sedikit pesantren yang mau menggunakan kitab-kitab kuning kontemporer, padahal institusi dan aktivitas ekonomi masyarakat terus berkembang. Banyak hal-hal baru dalam perkembangan ekonomi yang tidak terbahas di dalamnya, sehingga menyebabkan keilmuan santri dalam fiqh muamalah mengalami kemandegan, sehingga tidak memahami realitas yang ada. Kedua, teori-teori fiqh muamalah kurang diaktualkan menyebabkan orang tidak lagi familiar dengan konsep-konsep yang dibawa dari kitab kuning.?

Semestinya, pesantren mampu membawa teori-teori klasik itu dalam dunia saat ini dengan bahasa yang kontemporer, sehingga ada upaya untuk membumikan konsep “abstrak” itu ke dunia nyata yang kongkret. Ketiga, proses belajar- mengajar yang dikembangkan masih berorientasi pada bahan atau materi, bukan pada tujuan. Proses pembelajaran dianggap berhasil bila para santri sudah menguasai betul materi-materi yang ditransfernya dari kitab kuning dengan hafalan yang baik. Apakah mereka nanti mampu menerjemahkan dan mensosialisasikan materi-materi tersebut ketika berhadapan dengan dinamika masyarakat tidak diperhatikan. Keempat, metode mengajar cenderung monoton dan menggunakan pendekatan doktrinal, sehingga kreatifitas keilmuan santri minim. Tidak terdapat arahan maupun kemauan dari santri sendiri untuk mencoba mempraktikkan konsep- konsep yang telah dikuasainya tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Kelima, santri tidak dikenalkan atau tidak dipahamkan tentang sistem ekonomi konvensional, sehingga begitu berbenturan dengan sistem konvensional di lapangan langsung tak paham dan akhirnya menyerah dan tak berani mengusiknya. Ini terjadi karena sistem pendidikan pondok pesantren yang tidak memberikan porsi bagi materi-materi kontemporer (kekinian) dan keindonesiaan, termasuk materi ekonomi konvensional dalam kacamata Islam.?

Kelima penyebab di atas diperparah dengan pemahaman yang salah oleh banyak kalangan santri dan pesantren tentang dikotomi ilmu dunia dan ilmu agama. Walaupun dikotomi tersebut merupakan pengaruh sekulerisme, namun ia sangat populer dikalangan pesantren, terutama dikalangan pesantren salaf. Akibatnya santri malas atau bahkan tidak ada motivasi sama sekali untuk belajar ilmu-ilmu yang dianggap sebagai ilmu dunia, termasuk di dalamnya ilmu ekonomi.

Di sisi lain, tumbuh pesatnya sistem ekonomi Islam yang berpusat pada semakin maraknya pendirian lembaga-lembaga keuangan syari’ah terutama perbankan syari’ah menuntut tersedia sumber daya manusia yang mumpuni dan menguasi dua bidang keahlian sekaligus, yaitu keahlian dalam bidang manajemen dan keuangan perbankan dan keahlian dalam bidang fiqh mu’amalah. Kedua skill ini mutlak dimiliki oleh para profesional di industri perbankan syari’ah, sehingga tujuan utama dari didirikannya perbankan dengan sistem syariah yaitu agar umat Islam terhindar dari transaksi yang mengandung riba akan dapat tercapai.

Namun kenyataannya hingga saat ini, SDM yang berkecimpung dalam dunia industri keuangan Islam khususnya perbankan syariah lebih banyak didominasi oleh orang- orang yang berasal dari bank konvensional, yang tidak memiliki dasar-dasar keilmuan dan pengetahuan yang cukup mengenai konsep-konsep dan prinsip-prinsip ekonomi Islam terdapat dalam fiqh mu’amalah. Sehingga sumber daya manusia (SDM) yang memiliki pemahaman yang baik mengenai konsep-konsep ekonomi Islam pada lembaga-lembaga keuangan syariah di Indonesia saat ini sangatlah terbatas, sebab sebagian besar dari mereka berasal dari para praktisi perbankan konvensional yang berasal dari bank induknya yang membuka unit usaha syari’ah (UUS). Para praktisi ini lebih menonjol kemampuan teknis operasional perbankan seperti manajemen, akuntansi, marketing dan kemampuan teknis perbankan lainnya ketimbang konsep-konsep ekonomi Islam, sehingga pada prakteknya seringkali terjadi kesalahan-kesalahan yang sangat prinsipil dalam keputusannya menegeluarkan suatu produk pemb

iayaan maupun pendanaan syari’ah.?

Di sinilah sebenarnya terbuka kesempatan yang luas bagi para alumni pondok pesantren yang memiliki kelebihan pada penguasaan konsep-konsep ekonomi Islam, sehingga dibutuhkan sinergi dan integrasi keilmuan yang terpadu antara kemampuan teknis operasional yang dimiliki oleh lulusan perguruan tinggi di satu sisi, dengan kemampuan pada pemahaman konsep-konsep ekonomi Islam yang dimiliki oleh santri pondok pesantren di sisi lain.?

Namun, yang tidak kalah pentingnya, adalah diperlukan upaya menggali informasi yang lebih mendalam mengenai pandangan dan pemahaman santri pondok pesantren terhadap inovasi dan perkembangan ekonomi Islam yang tengah berkembang di indonesia dewasa ini. Mengapa? Karena tidak semua pesantren siap melakukannya. Ada masih banyak pesantren-pesantren lain yang membutuhkan pembinaan. Paling tidak, sebagian dari mereka perlu ada bimbingan dan sharing pengetahuan tentang arus baru ekonomi ummat tersebut.

Penulis adalah pengasuh Pondok Pesantren Hasan Jufri Putri P. Bawean, Gresik, Jawa Timur

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Ahlussunnah, Tokoh, Kyai PKB Kab Tegal

Senin, 22 Januari 2018

Pergunu Sebar 1000 Beasiswa S1 untuk Guru dan Ustadz

Jakarta, PKB Kab Tegal. Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) yang digelar di Pacet, Mojokerto, Jatim, 6-8 Juli 2012 ini diselingi agenda pemberian beasiswa pendidikan tinggi. Sebanyak 1000 guru dan ustadz akan mendapatkan bantuan pendidikan jenjang S1 dan 200 kepala sekolah atau dosen akan menerima bantuan pendidikan jenjang S2.

Pergunu Sebar 1000 Beasiswa S1 untuk Guru dan Ustadz (Sumber Gambar : Nu Online)
Pergunu Sebar 1000 Beasiswa S1 untuk Guru dan Ustadz (Sumber Gambar : Nu Online)

Pergunu Sebar 1000 Beasiswa S1 untuk Guru dan Ustadz

“Program ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas profesi keguruan di lingkungan NU,” kata Ketua Panitia Rakernas Pergunu Gatot Suyono.

Pergunu sejak lama mengagendakan program ini dan sengaja direalisasikan bersamaan dengan agenda Rakernas. Menurut Gatot, penerima beasiswa merupakan orang-orang yang telah melewati proses seleksi. “Tentu melalui kualfikasi terlebih dahulu supaya sasarannya tepat,” ujar Sekum PP Pergunu ini.

PKB Kab Tegal

Selain sebar beasiswa, Pergunu juga meluncurkan buku karyanya berjudul Membumikan Aswaja: Pegangan Para Guru NU. Agenda lain yang seiring adalah peluncuran jurnal ilmiah Pergunu, serta peresmian “Dapur Pergunu”, gedung 3 lantai yang akan difungsikan sebagai penunjang aktifitas Pergunu.

Rakernas dihadiri oleh 1500 peserta dari unsur pengurus wilayah dan cabang Pergunu se-Indonesia. Tamu undangan yang direncanakan hadir, Mendikbud Muhammad Nuh, Menag Suryadarma Ali, Menakertrans Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dan Sekretaris Jendral PBNU Marsudi Syuhud.

PKB Kab Tegal

Redaktur: A. Khoirul Anam

Penulis   : Mahbib Khoiron

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Tokoh, News, Olahraga PKB Kab Tegal

PBNU Minta Presiden Ksatria Hadapi Interpelasi DPR Soal Nuklir Iran

Jakarta, PKB Kab Tegal. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersikap ksatria dalam menghadapi interpelasi DPR pada Selasa, 5 Juni mendatang. Presiden harus datang dan menjawab langsung pertanyaan DPR terkait dukungan pemerintah Indonesia terhadap Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa (DK PBB) nomer 1747 tentang program nuklir Iran.

“Presiden harus datang sendiri secara pribadi dan tidak diwakilkan, sebagai tanda ksatria dan gentle (berani). Banyak rakyat yang saat ini merasakan carut-marutnya keadaan, ingin melihat pemimpin yang tegar dan penuh tangung jawab,” kata Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi kepada wartawan di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Ahad (3/6)

PBNU Minta Presiden Ksatria Hadapi Interpelasi DPR Soal Nuklir Iran (Sumber Gambar : Nu Online)
PBNU Minta Presiden Ksatria Hadapi Interpelasi DPR Soal Nuklir Iran (Sumber Gambar : Nu Online)

PBNU Minta Presiden Ksatria Hadapi Interpelasi DPR Soal Nuklir Iran

Menurut Hasyim, apabila Presiden mewakilkan dirinya dalam sidang paripurna tersebut, maka akan banyak hal yang tidak terjawab. Pasalnya, dalam tempo 60 hari setelah Resolusi itu dikeluarkan dan Iran tidak mau taat, maka negeri pimpinan Presiden Mahmoud Ahmadinejad itu bakal menerima sanksi yang lebih berat.

