Tampilkan postingan dengan label AlaNu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label AlaNu. Tampilkan semua postingan

Selasa, 23 Januari 2018

Kader PMII UII Ikuti Olimpiade Psikologi Nasional

Jakarta, PKB Kab Tegal. Dua kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dari Universitas Islam Indonesia (UII) Muhammad Najih dan Annisa Nur Hasanah mengikuti Olimpiade Psikologi Nasional yang diselenggarakan di Surabaya, sejak Kamis (17/10) lalu.

Kader PMII UII Ikuti Olimpiade Psikologi Nasional (Sumber Gambar : Nu Online)
Kader PMII UII Ikuti Olimpiade Psikologi Nasional (Sumber Gambar : Nu Online)

Kader PMII UII Ikuti Olimpiade Psikologi Nasional

Olimpiade Psikologi tingkat nasional diadakan di sepuluh universitas di Surabaya yang terdiri dari tujuh cabang lomba, dan diikuti oleh hampir seluruh universitas di seluruh Indonesia yang memiliki Program Studi Psikologi.

Cabang lomba yang ada dalam olimpiade tersebut diantaranya adalah psychodebate (debat psikologi) dan psychoscience (cerdas cermat psikologi)

PKB Kab Tegal

Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) UII sendiri hanya mengirimkan delegasinya untuk mengikuti dua cabang lomba di atas. Ada sepuluh mahasiswa yang bertolak ke Surabaya sebagai wakil dari FPSB UII termasuk Muhammad Najih dan Annisa Nur Hasanah, kader dari PMII Komisariat Wahid Hasyim Universiatas Islam Indonesia.

PKB Kab Tegal

Muhammad Najih menjadi tim delegasi lomba psychodebate (debat psikologi) bersama dengan lima teman lainnya yiatu Diana Arum, Sulistyaningrum, Siti Kholidyah, Retno Manggaharti, dan Iswan Saputra. Najih selain tercatat sebagai sekretaris PMII UII, dirinya juga merupakan penerima Beasiswa Unggulan BPKLN Kemdikbud.

Kemudian, Annisa Nur Hasanah adalah merupakan kader PMII UII yang menjadi delegasi FPSB UII dalam bidang Psychoscience (cerdas cermat psikologi) bersama empat orang lainnya yaitu, Kusprayogi, Ni Putu Dara Retno, dan Abdi Winarni.

Dalam olimpiade tersebut dua kader PMII UII dan delapan mahasiswa lain yang mewakili FPSB UII tersebut mendapatkan hasil yang cukup memuaskan. Tim debat yang sebelumnya tidak berharap untuk dapat lolos dari babak penyisihan grup, ternyata dapat meneruskan langkahnya sampai kepada perempat final yang kemudian terhentikan langkahnya setelah dikalahkan oleh Universitas Pelita Harapan Surabaya.

Berbeda dengan tim debat, perwakilan dari tim cerdas cermat ternyata harus terhenti terlebih dahulu dibabak penyisihan.

Meski demikian, seluruh mahasiswa yang menjadi wakil dari FPSB UII tersebut mempunyai kebanggaan tersendiri berupa pengalaman yang tidak tergantikan dan dapat membangun persahabatan yang hangat dengan teman-teman dari universitas lain meski mereka memiliki latar belakang keyakinan agama dan juga ras berbeda. (Red: Anam)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal AlaNu PKB Kab Tegal

Jumat, 19 Januari 2018

MINU Walisongo Bojonegoro Giatkan Khataman Al-Qur’an dengan Metode Kartu Juz

Bojonegoro, PKB Kab Tegal. Banyak jalan menjadikan anak didik berbudi pekerti mulia, salah satunya dengan menggiatkan dewan guru agar tirakat. Inilah salah satu wasilah yang perlu dilakukan oleh dewan guru dimana pun berada.?

Tak terkecuali oleh Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama (MINU) Walisongo Bojonegoro, Jawa Timur. Madrasah yang bernaung dibawah LP Ma’arif NU ini menggiatkan aktivitas Khataman Al-Quran seminggu sekali dengan metode kartu juz.

MINU Walisongo Bojonegoro Giatkan Khataman Al-Qur’an dengan Metode Kartu Juz (Sumber Gambar : Nu Online)
MINU Walisongo Bojonegoro Giatkan Khataman Al-Qur’an dengan Metode Kartu Juz (Sumber Gambar : Nu Online)

MINU Walisongo Bojonegoro Giatkan Khataman Al-Qur’an dengan Metode Kartu Juz

Pemilihan model kartu juz ini dinilai lebih simple dan merekatkan ukhuwah antar dewan guru. Setiap dewan guru memiliki pilihan untuk mengambil kartu yang dikehendakinya.?

Kartu juz disediakan oleh madrasah dalam dua kotak kecil, yang pertama kotak kartu juz yang belum dibaca, yang kedua kotak yang diperuntukkan untuk kartu juz yang sudah dibaca.

PKB Kab Tegal

Dengan metode ini, diharapkan dewan guru sering berinteraksi sesama dewan guru. Karena pembagian membaca juz tidak melalui medsos (media sosial) yang notabene menjauhkan interaksi antar dewan guru.?

Selain itu setiap sebelum pembagian kartu juz dewan guru seluruhnya berkumpul dalam ruang khusus dengan dipimpin oleh salah satu guru yang juga kiai atau sesepuh dewan guru guna berkirim Al-Fatihah kepada Rasulullah SAW beserta keluarga dan para shahabat, para shalafusholih, ulama, pendiri NU dan pendiri madrasah serta yang paling khusus kepada seluruh anak didik MINU.

Pada prosesi khataman pun tidak jauh beda dengan pembukaan khataman yaitu dengan berkumpul dalam satu ruangan dan salah satu dewan guru membacakan doa khatam Al-Qur’an.?

Hanya uniknya setiap dewan guru pada proses ini menyediakan air bening dalam wadah. Air ini kata salah satu dewan guru berguna sebagai wasilah kepada anak-anak kita.?

PKB Kab Tegal

“Tergantung, mintanya kepada Allah apa? Insyaallah dengan wasilah air ini, hajat kita terkabul,” tutur Abdulloh Afif, yang memiliki gagasan cemerlang ini. (Ahsanul Amilin/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Pendidikan, AlaNu, Kyai PKB Kab Tegal

Pergunu Jabar Fasilitasi 125 Guru Sejarah Perdalam Implementasi Kurtilas

Bogor, PKB Kab Tegal. Sebanyak 125 guru sejarah setingkat SMA/MA mengikuti pelatihan inplementasi kurikulum 2013 yang diadakan Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Jawa Barat dan Prodi Pendidikan Sejarah Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia di pesantren Al-Hidayah, Tajur, Bogor Sabtu (26/9). Wakil Sekretaris PP Pergunu H Hasan Ustadi membuka pelatihan ini.

Tampak hadir Ketua PCNU kabupaten Bogor KH Romdlon, Kasi Pendis Kemenag Bogor H Engkus Kusnadi, Ketua Pergunu kabupaten Bogor H Moch Yani.

Pergunu Jabar Fasilitasi 125 Guru Sejarah Perdalam Implementasi Kurtilas (Sumber Gambar : Nu Online)
Pergunu Jabar Fasilitasi 125 Guru Sejarah Perdalam Implementasi Kurtilas (Sumber Gambar : Nu Online)

Pergunu Jabar Fasilitasi 125 Guru Sejarah Perdalam Implementasi Kurtilas

Pelatihan ini menghadirkan narasumber dari kalangan akademisi UPI Bandung seperti Prof DR H Dadang Supardan, DR Agus Mulyana, H Didin Syarifuddin, Wawan Darmawan.

PKB Kab Tegal

Menurut Sekretaris Pergunu Jawa Barat H Saepuloh, kegiatan ini merupakan rangkaian dari kegiatan kerja sama Pergunu Jabar dan UPI Bandung dalam peningkatan kualitas dan kompetensi guru-guru NU di Jawa Barat.

"Sebelumnya kita sudah melaksanakan kegiatan yang sama dengan beda tema di Kota Tasik, kabupaten Sukabumi dan kabupaten Cianjur," tutur Saepuloh.

PKB Kab Tegal

Ia berharap kegiatan pelatihan ini dapat meningkatkan kompetensi dan kualitas guru dalam pembelajaran sejarah.

"Kebetulan di UPI Bandung banyak akademisi yang tergabung dalam Persatuan Guru NU Jawa Barat, sehingga kegiatan ini bisa dengan mudah di limpahkan ke Pergunu Jabar," tutur Agus Mulyana yang merupakan Dewan Penasehat Pergunu Jabar.

PCNU Bogor mengapresiasi dan mendukung kegiatan pelatihan implementasi kurikulum 2013 ini. ia berharap guru-guru NU lebih bisa menguasai metode pembelajaran sehingga pembelajaran terasa menyenangkan, sehingga tidak ada kesan guru-guru takut dengan pelaksanaan kurikulum 2013.

"Karena ketidaktahuaannya banyak guru yang takut dengan kurikulum 2013," tutur Ketua PCNU Bogor H Romdlon. (Awis Saepuloh/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal AlaNu, Hadits, Pondok Pesantren PKB Kab Tegal

Selasa, 16 Januari 2018

Hariri dan Semiotika Sosial Ustadz

Beberapa waktu lalu masyarakat dikejutkan dengan video ngamuknya seorang Ustadz ketika sedang berceramah. Hariri, ya, ustadz jebolan akademi dai TPI ini terlihat di video media sosial maupun media elektronik marah-marah bukan kepalang kepada petugas sound sistem.

