Rabat,
PKB Kab Tegal. Bisa dibilang Maroko termasuk negara yang memiliki peradaban besar dalam sejarah perkembangan Islam di blantika Arab. Banyak ulama-ulama berpengaruh dunia yang muncul dari sana, sebut saja seperti Ibn Rusd, Ibn Khaldun, Ibn al Arabi, Ibn Batuta, Ibn Tofail, dan lain sebagainya. Maka menjadi suatu keharusan ketika berada di Maroko untuk sekedar “
sowan dan
ngalap berkah” terhadap ulama-ulama di negeri tersebut.
 |
Catatan Perjalanan Mahasiswa STAINU di Maroko (Sumber Gambar : Nu Online) |
Catatan Perjalanan Mahasiswa STAINU di Maroko
Alhamdulillah kami mahasiswa STAINU Jakarta yang sedang mengkuti program pendalaman bahasa Arab kelas internasional di Maroko telah mengadakan rihlah spiritual dan ilmiah ke beberapa tempat bersejarah di Maroko yang berada di kota Meknes dan Fes. Salah satu alasan pememilihan dua kota ini karna terkenal dengan kota peradaban dan ilmiah yang banyak mencetak ulama-ulama besar sejak puluhan abad silam semisal Ibn Rusd, Ibn al Arabi, Ibnu Khaldun, Ibn Asyir, Syekh as Sonhaji.
Selain itu terkenal juga dengan keasrian alamnya yang bisa dinikmati sepanjang perjalanan menuju lokasi, mulai dari pemandangan yang sejuk di penuhi dengan hijau-hijauan pohon zaitun dan
rumman (delima), sumber mata air bening nan jernih yang mengalir di sela-sela perkotaan dan tidak ketinggalan benteng-benteng coklat keabuan yang tinggi memanjang yang menjadi khas Maroko sehingga negeri ini akrab di sapa dengan “Negeri Seribu Benteng”.
PKB Kab Tegal
Bermula dari seringnya mendengar nama-nama para tokoh terkenal dengan kemampuan spiritual-intelektualnya dalam beberapa diskusi ilmiah yang kami ikuti, yang ternyata banyak diantaranya berasal dari kota Fes. Tentu akan menjadi hal yang sangat
nggregeti saat berada di Maroko tetapi tidak menyempatkan berkunjung ke tempat bersejarah tersebut. Niatan ingin kunjungan langsung ke tempat, menyaksikan dengan mata telanjang, serta ingin menjadikan kenangan terindah selama perkelanaan asing kami di bumi senja.
Setelah mendiskusikan tentang rencana rihlah ini dengan teman-teman STAINU (Salaf Maroko) kami sepakat, dengan dibantu senior yang sudah lama di Maroko dan senantiasa membantu dari awal keberadaan di Maroko. Mereka membantu pengurusan dan penyewaan bus rihlah, penunjukkan jalan dan hal-hal penting lainnya maka rihlahpun bisa di berlangsungkan pada hari Sabtu 08/09/12 M yang diikuti sekitar 40 orang.
PKB Kab Tegal
Selain dari mahasiswa STAINU yang berjumlah 21 orang di Kenitra, ada juga dari beberapa mahasiswa luar kota Kenitra seperti Rabat, Fes dan Tangier yang ikut berpartisipasi dalam rihlah kami ini.
Pada sekitar jam 10:00 BMT pak sopir mulai menancap gas meluncur ke dua kota tertuju dengan di mulai dari kota Meknes yang berada sebelum kota Fes sebagai penghujung rihlah ini. Perjalanan yang menegangkan penuh dengan jutaan tanya dan penasaran beraduk dengan rasa senang dan girang dalam benak kami membuat kami terefleksi untuk selalu melafadzkan
subhanallah dalam lisan sepanjang perjalanan. Di tangah-tengah roda berputar dalam bus pariwisata berkapasitas 50 penumpang kami bisa menyaksikan bebarapa pemandangan kota di sepanjang jalan mulai dari kota Sidi Sulaiman, Sidi Qosim sebelum akhirnya sampai di tempat tujuan.