“Apakah Indonesia akan setuju lagi untuk memberi “hukuman” tehadap Iran demi hubungan mesra dengan George W. Bush (Presiden Amerika Serikat) atau Israel?” gugat Hasyim yang juga Presiden World Conference on Religions for Peace.

Hasyim mempertanyakan sikap Presiden yang tak bersedia menemui Menteri Luar Negeri Iran yang datang langsung dari Afrika Selatan. “Diterimanya Menlu Iran oleh Menko Polhukam Widodo AS, mengapa tidak ada mandat dialog? Apakah ada pembicaraan goodwill antara Presiden Iran dan Presiden RI sewaktu di Jakarta? Itu semua pasti tidak bisa dijelaskan secara memuaskan oleh Menlu,” terangnya.

PKB Kab Tegal

Terkait pertanggungjawaban Pemerintah terhadap DPR dalam hal dukungan Resolusi 1747 terhadap Iran, Hasyim mengungkapkan, hanya Presiden yang bisa menjelaskan. Menurutnya, Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda hanya mampu menjelaskan secara teknis dukungan Pemerintah di DK PBB dan perintah dari Presiden di Jakarta.

Di samping itu, lanjutnya, pertemuan Ketua Ketua DPR RI Agung Laksono dengan Ketua DPR Iran Gholam Ali Haddad Adel, di Teheran, pun perlu penjelasan langsung dari Presiden dalam kata pengantar di Sidang Paripurna DPR RI.

PKB Kab Tegal

Sebelumnya, Ketua DPR RI Agung Laksono mengatakan bahwa Presiden dipastikan tidak akan hadir ke DPR untuk menjawab interpelasi parlemen soal dukungan pemerintah terhadap Resolusi 1747 itu.

"Saya memang belum membaca suratnya, tetapi beliau (Presiden) sudah pasti tidak bisa hadir, seperti yang disampaikan Mensesneg Hatta Radjasa," kata Agung, di Kendari, Ahad (3/6).

Di sela-sela kampanye pemilihan walikota Kendari, ia mengatakan Mensesneg mengemukakan Presiden hanya menugaskan Menko Polhukam Widodo AS untuk mewakili pemerintah dalam sidang interpelasi DPR. (rif)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Nusantara, Tokoh, Kajian PKB Kab Tegal

Selasa, 09 Januari 2018

Majalah SMA Walisongo Angkat Isu Pilpres 2014

Jepara, PKB Kab Tegal. Majalah tahunan edisi II Juni 2014 milik SMA Walisongo Pecangaan, Jepara, Gema Smawas mengusung tema Pemilihan Presiden 2014. Majalah setebal 40 halaman ini menyajikan beberapa tulisan antara lain Kursi ke-7 Milik Siapa? Pemilu Indonesia dari Masa ke Masa, opini warga, dan wawancara dengan KPUD Jepara.

Majalah SMA Walisongo Angkat Isu Pilpres 2014 (Sumber Gambar : Nu Online)
Majalah SMA Walisongo Angkat Isu Pilpres 2014 (Sumber Gambar : Nu Online)

Majalah SMA Walisongo Angkat Isu Pilpres 2014

Haidar Fitri dadri KPUD Jepara dalam rubrik Bincang-Bincang mengatakan, pihaknya telah melakukan pemutakhiran data pemilih. Pemutakhiran dilakukan dari data Pilleg lalu. Hasilnya pihaknya tetapkan sebagai daftar pemilih tetap (DPT).?

“Semoga suasana di Jepara tetap kondusif sehingga Jepara siap menggelar dan menyukseskan Pilpres 2014,” ujar Haidar.

PKB Kab Tegal

Dalam rubrik Ormas, H Darso seorang pengusaha menyatakan dukungannya untuk Prabowo. Menurutnya, pemimpin militer itu bisa lebih tegas. Demikian dengan Suparman. Pria yang kesehariannya sebagai sopir ini mengatakan Indonesia akan lebih dihormati asing dengan kehadiran Prabowo.

Berbeda dengan Darso dan Suparman, Yatno lebih condong dengan Jokowi. “Saya yakin pasangan Jokowi-JK bisa memperluas lapangan pekerjaan,” ujar Yatno. Nuryati satu dukungan dengan Yatno.

PKB Kab Tegal

“Pedagang lebih memilih Jokowi karena ia lebih mengerti rakyat kecil,” tegas Nuryati yang juga pedagang.

Pembina majalah SMA Walisongo Budi Ismail berharap media sekolah ini menjadi wadah untuk mengembangkan potensi kepenulisan serta media promosi SMA Walisongo kepada khalayak. (Syaiful Mustaqim/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Tokoh PKB Kab Tegal

Minggu, 07 Januari 2018

Bendung Radikalisme, Ansor Sampang Gelar Pelatihan Kepemimpinan

Sampang, PKB Kab Tegal

Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Sampang menggelar Pelatihan Kemimpinan Dasar (PKD) selama dua gari, Sabtu-Ahad, 2-3 Desember 2017 di Graha Wali Songo Kantor PCNU Sampang.

Acara bertema Mencetak Kader Militan Berkarakter Ahlus Sunnah wal jamaah An Nahdliyyah itu dihadiri sedikitnya 85 orang delegasi dari setiap Pengurus Anak Cabang (PAC) yang tersebar di 14 kecamatan di Kabupaten Sampang.

Bendung Radikalisme, Ansor Sampang Gelar Pelatihan Kepemimpinan (Sumber Gambar : Nu Online)
Bendung Radikalisme, Ansor Sampang Gelar Pelatihan Kepemimpinan (Sumber Gambar : Nu Online)

Bendung Radikalisme, Ansor Sampang Gelar Pelatihan Kepemimpinan

Ketua PC Ansor Sampang, KHR.Khoiron Zainin menyatakan, kegiatan tersebut bertujuan mengoptimalkan peran GP Ansor Sampang khususnya PAC dalam membumikan paham Aswaja an-Nahdliyah di kalangan masyarakat awam. 

Selain itu, lanjut dia, hal tersebut juga diharapkan dapat menggugah semangat peserta agar tetap istiqamah membentengi agama, ulama, dan NKRI.

“Saya harapkan di Sampang lahir kader yang memiliki karakter Nahdliyah yang agamis dan nasionalis juga militan,” tuturnya.

PKB Kab Tegal

Tak hanya itu, Lora Khoiron sapaan akrabnya, yang juga Ketua Umum Majelis Pemuda Bersholawat “At-Taufiq” itu mengingatkan kepada para peserta untuk dapat menangkal aliran radikal yang dapat memecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

PKB Kab Tegal

Zainal Alim, salah satu peserta delegasi dari PAC Jrengik merespons baik acara tersebut karena dianggap mampu merevitalisasi semangat juang pemuda yang selama ini  mulai memudar.

"Acara ini luar biasa dan sangat menggugah," ungkapnya penuh semangat. (Ainur Ridho/Kendi Setiawan)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Tokoh, Sunnah, Pondok Pesantren PKB Kab Tegal

Jumat, 05 Januari 2018

LAZISNU Beri Dukungan pada Perajin Bambu Elektronik

Bogor, PKB Kab Tegal. Pengurus Pusat Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) mendukung penuh perajin bambu elektronik dalam kegiatan diklat kerajinan membuat Audio Bambu bagi para santri dan mustadl’afin di Kota Bogor.

LAZISNU Beri Dukungan pada Perajin Bambu Elektronik (Sumber Gambar : Nu Online)
LAZISNU Beri Dukungan pada Perajin Bambu Elektronik (Sumber Gambar : Nu Online)

LAZISNU Beri Dukungan pada Perajin Bambu Elektronik

Kegiatan tersebut berlangsung di dua tempat, di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Kota Bogor (13 Oktober 2012) dan di Pondok Pesantren Al-Um Kota Bogor (14 Oktober 2012) dengan mengambil tema ; “Pengembangan teknologi pengolahan Bambu menjadi aneka design produk elektronika yang unik, artistic, dan marketable”.?

"Kerajinan bambu elektronik ini perlu dikembangkan, karena bambu merupakan salah satu kekayaan alam Indonesia yang dapat dimanfaatkan menjadi berbagai jenis usaha ekonomi kreatif," kata Zainullah MA yang biasa dipanggil Cak Nul, intruktur ? keterampilan membuat audio bambu di Pondok Pesantren Miftahul Ulum ? dan Al Um Kota Bogor, Ahad (14/10).?

PKB Kab Tegal

Menurutnya, Bambu juga merupakan tanaman yang dapat ditumbuh-kembangkan dengan masa panen yang relative cepat yaitu antara 3 tahun sampai 4 tahun, lebih cepat dari pohon sengon.

PKB Kab Tegal

Zainullah juga mengatakan, bambu yang dikembangkan di Pondok Pesantren Miftahul Ulum ? dan Al Um menjadi alat elektronik khususnya peralatan audio seperti mini aktive speaker untuk laptop atau komputer, handphone, MP3 player, SD/MMC, Flasdick, radio dan lain sebagainya.

Bambu dapat dikembangkan menjadi aneka design produk audio yang unik, artistik dan marketable. "Produk bambu elektronik karya santri Pondok Pesantren Al Um ini sudah dipamerkan di Jakarta, Batam, bahkan akan ikut pameran ke Malaysia," katanya.

