Tampilkan postingan dengan label Kajian Sunnah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kajian Sunnah. Tampilkan semua postingan

Rabu, 24 Januari 2018

Tradisi NU Bukan Budaya Sinkretis

Jakarta, PKB Kab Tegal. Tradisi NU bukan budaya sinkretis. Tradisi itu jelas dibawa oleh para penyebar Islam di Indonesia. Demikian diungkapkan sejarawan Agus Sunyoto saat berada di beranda PKB Kab Tegal, Gedung PBNU Jakarta, Selasa (17/4) malam lalu.

Tradisi NU Bukan Budaya Sinkretis (Sumber Gambar : Nu Online)
Tradisi NU Bukan Budaya Sinkretis (Sumber Gambar : Nu Online)

Tradisi NU Bukan Budaya Sinkretis

Pengetahuan yang beredar di masyarakat selama ini keliru. Mereka berasumsi bahwa tradisi NU seperti upacara tahlilan, yasinan, dan kendurian, atau ziarah kubur, mengadopsi dari tradisi agama Hindu.

Bagi Agus Sunyoto, penulis buku ‘Suluk Abdul Jalil, Perjuangan dan Ajaran Syaikh Siti Jenar’ yang berjilid-jilid ini, anggapan mereka ini salah. Ia, mengungkapkan berbagai literatur yang mendukung pernyataannya.

PKB Kab Tegal

Wakil Ketua Pengurus Pusat Lembaga Seninam dan Budayawan (Lesbumi) NU ini memaparkan, tradisi NU itu misalnya upacara tahlilan. Upacara tahlilan ini diperingati masyarakat untuk yang orang meninggal dunia. Peringatan itu dilakukan 3, 7, 15, 40, 100, dan 1000 hari. Semua peringatan ini, dibawa orang-orang Islam dari Champa.

PKB Kab Tegal

Ia melacak bahwa tradisi NU berawal dari Walisongo. Walisongo membawa tradisi demikian dari negeri Champa, tambahnya. Sunan Ampel, dengan nama kecil Raden Rahmat, lahir 1401 M di negeri Champa. Champa adalah satu negeri kecil yang terletak kini di Kamboja. Sunan Ampel dari Champa membawa tradisi tahlilan.

Sebelum Walisongo datang, kerajaan Majapahit menguasai wilayah Nusantara. Menurut penyusun Atlas Walisongo ini, tradisi Tahlilan belum ada di tengah masyarakat. Jadi pernyataan bahwa tahlilan itu berasal dari budaya Hindu, awur dan keliru.

Upacara tahlilan itu berasal dari orang Islam. Islam Nusantara terpengaruh oleh orang Islam Champa. Sementara, tradisi Islam Champa terpengaruh oleh Islam Persia. Upacara Kendurian misalnya, itu berasal dari Persia. Kata ‘Kenduri’ sendiri adalah bahasa Persia kok. Jadi, upacara kenduri bukan dari bahasa Hindu, tukasnya.

Agus menulis buku yang baru terbit 2011 lalu, “Walisongo, Rekonstruksi Sejarah Yang Disingkirkan”. Dalam pengantar buku itu, ia mengatakan bahwa dalam literatur sejarah Indonesia, ada usaha sistematis untuk menghilangkan Walisongo. Buku barunya ini cukup kuat dalam meluruskan sejarah tradisi Islam Nusantara dengan referensi-referensi yang bisa dipertanggungjawabkan.

Menutup pembicaraannya dengan PKB Kab Tegal, Agus berpesan agar nahdliyin menggali lagi lembaran-lembaran sejarah dengan kritis. Karena, banyak sekali sejarah-sejarah yang ditulis oleh kaum orientalis untuk mengaburkan jejak Walisongo yang selama ini menjadi teladan umat Islam Nusantara, tambahnya.

Redaktur: A. Khoirul Anam

Penulis   : Alhafiz Kurniawan

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Kajian Sunnah, Warta, PonPes PKB Kab Tegal

Sabtu, 20 Januari 2018

KH Nahduddin Royandi Abbas Jadi Pengasuh Ponpes Buntet

Jakarta, PKB Kab Tegal. Pondok pesantren Buntet Cirebon Jawa Barat kini telah memiliki pengasuh baru setelah meninggalnya KH Abdullah Abbas. Adik kandungnya yang terakhir, KH Nahduddin Royandi Abbas kini menggantikan posisinya sebagai tokoh sentral di ponpes tersebut.



KH Nahduddin Royandi Abbas Jadi Pengasuh Ponpes Buntet (Sumber Gambar : Nu Online)
KH Nahduddin Royandi Abbas Jadi Pengasuh Ponpes Buntet (Sumber Gambar : Nu Online)

KH Nahduddin Royandi Abbas Jadi Pengasuh Ponpes Buntet

Putra ke tujuh dari tujuh bersaudara ini memang kurang dikenal karena perjalanan hidupnya lebih banyak dihabiskan di luar negeri. Sejak tahun 1954 saat usianya masih 18 tahun, ia sudah berangkat ke Arab Saudi untuk menimba ilmu agama. Diantara guru-gurunya adalah Syeikh Yasin Padang dan Syeikh Hamid al Banjari. Di negeri kaya minyak itu, ia tinggal selama lima tahun.