Gurun luas di pagari bukit-bukit bertitik hijau dengan pohon zaitun-nya dan bertitik putih dengan domba-domba gurun yang ikhlas dengan memakan rumput kering di gembalaanya menarik pikiran kami untuk mengakui kebesaran Allah dalam ciptaannya. Tak kalah menariknya saat kita dikejutkan dengan warna biru pekat di tengah warna gurun yang membuat mata ini layu melihatnya tiba-tiba menjadi segar dengan sebuah pemandangan danau dengan warna biru bening bak langit tak berawan, seakan mencerminkan langit dari dataran bumi yang gersang, menarik semua bola mata para penumpang untuk mengarah kesana, yang tentunya itu menarik hikmah tersndiri bagi yang mau bertafakkur akan keagungan ciptaan Allah.
Alhamdulillah setelah kira-kira dua jam kita merintangi selat perbukitan panjang dan luas, setelah begitu lamanya kami memanjakan tatapan kita pada alam sekitar akhirnya sampai pada tujuan pertama dalam rihlah ini yaitu Volubilis atau dengan bahasa orang Marokonya Oualili. Kami bisa menyaksikan reruntuhan dan puing-puing bersejarah di lihat dari sisa-sisa reruntuhan bangunan yang tentunya sangat megah pada zamannya. sebut saja di antaranya Basilica, Capitol dll. Volubilis adalah salah satu peninggalan kerajaan Romawi yang dalam penelitian arkeolog kerajaan ini berdiri tiga abad sebelum masehi dalam kepemimpinan raja Youba II. Hal ini bisa di lihat dari bekas-bekas ukiran dan tulisan yang penuh dengan ciri dan kreasi yang sangat khas di papan-papan batu marmar yang sangat kokoh selama berabad-abad hingga bisa bertahan saat ini, yang dalam penelitian di ambil dari perbatuan gunung Zarhoun. Volubilis adalah tempat kuno bersejarah yang berada di belahan barat kota Zarhoun Maulay Idris, sekitar 40 KM dari kota Meknes.
Setelah cukup kami nikmati alam Volubilis, kami pun bergegas menuju rute rihlah berikutnya yaitu Dloreh Maulay Idris I yang berada di perbukitan yang tidak jauh dari Volubilis. Dloreh adalah berarti makam, sapaan untuk makam orang mulia dalam literatur bahasa Arab. Sangat layak dengan nama ini karena sosok yang kami kunjungi adalah pemuka dan penyebar agama Islam di maghribi, sebutan untuk Maroko, yang juga masih titisan darah suci baginda Rasulullah SAW (baca:
ahlul bait). Beliau adalah sosok pejuang dari Masyrieq yang mempunyai saham besar dalam islamisasi di Maroko. Karna beliau-lah sebagai pendiri daulah Adarisah 788 M sebagai dinasti pertama di Maroko atas pembaiatan suku amazig yang ada di Oualili Zarhoun dan yang meresmikan kota Fes lama
"Madinah baliah/ atiqoh" sebagai ibu kota pertama Maroko sebelum ibu kota Rabat.
Tempat yang sangat padat dengan pengunjung ini rupanya tidak di sia-siakan oleh para pebisnis. Kami pun disambut dengan beraneka ragam pernak-pernik khas Maroko terlebih lilin dengan khas bentuk dan baunya yang harum hingga membuat kami bertanya-tanya dalam hati apa maksud dan tujuan tersebut. Kami beserta rombongan memasuki kawasan Dloreh yang bersebelahan dengan masjid. Dan setelah mengadakan pendekatan spiritual,kami pun menuju kunjungan berikutnya yaitu kota Fes sebagai kota terakhir dalam rute perjalanan kami.
Dalam perjalanan kami di sambut dengan barisan pohon zaitun yang tertata rapi di sepanjang jalan memasuki kota Fes, seakan lambaian pohon-pohon itu adalah salam penghormatan bagi pengunjung kota tersebut. dalam benak kami, berdasarkan berbagai info yang kami dapat dari internet, Fes itu adalah surga dunia yang juga mempunyai 8 pintu layaknya surga di akhirat dan Fes selain unggul dari sisi ilmiahnya, juga di perkaya dengan kekayaan sumber alam, terlihat dari wana hijau yang menyelimuti kota fes di perbukitan serta bebarapa sumber mata air yang jernih dan sungai-sungai yang berada di sela-sela keramaian kota dan tentunya yang paling unik adalah motif ukirannya jauh lebih padat dan memikat dari ukiran Maroko secara umum. Dan info yang kami dapat tersebut tenyata cukup valid setelah kami bisa mebuktikan secara faktual bahwa Fes itu memang tidak jauh dari sanjungan seperti di atas. Kami menyaksikan pagar benteng yang tinggi dan panjang luar biasa saat pertama kali kami memasuki kota Fes.