Diklat keterampilan membuat audio bambu diikuti sekitar 20 lebih santri, almuni dan mustadlafin. Kegiatan berlangsung selama dua hari, 13 dan 14 Oktober 2012. Selama pendidikan pelatihan, santri diberikan pelatihan merakit komponen elektronika, pengolahan bambu, teori dasar teknik elektronika dan ceramah motivasi dari pembina bambootronic, Dr.Aji Hermawan,MM (Direktur RAMP- IPB) .

Dalam ceramahnya, Aji mengharapkan dengan pelatihan ini dapat memberikan kemampuan para santri dan alumni untuk mengembangkan bambu sebagai sumber usaha ekonomi kreatif yang ramah lingkungan, dan sekaligus mampu menggantikan berbagai produk elektronika yang terbuat dari bahan radikal seperti plastic, logam, mika, dan sejenisnya." katanya.

Diklat keterampilan bambu di Pondok Pesantren Miftahul Ulum dan Al Um Kota Bogor tersebut terselenggara berkat dukungan dari Mitra Jasa Technical dan Pengurus Pusat Lazisnu (Lembaga Amil Zakat Infaq, dan Shodaqoah) Nahdlatul Ulama (NU) melalui programnya yang diberi nama ? NUskil dan NU Preneur.

?

?

Redaktur ? ? : Hamzah Sahal

Kontributor : Zainul

?

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Hikmah, Tokoh, Doa PKB Kab Tegal

Kiai Said Tegaskan Pemimpin Agama Punya Peran Penting Bangun Nasionalisme

Jakarta, PKB Kab Tegal. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menegaskan bahwa pemimpin agama mempunyai peran penting dalam membangun nasionalisme.

Hal ini ia kemukakan ketika memberikan sambutan dan pengarahan dalam kegiatan Training of Trainer (ToT) Madrasah Kader Nahdlatul Ulama (MKNU), Senin (13/10) di Gedung PBNU Jakarta bertajuk Pemimpin Agama dan Perubahan Gerakan Revolusi Mental.

Kiai Said Tegaskan Pemimpin Agama Punya Peran Penting Bangun Nasionalisme (Sumber Gambar : Nu Online)
Kiai Said Tegaskan Pemimpin Agama Punya Peran Penting Bangun Nasionalisme (Sumber Gambar : Nu Online)

Kiai Said Tegaskan Pemimpin Agama Punya Peran Penting Bangun Nasionalisme

Nasionalisme yang dimaksud Pengasuh Pondok Pesantren Al-Tsaqafah Ciganjur Jakarta Selatan ini ialah upaya seluruh warga bangsa untuk bersama mencintai dan membangun negaranya tanpa menanggalkan identitas suku, bangsa, dan keyakinannya.

“Nasionalisme pemimpin agama di Indonesia dengan di Arab, misalnya, itu berbeda. Kalau di Indonesia, ulama itu ya ahli agama dan nasionalis, sedangkan di Arab, mereka mungkin ahli agama, tetapi jiwa nasionalisnya enggak ada,” urai Kiai Said.

PKB Kab Tegal

Dalam kegiatan yang diikuti oleh sekitar 40 trainer ini, Kiai Said membeberkan bukti ketika sejumlah ulama di Arab yang ‘alim dan banyak mengarang kitab, tetapi tidak berdaya ketika negaranya terjadi konflik dan tragedi kemanusiaan.

“Ini berbeda dengan Indonesia, meskipun ia adalah kiai kampung, tetapi perannya dalam menciptakan kehidupan damai dan memberi teladan baik atau uswah hasanah kepada masyarakat terbukti mewujudkan kehidupan aman dan tenteram,” ujar Guru Besar Ilmu Tasawuf ini.

Dalam kegiatan ini, PBNU menggandeng Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK). PBNU dan Kemenko PMK berkomitmen mewujudkan gerakan revolusi mental lewat para pemimpin agama. (Fathoni)

PKB Kab Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Halaqoh, Tokoh PKB Kab Tegal

Kamis, 04 Januari 2018

Habib Lutfhi: Bela Negara Bukan Cuma Baris Berbaris

Majalengka, PKB Kab Tegal

Bela negara jangan dipahami sempit, sebatas soal baris berbaris. Tapi lebih dari itu, mencakup soal ketahanan pangan, penguatan ekonomi, sosial, budaya, dan aspek lainnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Demikian hal itu ditegaskan oleh Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya, Rais Am Jamiyah Ahlut Thariqah al Mutabarah an Nahdiyah saat berkunjung ke Pondok Pesantren Al-Mizan Jatiwangi pada Senin (22/02).

Habib Lutfhi: Bela Negara Bukan Cuma Baris Berbaris (Sumber Gambar : Nu Online)
Habib Lutfhi: Bela Negara Bukan Cuma Baris Berbaris (Sumber Gambar : Nu Online)

Habib Lutfhi: Bela Negara Bukan Cuma Baris Berbaris

"Paham bela negara itu luas, bukan hanya baris berbaris. Selain soal kedaulatan NKRI, juga mencakup kesejahteraan bangsa," ungkap Habib Luthfi. 

Sebelumnya Habib Luthfi hadir di acara peringatan harlah ke-90 NU sekaligus peresmian kantor PCNU Majalengka. 

Selain memberikan tausiyah, pada kesempatan itu, Mursyid Thoriqoh Sadziliyah yang disegani itu juga membaiat ribuan jamaah Nahdiyin yang memadati lokasi acara.

PKB Kab Tegal

Sementara itu, KH Maman Imanulhaq, Wakil Ketua LDNU Pusat dalam sambutannya meminta Nahdiyyin jangan sampai mudah terprovokasi oleh isu-isu yang berkembang saat ini.

"Kita harus mulai berfikir kritis terhadap masalah yang fundamental saja. Jangan sampai masyarakat terpengaruh dengan masalah yang remeh-temeh," ungkap Kiai Maman di Aula Kantor PCNU Majalengka. 

Di hadapan Pengurus Cabang dan Wilayah NU dan ribuan Jamaah Nahdiyyin, KH Maman juga mengajak kepada warga Nahdliyin untuk memberdayakan diri dengan menggali potensi sosial-ekonomi keumatan warga Nahdliyin.

Rangkaian Acara Harlah ke-90 NU dan Peresmian Kantor PCNU Majalengka sendiri tampak berlangsung meriah. Sebelum acara puncak, pada pagi harinya ratusan pelajar dan ribuan warga Nahdiyyin tumpah ruah dalam gerak jalan santai dan Kirab Merah Putih yang menampilkan Paskibraka SMK Maarif NU Al-Mizan Jatiwangi. Red: Mukafi Niam

PKB Kab Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Nusantara, Tokoh PKB Kab Tegal

Senin, 01 Januari 2018

PBNU Imbau Warga Shalat Ghaib untuk KH Idris Marzuki

Jakarta, PKB Kab Tegal. Katib Aam PBNU KH Malik Madani menyatakan ungkapan belasungkawa atas wafatnya pengasuh pesantren Lirboyo Kediri KH Idris Marzuki yang lazim disapa Mbah Idris pada hari ini, Senin (9/6). Kiai Malik meminta segenap warga NU untuk melangsungkan sembahyang ghoib dan mengirimkan surah Al-Fatihah untuk Mbah Idris.

“Mbah Idris ialah salah seorang Mustasyar PBNU. Kemarin kita kehilangan KH Chotib Umar, Jember. Beliau juga Mustasyar. Kita warga NU kehilangan besar atas wafatnya dua kiai ini,” kata Kiai Malik kepada PKB Kab Tegal per telepon, Senin (9/6) siang.

PBNU Imbau Warga Shalat Ghaib untuk KH Idris Marzuki (Sumber Gambar : Nu Online)
PBNU Imbau Warga Shalat Ghaib untuk KH Idris Marzuki (Sumber Gambar : Nu Online)

PBNU Imbau Warga Shalat Ghaib untuk KH Idris Marzuki

Warga NU di masing-masing tempat selayaknya melakukan sembahyang ghoib, membaca surah Al-Fatihah, dan permohonan magfiroh untuk Kiai Chotib, Mbah Idris, dan Ibu Hj Asmah Sjachruni, imbau Kiai Malik yang pamit menuju tempat duka, Kediri.

PKB Kab Tegal

Warga NU harus mengambil pelajaran dari kehilangan ini. “Karenanya, regenerasi dan kaderisasi menjadi niscaya. Mari kita bacakan surah Al-Fatihah,” pungkas Kiai Malik. (Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal

PKB Kab Tegal Aswaja, Khutbah, Tokoh PKB Kab Tegal

Minggu, 31 Desember 2017

Hukum Hubungan Seksual dan Perkawinan LGBT (Gay 1)

Assalamu ’alaikum wr. wb

Redaksi Bahtsul Masail PKB Kab Tegal yang terhormat. Langsung saja, belakangan ini ramai dibicarakan masalah Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT). Yang saya tanyakan, apa hukum hubungan seksual LGBT dalam Islam dan apa konsekuensinya? Apakah status pernikahan mereka? Mohon penjelasannya. Terima kasih. Wassalamu ’alaikum wr. wb. (Abdullah/Jakarta).

Hukum Hubungan Seksual dan Perkawinan LGBT (Gay 1) (Sumber Gambar : Nu Online)
Hukum Hubungan Seksual dan Perkawinan LGBT (Gay 1) (Sumber Gambar : Nu Online)

Hukum Hubungan Seksual dan Perkawinan LGBT (Gay 1)

Jawaban

Penanya yang budiman di mana saja berada, semoga Allah SWT merahmati kita semua. Sebagaimana pernah disebutkan pada tulisan sebelumnya, kita berencana membahas LGBT satu per satu. Sebelumnya kita telah membahas lesbian. Pada kesempatan ini kita akan membicarakan soal gay.