Selanjutnya, mulai tahun 1959 ketika usianya menginjak 23 tahun, ia pergi ke London Inggris untuk bekerja sebagai diplomat RI. Ia juga sempat bekerja di PT Aneka Tambang. Di kota yang dialiri sungai Thames ini, dakwah Islam tak pernah ditinggalkan, terutama kepada muslim warga negara Indonesia yang tinggal di sana. Ia juga menjadi rais syuriyah Pengurus Cabang Istimewa (PCI) NU United Kingdom (UK).

PKB Kab Tegal

“Seandainya masih ada yang lain, saya tak mau menduduki posisi kakak saya di pesantren ini,” katanya merendah ketika ditemui PKB Kab Tegal di Gd. PBNU seusai pertemuan alumni santri Buntet di Jakarta, Kamis (16/5).

Dengan penuh semangat ia menuturkan, pesantren Buntet akan terus dikembangkan, terutama pendidikan formalnya seperti sekolah tinggi ilmu kesehatan, yang sebelumnya hanya akademi keperawatan. Sekolah-sekolah yang bersifat kejuruan yang memberi bekal ketrampilan kepada siswa menjadi prioritas lainnya di masa mendatang.

PKB Kab Tegal

“Tapi tentunya tidak melupakan pengajian kitab kuning, ini tetap berjalan sebagaimana biasanya,” ujarnya.

Jumlah santri yang belajar di pesantren Buntet sekarang berkisar 5000 orang. Puluhan ribu alumninya saat ini sudah tersebar di seluruh Indonesia. Pertemuan alumni yang diselenggarakan di Gd. PBNU Kamis kemarin dihadiri oleh para alumni mulai dari tahun 1970-an sampai tahun 2000-an dengan berbagai latar belakang profesi.

Meskipun saat ini sudah berusia 72 tahun, ia masih terlihat sehat, enerjik dan penuh semangat. Penampilan yang rapi selalu menyertainya kemanapun ia pergi. “Saya ini masih muda lho, Presiden Mesir Husni Mubarok kemarin saja baru merayakan ulang tahun ke 80-nya. Saya juga masih ada kesempatan,” katanya dengan penuh canda.

Ia mengaku masih akan bolak balik London-Jakarta untuk menyelesaikan berbagai urusan. Kedatangannya ke Indonesia juga baru sekitar satu bulan. Saat ini ia tinggal di komplek pesantren Buntet. (mkf)Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Nahdlatul, Kajian Sunnah PKB Kab Tegal

PWNU DIY Adakan Pameran Foto Kegiatan NU

Yogyakarta, PKB Kab Tegal. Ada yang berbeda di Gedung PWNU DIY pada Ahad (5/5). Gedung berlantai dua yang terletak di jalan MT Haryono No. 40-42 Yogyakarta tersebut, dipenuhi dengan foto-foto kegiatan Lembaga/Lajnah PWNU DIY dan PCNU se-DIY. 

Lomba pameran foto kegiatan tersebut, merupakan salah satu rangkaian acara memeriahkan Harlah ke-90 NU. Masing-masing Lembaga/Lajnah PWNU dan PCNU se-DIY yang mengikuti lomba ini, hanya boleh mengirimkan satu foto kegiatan  yang dibingkai dengan gabus putih.

PWNU DIY Adakan Pameran Foto Kegiatan NU (Sumber Gambar : Nu Online)
PWNU DIY Adakan Pameran Foto Kegiatan NU (Sumber Gambar : Nu Online)

PWNU DIY Adakan Pameran Foto Kegiatan NU

Terhitung ada sekitar 20-an foto kegiatan Lembaga/Lajnah PWNU yang dipajang di dinding lantai satu maupun dua gedung PWNU DIY. Foto-foto tersebut memiliki karakter masing-masing, karena memang peserta diberikan kesempatan untuk berkreasi atas foto kegiatan yang diikutsertakan dalam perlombaan. Dengan catatan, tetap memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh panitia.

PKB Kab Tegal

HM Lutfhi Hamid, ketua LTN PWNU DIY, ketika dimintai pendapat tentang kegiatan tersebut, mengatakan bahwa acara pameran foto kegiatan NU memang selayaknya sering dilakukan, agar dunia luar itu tau, bahwa NU bukan hanya mengurusi hal-hal yang bersifat mahdhah saja. Orang di luar NU juga harus tau bahwa NU juga memiliki kontribusi besar dalam pembangunan di Indonesia.

PKB Kab Tegal

Senada dengan Luthfi Hamid, Muhammadun AS, Pimred di Majalah Bangkit PWNU DIY juga mengungkapkan bahwa acara pameran foto tersebut akan ikut membantu dalam pendokumentasian kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh NU. 

“Dengan adanya lomba foto kegiatan ini, akan berdampak besar bagi terjaganya database kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh lembaga/lajnah NU,” tegasnya.

Redaktur   : Mukafi Niam

Kontributor: Rokhim 

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Kajian Sunnah, Pertandingan PKB Kab Tegal

KH Bisri Mustofa tentang Mencintai Pahlawan

Oleh M. Rikza Chamami

Indonesia memiliki banyak pahlawan yang berjuang gigih meraih kemerdekaan. Tentunya perjuangan itu bukan hal sederhana. Mereka rela mengorbankan nyawa, jiwa, raga dan harta demi untuk bangsanya. Maka, mencintai para pahlawan merupakan satu hal yang penting ditanamkan. Salah satu pemikiran yang disampaikan oleh KH Bisri Mustofa adalah tentang cinta kepada para pahlawan.