Di dalam video yang berdurasi 3 menit 1 detik itu terlihat Hariri Nampak kesal dengan bahasa sundanya memarahi tukang sound sistem yang belakangan bernama Entis Sutisna ketika sedang berceramah di daerah Nagrak, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Konon sang ustadz kesal ketika meminta Entis untuk memperbaiki suara mikrofon yang tidak bagus sehingga mengganggu ceramahnya.

Namun, tak tahu alasannya apa, menurut kabar, Entis justru marah-marah kepada sang ustadz sehingga membuat Ustadz Hariri pun sebaliknya. Di dalam video tersebut, Entis terlihat ketakutan dimarahi sang ustadz dengan hanya menunduk dan mengangguk-angguk. Ternyata betul, menurut wawancara yang datang kepadanya, Entis takut dengan marahnya ustadz Hariri ketika itu.

Di tengah jamaah, terlihat dalam video Hariri yang berada di atas panggung memarahi Entis yang seakan tak berdaya berdiri pas di hadapan Hariri di bawah panggung sambil menceramahi seolah Raja Amphitriyon sang penguasa lalim kepada Alcides dalam legenda Yunani kuno, Hercules. Klimaksnya, ketika Entis meminta maaf sambil berjabat tangan dengan Hariri sekaligus menunduk seakan hendak mencium kakinya, lutut Hariri ditekuk dan menekan leher bagian belakang Entis sehingga memaksa salah seorang temen Hariri melerainya di atas panggung.

Hariri dan Semiotika Sosial Ustadz (Sumber Gambar : Nu Online)
Hariri dan Semiotika Sosial Ustadz (Sumber Gambar : Nu Online)

Hariri dan Semiotika Sosial Ustadz

Setelah Entis beranjak dari ‘TKP’, gaya Hariri persis seperti ketika David Haye, petinju Inggris yang sombong memenangkan pertadingan, membusungkan dada, dan menegakkan badannya yang ketika mengenakan baju gamis terusan putih dan tutup kepala seperti Imam Bonjol.

Hujatan, makian, hinaan, terus-menerus muncul di video yang diunggah di Youtube tersebut. Intinya yaitu mengarah kepada Hariri yang seharusnya bisa lebih bersikap arif bijaksana sebagai seorang pendakwah.

PKB Kab Tegal

Kejadian ini pun mengundang reaksi institusi maupun pemuka agama, tak terkecuali KH. Mustofa Bisri (Gus Mus). Di akun Facebook pribadinya Simbah Kakung yang ditandai oleh Ahmad Saifudin Zuhri, Gus Mus mengatakan bahwa, ustadz dalam bahasa aslinya, Arab, berarti guru atau profesor. ‘Kesaktian’ pers-lah yang membuat siapa saja di negeri ini disebut ustadz. Termasuk badut, preman, atau anak gila.

Ya, Ustadz. Panggilan untuk seorang profesor di Universitas al-Azhar Mesir ini lekat kepada seseorang yang berprofesi sebagai penceramah atau guru ngaji di Indonesia. Sebagai seorang penceramah atau dai, seseorang kerap menyimbolkan dirinya dengan Jubah, gamis, peci ala Imam Bonjol, dan tak ketinggalan Jenggot, selain itu banyak hapal ayat-yat al-Quran serta Hadis. Untuk menopang sombol-simbol tersebut, bahkan seseorang memenuhinya dengan perilaku sopan, murah senyum, gaya tenang, halus, lembut dalam perkataan, dan lain sebagainya dalam kehidupan sosial mereka.

PKB Kab Tegal

Imbalan yang didapat dengan menyematkan dan menggerakkan simbol-simbol tersebut yaitu dihormati oleh orang lain sebagai seorang yang pandai dalam bidang agama. Ya, paradigma inilah yang tak jarang digunakan oleh seseorang agar cepat dapat dihormati bahkan ditakuti oleh orang lain dalam kehidupan sosial, yaitu dengan menampakkan simbol-simbol agama pada badannya, entah jenggot, gamis, jubah, peci ala Imam Bonjol, dan lain-lain.

Tentang Semiotika Sosial Ustadz

Tanda-tanda atau simbol-simbol ini dalam sebuah disiplin ilmu disebut semiotika atau ilmu tanda. Semiotik berasal dari bahasa Yunani semeion yang berarti tanda. Ahli filasafat dari Amerika yang juga berjasa dalam memunculkan semiotika modern, Charles Sanders Peirce, berpendapat bahwa kita hanya bisa berpikir dengan sarana tanda. Dengan demikian, sudah pasti bahwa menurut Peirce tanpa tanda kita tidak dapat berkomunikasi.

Pertanyaannya, apakah dengan tanda-tanda atau simbol-simbol yang melekat pada diri seseorang katakanlah simbol-simbol agama tadi membuktikan bahwa seseorang tersebut adalah ahli agama? Dengan kata lain, orang yang halus perkataannya, baik perilakunya, sabar dan tenang dalam bersikap dengan asumsi bahwa orang tersebut memang mengerti agama sebagai instrumen Tuhan dalam menunutun umatnya di jalan kebaikan.

Jawabannya belum tentu! Namun, tidak terpungkiri bahwa stigma yang disematkan oleh masyarakat yaitu karena tanda atau simbol-simbol yang tersemat kepada seseorang. Gayung bersambut, seseorang yang diberi gelar Ustadz pun menyimbolkan dirinya dengan memakai tanda-tanda yang memungkinkan bahwa dirinya memang benar-benar Ustadz. Artinya, dengan berpikir seperti itu, seorang Ustadz telah terjebak secara simbolistik tanpa berpikir esensi secara epistemologis apa makna Ustadz, bagaimana seharusnya mengendalikan perilaku yang mengarah pada keburukan, dan bagaimana pula penilaian masyarakat terhadap gelarnya itu dan tentu penilaian pada agamanya sebagai institusi jika semua itu terjadi. ? ?

Hariri mementaskan sikap layakanya bukan seorang ustadz. Ironisnya, perilaku mengumbar kemarahan ia lakukan ketika sedang berceramah di hadapan ratusan jamaah. Ketika itu juga, dia menyimbolkan dirinya dengan memakai gamis terusan berwarna putih dengan peci khas ala Imam Bonjol yang secara semiotik cukup untuk merepresentasikan bahwa dirinya adalah ustadz dalam pandangan dan penilaian masyarakat. Nampaknya dia tidak cukup untuk berpikir bahwa dengan tidak sedang berceramah pun, atau ketika itu tidak sedang mengenakan simbol-simbol Ustadz pun, tetapi berbuat semena-mena, masyarakat dipastikan tidak bisa menerima perilaku tersebut. Bahkan cacian, makian atau hinaan tidak saja tertuju kepada diri pribadinya, namun juga pada institusinya yaitu ustadz, bahkan institusi yang lebih tinggi lagi yaitu Islam.

Sebetulnya Hariri bukan yang pertama, banyak orang di negeri ini yang di katakan ustadz, rupanya Islami namun perilakunya jauh dari esensi seorang ustadz dan nilai-nilai Islam. Tak perlu dirinci di sini, beberapa orang yang dipanggil dengan sebutan ustadz terbukti melakukan tindakan korupsi yang merugikan masyarakat dan negara miliaran rupiah. Ada ustadz yang terdakwa sebagai makelar kasus yang melibatkan banyak orang bahkan dari kalangan artis.

Memang konteksnya berbeda, namun terlepas dari kepentingan apapun, seseorang yang menyimbolkan diri dengan tanda-tanda akan terjebak dengan tanda tersebut secara semiotik dalam kehidupan sosial ketika dirinya tidak mampu berbuat sesuai yang diharapkan tanda tersebut. Biasanya orang yang menyimbolkan diri akan bangga dengan simbolnya sehingga merasa perlu dihormati bahkan dicium tangannya sebagai seorang ustadz. Efek dominonya bukan hanya pada dirinya, namun juga pada institusi yang disandangnya. Dengan kata lain, masyarakat juga akan skeptis dengan orang-orang yang serupa yaitu Ustadz. ? ?

Berbeda dengan orang yang mengutamakan substansi. Orang seperti ini biasanya mempunyai paradigma berpikir iso rumangsa, sanes rumangsa iso (bisa merasa, bukan merasa bisa) sehingga tidak terlalu menyimbolkan diri, tidak terlalu perlu merasa dihormati bahkan perlu didengar nasihat-nasihatnya karena seperti Hariri atau ustad-ustad di atas, dapat membuatnya kehilangan akal sehat dengan tidak memahami ustadz secara substansi namun mengutamakan simbol secara semiotik, bukan?

?