Setelah rombongan tiba di lokasi kira-kira jam 04:00 GMT, sebagai pembukaan ziarah, kami segera menuju Dloreh Ibnu Al Aroby Al-Maafirie (468 H-543 H) salah satu ulama terkemuka pada zamannya. Ulama yang memiliki gelar
Al Hafidz ini berasal dari penduduk Isybilia (Baca: Sevilla), Ibu kota Andalus yang berada di arah timur negara Spanyol. saat melakukan perantauan di masyriq, beliau berjumpa dengan bebarapa ulama terkenal di Baghdad, Damascus, Kufah dan Makkah, dan beliau sempat berguru kepada Abu Hamid Al Ghazali dan Abu Bakar Al Fihri. Setelah itu beliau melanjutkan rihlahnya ke Alexandria. Di tengah-tengah kepulangan beliau menuju Andalus, sempat juga berguru kepada Abu Bakar at Thurtusyie. Seteah banyak menimba ilmu dari Masyriq akhirnya beliau kembali tanah kelahiran menyebarkan pengtahuannya dengan Maroko menjadi ladang dakwahnya sampai beliau di Maroko tepatnya di kota Fes.
Ada hal menarik saat kami ziarah ke Dloreh beliau yaitu kami bisa berjumpa dengan salah satu keturunan syekh Ibnu Al Aroby, seorang ibu yang setia mendoakan para peziaroh.Satu lagi yang menarik yaitu di tengah-tengah kita membaca tahlil dan surat-suratan dari ayat suci al-Quran, kepala kami disirami semacam air wangi dari botol khas Arab yang sempat sedikit mengganggu ke-khusyuan kami karna cukup menggagetkan. Setelah kami didoakan secara ikhlas oleh seorang ibu yang juga keturunan beliau tersebut, kami melanjutkan perjalanan rihlah menuju pasar tradisional Fes di kota lama. Kami mulai memusatkan pembelanjaan dengan membeli oleh-oleh untuk keluarga, saudara, dll, mumpung berada di kota Fes yang di kenal dengan berbagai jenis pernak pernik termasuk pakaian yang serba kulit dengan kualitas nomor satu yang layak dikoleksi.
Setelah selesai berbelanja di pasar kami menuju masjid Al Qurawiyyin. Masjid ini merupakan masjid tertua dan bersejarah di dunia yang di bangun atas dana seorang perempuan yang menginfaq-kan semua hartanya bernama Fathimah Al Fihriyyah. Dibangun pada tahun 245 H/ 859 M. Di Masjid ini kami melakukan sholat berjamaah sembari istirahat sejenak setelah cukup lelah mengelilingi pasar yang bergang-gang, panjang dan bercabang-cabang. setelah hati sudah mulai sejuk setelah melepas tanggung jawab sebagai orang Islam di masjid megah ini, kami kembali menyejukkan hati dengan berziarah ke Dloreh Sidi Ahmad At Tijani (1737 M - 1815 M) pendiri thoriqoh Tijaniah yang saat ini berkembang cukup pesat di Indonesia.
Setelah cukup kami bernostalgia dengan Syekh At Tijani, kami pun harus meninggalkan kota surga ini menuju rumah kontrakan kami di Kenitra. Akhirnya kami kembali pulang menuju Kenitra setelah jam menunjukkan 09:00 GMT dengan lama perjalanan sekitar tiga jam. Semoga ini bukan perjumpaan terakhir kami dengan kota paling bersejarah ini, dan semoga Fes yang katanya surga dunia tersebut menjadi awal dan doa untuk kelak kita di akhirat menuju surga yang haqiqi nan abadi yang
ma la ainun roat wala udzunun samiat wala khotoro ala qolbi basyar. Amin...* Di tulis oleh tim kreatif Mahasiswa kelas internasional STAINU di Maroko atau yang menyebutkan dirinya dengan “Salaf Maroko” Dari Nu Online:
nu.or.idPKB Kab Tegal Aswaja PKB Kab Tegal