KH Bisri Mustofa (selanjutnya disebut Mbah Bisri) merupakan salah satu ulama Nusantara yang lahir di Kampung Sawahan Gang Palen Rembang Jawa Tengah pada tahun 1915. Ayahnya adalah pedagang kaya bernama H Zainal Mustofa (Djojo Mustopo) bin H Yahya (Podjojo) yang dikenal tekun dalam beragama dan sangat mencintai Kiai. Ibunya bernama Hj. Chodijah binti E. Zajjadi bin E. Sjamsuddin yang berdarah Makassar.

KH Bisri Mustofa tentang Mencintai Pahlawan (Sumber Gambar : Nu Online)
KH Bisri Mustofa tentang Mencintai Pahlawan (Sumber Gambar : Nu Online)

KH Bisri Mustofa tentang Mencintai Pahlawan

Nama Bisri Mustofa dipakai sejak pulang dari ibadah haji. Sebelumnya ia bernama Mashadi. Pernikahan H Zainal Mustofa dengan Hj. Chodijah melahirkan empat anak: Mashadi (Bisri), Salamah (Aminah), Misbach dan Ma’shum.Pendidikan Mbah Bisri dimulai dengan mengaji kepada KH Cholil Kasingan dan H. Zuhdi (kakak tiri). Mbah Bisri juga menjalankan Sekolah Jawa (Sekolah Ongko 2) selama tiga tahun dan dinyatakan lulus dengan mendapat sertifikat.?

Mbah Bisri sempat mondok di Pesantren KH Chasbullah Kajen Pati. Waktu belajar banyak dihabiskan di Pondok Kasingan Rembang belajar dengan Kiai Suja’i (Kitab Alfiyyah) dan dan KH Cholil (Kitab Alfiyyah, Fathul Mu’in, Fathul Wahhab, Iqna’, Jam’ul Jawami’, Uqudun Juman dan lain lain). Mbah Bisri sempat berniat mengaji di Pondok Pesantren Termas dibawah asuhan KH Dimyati, tapi niat itu gagal karena tidak mendapat restu KH Cholil.

Mbah Bisri juga pernah mengikuti khataman Kitab Bukhori Muslim yang dimulai pada 21 Sya’ban 1354 H bersama KH Hasyim Asya’ri di Tebuireng Jombang. Di tengah pengajian itu, tepatnya 10 Ramadan 1354 H, KH Hasyim Asy’ari jatuh sakit dan digantikan oleh KH Ilyas (Kitab Muslim) dan KH Baidlawi (Kitab Tajrid Bukhari).

PKB Kab Tegal

Mbah Bisri juga memiliki dua guru dari sistem mengaji candak kulak(musyawarah kitab dan hasilnya dipakai mengajar) dengan Kyai Kamil dan Kyai Fadlali di Karanggeneng Rembang. Proses belajar tetap ia jalankan karena merasa haus ilmu, Mbah Bisri memilih mukim di Makkah setelah menunaikan ibadah haji tahun 1936. Di Makkah, Mbah Bisri berguru dengan: ? Syaikh Bakir, Syaikh Umar Chamdan Al Maghrabi, Syaikh Maliki, Sayyid Amin, Syaikh Hasan Masysyath, Sayyid Alawie dan Syaikh Abdul Muhaimin.

Berbekal keilmuan itulah, Mbah Bisri kemudian berkembang menjadi figur ulama Nusantara yang dikenal sangat ‘alim. Rasa sayangnya KH Cholil seorang guru dari Mbah Bisri ditunjukkan dengan menjadikannya sebagai menantu. Mbah Bisri dinikahkan dengan putri KH Cholil bernama Ma’rufah pada 17 Rajab 1354 H/Juni 1935 M. Dari pernikahannya ini, Mbah Bisri memiliki anak: Cholil (lahir 1941), Mustofa (dikenal dengan sebutan Gus Mus, lahir 1943), Adieb (lahir 1950), Faridah (lahir 1952), Najichah (lahir 1955), Labib (1956), Nihayah (lahir 1958) dan Atikah (lahir 1964). Pada tahun 1967, Mbah Bisri menikah dengan Hj Umi Atiyah yang berasal dari Tegal dan melahirkan satu anak bernama Maemun (Ahmad Zainal Huda: 2005).

PKB Kab Tegal

Ilmu yang dimiliki Mbah Bisri diajarkan di Pondok Kasingan dan Pondok Rembang yang kemudian diberi nama Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin (Taman Pelajar Islam). Mbah Bisri dikenal memiliki tiga kemampuan: articulation, documentation dan organizing. Artikulasi dikuasai Mbah Bisri dalam teknik orasi dan pidato dengan bahasa yang mudah dipahami masyarakat. Kemampuan dokumentasi ditunjukkan dengan hasil karya tulisnya yang sangat banyak (276 kitab dan buku). Dan semangat organisasi dijalankan sebagai wadah perjuangan, baik di tingkat lokal hingga nasional.