Fathoni, Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana STAINU Jakarta

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal AlaNu, Internasional, Tegal PKB Kab Tegal

Selasa, 02 Januari 2018

Catatan Menjelang 71 Tahun Indonesia Merdeka

Sajak-Sajak Gatot Arifianto



orang-orang membantai waktu

Catatan Menjelang 71 Tahun Indonesia Merdeka (Sumber Gambar : Nu Online)
Catatan Menjelang 71 Tahun Indonesia Merdeka (Sumber Gambar : Nu Online)

Catatan Menjelang 71 Tahun Indonesia Merdeka

beternak labalaba dan menebalkan debu rumah ibadah

bunyi kitab suci, korupsi dan jerit gadisgadis dilinggis lakilaki bersyahwat bengis

disimpan dalam koper masa bodoh

PKB Kab Tegal

udara terpaksa menjadi buruh panggul

mengangkut dengus dan cekikik fantasi entah

tapi hari tak juga melahirkan archimedes

PKB Kab Tegal

di republik budget yang membiakkan generasi fiksi lewat sinema murahan dan games up to date menanggalkan akal

akankah pekik eureka dari mereka yang merayakan alpa dari al-ashr, lir-ilir apalagi gerilya

bersahut menggema seperti kerinduan merdeka?

Netrahyahimsa Institute, 19/7/2016

Amar

? : ga

di deras inferno, menanam padi pada mata sehingga batas menuai nafas ialah amar do.

Netrahyahimsa Institute, 02032009

Lagu Pagi

tak perlu berpaling mempersoalkan jejak. sebab luka dan juga duka sepertihalnya daun jatuh pada tanah.

Netrahyahimsa Institute, 03122009

Gatot Arifianto. Nahdliyin. Sejumlah tulisannya dibukukan dalam buku, Merajut Jurnalisme Damai di Lampung, Aliansi Jurnalis Independen Bandar Lampung, 2012. Menelisik Korupsi Anggaran Publik 2013, Aliansi Jurnalis Independen Indonesia. NU Mengawal Perubahan Zaman, Lajnah Ta’lif wan Nasyr (LTN) PWNU Lampung, 2015.



Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Budaya, AlaNu, Jadwal Kajian PKB Kab Tegal

Kamis, 21 Desember 2017

Nusron Wahid: Nama "Ansor" Punya Kekuatan Magis

Jakarta, PKB Kab Tegal. Kata ‘Ansor’ diambil sebagai nama organisasi yang menaungi gerakan pemuda NU. Dalam paruh pertama 1900-an, nama ini dipilih oleh para ulama dan pendiri Gerakan Pemuda (GP) Ansor untuk organisasi pemuda NU. Pengambilan nama ini bukan dilakukan secara sembarangan, tetapi melalui proses pikir yang matang.

Nusron Wahid: Nama Ansor Punya Kekuatan Magis (Sumber Gambar : Nu Online)
Nusron Wahid: Nama Ansor Punya Kekuatan Magis (Sumber Gambar : Nu Online)

Nusron Wahid: Nama "Ansor" Punya Kekuatan Magis

“Saudara-saudara sekalian, kenapa 78 tahun lampau organisasi pemuda NU ini diberi nama ‘Ansor’, bukan ‘Pemuda NU’? Berkali-kali saya katakan bahwa nama ‘Ansor’ sangat istimewa karena tafa’ulan (meneladani demi mengambil keberkahan). Para kiai dahulu bertafa’ul kepada Al-Quran dan sahabat Rasulullah SAW dalam menentukan nama pemuda NU ini. Beruntunglah kita memiliki nama demikian,” ungkap Nusron Wahid, Ketua Umum PP GP Ansor dalam pidato Peluncuran Hari Lahir (Harlah) GP Ansor yang ke-78, di Gedung PP GP Ansor, Kramat Sentiong, Jakarta Pusat, Selasa (24/4) malam.

Setelah kami teliti, papar Nusron, bersama para ulama-ulama muda bahwa Ansor adalah satu-satunya nama organisasi kepemudaan di dunia. Tetapi hanya satu nama organisasi di dunia ini yang tersebut di dalam Al-Quran. Falamma ahassa isa minhumul kufro qola  ‘Man ansori ilallah’? Qalal hawariyyuna ‘Nahnu ansorullah’. (QS Ali Imran: 52)

PKB Kab Tegal

Lebih dari 500 sahabat Ansor memadati hall Gedung PP GP Ansor. Gegap gempita Mars Ansor, membahana seisi ruangan. Mereka dengan semangat berkobar memekikkan yel-yel Ansor. Ribuan tangan terkepal, terangkat menuding langit. Mereka dengan seragam hijau Ansor, bergairah mengikuti Peluncuran Harlah GP Ansor ke-78. Titik puncak Harlah GP Ansor rencananya diselenggarakan tanggal 10 Juni 2012 yang dipusatkan di Surakarta, Jawa Tengah.

PKB Kab Tegal

Orang yang menyebut kata ‘Ansor’ telah mendapatkan 50 kebaikan, tambah Nusron. Hal ini didasarkan pada hadis nabi yang mengatakan bahwa orang yang menyebut 1 huruf dalam Al-Quran mendapat 10 kebaikan. ‘Ansor’ sendiri terdiri dari 5 huruf. Kalau yang hadir minimal 500 sahabat Ansor sekali saja meneriakkan yel-yel Ansor, maka forum ini sudah menerima 25000 kebaikan. Kelakar Nusron ini disambut gemuruh tawa para hadirin.

Di ujung sambutannya, Nusron mengajak para sahabat Ansor untuk berdoa agar mereka dapat bertafa’ul agar kelakuan mereka benar-benar sama atau minimal mendekati dengan akhlak sahabat-sahabat Ansor pada zaman Rasulullah SAW.

Para sahabat Ansor di era Rasulullah, tegas Nusron, dikenal dengan manusia-manusia penting bagi zamannya, peduli dengan lingkungan, peduli dengan perjuangan dan sebagainya. Ratusan pemuda berseragam hijau yang sebagian berseragam coklat, mengamini doa Ketua Umum mereka. Seragam coklat adalah seragam khusus yang dikenakan Banser, Barisan Ansor Serbaguna. Banser adalah kesatuan istimewa Ansor yang menangani bagian lapangan.

Nusron mengajak lautan hadirin yang memadati Gedung PP GP Ansor untuk mengirim doa kepada para pendiri Ansor, KH Wahab Chasbullah, KH Tohir Bakri, KH Hasyim Asyari, KH. Wahid Haysim, semua pendiri NU dan semua pendiri Ansor agar amal ibadah dan jariyah mereka dapat dilanjutkan dalam perjuangan generasi muda NU ke depan.

Seusai doa, Nusron memimpin pembacaan surat Alfatihah untuk para pendahulu mereka. Sebelum meninggalkan podium, Nusron sempat melantangkan yel-yel Ansor. ‘Hidup Ansor! Hidup Ansor!’ kumandang Nusron diikuti ratusan sahabat Ansor yang menggemuruh.

Redaktur: A. Khoirul Anam

Penulis    : Alhafiz Kurniawan

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Nasional, AlaNu, Fragmen PKB Kab Tegal

Jumat, 15 Desember 2017

Gandeng UPI, Pergunu Jabar Tingkatkan Kapasitas Guru-guru IPS

Tasikmalaya, PKB Kab Tegal - Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (pergunu) Jawa Barat bekerja sama dengan Program Studi Pendidikan IPS Sekolah Pascasarjana UPI Bandung dalam menyelenggarakan pelatihan pengembangan pembelajaran berbasis kearifan lokal dalam mata pelajaran IPS. Kegiatan yang melibatkan guru-guru IPS ini berlangsung di Pesantren Riyadul ‘Ulum Wadda’wah, Condong, Tasikmalaya, Sabtu (13/8).

Sebanyak 100 guru SMP perwakilan dari Kota dan Kabupaten Tasikmalaya hadir dalam kegiatan ini. Tampak hadir Ketua Prodi Pendidikan IPS Sekolah Pascasarjana UPI Bandung Prof Dr Nana Supriatna, Sekretaris Pergunu Jawa Barat H Saepuloh, dan Pimpinan Pesantren Riyadul ‘Ulum Wadda’wah KH Diding Darul Falah.

Gandeng UPI, Pergunu Jabar Tingkatkan Kapasitas Guru-guru IPS (Sumber Gambar : Nu Online)
Gandeng UPI, Pergunu Jabar Tingkatkan Kapasitas Guru-guru IPS (Sumber Gambar : Nu Online)

Gandeng UPI, Pergunu Jabar Tingkatkan Kapasitas Guru-guru IPS

Menurut Sekretaris Pergunu Jawa Barat H Saepuloh, arus globalisasi pada saat ini telah melunturkan identitas kebangsaan.

PKB Kab Tegal

“Siswa lebih bangga dengan hasil budaya asing daripada budaya sendiri. Siswa lebih bangga memainkan permaian produk luar negeri seperti game daripada permainan tradisional. Karena itu, guru perlu menanamkan nilai-nilai nasionalisme kepada siswa dengan mengembangkan pembelajaran dengan berbasis kearifan lokal,” kata H Saepuloh.

PKB Kab Tegal

Ia berharap setelah kegiatan pelatihan ini guru-guru IPS dapat melaksanakan pembelajaran berbasis kearifan lokal sehingga dapat menumbuhkan dan menanamkan nilai-nilai nasionalisme pada siswa.