PKB Kab Tegal

Masyarakat umumnya memahami gay sebagai pelaku homoseks. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) homoseks adalah hubungan seks dengan pasangan sejenis (pria dengan pria). Meskipun demikian, keterangan KBBI belum memberikan kejelasan lebih rinci kepada kita. Karena pembahasan hubungan homoseks setidaknya meliputi bentuk hubungan seksual dan jenis pelaku seks itu sendiri.

Pada kesempatan ini kita akan membahas terlebih dahulu sejumlah bentuk hubungan seksual antarpria. Hubungan seksual antarpria bisa mengambil banyak bentuk. Misal, salah satu dari keduanya memasukkan dzakar ke dubur pasangannya. Ini yang disebut perilaku sodomi. Terkait ini, Syekh M Nawawi Banten menerangkan sebagai berikut.

PKB Kab Tegal

? ? ? ? ? ? ? ? ? ?) ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?.

Artinya, “Siapa saja melakukan liwath dengan seseorang, yakni ia memasukkan dzakarnya di anus seseorang, dikenakan sanksi hudud. Kalau muhshan (sudah pernah kawin dengan perkawinan sah), ia dirajam. Kalau bukan muhshan, ia dikenakan sanksi jilid dan diasingkan. Salah satu pendapat mengatakan, muhshan atau bukan mesti dibunuh dengan pedang,” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Qutul Habibil Gharib, Tausyih ala Fathil Qaribil Mujib, Darul Fikr, Beirut, Cetakan I, Tahun 1996 M/1417 H, Halaman 247).

Perihal bentuk hubungan seksual seperti ini, Rasulullah SAW bersabda sebagai berikut,

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? " ? ?

Rasulullah SAW bersabda sebanyak tiga kali, “Allah melaknat orang yang berperilaku kaum Luth.”

Pada hadits lainnya, Beliau SAW mengatakan,

? ? ? ? ? ? ? ?: " ? ? ? ? ? ? ? ? ? "

Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh, sesuatu yang paling kukhawatirkan atas umatku adalah perilaku kaum Luth.”

Sementara pada kesempatan lain, Nabi Muhammad SAW mengatakan,

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Rasulullah SAW bersabda, “Jika perilaku kaum Luth sudah menjalar, Allah SWT mengangkat tangan-Nya dari makhluk. Ia tidak peduli mereka akan binasa di lembah mana saja.”

Berkaitan dengan ini, Allah berfirman,

? ?: ? ? ? ? ? ?

Allah berfirman, “Kalau azab kami datang, kami jadikan pijakan mereka di atasnya,” (Surat Hud, ayat 82).

Selain bentuk hubungan di atas, ada juga bentuk hubungan seksual di mana salah seorang pasangan memasukkan dzakarnya ke dalam vagina khuntsa musykil (hermafrodit), manusia berkelamin dua jenis, jantan dan betina.

Hubungan jenis ini tidak bisa dibilang sebagai zina. Karenanya orang yang melakukan hubungan seksual seperti ini tidak dikenakan hudud.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Artinya, “Keenam, di luar dari praktik zina adalah ketika seseorang memasukan dzakarnya ke vagina khuntsa musykil (hermafrodit), ia tidak dikenakan hudud karena bisa jadi khuntsa musykil ini pria. Farjinya pun kemungkinan hanya lubang lebih,” (Lihat Sulaiman Al-Bujairimi, Tuhfatul Habib ‘alal Khatib, Darul Fikr, Tahun 2007 M, Juz IV, Halaman 169).

Selain dua bentuk di atas, pasangan pria bisa jadi memuaskan hasrat seksual dengan pelukan, ciuman, kontak langsung menggunakan paha, dan anggota tubuh lainnya. Hal ini disinggung oleh Syekh Abub Bakar Al-Hishni dalam Kifayatul Akhyar,

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?: {? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?} [?: 114] ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ? ? ?: «? ? ?» ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?.

Artinya, “(Siapa saja berjima’ tidak melalui farji (kemaluan depan), harus ditakzir. Ia tidak dikenakan sanksi hudud. Sanksi takzirnya tidak boleh mencapai batas terendah dari sanksi hudud). Bila seorang pria berhubungan seksual kepada perempuan ajnabiyah (bukan istrinya) bukan dengan farji, harus ditakzir. Ia tidak dikenakan sanksi hudud berdasarkan riwayat Abu Dawud dari Sahabat Ibnu Mas‘ud RA. Ibnu Mas‘ud RA bercerita bahwa ada seorang pria mendatangi Rasulullah SAW. ‘Aku mengobati seorang perempuan yang datang dari ujung Madinah. Aku kemudian berhubungan seksual dengannya tanpa melalui farji. Jatuhkan sanksi untukku?’ kata lelaki itu. Sayidina Umar RA yang hadir saat itu menjawab, ‘Sebenarnya Allah telah menutupi aibmu kalau kau sendiri tidak melaporkannya ke sini.’ Rasulullah SAW sendiri tidak menjawab sepatah kata pun. Pria itu bangkit, kemudian beranjak pergi. Rasulullah SAW bergegas bangkit dan menyusul pria itu sambil membaca ayat Al-Quran, ‘Lakukan shalat pada? dua tepi siang dan pada kegelapan malam. Sesungguhnya kebaikan itu akan menghapus kejahatan,’ [Surat Hud ayat 114]. Salah seorang bertanya, ‘Apakah itu khusus untuknya ya Rasul?’ ‘Ini berlaku untuk manusia secara umum,’ jawab Rasulullah SAW, HR Muslim dan At-Turmudzi. Demikian pula berlaku bila seorang pria berhubungan seksual tidak melalui fari kepada seorang anak kecil atau pria dewasa lainnya. Wallahu a‘lam,” (Lihat Abu Bakar Al-Husaini Al-Hishni, Kifayatul Akhyar fi Halli Ghayatil Ikhtishar, Darul Fikr, Beirut, Tahun 1994 M/1414 H, Juz II, Halaman 147).

Berkaitan dengan hubungan seksual jenis ini, ada baiknya kita simak keterangan dari DR Musthafa Diyeb Al-Bugha.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Artinya, “(Siapa saja berjima’ tidak melalui farji (kemaluan depan), harus ditakzir. Ia tidak dikenakan sanksi hudud. Sanksi takzirnya tidak boleh mencapai batas terendah dari sanksi hudud), siapa saja melalui farjinya melakukan kontak langsung dengan salah satu dari anggota tubuh perempuan dewasa atau tubuh pria dewasa misalnya semua praktik foreplay seperti ciuman dan lain sejenisnya, harus ditakzir. Ia mesti digembleng oleh pemerintah dengan sanksi tertentu seperti pukulan, pembuangan/pengasingan, tahanan, kecaman, dan bentuk sanksi lain. Pasalnya, praktik seksual ini termasuk maksiat yang tidak ada hudud dan kafarahnya,” (Lihat DR Musthafa Diyeb Al-Bugha, At-Tadzhib fi Adillati Matnil Ghayati wat Taqrib, Daru Ibni Katsir, Beirut, Cetakan Keempat, Tahun 1989 M/1409 H, Halaman 208-209).

Lalu bagaimana dengan sanksi perilaku seksual seperti ini? Syekh M Syarbini Al-Khatib menyebut sejumlah sanksi bagi mereka yang melakukan seksual seperti ini.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?.

Artinya, “Siapa saja yang berhubungan seksual bukan melalui farji, tetapi pemuasan seksual melalui paha, pelukan, ciuman, atau semilsanya, dikenakan takzir yang ditetapkan pemerintah seperti pukulan, tamparan, tahanan, atau pengasingan. Pemerintah berhak menjatuhkan semua sanksi itu sekaligus terhadap pelakunya. Tetapi pemerintah juga punya hak untuk menjatuhkan sebagian sanksi tersebut,” (Lihat Syekh M Syarbini Al-Khatib, Al-Iqna’ fi Halli Alfazhi Abi Syuja‘, Darul Fikr, Beirut, Tahun 2007 M/ 1427-1428 H).

Dari pelbagai keterangan di atas, kita setidaknya menangkap bahwa masalah gay ini mesti dipulangkan pada perilaku seksual yang mereka gunakan. Sementara masalah perasaan atau kecenderungan, tidak ada sanksi untuk itu. Masalah perasaan atau orientasi seksual menjadi domain medis yang perlu dikonsultasikan dengan ahlinya. Kita percaya bahwa para ahli memiliki alternatif sendiri dalam menangani masalah orientasi seksual seperti ini.

Lalu bagaimana dengan perkawinan pasangan sejenis, antarpria dalam konteks ini? Perkawinan sejenis ini tentu tidak bisa dilegalkan karena tidak memenuhi syarat perkawinan secara syara’/agama. Perihal sanksi takzir, kita serahkan kepada pemerintah melalui peraturan yang berlaku. Pemerintah pula yang berhak menjalankan peraturannya melalui aparat yang berwenang. Kita tidak berhak mengeksekusi para pelaku.

Demikian jawaban yang bisa kami kemukakan. Semoga jawaban ini dipahami dengan baik. Semoga Allah SWT menjaga kita semua dari kecenderungan-kecenderungan seks sejenis dengan segala bentuknya. Masyarakat bisa berpartisipasi dalam mewujudkan rehabilitasi bagi saudara kita yang memiliki kecenderungan seksual yang berbeda. Pelaku hubungan seksual sejenis, dianjurkan untuk bertobat kepada Allah. Insya Allah, Dia akan menerima tobat hamba-Nya. Perihal khuntsa musykil dan mukhannats (pria dengan kecenderungan wanita) akan kita bahas dalam kesempatan berikutnya. Kami selalu terbuka untuk menerima saran dan kritik dari para pembaca.

Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq

Wassalamu’alaikum wr. wb


(Alhafiz Kurniawan)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Daerah, Pahlawan, Tokoh PKB Kab Tegal

Selasa, 26 Desember 2017

Desain Lokasi Munas dan Konbes NU 2017 di Lombok Dimatangkan

Lombok, PKB Kab Tegal - Panita Daerah Munas Alim Ulama dan Konbes NU 2017 mulai mematangkan sejumlah persiapan. Mereka mendesain ruangan setiap lokasi.

Pihak panitia juga bersinergi dengan beberapa pemegang kepentingan seperti Darem 162 NTB, Satpol PP, Dishub, dan polisi. GM Angkasa Pura 1 NTB sudah siap pasang stan dan spanduk di beberapa titik strategis baik di dalam maupun di luar bandara Internasional Lombok.

Desain Lokasi Munas dan Konbes NU 2017 di Lombok Dimatangkan (Sumber Gambar : Nu Online)
Desain Lokasi Munas dan Konbes NU 2017 di Lombok Dimatangkan (Sumber Gambar : Nu Online)

Desain Lokasi Munas dan Konbes NU 2017 di Lombok Dimatangkan

Presiden Jokowi juga dijadwalkan akan hadir.

PKB Kab Tegal

Demikian disampaikan Ketua Panitia Daerah Munas dan Konbes NU 2017 Lalu Winengan M Yunus pada rapat bersama semua seksi di kediaman H Mahdan, Desa Gerung Selatan Kecamatan Gerung, Lombok Barat, Selasa (3/10).

Winengan juga menambahkan, bazar dan panitia shalawat badar menjadi pemeriah acara besar kedua NU setelah muktamar ini.

PKB Kab Tegal

Pada rapat ini setiap seksi melaporkan hasil rapat internalnya di antaranya seksi acara. Bq Mulinah merencanakan pembacaan shalawat akan dimeriahkan oleh 7000 santri dan pelajar se-pulau Lombok.

Persiapan ini diadakan dalam rangka antara lain menyambut perjalanan Presiden Jokowi dari pendopo gubernur menuju Islamic Center yang menjadi pusat pembukaan Munas dan Konbes NU.

Jokowi akan menggunakan mobil terbuka menuju lokasi pembukaan agar bisa menyapa 7000 pelajar dan santri yang melantukan shalawat. Seksi-seksi lain melaporkan persiapan masing-masing.

Tampak hadir Ketua PWNU NTB dan para tuan rumah di antaranya Pengasuh Pesantren Al-Halimy, Sesele, Lombok Barat, Tgh Munajib Khalid, Hj Wartiah Pesantren Nurul Islam Sekarbele Kota Mataram, Tgh Halisussabri Pesantren Darul Quran, dan puluhan panitia daerah (Hadi/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Kajian, Tokoh, Pondok Pesantren PKB Kab Tegal

Sabtu, 09 Desember 2017

LKNU Sumenep Sumbang 50 Kantong Darah

Sumenep, PKB Kab Tegal. Pagi itu Sekretariat PCNU Sumenep ramai. Satu persatu warga NU terus berdatangan memasuki gedung berwana hijau itu yang berlokasi di Jalan Tronojoyo 295, Gedungan, Sumenep.

LKNU Sumenep Sumbang 50 Kantong Darah (Sumber Gambar : Nu Online)
LKNU Sumenep Sumbang 50 Kantong Darah (Sumber Gambar : Nu Online)

LKNU Sumenep Sumbang 50 Kantong Darah

Warga yang datang tak hanya didominasi orang yang sudah berkepala empat. Membaur di tengah-tengah mereka anak remaja untuk mendonorkan darah. Salah seorang politisi yang datang membawa rombongan wartawan, membikin suasana lebih pencolok.

Pagi itu, Rabu 5 Desember 2012, Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama Sumenep menggelar donor darah. Ini aksi donor darah yang keduasetelah bulan September. NU Tak pernah absen turut membantu kebutuhan masyarakat.

PKB Kab Tegal

“Tujuannya tidak lain, untuk membantu menyuplai kebutuhan darah di Sumenep. LKNU tiap tahun melakukan kegiatan seperti ini” jelas Ketua LKNU Sumenep Hadariyadi.

Doroh darah di Sumenep sangat dibutuhkan dan mendesak, mengingat PMI Sumenep kekurangan stok darah untuk memenuhi kebutahan warga Sumenep. Permintaan darah saat ini mencapai 500 kantong.

PKB Kab Tegal

“Bulan lalu kebutuhan darah mencapai 450 kantong. Sekarang meningkat drasitis, apalagi penderita demam berdarah meningkat,” kata Ketua Unit Tranfusi Darah PMI Sumenep, Moh. Soleh.

Saat ini, PMI hanya mengantongi beberapa kantong darah saja. Saleh membeberkan, stok darah yang ada hanya golongan A sebanyak (2), B (1), AB (1), dan golongan darah O (1).

Sekalipun tidak lantas bisa memenuhi kebutuhan darah secara keseluruhan, kegiatan tersebut dan kegiatan serupa yang dilakukan NU di Kecamatan Saronggi pada keesokan harinya, Kamis (7/12), setidaknya telah membantu menyuplai 50 kantong darah.

“Peserta yang hendak menyumbangkan darahnya sebenaarnya banyak. Yang hadir ke PCNU sekitar 70 orang dan yang di Saronggi sekitar 30 orang, tapi tidak semuanya bisa didonor karna tensi darahnya tidak normal,” jelasnya.

Kontributor: M. Kamil Akhyari

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Sejarah, Tokoh, AlaNu PKB Kab Tegal

Rabu, 06 Desember 2017

PB PMII Lakukan Koordinasi dengan Menag Jelang Pertemuan Mahasiswa Sedunia

Jakarta, PKB Kab Tegal. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyatakan, Kementerian Agama siap bekerja sama dengan berbagai elemen anak bangsa dalam mengampanyekan deradikalisasi atau menangkal radikalisme, termasuk dengan organ kemahasiswaan.

“Kemenag siap bekerja sama dengan PMII, IMM, HMI dan lain sebagainya, untuk kampanye tentang deradikalisasi, khususnya di kalangan mahasiswa, santri dan pelajar,” terang Menag saat menerima para Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) di Ruang Kerja Menag, Jakarta, Rabu (18/05) siang. Menag melihat, ada beberapa program yang bisa disinergikan, antara lain: kursus pemahaman kebangsaan dan pendidikan multikultural.

PB PMII Lakukan Koordinasi dengan Menag Jelang Pertemuan Mahasiswa Sedunia (Sumber Gambar : Nu Online)
PB PMII Lakukan Koordinasi dengan Menag Jelang Pertemuan Mahasiswa Sedunia (Sumber Gambar : Nu Online)

PB PMII Lakukan Koordinasi dengan Menag Jelang Pertemuan Mahasiswa Sedunia

Seperti dilansir situs kemenag.go.id, PB PMII berkunjung ke kantor Menag dalam rangka membahas agenda pertemuan mahasiswa sedunia. Hadir dalam kesempatan ini, Ketua Umum PB PMII  Aminuddin Ma’ruf, Sekjen L Sa’adullah, Bendahara Umum AR Hasibuan, dan beberapa pengurus harian lainnya. 

Kepada Menag, mereka menyamaikan bahwa akan menggandeng beberapa organ ekstra lainnya, seperti HMI, IMM, HIKMAH BUDHI, KMHDI, PII, GMNI, GMKI, PMKRI dan lain sebagainya untuk ikut serta dalam penyelenggaraan pertemuan akbar itu.

PKB Kab Tegal

“PMII kini mempunyai 553 komisariat, 228 cabang dan 24 korcab. Beberapa provinsi disatukan korcabnya seperti Papua dan Papua Barat, Maluku Utara dan Gorontalo, Jateng dan DIY, Jatim dan Bali untuk mempermudah koordinasi dan kaderisasi,” terang Aminuddin. 

Kepada Menag, Amin menyatakan bahwa PMII siap bersinergi untuk kampanye deradikalisasi. “Di kampus-kampus yang PMII-nya mayoritas, Insyaallah paham radikalismenya rendah,” imbuh Amin.

Didampingi Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam M. Isom Yusqi dan Plt. Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran Mukhlis M Hanafi, Menag berharap PMII ikut serta dalam memberdayakan Rohis di sekolah dalam kampanye deradikalisasi dan pengkaderan. “Litbang kita mempunyai bahan yang bisa dikaji tentang deradikalisasi Islam,” tutur Menag. (Red: Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal

PKB Kab Tegal Tokoh, Aswaja, Berita PKB Kab Tegal

Kamis, 30 November 2017

Ulama-Santri, Garda Depan Perjuangan Kemerdekaan

Peran sentral ulama-santri pada masa revolusi kemerdekaan telah terpinggirkan dalam penulisan sejarah ‘resmi’ negara. Itulah pernyataan Dr. KH. A. Hasyim Muzadi dalam endorsement-nya di buku ini. Tidak mudah mendapatkan ‘rasa’ sejarah ketika menelusuri episode sejarah yang hampir satu abad nyaris terpinggirkan atau lebih tepatnya dipinggirkan. Memang susah ditemukan peran ulama atau santri dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, bahkan dalam buku sejarah nasional yang dipelajari selama 12 tahun di bangku sekolah.