Diantara pokok pemikiran Mbah Bisri dalam mencintai pahlawan, ia abadikan dalam bentuk syi’iran Jawa “Ngudi Susilo” dengan menggunakan tulisan pegon, yaitu:

Ngagem blangkon serban sarung dadi gujeng * Jare ora kebangsaan ingkang majeng

Sawang iku Pangeran Diponegoro * Imam Bonjol Tengku Umar kang kuncoro

Kabeh podo belo bongso lan negoro * Podo ngagem destar pantes yen perwiro

Gujeng serban sasat gujeng Imam Bonjol * Sak kancane he anakku aja tolol

Timbang gundul apa ora luweh bagus * Ngagem tutup sirah koyo Raden Bagus

Memakai blangkon, surban dan sarung jadi pembicaraan. Dianggap tidak memiliki jiwa kebangsaan yang maju.

Lihatlah Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol dan Tengku Umar yang sudah terkenal.

Semuanya dari mereka nyata-nyata membela bangsa dan negara dengan menggunakan pakaian kebesaran, nampak seperti Perwira.

Memakai surban sebagaimana Imam Bonjol. Dan janganlah menjadi orang bodoh.

Daripada tidak memakai penutup kepala, nampak kurang bagus. Maka pakailah penutup kepala agar seperti Raden Bagus (priyayi).

Dari pemaknaan syi’ir Jawa ini dapat diambil pemahaman bahwa mencintai para pahlawan itu empat pola yang harus dilakukan: mengikuti jejak cinta bangsa dan negara, memakai pakaian yang bagus dan berwibawa, berilmu pengetahuan dan tidak sombong. Empat makna cinta terhadap perjuangan para pahlawan bangsa ini menjadi sangat penting bagi generasi sekarang.

Pertama, mengikuti jejak cinta bangsa dan negara. Para pahlawan yang telah gugur dalam medan perang benar-benar merasakan perjuangan nyata. Berbeda dengan generasi sekarang yang sudah secara instan menikmati kemerdekaan dan kenyamanan hidup di Indonesia. Maka cinta terhadap tanah air menjadi salah satu bagian dari menghormati para pahlawan pendahulu.?

Kedua, memakai pakaian yang bagus dan berwibawa. Wibawa seseorang, salah satunya memang dapat dilihat dari cara berpakaian. Oleh sebab itu, nasehat Mbah Bisri yang ditulis ini menjadi tauladan bahwa orang yang berpakaian rapi, maka nampak gagah dan siap menjadi pemimpin. Termasuk jenis pakaian yang berbeda blangkong/surban/sarung atau lainnya tidak menjadi pemisah rasa persatuan. Keanekaragaman pakaian itu menandakan potensi lokal yang harus dihargai. Yang paling penting adalah tidak merendahkan pakaian kebesaran yang dimiliki oleh orang lain.

Ketiga, berilmu pengetahuan menjadi salah satu bagian dari mencintai para pahlawan. Sebab tanpa ilmu pengetahuan, maka manusia akan menjadi bodoh. Maka Mbah Bisri berpesan: “Jangan jadi orang tolol/bodoh”. Sebab dengan kebodohan, orang akan gampang ditipu. Dan salah satu alasan penjajah Indonesia mampu berkuasa ratusan tahun karena penduduknya saat itu tidak memiliki ilmu pengetahuan. Penderitaan bangsa kita jangan sampai terulang lagi hanya karena banyak orang bodoh di Indonesia.

Dan keempat, tidak sombong. Setelah mengenang para pahlawan dan menambah ilmu pengetahuan, maka rasa kebangsaan harusnya semakin kuat. Jangan sampai perilaku itu berubah menjadi sombong (tidak menutup kepala). Kesombongan yang dimiliki oleh bangsa ini juga akan melahirkan ego-sektoral dengan melemahkan kelompok lain. Maka pesan tidak sombong ini menjadi penting agar hidup bersama-sama dengan penuh kerukunan mudah tercapai.

Pesan-pesan ulama Nusantara yang demikian ini memang perlu sekali dipahami secara baik. Dengan kekuatan bahasa sastra yang indah dan dapat dilagukan ini, menjadikan kita paham siapa sebenarnya KH Bisri Mustofa. Ia tak lain adalah figur Kiai dengan multitalenta dengan segudang nasehat-nasehat bagi generasi muda. Keberadaan kitab Ngudi Susilo ini juga hingga sekarang masih dipelajari di Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyyah sebagai buku pegangan belajar akhlak. Wallahu a’lam.

Penulis adalah Sekretaris Lakpesdam NU Kota Semarang dana Dosen UIN Walisongo.

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Anti Hoax, Kajian Sunnah, Khutbah PKB Kab Tegal

Selasa, 09 Januari 2018

Idul Fitri, Merangkai Kembali Jalinan Silaturahim

Hari raya Idul Fitri di Indonesia identik dengan silaturahim dan permohonan maaf atas kesalahan yang kita buat selama satu tahun belakangan. Idul Fitri menjadi perayaan keagamaan dan budaya terbesar di negeri maritim ini. Perjalanan mudik dari lokasi-lokasi urban di mana masyarakat mencari nafkah untuk kembali ke daerah asal dilakukan dengan penuh perjuangan. Kemacetan panjang dan ongkos yang mahal tidak dipedulikan demi momen kumpul keluarga selama Lebaran. Ini menunjukkan betapa berartinya perayaan Lebaran bagi Muslim Indonesia.