Hadir sebagai narasumber Prof Dr Nana Supriatna, Dr Agus Mulyana, dan Drs H Wahyu Wibisana. (Red Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Halaqoh, AlaNu PKB Kab Tegal

Minggu, 10 Desember 2017

TK/TPQ Jakbar Lakukan Studi Banding ke RA Muslimat NU di Brebes

Brebes, PKB Kab Tegal. Pengurus dan Anggota Taman Kanak-kanak (TK) dan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Kelompok Kerja (Pokja) Kota Jakarta Barat berkunjung ke Raudlatul Athfal (RA) Muslimat NU Desa Kluwut, Kecamatan Bulakamba, Brebes, Jawa Tengah Sabtu (27/8). Kunjungan dimaksudkan untuk menyerap berbagai hal yang terbaik guna diterapkan di Kota Jakarta Barat.

“Kami ingin menimba ilmu, terkait pelaksanaan pendidikan di RA Muslimat NU Kluwut,” ungkap Ketua rombongan Moh Zainal Arifin di sela kunjungan.

TK/TPQ Jakbar Lakukan Studi Banding ke RA Muslimat NU di Brebes (Sumber Gambar : Nu Online)
TK/TPQ Jakbar Lakukan Studi Banding ke RA Muslimat NU di Brebes (Sumber Gambar : Nu Online)

TK/TPQ Jakbar Lakukan Studi Banding ke RA Muslimat NU di Brebes

Dipilihnya RA Muslimat NU, lanjut Zainal, karena sekolah tersebut memiliki kelas cantik yang didalamnya terdapat berbagai fasilitas dan sistem pembelajaran yang menyenangkan.?

Mereka sengaja datang dalam rangkaian roadshow rapat koordinasi di obyek wisata Guci bersama Kantor Wilayah Kementerian Agama Jakarta Barat pembinaan lainnya. “Setiap tahun, berusaha mengunjungi sekolah-sekolah yang bisa diadopsi untuk kami terapkan di Jakarta Barat,” kata Zainal

PKB Kab Tegal

Selain kunjungan, mereka juga menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) sebagai bentuk komitmen saling mengisi kekurangan masing-masing, sehingga makin berkualitas. “Kami sama-sama ingin meningkatkan generasi yang Qurani,” tandas Zainal.

Kerja sama tersebut antara lain untuk meningkatkan efesiensi, ketrampilan, dan produktifitas guru dan staf di kedua belah pihak. Juga bertukar ide, pengalaman, kreatifitas, dan invoasi dalam berbagai bidang. Selain itu, meningkatkan keunggulan dan efektifitas manajemen dan administras.

Kunjungan 100 orang guru, pengurus TK/RA se Kota Jakarta Barat itu diterima Ketua Yayasan RA Muslimat NU H Rofiq Abdillah. Rofiq menjelaskan kalau sekolah RA yang setingkat TK ini berbiaya murah tetapi mutunya sangat luar biasa. Terbukti kerap menjadi juara ditingkat Provinsi. “Bayarnya juga untuk 1 anak, tetapi yang berangkat 2 orang yakni ditambah ibunya ikut sekolah juga,” seloroh Rofiq.

Guru-gurunya juga kerap mendapat pelatihan dan salah seorang guru menjadi guru teladan tingkat Jawa Tengah. Meski rata-rata berpendidikan Strata satu, tetapi mereka setingkat MSi dalam artian Master Segala Ilmu. “Guru guru RA harus memiliki multi disiplin ilmu,” terang Rofiq.?

Kepala RA Muslimat NU, Khusnul Khotimah menambahkan, RA yang dipimpinnya memiliki 103 siswa yang dibagi dalam 5 rombongan belajar, mereka dibimbing oleh 7 orang guru.

PKB Kab Tegal

Prestasi RA Muslimat NU Kluwut sangat membanggakan antara lain menjadi juara ditingkat Provinsi untuk bidang Tartil Quran, gerak dan lagu, senam anak dan lomba dongeng. “Guru kami juga menjadi guru teladan urutan 10 tingkat Provinsi Jawa Tengah 2016,” paparnya. (Wasdiun/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal AlaNu PKB Kab Tegal

Sabtu, 09 Desember 2017

LKNU Sumenep Sumbang 50 Kantong Darah

Sumenep, PKB Kab Tegal. Pagi itu Sekretariat PCNU Sumenep ramai. Satu persatu warga NU terus berdatangan memasuki gedung berwana hijau itu yang berlokasi di Jalan Tronojoyo 295, Gedungan, Sumenep.

LKNU Sumenep Sumbang 50 Kantong Darah (Sumber Gambar : Nu Online)
LKNU Sumenep Sumbang 50 Kantong Darah (Sumber Gambar : Nu Online)

LKNU Sumenep Sumbang 50 Kantong Darah

Warga yang datang tak hanya didominasi orang yang sudah berkepala empat. Membaur di tengah-tengah mereka anak remaja untuk mendonorkan darah. Salah seorang politisi yang datang membawa rombongan wartawan, membikin suasana lebih pencolok.

Pagi itu, Rabu 5 Desember 2012, Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama Sumenep menggelar donor darah. Ini aksi donor darah yang keduasetelah bulan September. NU Tak pernah absen turut membantu kebutuhan masyarakat.

PKB Kab Tegal

“Tujuannya tidak lain, untuk membantu menyuplai kebutuhan darah di Sumenep. LKNU tiap tahun melakukan kegiatan seperti ini” jelas Ketua LKNU Sumenep Hadariyadi.

Doroh darah di Sumenep sangat dibutuhkan dan mendesak, mengingat PMI Sumenep kekurangan stok darah untuk memenuhi kebutahan warga Sumenep. Permintaan darah saat ini mencapai 500 kantong.

PKB Kab Tegal

“Bulan lalu kebutuhan darah mencapai 450 kantong. Sekarang meningkat drasitis, apalagi penderita demam berdarah meningkat,” kata Ketua Unit Tranfusi Darah PMI Sumenep, Moh. Soleh.

Saat ini, PMI hanya mengantongi beberapa kantong darah saja. Saleh membeberkan, stok darah yang ada hanya golongan A sebanyak (2), B (1), AB (1), dan golongan darah O (1).

Sekalipun tidak lantas bisa memenuhi kebutuhan darah secara keseluruhan, kegiatan tersebut dan kegiatan serupa yang dilakukan NU di Kecamatan Saronggi pada keesokan harinya, Kamis (7/12), setidaknya telah membantu menyuplai 50 kantong darah.

“Peserta yang hendak menyumbangkan darahnya sebenaarnya banyak. Yang hadir ke PCNU sekitar 70 orang dan yang di Saronggi sekitar 30 orang, tapi tidak semuanya bisa didonor karna tensi darahnya tidak normal,” jelasnya.

Kontributor: M. Kamil Akhyari

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Sejarah, Tokoh, AlaNu PKB Kab Tegal

Senin, 04 Desember 2017

Gandeng UPI, Pergunu Latih Guru Menulis Karya Ilmiah

Bandung, PKB Kab Tegal. Pimpinan Cabang Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Kabupaten Bandung, Jawa Barat bekerja sama dengan Departemen Sejarah Fakultas Pendidikan IPS Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) bandung menyelenggarakan wrokshop Pelatihan Karya Tulis Ilmiah dan Pengembangan Media Pembelajaran bagi guru-guru NU di Bandung.

Kegiatan dilaksanakan di Aula MTs YPP Darul Hikam Jalan Raya Pengalengan No.442 Banjaran Kabupaten Bandung pada Sabtu dan Ahad, (14-15/10).

Gandeng UPI, Pergunu Latih Guru Menulis Karya Ilmiah (Sumber Gambar : Nu Online)
Gandeng UPI, Pergunu Latih Guru Menulis Karya Ilmiah (Sumber Gambar : Nu Online)

Gandeng UPI, Pergunu Latih Guru Menulis Karya Ilmiah

Kegiatan wrokshop ini diikuti oleh 120 orang guru perwakilan dari 27 kecamatan. Turut hadir dalam kegitan tersebut, Sekretaris Pergunu Jawa Barat H Saepuloh, Dekan Fakultas Pendidikan IPS Agus Mulyana dan Ketua Departemen Sejarah Murdiyah Winarti.

Dalam sambutannya pada pembukaan kegiatan wrokshop,, Kepala MTs YPP Darul Hikam KH Deden H Muzhofar menyambut dengan baik dan sangat antusias atas terselenggaranya kegiatan wrokshop di MTs YPP Darul Hikam.

"Selamat datang dan bertimakasih atas d beri kesempatam untuk menjadi tuan rumah dalam kegiatan wrokshop Penelitian Penulisan Karya tulis Ilmiah ini," tutur Kiai Deden.

PKB Kab Tegal

Lebih lanjut, dia berharap agar kegiatan ini senantiasa menjadi sarana bagi guru-guru untuk terus membaca dan belajar. Agar guru senantiasa kreatif dan inovatif dalam pengembangan media pembelajaran.

Sementara itu, Saepuloh menjelaskan bahwa kegiatan pelatihan ini bertujun untuk meninngkatkan kemampuan guru dalam penulisan karya tulis ilmiah dalam hal ini Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Karya tulis ilmiah ini merupakan salah satu kompenen kewajiban guru dalam pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB).

"Kita bersama UPI, ingin melatih guru dalam penulisan karya ilmiah, dalam hal ini penelitian tindakan kelas (PTK)," tutur Saepuloh.

Lebih lanjut, Saepuloh mengatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini merupakan salah satu komponen pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB)  yang sangat sulit untuk dikerjakan oleh guru.