Sangat ironis ketika faktanya ulama seperti KH. M. Hasyim Asy’ari dan santrinya yang tidak lain adalah anaknya sendiri KH. A. Wahid Hasyim adalah pahlawan nasional dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia dan membangun Dasar Negara.

Buku ini, Laskar Ulama-Santri dan Resolusi Jihad: Garda Depan Menegakkan Indonesia (1945-1949) yang ditulis oleh Zainul Milal Bizawie ingin menunjukkan bahwa sejarah seharusnya mengkaji dengan jernih adanya kepentingan politik yang terdapat dalam relasi kuasa (power relation), atau yang dikenal dengan politik pengetahuan (politic of? knowledge). Dengan kata lain, perlunya kesadaran akan saling berkelindannya atau berjalan seiring antara penulisan sejarah dengan kekuasaan.

Dalam Muqaddimah-nya, Ibnu Khaldun juga mengkritik penulisan historiografi sejarah yang tidak sesuai dengan fakta seseorang. Yaitu ketika Khalifah Harun ar-Rasyid dalam sejarah ditulis sebagai seorang yang suka madat dan madon, karena faktanya sang Khalifah adalah seorang yang pemberani, cerdas, dan bijaksana. Mana mungkin sejarah Harun ar-Rasyid ditulis seperti itu jika tidak ada faktor politik kekuasaan.

Ulama-Santri, Garda Depan Perjuangan Kemerdekaan (Sumber Gambar : Nu Online)
Ulama-Santri, Garda Depan Perjuangan Kemerdekaan (Sumber Gambar : Nu Online)

Ulama-Santri, Garda Depan Perjuangan Kemerdekaan

Milal yang juga seorang santri menyadari bahwa jika santri sendiri yang tidak menulis sendiri sejarahnya, siapa yang akan menulis. Karenanya, buku ini mencoba memaparkan suatu plot cerita kiprah ulama-santri yang secara tidak disadari mengungkap rangkaian fakta-fakta yang telah membangun sebuah episteme yang secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan.

Bagian pertama buku ini mengungkapkan kajian mistifikasi yang dibangun secara simbolik sebagai dasar perjuangan ulama-santri. Bagi santri dan masyarakat, seorang ulama atau Kyai dianggap sebagai pengawal agama dan penunjuk jalan kebaikan. Posisi ulama atau Kyai sangat penting menjadi symbol perlawanan atau perjuangan. Kemampuannya dan kesaktiannya yang luar biasa akan memperteguh daya kohesi dan motivasi bagi santri dan masyarakat untuk memposisikan ulama sebagai panutan (hal.17).

PKB Kab Tegal

Bagian kedua buku ini mengungkapkan perlawanan ulama dan santri sejak Syekh Yusuf al-Makassari hingga turun-temurun membentuk jaringan perlawanan ulama kepada Syekh Hasyim Asy’ari dan Kyai Wahab Chasbullah (Pendiri NU) yang tak pernah padam meski kolonial Belanda telah semakin berkuasa. Bahkan karena tindakan kolonial Belanda yang terus menindas dan mengganggu tegaknya agama Islam, ulama-santri tidak pernah padam melakukan perlawanan terhadap kolonial sehingga meledakkan perang besar, yaitu Perang Jawa Diponegoro sebelum era Mbah Hasyim Asy’ari.

Bagian ketiga buku ini memaparkan lebih jauh pergerakan ulama-santri melawan kolonial Belanda dengan politik etisnya yang membuat kalangan pesantren begitu terpinggirkan. Datangnya Jepang yang memposisikan diri sebagai saudara tua menghadirkan penjajahan baru yang tak kalah kejamnya hingga akhirnya ulama-santri membentuk laskar Hizbullah.

Terbentuknya Hizbullah awalnya keinginan Jepang merangkul umat Islam seluruh Indonesia untuk dilatih militer dan dikirim ke Jepang bergabung dengan Heiho melawan tentara sekutu, namun dengan gagasan brilian KH. Hasyim Asy’ari laskar santri tersebut terpisah dengan Heiho dan membentuk barisan tersendiri yaitu Laskar Hizbullah. Laskar ini dibentuk Mbah Hasyim untuk mempersiapkan kemerdekaan RI sekaligus mempertahankannya.

PKB Kab Tegal

Perjuangan Mbah Hasyim tidak berhenti sampai di situ, bagian keempat buku ini menjelaskan secara detail gagasan KH. Hasyim Asy’ari dalam mencetuskan fatwa Resolusi Jihad dimana fatwa tersebut mampu menggerakan Pemerintah RI dan seluruh bangsa Indonesia khususnya yang beragama Islam untuk bersama-sama melawan tentara Sekutu yang diboncengi NICA Belanda.

Laskar Hizbullah, Fisabilillah, dan seluruh rakyat Indonesia berbekal fatwa jihad Mbah Hasyim yang diteguhkan Resolusi Jihad, pantang mundur menolak kedatangan kolonial. Resolusi Jihad tersebut menyeru seluruh elemen bangsa khususnya umat Islam untuk membela NKRI. Pertempuran 10 November 1945 meletus, laskar ulama-santri dari berbagai daerah berada di garda depan pertempuran. Perjuangan laskar ulama-santri terjadi di berbagai daerah terpompa semangat Resolusi Jihad Mbah Hasyim Asy’ari.

Pada bagian kelima menjelaskan bahwa perjuangan ulama-santri berlanjut dalam pertempuran melawan penjajah bahkan eskalasinya semakin keras diiringi dengan berbagai strategi diplomasi. Karena yang diusung oleh para ulama adalah politik kebangsaan, maka laskar Hizbullah tidak mempermasalahkan kebijakan-kebijakan Negara terkait dengan tentara Negara. Bahkan para ulama tetap menjaga semangat juang dengan meneguhkan kembali resolusi jihad jilid II. Meskipun perjanjian Linggarjati dan Renville telah merugikan, namun semangat juang ulama-santri tetap berkobar. ?

Bagian keenam yang merupakan bagian terakhir buku ini mengupas tentang ulama pesantren dan bambu runcing. Kisah tentang karomah dan kehebatan para Kyai serta kehebatan bambu runcing yang telah mendapatkan doa dari para Kyai. Kisah-kisah yang menurut sejarawan barat tidak rasional tapi telah menjadi realitas sejarah Nusantara pada umumnya. Sebut saja sejarawan Prancis, Voltaire (w. 1778) dengan teori progresifnya bahwa sebuah peristiwa sejarah haruslah bersifat positivistik, rasional, dan dapat dinalar. Oleh sebab itu, teori progresif Voltaire tidak bisa digunakan untuk membaca sejarah Nusantara.

Dari bagian pertama hingga keenam, nampak bahwa ulama-santrilah yang mampu secara konsisten mengadakan perlawanan terhadap kolonial. Dengan kata lain, ulama dan pesantren menjadi simbol perlawanan kolonial. Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa satu-satunya elemen bangsa yang tidak pernah terjajah oleh kolonial adalah ulama-santri dan pesantren, bahkan menjadi garda depan dalam menumpas kolonialisme.

Buku ini menjadi bacaan ‘wajib’ bangsa Indonesia agar sejarah yang sesungguhnya dapat dibaca secara komprehensif, tidak anakronistik (sepenggal-penggal) sehingga memperteguh serta mengokohkan jati diri dan martabat bangsa Indonesia.

?

Judul? ? ? ? ? ? ? ? : Laskar Ulama-Santri & Resolusi Jihad: Garda Depan Menegakkan Indonesia (1945-1949)

Penulis? ? ? ? ? : Zainul Milal Bizawie

Penerbit? ? ? : Pustaka Compass, Tangerang

Tahun? ? ? ? ? : Cetakan I, Januari 2014

Tebal? ? ? ? ? ? : xxxii + 420 halaman

Peresensi? : Fathoni, Mahasiswa Pascasarjana STAINU Jakarta

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Hikmah, Tokoh PKB Kab Tegal

Putra Putri Pendiri Bangsa Serukan Jaga Kebhinekaan

Jombang, PKB Kab Tegal. Putra Putri Pendiri Bangsa Dan Tokoh Lintas Agama berkumpul di pesantren Tebuireng Jombang, Ahad (13/8). Mereka ‘terpaksa’ turun gunung mengingatkan pemerintah dengan memberikan Seruan Kebangsaan agar segera merajut kembali kebhinekaan yang digelorakan pendiri Bangsa.

Putra Putri Pendiri Bangsa Serukan Jaga Kebhinekaan (Sumber Gambar : Nu Online)
Putra Putri Pendiri Bangsa Serukan Jaga Kebhinekaan (Sumber Gambar : Nu Online)

Putra Putri Pendiri Bangsa Serukan Jaga Kebhinekaan

Mereka adalah Nuskhi Hadikusumo cucu Ki Bagus Hadikusumo, Salahudin Wahid Putra KH Wachid Hasyim, SR Handini B Maramis, Putri AA Maramis, Agus Tanzil Sjahroezah,  Cucu Agus Salim,  MA Rahadi Subardjo , Putra Prof Mr Achmad Soebardjo, Nugroho Abi Kusno Cucu Abikoesno Tjokrosoejoso dan Meutia Hatta putri Bung Hatta.  