Idul Fitri semakin bermakna saat nilai hubungan sesama manusia semakin mengalami degradasi. Sekalipun zaman semakin canggih dengan munculnya beraneka ragama alat untuk mempermudah manusia, tetapi waktu luang yang kita miliki semakin sedikit. Kita malah semakin disibukkan dengan berbagai macam tuntutan hidup agar tetap bisa menikmati kemudahan-kemudahan yang memanjakan ini. Kita dipaksa untuk bekerja keras agar tetap bisa memanfaatkan kecanggihan teknologi ini. Semuanya perlu ongkos tinggi untuk mendapatkan dan mengoperasikannya. Bahkan, banyak di antara kita akhirnya terjebak dalam pengejaran teknologi ini dengan obsesi atas sesuatu yang terbaru dan tercanggih, sekalipun belum tentu dibutuhkan. Eksistensi diri sudah ditentukan seberapa canggih atau mahal peralatan yang kita miliki dan kita gunakan. ?

Idul Fitri, Merangkai Kembali Jalinan Silaturahim (Sumber Gambar : Nu Online)
Idul Fitri, Merangkai Kembali Jalinan Silaturahim (Sumber Gambar : Nu Online)

Idul Fitri, Merangkai Kembali Jalinan Silaturahim

Manusia bukan lagi mengendalikan alat-alat modern tersebut, tetapi peralatan canggih sesungguhnya telah memperbudak manusia. Banyak orang merasa kehilangan separuh dirinya jika ketinggalan telepon cerdas. Kita merasa tak bisa bergerak ke mana-mana tanpa kendaraan. Kita mati kutu saat listrik mati. Semakin lama, ketergantungan kita semakin tinggi pada peralatan hidup. Manusia, menjadi semakin lemah dan rentan di hadapan masin dan teknologi. Manusia semakin terasing dengan sesamanya.

Seusai kerja keras yang melelahkan untuk mempertahankan akses pada beragam kemudahan dan teknologi, waktu rehat sebagian besar orang disibukkan dengan hiburan, yang juga semakin personal. Dulu, hanya ada satu atau dua TV dalam satu kampung. Dalam satu kampung, semua warga berkumpul dalam satu titik. Di sela-sela siaran, orang bisa mengobrol dengan tetangganya sehingga mendekatkan hubungan. Saat TV masuk ke ruang-ruang keluarga, interaksi sosial menjadi semakin terbatas. Semakin jarang acara kumpul-kumpul sekedar untuk mengobrol. Dari hiburan di ruang keluarga yang diakses secara bersama-sama, revolusi teknologi memindahkan segalanya dalam genggaman dalam satu gawai atau telepon cerdas. Ruang keluarga pun semakin sepi. Semuanya semakin personal. Hampir-hampir kita tidak membutuhkan orang lain untuk menghibur diri. Di ruang tunggu dan saat mengantri, kini semuanya sibuk dengan gawainya. Semakin jarang kita ketemu kenalan baru dalam pertemuan-pertemuan seketika itu. Tanpa kita sadari sisi kemanusiaan kita sebagai makhluk sosial semakin tergerus.

PKB Kab Tegal

Ketika kita semakin sibuk dengan diri sendiri, hubungan antarmanusia juga menjadi semakin pragmatis. Kita berhubungan dengan orang lain saat memiliki kepentingan. Banyak orang menjadi semakin menghamba pada orang yang berkuasa, yang memiliki akses pada beragam sumberdaya.

PKB Kab Tegal

Teknologi sesungguhnya telah memperluas jangkauan. Kita bisa bergerak dari satu tempat ke tempat lain dengan cepat dan ongkos yang relatif murah. Transportasi umum semakin banyak dan terjangkau. Ongkos pesawat dari waktu ke waktu semakin murah, seiring semakin canggihnya teknologi. Revoluasi paling fenomenal pada abad 21 ini adalah ditemukannya internet yang kemudian memunculkan teknologi turunannya, yaitu media sosial.

Media sosial telah merubah secara mendasar hubungan sesama manusia. Mereka yang jauh, yang sudah lama tak bersua seperti teman sekolah, teman sekampung yang masing-masing sudah bertebaran di berbagai penjuru dunia. Kini disatukan kembali dalam pertemanan dan grup-grup di media sosial. Sesaat sebelum tidur dan seketika setelah bangun tidur, banyak di antara kita langsung meraih gawainya untuk melihat pesan-pesan yang masuk. Teman kita semakin banyak, tetapi tingkat hubungan di media sosial sangatlah dangkal dengan komitmen yang rendah. Pertemanan yang kita temukan di media sosial tidak dapat dikatakan sebagai pertemanan sesungguhnya sebagaimana di dunia nyata. Kita memiliki kedekatan emosional pada teman yang kita miliki dalam interaksi nyata sehingga dengan mudah kita dapat memberikan pertolongan pada orang-orang yang kita kenal baik ini. Kita bisa berbagi rahasia-rahasia kecil pada teman yang kita percayai. Semuanya susah kita dapatkan dalam hubungan yang kita dapat di media sosial.