PKB Kab Tegal

"Kegiatan ini harus ada tindak lanjutnya, dengan pedampingan pembutan PTK bagi peserta oleh team narasumber secara online," tutur Saepuloh.

Sementara itu, Agus Mulyana menjelaskan kegitan ini merupakan ptogram pengabdian departemen sejarah FPIPS UPI yang dilaksanakan kerjasama dengan Pergunu. Karena pada umumnya  guru-guru sekolah/madrasah yang tergabung dalam Pergunu jarang tersentuh pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh dinas terkait. (Red: Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Nahdlatul Ulama, AlaNu PKB Kab Tegal

Khulasoh Lupa Kaus Kaki di Kongres Muslimat

Jakarta, PKB Kab Tegal - Lupa itu ada ongkosnya. Meski hal sepele, tapi akbitanya kaki Ketua Pimpinan Cabang Muslimat NU Kabupaten Brebes Khulasoh lecet karena saking bergesekan dengan sepatu yang dikenakannya.

“Biasanya pakai kaus kaki, tapi kali ini lupa,” kata pensiunan PNS di Kemenag Brebes sambil meraba jari-jari kakinya di aula utama Asrama Haji Embarkasi Jakara, Pondok Gede, Jakarta Timur, pada Kamis siang (24/11).

Khulasoh Lupa Kaus Kaki di Kongres Muslimat (Sumber Gambar : Nu Online)
Khulasoh Lupa Kaus Kaki di Kongres Muslimat (Sumber Gambar : Nu Online)

Khulasoh Lupa Kaus Kaki di Kongres Muslimat

Kaki dalam kondisi seperti itu, tentu tidak nyaman beraktivitas di arena Kongres Muslimat ke-17 tersebut. Ibu kelahiran tahun 1947 tersebut tertatih jika berjalan.

PKB Kab Tegal

Ia tak kehabisan akal untuk melindungi kaki lecetnya.

“Mas, di luar ada yang jualan hansaplas tidak ya?” ?

PKB Kab Tegal

Tentu saja ini adalah kode bahwa ia sebetulnya ingin dibelikan benda tersebut. Di Jakarta, benda semacam itu pasti tersedia di hampir setiap warung. Saya pun menawarkan diri jadi relawan. Tanpa diskusi, langsung mencari benda tersebut. ?

Sepanjang perjalanan membeli tersebut, saya menebak, ibu tersebut pasti akan membayarnya. Dan ternyata betul. Namun saya menolaknya. Saya hanya meminta ditukar dengan kesediaan dia untuk diwawancarai. Dia mengiyakan.

“Saya diminta aktif di Muslimat pada tahun 1989 oleh almarhum KH Masyhuri Mughni dari Pesantren Benda Sirampog,” katanya.

Padahal, kata dia, waktu itu dia aktif di Fatayat sebelumnya saja tidak. Namun ia tak bisa menolaknya karena itu perintah kiai yang ditaatinya.

Bagi ibu yang pernah nyantri di Babakan Ciwaringin, Cirebon tersebut, perintah kiai Msyhuri dulu ia pahami sekarang bahwa aktif di Muslimat NU adalah karena li i’lai kalimatillah, menegakkan agama Allah.

“Saya merasakan betul-betul banyak manfaat aktif di Muslimat. Banyak barokahnya. Barokah silaturahim, barokah rezeki,” ungkapnya.

Sebagai ketua Muslimat, ia juga menjaga betul anak-anaknya agar tetap dalam barisan Nahdlatul Ulama. Caranya dengan memperkenalkan anak sedari dini melalui kegiatan, tradisi, praktik ibadah yang sesuai dengan ajaran Islam Ahlussunah wal-Jamaah an-nahdliyah.

Kongres Muslimat NU ke-17 tersebut dibuka Presiden Joko Widodo dengan tabuhan rebana disaksikan Ketua Umum PBNU, Ketua Umum Pimpinan Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa dan ribuan pengurus dan anggota Muslimat serta tamu Undangan. Di antara tamu tersebut ada Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin, Wakil Ketua MPR RI Osman Sapta Odang, dan lain-lain. (Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal AlaNu, Pondok Pesantren PKB Kab Tegal

Jumat, 24 November 2017

Di Balik Mahbub Djunaidi, Ada Hasni

Siapa yang tidak kenal sang pendekar pena, Mahbub Djunaidi? Ya, dialah aktivis Nahdlatul Ulama yang sangat terus terang dalam bertutur dan bertindak. Ideologinya tercermin dalam kolom-kolom yang tersebar di berbagai media lokal dan nasional. 

Sebagai pendiri PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, april 1960), dia dipercaya menjabat Ketua Umum selama tujuh tahun. Kok lama betul? Karena di samping jago menulis, dia punya kemampuan ekstra mengatur gerak organisasi pada situasi sulit. Bung Mahbub punya keterampilan berorganisasi di atas rata-rata. Jangan tanya lagi apa perannya dalam pergerakan politik dan media massa jaman itu. Pokoknya dia sangat berpengaruh. Dalam tulisan ini, tidak lagi sanggup menceritankan karirnya, hingga Bung Mahbub tutup usia 1 oktober 1995 di Bandung.

Di Balik Mahbub Djunaidi, Ada Hasni (Sumber Gambar : Nu Online)
Di Balik Mahbub Djunaidi, Ada Hasni (Sumber Gambar : Nu Online)

Di Balik Mahbub Djunaidi, Ada Hasni

Namun adakah yang mengetahui seseorang di balik kemasyhuran Bung Mahbub di jagat perpolitikan, kewartawanan, dan kesusastraan? Dialah Hj. Hasni Asjmawi Djunaidi. Sang Istri yang baru saja wafat 18 September 2012, di usia 71 tahun.  

Mahbub mengenal Hasni di Bandung. Mereka saling kenal berkat Mustafa Mahdamy, paman Hasni yang juga sahabat Mahbub, dalam sebuah pertemuan inagurasi kader HMI 1958. Waktu itu Mahbub Ketua bidang Pendidikan PB HMI. Hasni Asjmawi adalah putri seorang anggota konstituante bernama Buya Asjmawi, asal Bukittinggi yang menetap di Bandung. Dan mereka menikah dua tahun kemudian, 24 September 1960, setelah mendirikan PMII. Pernikahan Mahbub dan Hasni dikaruniai lima orang anak, dua putera, tiga puteri. Fairuz, Tamara Hanum, Mirasari, Isfandiari dan Verdi Heikal.

PKB Kab Tegal

Mira Djunaidi, anak ketiga mengatakan, “Mama tidak pernah mengeluh terhadap apapun yang papa alami. Mama terima papa apa adanya. Papa jenaka, egaliter dan cerdas.”

Mira menambahkan dengan mengutip surat tahun 1978 yang ditulis Mahbub sewaktu dirawat di RSPAD dengan status tahanan politik, “Walaupun tidur berdesakan, walaupun tidur di lantai. Ketahuilah, kebahagiaan itu terletak di dalam hati, bukan pada benda-benda mewah, pada rumah mentereng dan gemerlapan. Benda sama sekali tidak menjamin kebahagiaan hati. Cintaku kepadamu semualah yang membikin hatiku bahagia. Hati tidak bisa digantikan oleh apapun juga.” 

PKB Kab Tegal

“Sebelum tinggal di rumah ini, kami belum punya rumah sendiri. Hidup masih mengontrak di Jalan Nilem. Hingga 1978, penerbit Al-Ma’arif memberikan kesempatan pinjaman mencicil rumah di Jalan Kleningan II. Kesulitan hidup datang silih berganti dan harus membesarkan lima anak. Namun papa tetap kuat pada pendirian menyampaikan aspirasi masyarakat dengan menulis kolom di berbagai media dan menggerakan organisasi. Mama selalu mendukung, namun soal tulisan, terkadang mama memberikan masukan agar tulisan yang dibuat lebih hati-hati. Biasanya Mama memperhalus gaya bertutur tulisan papa,” Mira bercerita.

Hj. Hasni memperhalus tulisan karena khawatir terjadi hal yang tidak diinginkan, Mahbub pernah dijebloskan ke penjara tanpa diadili. Mira mengungkapkan, “ketika papa ditangkap karena tuduhan subversif, mama sempat shock tapi tetap berusaha tenang. Papa dipenjarakan rezim Orde Baru 1971 di Nirbaya tanpa proses pengadilan. Papa jadi tahanan politik selama 2 tahun dan selanjutnya jadi tahanan rumah. Tidak bisa melakukan aktivitas menulis seperti sediakala. Dan mulai saat itu kesehatannya terganggu, menderita darah tinggi, sakit jantung dan gangguan pernafasan.” 

Selama dipenjara, diam-diam Mahbub menerjemahkan buku dan menulis novel. Hj. Hasni mengambil naskah tulisan tangan yang diuntel-untel pakaian kotor ke luar penjara. Setiba di rumah, Hj. Hasni mengetik salinan tulisan terjemahan menjadi naskah lembar demi lembar. Hussein Badjerei, sahabat baik Mahbub sejak kecil kerap membantu mengerjakannya. 