“Sebagai putra putri pendiri bangsa, kita prihatin atas kondisi bangsa terutama terkait pentingnya soal Bhineka Tungal Ika yang agak kurang baik,  harus bisa dipersatukan kembali, rakyat harus sejahtera dan Negara harus aman, kedaulatan harus dijaga dengan baik,” ujar Meutia Hatta usai membacakan Seruan. 

Apakah kondisi Negara sudah sangat genting, sehingga putra-putri pendiri bangsa harus turun gunung memberikan Seruan Kebangsaan,  putri mantan wakil presiden pertama Mohamad Hatta ini tidak menampik.

”Bisa dikatakan seperti itu, tapi yang terpenting apa yang harus dilakukan bersama, oleh semua pihak. Kita memiliki musuh bersama yang harus dihadapi.  Musuh yang dihadapi tidak harus konkrit, tetapi abstrak, seperti kemiskinan, penganggauran dan lainnya harus kita hadapi bersama,” tandasnya.

PKB Kab Tegal

Hal yang sama disampaikan KH Salahudin Wahid yang mengatakan pemerintah harus segera meminimalisir adanya benih-benih intoleransi yang bisa menyebabkan perpecahan.

”Kita merasa ada hal hal yang mengganggu kita akhir-akhir ini, potensi perpecahan itu ada, seberapapun kecilnya harus kita cegah, kita nanti akan keliling kekeberapa tokoh menyampaikan seruan ini, termasuk menyampaikan kepada presiden,” ujarnya.

Untuk mencegah pontensi perpecahan itu, lanjut Gus Salah biasa dipanggil adalah menjaga toleransi. Semuanya bertanggunggungjawab untuk mencegah hal itu.

”Kuncinya toleransi, toleransi itu adalah menghargai perbedaan. Dan itu ada kaedahnya, yakni jangan melakukan sesuatu kepada orang lain, sesuatu yang tidak diinginkan kepda kita. Itu adalah Golden role of etik,”ujarnya. 

PKB Kab Tegal

Sementar itu, Menteri Sosial Khofifah Indarparawansah yang menerima Seruan Kebangsaan dari Putra Putri Pendiri Bangsa dan Tokoh Lintas Agama mengatakan, pihaknya akan meneruskan kepada presiden Jokowi.

“Seruan ini akan kami sampaikan secara langsung kepada bapak presiden. Dan sudah saya konfirmasikan kepada Menteri Sekretaris Negara. Dan saya sudah ngomong kepada beliau-beliau jika berkenan seruan ini akan sangat besar signifakansinya, jika seruan ini bisa disampaikan langsung kepada bapak presiden,” ujarnya.

Khofifah yang juga Ketua PP Muslimat NU ini menambahkan dari 9 tokoh nasional, yang merumuskan hal-hal subsantif pendirian bangsa ini, ada 4 dari nasionalis, 4 islam dan kelompok Kristen.

“Kebersamaan mereka, atas nama wakil para pendiri bangsa, sebagai hadiah ulang tahun Kemerdakaan Bangsa Indonesia yang ke 72. Mereka tidak bisa tinggal diam, mereka turun gunung dan seruan nasional,”tandas Mensos.

Yang juga penting, lanjut Khofifah, seruan ini juga ditandatangani oleh putra putri pendiri bangsa tetapi juga oleh lintas agama, "ini bersatunya mereka, mudah mudahan bisa menjadi perekat yang lebih kuat untuk NKRI kedepannya,” pungkasnya. .(Muslim Abdurrahman)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Kajian Sunnah, Tokoh PKB Kab Tegal

Minggu, 26 November 2017

Menyoal Reposisi Gerakan PMII

Oleh Abdul Rahman Wahid. --Peralihan negara dari otoriterianisme ke demokrasi menuntut organisasi mahasiswa untuk mengkaji ulang gerakannya, tak terkecuali PMII.

Berkaca pada sejarah, sikap PMII pada masa Orde Baru (Orba) yang vis a vis terhadap negara adalah suatu yang niscaya. Keterkungkungan dalam segala hal, baik politik ekonomi dan sosial membuat PMII harus mengambil sikap independen agar tetap survive mengawal negara. Tak heran, di bawah kepemimpinan sahabat Zamroni, PMII menyatakan independen, tidak ada ketergantungan terhadap organisasi manapun.

Seiring berjalannya waktu, tragedi 98 telah membuat suatu sejarah baru di Indonesia. Kebebasan sudah bisa dirasakan oleh setiap warga negara. Semuanya serba terbuka, negara telah hadir dalam bentuk regulasi bukan lagi menghegemoni.

Menyoal Reposisi Gerakan PMII (Sumber Gambar : Nu Online)
Menyoal Reposisi Gerakan PMII (Sumber Gambar : Nu Online)

Menyoal Reposisi Gerakan PMII

Menyikapi itu, pada perayaan Hari Lahir (Harlah) PMII ke-55 yang diselenggarakan di Masjid Al-Akbar Surabaya, PMII menyatakan sikap reposisi gerakan mahasiswa.[1] Suatu sikap responsif yang patut diapresiasi. Benar memang, itu harus dipahami oleh seluruh kader PMII. Karena hari ini kita berada pada kondisi zaman yang sangat jauh berbeda dengan kondisi PMII zaman dulu.

Reposisi gerakan itu disampaikan langsung ketua PB PMII, Aminudin Maruf di hadapan Presiden Joko Widodo pada perayaan Harlah PMII ke-55 di Surabaya. Menurutnya, aksi jalanan bukanlah suatu yang haram. Namun, gerakan intelektual, kaderisasi internal, kembali ke gerakan keagamaan lebih baik.

PKB Kab Tegal

Melihat itu, dalam benak penulis langsung timbul beberapa pertanyaan. Pertama, soal gerakan intelektual. Sederhanya, materi-materi yang ada di PMII masih menggunakan materi lama. Tentunya materi itu dibuat dan digunakan untuk hadirnya negara yang represif. Jika benar PMII akan melakukan reposisi gerakan di wilayah gerakan intelektual, mengkaji ulang materi agar sesuai dengan kebutuhan zaman adalah suatu keharusan. Lantas, apakah pihak kaderisasi PB PMII sudah ada langkah untuk itu? Sependek yang penulis ketahui, masih belum ada.

Momentum Harlah seharusnya menjadi ruang yang tepat untuk merefleksikan itu semua. Namun sayang, momen itu sudah terlewatkan. Mengangkat jargon "Mukatamar Pergerakan" ternyata acara yang disuguhkan lebih pada "Seminar Pergerakan." Apa yang dihasilkan dari perayaan akbar tersebut masih dalam ketidakjelasan. Kecuali hingar-bingar kegembiraan dengan sekian hiburan yang disuguhkan.

Yang menarik, kesadaran itu sudah lebih dulu muncul di benak kader lapisan bawah. Beberapa materi yang sudah seharusnya dirumuskan ulang ramai diperbincangkan. Lagi-lagi, yang dihadapi kader-kader PMII level bawah adalah soal legitimasi. Seperti persoalan kembalinya PMII menjadi bagian struktur NU, suara di bawah sudah kencang tapi PB PMII sebagai pimpinan tertinggi masih terlihat diam.[2] Artinya, setingkat Rayon tidak punya hak untuk mengubah materi-materi yang menjadi konsumsi kader PMII. Sedangkan perengkrutan kader baru semakin dekat.

PKB Kab Tegal

Lantas, masihkah mereka akan disuguhkan materi-materi yang menuntun untuk bersikap vis a vis terhadap negara, sedangkan PMII menyatakan sikap reposisi gerakan. Jika di tahun ajaran baru ini PMII masih belum bisa merumuskan materi-materi yang sesuai kebutuhan zaman. Maka, stagnasi gerakan adalah sebutan yang pantas daripada reposisi gerakan sebagaimana yang disuarakan oleh pimpinan.

Kedua, kaderisasi internal. Hal yang penting diperhatikan dalam kaderisasi internal adalah pemantapan ideologi. Jika sudah bicara pemantapan ideologi, tentunya kita tidak akan lepas dari materi-materi inti di PMII, semisal Aswaja, ke-PMII-an dan NDP (Nilai Dasar Pergerakan). Ketiga materi itu adalah materi kunci untuk memantapkan setiap kader agar memiliki rasa kepemilikan (secara jasmani dan rohani) terhadap PMII. Ketiganya harus benar-benar mengkristal pada diri kader PMII. Dengan demikian, kaderisasi internal sebagai reposisi gerakan tidak bisa diraih jika pemantapan ideologi tidak terlaksanakan. Sudahkah hal ini dirumuskan dan dilakukan?

Ketiga, kembali ke gerakan keagamaan. Jika berbicara gerakan keagamaan, maka internalisasi Aswaja menjadi kebutuhan yang tak terbantahkan. Sependek yang penulis ketahui. Aswaja yang dipakai dalam PMII adalah Aswaja dalam konteks umum. Hal itu bisa dilihat dari nilai empat (Tawasut, Tasamuh, Tawazun dan Taadul) yang dikaji dalam PMII. Bukan Aswaja sebagaimana yang diamalkan oleh warga NU (baik yang tertulis atau tidak). Meskipun PMII menganggap, Aswaja yang disuguhkan pada kader adalah Aswaja selayaknya NU. Karena, Aswaja belum tentu Aswaja sebagaimana yang diamalkan NU, tetapi Aswaja yang diamalkan NU sudah pasti Aswaja.