Itulah dua sisi dari teknologi media sosial, satu sisi semakin mendekatkan yang jauh, tetapi di sisi lain, mereka yang dekat secara fisik menjadi sangat berjarak. Yang kita perlukan adalah sebuah keseimbangan. Interaksi sesama manusia tidak dapat sepenuhnya tergantikan dengan media sosial. Media sosial tidak dapat menggantikan banyak hal dari kekerabatan, persahabatan, dan pertemanan yang dibangun melalui interaksi secara langsung. Media sosial bisa memperkuat hubungan tersebut menjadi semakin kokoh. Hubungan yang mendalam, saling pengertian, dan kerelaan untuk membantu sesama susah dibangun sekedar melalui media sosial.

Karena itu, Idul Fitri tidak cukup dengan menyampaikan pesan selamat berlebaran dan permintaan maaf melalui media sosial. Kita juga tidak boleh terlena oleh kemudahan hidup melalui berbagai alat berteknologi canggih itu. Mari kita manfaatkan momen ini untuk mengembalikan fitrah kita sebagai manusia sosial, yang saling berhubungan, berinteraksi sesama tanpa motif-motif lain, tanpa pertimbangan ekonomi, politik, atau kepentingan lainnya. Mudik dan interaksi hubungan manusia secara langsung, menemukan kembali momennya pada Idul Fitri ini. Biarkan semuanya mengalir, menciptakan kesejukan batin, memuaskan dahaga jiwa yang mengering karena terpaan berbagai tuntutan. (Ahmad Mukafi Niam)



Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Kajian Sunnah, Hikmah PKB Kab Tegal

Senin, 08 Januari 2018

Konferensi PMII Jabar, Ajang Konsolidasi Pengetahuan dan Gagasan

Garut, PKB Kab Tegal. Pengurus Koordinator Cabang (PKC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jawa Barat menggelar Konferensi Koordinator Cabang (Konkoorcab) ke XIX. Konkoorcab tersebut resmi dibuka langsung oleh Ketua Majelis Pembina Daerah (Mabinda) PMII Jabar, Muchtarom di Islamic Center Garut, Jumat (8/12).

Konferensi PMII Jabar, Ajang Konsolidasi Pengetahuan dan Gagasan (Sumber Gambar : Nu Online)
Konferensi PMII Jabar, Ajang Konsolidasi Pengetahuan dan Gagasan (Sumber Gambar : Nu Online)

Konferensi PMII Jabar, Ajang Konsolidasi Pengetahuan dan Gagasan

Ketua Pelaksana, Ade Mahmudin mengatakan, kegiatan Konkoorcab tersebut merupakan bagian dari proses regulasi kepemimpinan dan permusyawaratan tertinggi di PMII Provinsi Jawa Barat. 

"Kendati demikian, Konkoorcab ini bukan semata dijadikan momentum untuk suksesi dan politik perebutan kepemimpinan di PMII, melainkan sebagai ajang konsoldasi pengetahuan untuk kemajuan PMII Jabar dua tahun ke depan," ujar Ade usai pembukaan.

Sebagai organisasi kaderisasi, lanjut Ade, PMII perlu gagasan maju dan progreaif. "Maka dari itu, diharapkan para peserta fokus terhadap keputusan-keputusan penting dalam rumusan kaderisasi di PMII," kata mantan Ketua PMII Kabupaten Subang tersebut.

Ketua PKC PMII Jabar, Abdul Nasir berharap ke depan, siapapun yang terpilih menjadi Ketua PKC PMII Jabar, harus mampu menjadikan PMII jauh lebih baik dari sebelumnya.

PKB Kab Tegal

"Katakanlah, hari ini PKC PMII Jabar telah sukses membuat sekretariat permanen. Ini merupakan sejarah baru, bahwa selama 50 tahun lebih PMII Jabar berkiprah, baru kali ini memiliki sekretariat permanen," jelas Nasir.

Untuk itu, pihaknya menyampaikan terima kasih yang tiada terhingga kepada semua pihak yang turut membantu mensukseskan yang menjadi prioritas  program kerjanya tersebut.

"Terutama kepada para alumni dan senior yang tiada henti memberikan dukungan, support serta kontribusinya untuk proses kaderisasi di PMII," tandasnya.

Konkoorcab ini diikuti oleh 200 peserta utusan dari 23 Pengurus Cabang (PC) PMII se-Jawa Barat, yang terdiri dari peserta penuh dan peninjau.

PKB Kab Tegal

Turut hadir juga dalam Pembukaan Konkorcab, Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman, Sekjen PB PMII Sabolah Alkalamby, Ketua PW Ansor Jabar Deni Ahmad Haidar, serta Alumni-alumni PMII Jabar. Selain itu, tampil sebagai taushiyah pergerakan oleh Ketua Ikatan Alumni PMII Jabar, Numan Abdul Hakim. (Red: Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Bahtsul Masail, Kajian Sunnah PKB Kab Tegal

Kamis, 28 Desember 2017

PBNU Harapkan Persoalan Ahok Cepat Selesai

Jakarta, PKB Kab Tegal. Ketua PBNU H Marsudi Syuhud berharap agar persoalan dugaan penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok segera selesai mengingat banyak sekali energi bangsa Indonesia belakangan ini terserap untuk membahas masalah tersebut.?

“Sesuai dengan harapan presiden, agar jangan sampai merembet ke persoalan lain yang lebih besar,” katanya di gedung PBNU, Selasa (8/11).