Demi menghidupi keluarga, Hj. Hasni berjualan makanan kecil di rumah. Berdagang apa saja, mulai kebutuhan harian dan pakaian. Mendidik dan membesarkan kelima anak bukan tugas mudah, namun perjuangan sebagai istri yang ditinggal sang suami merupakan tugas mulia dan harus dipikul. 

Ketekunan dan kesetiaan sang istri menyebabkan buku yang diterjemahkan di penjara berhasil diterbitkan. Antara lain, Road to Ramadhan karya Husen Haikal dan Seratus Tokoh Paling Berpengaruh dalam Sejarah karya Michael H Hart diterbitkan Pustaka Jaya. Buku tersebut termasuk buku terjemahan terlaris masa itu karena menempatkan Nabi Muhammad sebagai manusia pertama paling berpengaruh di dunia. Gaya terjemahan yang jenaka, tidak berbelit-belit dan kontekstual. 

Tahun 1979, atas tekanan Amnesti Internasional, Mahbub dibebaskan bersamaan dengan diterbitkannya Road to Ramadhan, berjudul Di Kaki Langit Gurun Sinai. Novel yang dikerjakannya dalam penjara adalah Angin Musim, diterbitkan Idayu Press, 1985. Di balik karya-karya tersebut, di dalamnya mengandung peran besar Hj. Hasni.

Sebagian besar para sahabat Mahbub sangat perhatian kepada Hj. Hasni sekeluarga. Ketika situasi sulit, mereka datang membantu. Mira menyebutkan di antara sahabat yang dekat dengan keluarga adalah, almarhum Fahmi D Saifuddin, almarhum M. Said Budairy dan Istri, KH Asad Samsul Arifin rohimahullah, Hussein Badjerei, Kemas Madani Idroes, dan Tionghoa peranakan bernama Rahmanto. 

“Saya kira, kita akan sangat sulit jaman sekarang menemukan persahabatan yang penuh ketulusan. Mereka sahabat papa, tulus mencintai kami hingga tutup usia. Begitu juga Gus Dur. Meski mereka berselisih pendapat sangat tajam, namun tetap saling menjaga persaudaraan. Gus Dur kalau ke Bandung menginap di rumah, dan memanggil Mahbub dengan Kak Abo,” sebut Mira.

Mira menuturkan, kesehatan Hj. Hasni mulai menurun setelah anak pertama dan terakhirnya meninggal. Fairuz, puteri pertama, meninggal 2006 karena menderita darah tinggi. Satu tahun sebelumnya, Verdi Haikal selepas lulus kuliah di ITB, mengidap penyakit infeksi jantung dan meninggal 2005. Hj. Hasni tinggal sendiri dan hanya ditemani seorang pembantu. Semenjak itu kesehatannya merosot. Pengapuran tulang leher, katup jantung mengalami kebocoran. Kadang pusing, mual dan sesak nafas. Karena mulai sakit-sakitan, Hj. Hasni rutin berobat ke rumah sakit. 

“Sebelumnya, mama dirawat tiga malam di rumah terdekat. Karena perlu perawatan khusus, lalu keluarga membawa mama ke RS Hasan Sadikin. Selama tujuh hari justru kesehatannya tidak membaik, dan pukul 05.00 dini hari, mama menghembuskan nafas terakhir. Keluarga memakamkan mama di pemakaman Assalam, Jalan Soekarno Hatta, berdekatan dengan papa, Fairuz dan Verdi. Semoga mama tenang di sisiNya,” tandas Mira sambil mempersilakan minum.  

Hj. Hasni lahir di Bukittinggi, 2 Januari 1941 dari pasangan Buya K.H. Asjmawi dan Ummi Hj. Fathimah Amin. Semasa hidup aktif di organisasi perempuan sayap NU, Fatayat dan Muslimat, Jawa Barat. Nenek dari delapan cucu, hingga menjelang akhir hayat Hj. Hasni masih mengikuti pengajian bersama ibu-ibu di majelis taklim sekitar rumah. Tahlilan tujuh hari wafatnya Alm. Hj. Hasni , Djunaidi jatuh pada Selasa, 25 September 2012 di kediamannya, Jalan Kleningan II No 1, Turangga, Bandung Selatan. (Abi S Nugroho, Aktivis Muda NU)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Cerita, AlaNu, Warta PKB Kab Tegal

Minggu, 19 November 2017

Ribuan Warga NU Ikut Lomba Lari Sarungan

Surabaya, PKB Kab Tegal. Ribuan warga Nahdlatul Ulama masyarakat umum bersama prajurit TNI-AD dan Polri, Ahad (26/7) pagi memadati Lapangan Makodam V/Brawijaya Surabaya. Mereka mengikuti Lari Sarungan di Sarong Fun Run.?

Acara yang diikuti sekitar 5.000 peserta dan sebanyak 1.000 peserta di antaranya berasal dari prajurit TNI AD dan anggota Polri ini digelar dalam rangka memeriahkan dan menyambut Muktamar ke-33 NU yang akan digelar di Jombang pada 1-5 Agustus 2015 mendatang.

Ribuan Warga NU Ikut Lomba Lari Sarungan (Sumber Gambar : Nu Online)
Ribuan Warga NU Ikut Lomba Lari Sarungan (Sumber Gambar : Nu Online)

Ribuan Warga NU Ikut Lomba Lari Sarungan

"Ini satu dari 25 kegiatan Pra Muktamar NU yang ini sifatnya olahraga sekaligus bergembira karena berlari mengenakan sarung," kata Ketua Panitia Daerah Muktamar ke-33 NU, Saifullah Yusuf.

PKB Kab Tegal

Menurut Gus Ipul - panggilan akrab dia, lari dengan mengenakan sarung selain menyehatkan juga membuat suasana menjadi semarak. "Juga untuk melestarikan budaya NU. Sudah biasa lari mengenakan pakaian olahraga, tapi sekarang ditambah dan wajib memakai sarung. Tentu akan berbeda, dan ini sekaligus menjaga tradisi," ujarnya.

Karena itu, sambung Gus Ipul, sarung bukan hanya dipakai untuk beribadah, melainkan juga sudah menjadi bagian dari kehidupan keseharian, terutama kalangan kiai, santri dan warga Nahdliyin secara umum.

PKB Kab Tegal

Usai mengikuti lomba lari sarungan, peserta dihibur tampilan KotaK Band, dan alunan musik serta vokal Tantri sang vokalis yang mampu menghipnotis peserta. Seraya menunggu selingan dibacakan nomor peserta sebagai penerima hadiah dari panitia Saroong Fun Run, mereka ikut bernyanyi dan bergoyang dengan sesekali meneriakkan nama KotaK dan Tantri.

Muktamar ke-33 NU akan berlangsung di Jombang pada 1-5 Agustus mendatang. Sesuai jadwal akan dibuka secara resmi oleh Presiden Joko Widodo, dan penutupan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla. Pembukaan dan sidang pleno ditempatkan di Alun alun Jombang. Sedangkan sidang komisi berlangsung di empat pondok pesantren, yakni Pesantren Tebuireng, Mambaul Maarif Denanyar, Bahrul Ulum Tambakberas, dan Darul Ulum Paterongan. (Abdul Hady JM/Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Doa, Humor Islam, AlaNu PKB Kab Tegal

Jumat, 17 November 2017

Ini Keutamaan Menjaga Kata di Media Sosial

Media sosial saat ini tak ubahnya seperti senjata tajam. Ia dapat digunakan untuk agenda kebaikan, seperti menyambung silaturahim dan berbagi ilmu pengetahuan, dan dapat pula diarahkan untuk menusuk dan membinasakan nyawa orang. Memang pada saat update status tidak ada darah yang tertumpah seperti halnya menusuk pedang ke perut orang. Tetapi coba perhatikan, tidak jarang status ujaran kebencian yang mengundang provokasi, konflik, bahkan bertumpahan darah.? ? ?

Maka dari itu, sejak dulu Islam menekankan pentingnya menjaga lisan. Andaikan dulu sudah ada medsos, kemungkinan besar Nabi juga meminta umatnya agar pandai menggunakan medsos. Gunakanlah untuk sesuatu yang bermanfaat dan jangan gunakan untuk pertikaian.

Dulu, sahabat Abu Musa al-‘Asy’ari pernah bertanya kepada Rasul: Wahai Rasul siapakah muslim terbaik? Rasul menjawab, “Muslim yang mampu menjaga orang lain dari ucapan dan perbuatannnya” (HR: al-Bukhari dan Muslim). Dalam riwayat lain dari Abu Hurairah disebutkan, “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau lebih baik diam (jika tidak mampu berkata baik)” (HR: al-Bukhari dan Muslim).

Ini Keutamaan Menjaga Kata di Media Sosial (Sumber Gambar : Nu Online)
Ini Keutamaan Menjaga Kata di Media Sosial (Sumber Gambar : Nu Online)

Ini Keutamaan Menjaga Kata di Media Sosial

Kedua hadis ini menunjukan betapa pentingnya menjaga lisan bagi Rasulullah. Bahkan standar kebaikan, keutamaan, dan kesempurnaan Iman diukur berdasarkan sejauh mana ia mampu menjaga lisannya. Dalam konteks bermedia sosial, tentu kualitas iman dan islam seorang muslim dapat dilihat dari bagaimana cara mereka menggunakan media: apakah untuk kebaikan atau keburukan.