Artinya, PMII harus benar-benar mampu menginternalisasikan Aswaja ala NU. Jika benar-benar mau kembali ke gerakan keagamaan seperti yang termaktub dalam reposisi gerakan. Yang menjadi persoalan adalah, PMII hari ini lebih pada pengetahuan yang berbasis rasionalitas-empiris. Hampir semua argumentasi kader PMII lebih dibanggakan jika syarat akan refresensi rasionalitas-empiris. Atau lebih kita kenal dengan istilah positivistik, pengetahuan menutupi kebenaran.

Dengan demikian, kembali ke gerakan keagamaan harus diiringi dengan revolusi rohani, pembersihan diri. Revolusi rohani itu bisa terjadi jika PMII tidak hanya berpatokan pada dalil naqli dan waqii semata. Namun, dalil kasyfi menjadi landasan yang patut diperhitungkan.

Jika mengacu pada tradisi yang ada, dalil kasyfi selalu menjadi elemen yang tidak bisa dikesampingkan. Hal itu bisa dibuktikan dengan sekian kejadian yang pernah dialami oleh intelektual Islam Indonesia (Kiai), mungkin menurut pemahaman rasionalitas-empiris hal semacam itu tidak bisa dipercaya. Semisal, kebenaran yang datangnya melalui mimpi. Karena tidak bisa dibuktikan dengan data dan fakta yang tampak oleh mata. Namun, yang semacam itu adalah kebenaran yang sampai saat ini (terutama kalangan pesantren) masih mempercayai kebenarannya. Ya, singkatnya "membaca teks yang tak tertulis" itulah kasyfi yang dimaksud. Sebagai penerus perjuangan para Kiai, PMII sudah suharusnya berani mengakui akan posisi dalil kasyfi.

Tanpa dalil kasyfi mustahil revolusi rohani akan terjadi. Jika revolusi rohani tidak terjadi, kecenderungan pada hubbud dunya lebih mendominasi. Gerakan keagamaan yang dilakukan selalu dikaitkan dengan persoalan materi, bukan menegakkan kalimat Ilahi. Setinggi apapun ilmu yang diraih kader PMII, setinggi apapun pangkat dan jabatannya, namun menolak kebenaran dalil Kasyfi. Ujung-ujungnya akan menjadi penjahat dengan segala bentuknya. Alhasil, gerakan keagamaan tidak akan terealisasi. Karena untuk melakukan kebenaran sesuai kata hati telah tertutupi oleh matinya nyali. Lihatlah, sisi lain dari para Kiai.

Dari sekian pembahasan di atas, tentunya banyak pekerjaan rumah yang harus di kerjakan PMII. Gerakan intelektual, kaderisasi internal, kembali ke gerakan keagamaan bukan hanya menjadi dagangan dalam masa jabatan. Semua itu harus dilakukan dan dibuktikan dengan tindakan. Penulis sendiri sepakat dengan gagasan reposisi gerakan. Namun, jika PB PMII sebagai pimpinan tertinggi lamban seperti menyikapi "Kembalinya PMII ke NU". Reposisi gerakan bukanlah suatu yang niscaya seperti yang disampaikan sahabat Aminudin Maruf, Ketua Umum PB PMII. Tetapi, reposisi gerakan adalah sebuah kata tanpa makna. Seperti yang tertulis rapi dalam berita. Ingat, Reposisi gerakan bukan reposisi perhimpunan. Buktikan, karena ucapan saja bukanlah ciri dari kaum pergerakan.

 

Habislah sudah masa yang suram

Selesai sudah derita yang lama

 

Abdul Rahman Wahid, kader Rayon PMII Ashram Bangsa, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan kalijaga Yogyakarta.

 

[1] Lihat PKB Kab Tegal, PMII Nyatakan Reposisi Ulang Gerakan Mahasiswa, dipubliskasikan (Sabtu, 18/04/2015 18:01)

[2] Lihat PKB Kab Tegal, PB PMII Tunggu Hasil Kajian Tim Kaderisasi PBNU, dipublikasikan (Ahad, 01/02/2015 17:01)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal IMNU, Tokoh, Ulama PKB Kab Tegal

Aklamasi, Faqih dan Halimah Pimpin IPNU-IPPNU Subang

Subang, PKB Kab Tegal. Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kabupaten Subang menggelar Konferensi Cabang (Konfercab) VI di MTs Al-Maarif Binong, Subang, Jawa Barat, Kamis (15/12).

Dalam Konferensi tersebut terpilih secara aklamasi Agung Al Mutafaqih sebagai Ketua IPNU periode 2016-2018 menggantikan Ketua IPNU sebelumnya, Abdullah ZA dan Halimah Sadiyah sebagai Ketua IPPNU Subang periode 2016-2018 menggantikan Ketua IPPNU sebelumnya, Azizah.

Aklamasi, Faqih dan Halimah Pimpin IPNU-IPPNU Subang (Sumber Gambar : Nu Online)
Aklamasi, Faqih dan Halimah Pimpin IPNU-IPPNU Subang (Sumber Gambar : Nu Online)

Aklamasi, Faqih dan Halimah Pimpin IPNU-IPPNU Subang

"Berdasarkan hasil keputusan Konferensi, rekan Agung Al Mutafaqih sah terpilih sebagai Ketua IPNU Subang untuk masa khidmat 2016-2018," ujar pimpinan sidang dari unsur PW IPNU Jawa Barat, Ziyad Ahmad seraya mengutuk palu sidang.

Senada dengan Ziyad Ahmad, pimpinan sidang dari unsur PW IPPNU Jawa Barat, Nurul Fatonah memutuskan jika Halimah Sadiyah secara aturan main organisasi sah terpilih memimpin IPPNU Kabupaten Subang periode 2016-2018.

PKB Kab Tegal

"Semua yang menyangkut hasil persidangan terkait Konfercab ini, maka diputuskan rekanita Halimah Sadiyah sah terpilih menjadi Ketua IPPNU Subang," jelas Nurul.

Ketua IPNU Subang terpilih, Agung Al Mutafaqih menegaskan, akan terus memaksimalkan proses kaderisasi di tiap sekolah yang ada di Kabupaten Subang bersama dengan IPPNU, khususnya di Wilayah Subang Selatan.

"Karena saat ini kita masih fokus kaderisasi di wilayah pantai utara (Pantura) sehingga terbentuk PAC sekitar 15. Mudah-mudahan selama kami memimpin bisa 30 PAC yang ada di Kabupaten Subang bisa terbentuk," kata pria yang akrab disapa Faqih tersebut. (Ade Mahmudin/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal

PKB Kab Tegal Tokoh, Daerah, Bahtsul Masail PKB Kab Tegal

Kamis, 16 November 2017

Di SMP Ini, Tes Keagamaan Jadi Syarat Pengambilan Ijazah

Jombang, PKB Kab Tegal

Siswa SMP Terpadu Tarbiyatun Nasyiin (SMPTTN) Paculgowang Diwek Jombang menerapkan program Practice Final Exam yang merupakan ujian khusus siswa kelas IX. Ia menjadi syarat standar utama kelulusan di sekolah setempat.

“Meskipun siswa dinyatakan lulus dalam ujian sekolah namun belum mengikuti Practice Final Exam, maka ijazah akan ditahan sampai siswa tersebut memenuhi syarat–syarat yang ditetapkan oleh SMPTTN,” ujar Kepala Sekolah SMPTTN, Abdullah Rosyad.

Di SMP Ini, Tes Keagamaan Jadi Syarat Pengambilan Ijazah (Sumber Gambar : Nu Online)
Di SMP Ini, Tes Keagamaan Jadi Syarat Pengambilan Ijazah (Sumber Gambar : Nu Online)

Di SMP Ini, Tes Keagamaan Jadi Syarat Pengambilan Ijazah

Rosyad menambahkan, Practice Final Exam adalah ujian terakhir untuk kelas IX sebagai syarat siswa? menerima ijazah dari SMP. Sebelumnya, diselenggarakan kegiatan panjang selama satu bulan. Beberapa materi yang diujikan di antaranya, hafalan-hafalan surat pendek, dan praktik ubudiyah sehari-hari seperti wudlu, shalat jenazah, izalatunnajaiz (menyucikan najis), tahlil, dan lain-lain. Kegiatan ini sudah ditempuh dari kelas VII-VIII.

PKB Kab Tegal

Saat Practice Final Exam siswa diberi pertanyaan satu persatu oleh penguji. Uniknya, penguji tidak hanya dari guru. Wali murid pun bisa mengajukan pertanyaan. Hal ini sebagaimana tampak pada Practice Final Exam, Sabtu (30/4).

PKB Kab Tegal

“Penguji nantinya bukan hanya dari dalam sekolah sendiri, namun dari luar juga. Hal ini sebagai ukuran agar ujiannya objektif dan proses pemilihan materinya dengan cara diundi,” ungkapnya.

Saat ujian, peserta ujian akan mengambil undian yang berisi nama surat-surat pendek di dalam juz amma. Dari undian tersebut, penguji akan membaca nama surat tersebut selanjutnya akan dibaca oleh peserta ujian. Dan peserta ujian juga mendapat pertanyaan berupa tajwid serta meneruskan ayat yang terpotong atau bisa dikatakan sambung ayat. ?

Melalui ujian ini, lanjut Rosyad, diharapkan siswa yang lulus dari SMPT TN mempunyai pemahaman ubudiyah yang mendasar sebagai bekal di masyarakat dan tercapai visi SMPT TN yakni siswa menjadi insan berilmu, sopan dan berakhlakul karimah. (Bararatul Bariroh/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Tokoh, Anti Hoax, Quote PKB Kab Tegal