PBNU Harapkan Persoalan Ahok Cepat Selesai (Sumber Gambar : Nu Online)
PBNU Harapkan Persoalan Ahok Cepat Selesai (Sumber Gambar : Nu Online)

PBNU Harapkan Persoalan Ahok Cepat Selesai

Dikatakannya, dalam pertemuan dengan jajaran pengurus PBNU Senin (7/11), presiden menyatakan bahwa dirinya tidak melindungi Ahok. Pernyataan tersebut merupakan pengulangan dari ucapan sebelumnya di istana.?

“Artinya, presiden ingin menjunjung tinggi hukum. Bahwa siapapun memiliki kedudukan yang sama di depan hukum,” imbuhnya.?

PKB Kab Tegal

Penegakan hukum, merupakan upaya kanalisasi persoalan agar tidak merembet ke persoalan-persoalan lainnya. Kemaslahatan umum harus didahulukan daripada kepentingan individu dan kelompok.?

“Nah, kalau dibawa ke persoalan lainnya, berarti ada agenda lain di luar agenda hukum,” ujarnya.?

Mengenai adanya sejumlah pernyataan sikap atau meme yang beredar di sosial media yang mengatasnamakan elemen NU, ia berharap agar masyarakat melakukan tabayyun ke NU. (Mukafi Niam)

PKB Kab Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Berita, Sejarah, Kajian Sunnah PKB Kab Tegal

Rabu, 27 Desember 2017

Ribuan Pelajar NU Brebes Kirab Estafet Tunas Aswaja

Brebes,PKB Kab Tegal. Ribuan anggota Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kabupaten Brebes, Jawa Tengah melakukan kirab Estafet Tunas Aswaja (ETA) tingkat Kabupaten Brebes. Kirab tersebut dilakukan untuk memperkenalkan organisasi pelajar NU kepada masyarakat.

ETA dimulai dari depan MA Plus Al Bukhori Sengon Tanjung pada pukul 09.00 WIB Sabtu (12/3/16). Selanjutnya, pasukan yang terdiri dari 62 bendera merah putih dan panji-panji NU bergerak menuju Kecamatan Kersana, Ketanggungan dan Larangan.

Ribuan Pelajar NU Brebes Kirab Estafet Tunas Aswaja (Sumber Gambar : Nu Online)
Ribuan Pelajar NU Brebes Kirab Estafet Tunas Aswaja (Sumber Gambar : Nu Online)

Ribuan Pelajar NU Brebes Kirab Estafet Tunas Aswaja

Sesampainya di Kecamatan Larangan, panji-panji disemayamkan di MTs Assalafiyah Sitanggal Larangan. Selanjutnya diberangkatkan kembali pukul 09.00 WIB dari halaman sekolah milik yayasan NU itu ke wilayah Kecamatan Wanasari, Songgom dan finish di Pondok Pesantren Darussalam Jatibarang Kidul, Jatibarang Brebes, Ahad (13/3/16) pukul 17.00 WIB.

PKB Kab Tegal

Pada ETA terakhir, bendera Merah Putih diserahkan ke Pengasuh Pondok Pesantren Darussalam KH Syeh Soleh Basalamah, Bendera NU kepada Wakil Ketua PC NU Brebes KH Asmuni, bendera IPNU ke Ketua PC IPNU Ferial Farhan IA dan bendera IPPNU kepada ketua PC IPPNU Ade Melly Selfiana.

Pada malam harinya diadakan pengajian dengan penceramah Habib Luthfi bin Ali Yahya dari Pekalongan, KH Abbas Fuad Hasyim dari Cirebon, Rais Syuriyah PB NU KH Subekhan Makmun dan KH Syeh Sholeh Basalamah.

PKB Kab Tegal

Dalam kesempatan tersebut, juga digelar lomba foto selfi yang harus diunggah di Facebook milik IPNU-IPPNU. Foto terbaik harus diunggah maksimal sampai pukul 23.00 WIB dan akan mendapatkan hadiah berupa kaos cantik dari panitia.

Selain Kirab ETA, kegiatan peringatan Harlah IPNU-IPPNU tingkat Kabupaten Brebes antara lain Pelatihan Jurnalistik dan Sekolah Aswaja. (wasdiun/abdullah alawi)



Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal RMI NU, Kajian Sunnah PKB Kab Tegal

Minggu, 24 Desember 2017

GP Ansor Karanganyar Gelar Ziarah dan Tanam Pohon

Karanganyar, PKB Kab Tegal. Menyongsong Ramadhan, GP Ansor Karanganyar mengadakan serangkaian kegiatan mulai dari silaturahmi akbar, pengajian,  ziarah, hingga penanaman pohon. Kegiatan yang berlangsung, Ahad (8/6), bertempat di pesantren Miftahul Ulum desa Pablengan Matesih, Karanganyar.

Kegiatan yang digelar keluarga besar GP Ansor Karanganyar ini, merupakan kegiatan rutin tahunan yang digelar menjelang bulan suci Ramadhan.

GP Ansor Karanganyar Gelar Ziarah dan Tanam Pohon (Sumber Gambar : Nu Online)
GP Ansor Karanganyar Gelar Ziarah dan Tanam Pohon (Sumber Gambar : Nu Online)

GP Ansor Karanganyar Gelar Ziarah dan Tanam Pohon

“Kegiatan rutin menjelang Ramadhan, kami harapkan ke depan bisa terus dilaksanakan secara istiqomah,” kata Ketua GP Ansor Karanganyar Jamaluddin saat memberikan sambutan.