PKB Kab Tegal

? Status di media sosial, tentu seperti halnya kita bertutur kata sehari-hari. Mungkin pengaruh status yang kita ketik lebih besar ketimbang berbicara langsung. Karena pada saat bicara langsung pendengarnya sangat terbatas, sementara di media sosial siapapun dan dari belahan dunia manapun bisa membacanya.

? Terkait pentingnya menjaga lisan, Imam al-Nawawi dalam al-Azkar mengingatkan:? ?

PKB Kab Tegal

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

“Hendaklah setiap orang menjaga lisannya pada pembicaraan apapun, kecuali bila dipastikan? ada kemaslahatannya. Namun jika bimbang, antara meninggalkan dan mengucapkannya sama-sama ada maslahahnya, disunnahkan tetap diam (tidak berkata apapun). Sebab terkadang perkataan biasa bisa berimplikasi pada keharaman dan makruh. Bahkan hal seperti ini banyak terjadi.”

? ? ?

Masih dalam kitab al-Azkar, Imam al-Nawawi mengutip pernyataan Imam al-Syafi’i terkait pentingnya menjaga kata:

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

“Apabila kalian hendak bicara, berpikirlah sebelumnya. Jika ada kemaslahatan pada ucapan tersebut, bicaralah. Andaikan kalian ragu, lebih baik tidak bicara sampai ditemukan kemaslahatannya”

Pikirlah sebelum bicara atau melontarkan kata di medsos. Timbang baik buruknya terlebih dahulu. Terkadang tidak semua pengetahuan dan informasi yang kita miliki mesti dipublikasikan. Adakalanya, informasi bagus tidak perlu disebarluaskan bila akan menganggu dan merusak ketenangan orang lain. Mari kita budayakan bermedia sosial yang sehat dan produktif. Wallahu a’lam (Hengki Ferdiansyah)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Sholawat, AlaNu, Internasional PKB Kab Tegal

Kamis, 16 November 2017

Ingin Tahu Kealiman Kiai Sahal, Baca “Thariqatul Hushul”

Jakarata, PKB Kab Tegal. Rais Aam PBNU KH MA Sahal Mahfudh dikenal sebagai ulama yang memiliki dedikasi tinggi di bidang keilmuan. Kealiman Kiai Sahal di antaranya tercermin dari karya-karya ilmiah yang dihasilkan.

Ingin Tahu Kealiman Kiai Sahal, Baca “Thariqatul Hushul” (Sumber Gambar : Nu Online)
Ingin Tahu Kealiman Kiai Sahal, Baca “Thariqatul Hushul” (Sumber Gambar : Nu Online)

Ingin Tahu Kealiman Kiai Sahal, Baca “Thariqatul Hushul”

“Kita kehilangan tokoh, kiai yang alim. Kalau kita ingin tahu kealimannya, kita baca Thariqatul Hushul, syarah (penjelasan) Ghayatul Wushul karangan Abu Zakariyya al-Anshari, sehingga kita lebih mudah memahaminya,” kata Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj di Jakarta, Jumat (24/1).

Ghayatul Wushul yang merupakan kitab ushul fiqih karya ulama Syafiiyyah abad ke-9 H itu sebenarnya adalah syarah atas kitab Lubbul Ushul. Sehingga Thariqatul Hushul yang ditulis Kiai Sahal lebih tepat disebut hasyiyah (ulasan terhadap syarah) atas kitab Ghayatul Wushul.

PKB Kab Tegal

Dalam pengantar karyanya ini, Kiai Sahal bercerita bahwa sekitar tahun 1380 H (1961 M), ia diminta rekan-rekannya sesama santri untuk mengajarkan kitab Ghoyatul Wushul. Waktu itu Kiai Sahal sedang belajar di Pesantren Sarang, Jawa Tengah.

PKB Kab Tegal

Saat meminta izin kepada gurunya, Kiai Zubair bin Dahlan (ayah KH Maimun Zubair), ia tak hanya diberikan izin melainkan juga ijazah (sambungan sanad keilmuan). Kiai Sahal yang ketika itu berusia sekitar 24 tahun menuliskan banyak catatan penjelasan tentang isi kitab Ghayatul Wushul hingga akhirnya menjadi sebuah kitab setebal lebih dari 600 halaman seperti saat ini.

Kang Said, sapaan akrab KH Said Aqil Siroj, mengakui kepakaran Rais Aam PBNU itu. Menurut dia, Kiai Sahal adalah ulama berbobot yang teguh dalam berprinsip.

“Beliau adalah orang yang lurus, bersih, yang laa yakhafu law mata laim, tidak gentar dikritik, tidak gentar dicaci, dan tidak sombong ketika dipuji. Dan beliau selalu (menerapkan pernyataan) qulil haqqa wa law kana murran, katakanlah kebenaran walaupun itu pahit,” katanya. (Mahbib Khoiron)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Tegal, Syariah, AlaNu PKB Kab Tegal

Senin, 13 November 2017

Hardiknas, PMII Soroti Diskriminasi Pendidikan

Sidoarjo, PKB Kab Tegal. Sejumlah aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) komisariat Universitas Sunan Giri (Unsuri) Waru Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardknas) dengan menggelar acara refleksi bertajuk "Stop diskriminasi pendidikan".

Hardiknas, PMII Soroti Diskriminasi Pendidikan (Sumber Gambar : Nu Online)
Hardiknas, PMII Soroti Diskriminasi Pendidikan (Sumber Gambar : Nu Online)

Hardiknas, PMII Soroti Diskriminasi Pendidikan

Kegiatan diadakan di Gedung C Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsuri dengan diikuti sekitar 37 kader dan anggota PMII Unsuri dari berbagai fakultas, Sabtu (2/5) malam.

Ketua komisariat PMII Unsuri Ainur Rahman menjelaskan, melalui refleksi ini pihaknya berupaya untuk mencari solusi dari ketimpangan pendidikan antara di perkotaan dengan pedesaan atau sekolah-sekolah yang berada di wilayah pinggiran Sidoarjo.

PKB Kab Tegal

"Karena selama ini bisa kita ketahui bersama kualitas dan fasilitas pendidikan antara di kota dengan di desa atau pinggiran itu tidak sama. Sehingga siswa-siswa berprestasi didomenasi oleh siswa/i yang berasal dari sekolah negeri maupun swasta yang ada di daerah perkotaan," urai Ketua komisariat PMII Unsuri Ainur Rahman.

Ia berharap kepada Dinas Pendidikan terutama di Sidoarjo untuk membangun kasadaran dan pemahaman terkait problematika ketimpangan pendidikan. Dari hasil refleksi itu nantinya ada beberapa rekomendasi yang akan dikirimkan kepada Dinas Pendidikan Sidoarjo. Adapun beberapa rekomendasi itu diantaranya :

PKB Kab Tegal

Pertama, pengembangan sekolah di kawasan pinggiran guna mewujudkan pendidikan yang bermutu tanpa diskriminasi; Kedua, meminta agar komisi D DPRD Sidoarjo yang membidangi Pendidikan lebih memasifkan? perannya dalam controling untuk mengantisipasi terjadinya KKN di tingkat sekolah; Ketiga, mengusulkan Pendidikan menjadi prioritas program kerja pemerintah daerah.

"Karena pendidikan ini merupakan jantung kemajuan dan perkembangan suatu daerah dalam segala sektor. Semoga rekomendasi itu nantinya bisa direalisasikan," harapnya. (Moh Kholidun/Anam)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal AlaNu PKB Kab Tegal

Minggu, 12 November 2017

Lembaga Dakwah NU Garut Resmi Dikukuhkan

Garut, PKB Kab Tegal. Bertempat di Pondok Pesantren Al-Futuhat di Kampung Pangauban Desa Dano Kecamatan Leles Kabupaten Garut, Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Kabupaten Garut dan Kecamatan Leles resmi dikukuhkan. Pembaitan pengurus oleh Rais Syuriyah KH Amin Muhyidin dan disaksikan ratusan jamaah pengajian dari setiap kampung.?

Menurut ketua LDNU H Lukmanul Hakim, pembentukan LDNU tergolong dini yakni hanya berkisar 1 minggu. Akan tetapi dengan pembentukan pengurus sekarang pengukuhan pengurus secepatnya dilakukan.?

Lembaga Dakwah NU Garut Resmi Dikukuhkan (Sumber Gambar : Nu Online)
Lembaga Dakwah NU Garut Resmi Dikukuhkan (Sumber Gambar : Nu Online)

Lembaga Dakwah NU Garut Resmi Dikukuhkan

"Pengukuhan ini menjadi momentum awal bagi kita untuk bekerja secara langsung kepada masyarakat," katanya sesaat setelah melakukan pelantikan, Selasa (26/4).?

Menurutnya pelantikan ini juga dilakukan berbarangan dengan peringatan isra’ miraj. "Dengan berbarangan dengan peringatan isra’ miraj kami harapkan ini menjadi hal baik bagi kepengurusan kita," ungkapnya.?

Dede Sulaiman pengembang SDM LDNU menambahkan dirinya ingin cepat bekerja. "Kami ingin cepat bekerja makanya kami langsung menyelengarakan peringatan isra miraj," katanya.?

Sementara itu Camat Kecamatan Leles Asep Sunandar menyambut baik dengan pengukuhan LDNU Garut dan Leles yang sudah dilantik. Menurutnya dengan pelantikan ini dirinya berharap banyaknya pembinaan masyarakat terutama oleh para ulama.?

PKB Kab Tegal

"Kami sambut baik pelantikan ini dan kami ucapkan selamat kepada para pengurus yang sudah dilantik," katanya.?

Para pengurus LDNU Garut diantaranya H Lukmanul Hakmi (ketua), K.A Uus Abdurahman (Wakil ketua), Ust Heri Haerudin (Sekertaris), Ahmad Syarifai (Wakil sekertaris), dan H Ahmad Satibi (Bendahara).

Bidang kaderisasi : Cep Badar. Pengembangan SDM : Dede Sulaiman, H Undang. Komunikasi dan informasi : Dindin Daniella, Hendra. Pengkajian : Ustd Alit Kurnia S, Asep Mudakir.

PKB Kab Tegal

Bidang kaderisasi, Cep Badar. Pengembangan SDM, Dede Sulaiman, H Undang. Komunikasi dan informasi, Dindin Daniella, Hendra. Pengkajian, Ustd Alit Kurnia S, dan Asep Mudakir. (Badhi/Zunus)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal AlaNu PKB Kab Tegal

Sabtu, 11 November 2017

Gus Dur: Ikut Saya ke Cicalengka, Tempatnya Ajengan Syahid

Jakarta, PKB Kab Tegal 



Warga NU kehilangan salah seorang kiainya, yaitu Ajengan KH Ahamd Syahid. Dia adalah pengasuh Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Falah Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Ia wafat pada Sabtu (5/8) selepas maghrib.  

Ajengan KH Ahmad Syahid adalah salah satu teman KH Abdurramahman Wahid (Gus Dur). Pertemanan keduanya terdata pada sebuah tayangan Kick Andy edisi 15 Nov 2007 dengan bintang tamu Gus Dur. 

Gus Dur: Ikut Saya ke Cicalengka, Tempatnya Ajengan Syahid (Sumber Gambar : Nu Online)
Gus Dur: Ikut Saya ke Cicalengka, Tempatnya Ajengan Syahid (Sumber Gambar : Nu Online)

Gus Dur: Ikut Saya ke Cicalengka, Tempatnya Ajengan Syahid

Pada satu sesi terjadi tanya jawab antara pemandu Kick Andy, Andy F. Noya dan Gus Dur seperti berikut ini:  



PKB Kab Tegal

Andy : Apakah Gus Dur berminat mencalonkan presiden pada 2009 nanti?

Gus Dur : Saya ini kalau diperintahkan oleh lima sesepuh, saya akan jadi calon, tanpa tim sukses, tanpa duit. Dulu begitu. 

Andy : Kalu Gus Dur maju tanpa uang, tanpa macam-macam, modal Gus Dur apa?

PKB Kab Tegal

Gus Dur         : Kepercayaan masyarakat. 

Andy : Apa Gus Dur yakin masyarakat masih percaya sama Gus Dur? 

Gus Dur : Lho,  ayo iku saya yuk, kalau saya ke Situbondo, 250 ribu orang 

Andy : Berbanding dua ratus, seratus juta, sedikit sekali itu, Gus. 

Gus Dur : Lho, kalau cuman dia. Banyak. Saya ini, tiap dua, tiga hari sekali ini; kiai kampung; kalau mau ikut nanti hari Kamis, ke Cicalengka dengan saya, tempatnya Ajengan Syahid. Itu 3 ribu kiai kampung.

Ketua Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Maman Imanulhaq Faqih mengaku pernah diajak Gus Dur ke Cicalengka. Pada kesempatan itu, Gus Dur mengomentari tentang kepribadian Ajengan KH Ahmad Syahid. 

“Kalau ingin melihat orang yang ikhlas dalam mempelajari Al-Qur’an, dialah KH Ahmad Syahid. Dia adalah qori kehidupan,” ungkap Kiai Maman yang mengutip Gus Dur. (Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal AlaNu, Habib, Bahtsul Masail PKB Kab Tegal

Jumat, 10 November 2017

Jafrinal Effendi Terpilih Jadi Ketua GP Ansor Pasbar

Pasaman Barat, PKB Kab Tegal. Komandan Satuan Koordinasi Cabang (Satkorcab) Banser Ansor Pasaman Barat Jafrinal Effendi terpilih menjadi Ketua GP Ansor Pasaman Barat ? masa bakti 2014-2018. Ia diamanahkan untuk memimpin GP Ansor pada Konferensi Cabang GP Ansor Pasaman Barat di aula UPK PNPM Kinali, Sabtu (29/11).

Jafrinal Effendi Terpilih Jadi Ketua GP Ansor Pasbar (Sumber Gambar : Nu Online)
Jafrinal Effendi Terpilih Jadi Ketua GP Ansor Pasbar (Sumber Gambar : Nu Online)

Jafrinal Effendi Terpilih Jadi Ketua GP Ansor Pasbar

"Peluang dan potensi untuk membesarkan Ansor di Pasaman Barat besar. Hanya selama ini kurang diurus dengan baik. Agenda yang mendesak untuk dilakukan adalah Pelatihan Kader Dasar (PKD) di kalangan pengurus Ansor nantinya," kata Jafrinal.

Rais Syuriyah PCNU Nurohman menyebutkan, belakangan ini berbagai amalan yang rutin dilakukan warga nadhiyin (NU dan Ansor) seperti wiridan, yasinan, tahlilan, ziarah bahkan sampai peringatan maulud Nabi Muhammad Saw pun mulai ada pihak tertentu yang mengatakannya bidah dan harus dilarang. Sehingga tidak jarang terjadi gesekan di tengah masyarakat.

PKB Kab Tegal

"Ansor sebagai anaknya NU jangan sampai memberantas perbuatan maksiat dengan tindakan kekerasan, yang berujung pula dengan perbuatan maksiat. ? Ansor harus tampil dengan nilai-nilai Islam rahmatan lilalamin," kata Nurohman.

Terkait dengan kondisi alam Sumatera Barat yang sering terjadi bencana, Banser sebagai bagian inti dari Ansor diharapkan dapat mempersiapkan diri lebih matang dan terlatih. Sehingga bila terjadi bencana alam, Ansor bisa menurunkan Bansernya untuk turut dalam penanggulangan korban bencana tersebut, harap Nurohman. (Armaidi Tanjung/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal

PKB Kab Tegal AlaNu, Tokoh PKB Kab Tegal

Kamis, 02 November 2017

Manakib Syekh Abdul Qodir Iringi Tadabbur Alam PMII STAINU Jakarta

Bogor, PKB Kab Tegal. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat STAINU Jakarta Kampus Kemang, Bogor melaksanakan kegiatan tadabur alam sekaligus evaluasi Maulid Nabi dan Harlah NU Ke-91 bertempat di Villa Cengkoang, Gunungsalak Endah, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (18/2).?

Tadabur alam ini diikuti oleh puluhan anggota dan kader PMII Komisariat STAINU Jakarta. Kegiatan dibuka dengan membaca Manakib Syekh Abdul Qodir Al-Jilani.

Manakib Syekh Abdul Qodir Iringi Tadabbur Alam PMII STAINU Jakarta (Sumber Gambar : Nu Online)
Manakib Syekh Abdul Qodir Iringi Tadabbur Alam PMII STAINU Jakarta (Sumber Gambar : Nu Online)

Manakib Syekh Abdul Qodir Iringi Tadabbur Alam PMII STAINU Jakarta

Ketua PMII Komisariat STAINU Jakarta Kampus Kemang Imam Shodiqul Wadi mengatakan, banyaknya dinamika organisasi, baik konflik horizontal antar sesama kader maupun konflik-konflik lainya harus dimininalisir sedini mungkin.

"Dengan kegiatan tadabur alam ini kita jadikan ajang untuk mempererat rasa kekeluargaan antar sesama kader PMII seperti yang tertera dalam kalimat Mars PMII yang sangat mengajarkan kita sebuah rasa kebersamaan yaitu Satu Angkatan dan Satu Jiwa," ujar Imam.

Sementara, Ketua Pelaksana, Reyhan el-Jinan mengatakan, kegiatan tadabbur alam tersebut sekaligus rapat evaluasi peringatan Mailid Nabi dan Harlah ke-91 NU yang beberapa hari yang lalu dilakukan oleh pengurus komisariat.

PKB Kab Tegal

"Pada era saat ini terkadang mahasiswa lebih memilih hal-hal yang praktis dan tak mau berbelit-belit padahal evaluasi pasca acara sangatlah penting karena kita bisa mempelajari kesalahan dan menjadi lebih baik lagi untuk kedepannya," kata Reyhan.

Oleh karenanya, kata Reyhan, mahasiswa khusunya kader PMII dituntut untuk menjadi pionir di masyarakat sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni pengabdian saat pulang ke rumah masing-masing.?

PKB Kab Tegal

"Dengan demikian, dengan rapat evaluasi ini menunjukkan jika suatu kegiatan itu menunjukkan kualitasnya tersendiri," pungkasnya.

Kegiatan yang dilakukan satu hari satu malam itu dimeriahkan dengan api unggun dan penampilan kreasi seni para kader-kader seperti stand up comedy, puisi dan kegiatan lainnya. (Ade Mahmudin/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal AlaNu, Budaya, Makam PKB Kab Tegal