PKB Kab Tegal

Silaturahmi dan pengajian ini yang diawali pembacaan maulid Simthud Duror, dilanjutkan dengan pengajian yang diisi Habib Hasan Al-Kaff dari Solo.

Sebelum penanaman pohon, para pengurus serta anggota Ansor berziarah ke makam Kiai Khusnan Rosyidi, pendiri pesantren Miftahul Ulum Matesih.  Kiai Khusnan tidak lain ialah tokoh dan penggerak NU di Karanganyar.

PKB Kab Tegal

Pesantren Miftahul Ulum sendiri merupakan salah satu pesantren tua di Karanganyar. Sampai saat ini, pesantren itu masih eksis dengan beberapa jenjang pendidikan yang dimiliki. GP Ansor Karanganyar tercatat sudah tiga kali menggelar acara yang sama di pesantren ini. (Ahmad Rosyidi/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Bahtsul Masail, Kajian Sunnah, Anti Hoax PKB Kab Tegal

Selasa, 19 Desember 2017

PBNU Sudah Ingatkan Malaysia Soal Ambalat

Surabaya, PKB Kab Tegal
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Drs A Hasyim Muzadi mengaku pihaknya sudah mengingatkan Malaysia dengan mengirim delegasi ke negeri jiran pada 14 Maret lalu terkait sengketa blok Ambalat. "Pak Said Aqil Siradj sudah bertemu Perdana Menteri (PM) Malaysia, karena jika terjadi perang maka Shell (perusahaan tambang minyak raksasa Belanda) yang untung," katanya di Surabaya, Minggu (20/3) seperti dikutip ANTARA.

Di sela-sela haul (peringatan wafat tahunan) ke-14 KH Mas Tholhah Abdullah Sattar selaku pendiri Pesantren At-Tauhid, Sidoresmo, Surabaya, ia menjelaskan Malaysia tak perlu melibatkan perusahaan tambang minyak Shell dalam agitasi."Perang antara RI-Malaysia akan menguntungkan Shell, tapi justru merugikan Islam, OKI, dan ASEAN. Malaysia sebagai Ketua OKI tidak baik bertempur dengan anggota OKI (Indonesia)," katanya.

Selain itu, kata mantan Ketua PWNU Jatim itu, pertempuran yang terjadi juga akan berarti perang sesama muslim, karena RI-Malaysia sama-sama negara yang mayoritas muslim. "Sebagai sesama muslim dan OKI, harga persatuan RI-Malaysia jauh lebih mahal dibanding harga minyak yang disengketakan," kata mantan Cawapres PDIP dalam pilpres 2004 itu.

Menanggapi peringatan delegasi PBNU, katanya, PM Malaysia menilai Malaysia tidak akan mengambil hak Indonesia, karena itu perlu diperjelas siapa pemilik hak yang sebenarnya."Untuk itulah, pemerintah Indonesia dan Malaysia akan berunding pada 22-23 Maret guna membicarakan solusi yang terbaik," katanya.

Ditanya langkah PBNU mengingatkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, ia menyatakan PBNU mendukung langkah TNI menjalankan langkah-langkah pro-aktif. Diberitakan sebelumnya, kedua negara telah memberi konsesi eksplorasi blok kepada perusahaan berbeda yakni Indonesia telah memberi izin kepada ENI (Italia) dan Unocal (AS), sementara Shell mengantongi izin dari Malaysia.(cih)

 

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Kajian Sunnah PKB Kab Tegal

PBNU Sudah Ingatkan Malaysia Soal Ambalat (Sumber Gambar : Nu Online)
PBNU Sudah Ingatkan Malaysia Soal Ambalat (Sumber Gambar : Nu Online)

PBNU Sudah Ingatkan Malaysia Soal Ambalat

Kamis, 30 November 2017

Putra Putri Pendiri Bangsa Serukan Jaga Kebhinekaan

Jombang, PKB Kab Tegal. Putra Putri Pendiri Bangsa Dan Tokoh Lintas Agama berkumpul di pesantren Tebuireng Jombang, Ahad (13/8). Mereka ‘terpaksa’ turun gunung mengingatkan pemerintah dengan memberikan Seruan Kebangsaan agar segera merajut kembali kebhinekaan yang digelorakan pendiri Bangsa.

Putra Putri Pendiri Bangsa Serukan Jaga Kebhinekaan (Sumber Gambar : Nu Online)
Putra Putri Pendiri Bangsa Serukan Jaga Kebhinekaan (Sumber Gambar : Nu Online)

Putra Putri Pendiri Bangsa Serukan Jaga Kebhinekaan

Mereka adalah Nuskhi Hadikusumo cucu Ki Bagus Hadikusumo, Salahudin Wahid Putra KH Wachid Hasyim, SR Handini B Maramis, Putri AA Maramis, Agus Tanzil Sjahroezah,  Cucu Agus Salim,  MA Rahadi Subardjo , Putra Prof Mr Achmad Soebardjo, Nugroho Abi Kusno Cucu Abikoesno Tjokrosoejoso dan Meutia Hatta putri Bung Hatta.  

“Sebagai putra putri pendiri bangsa, kita prihatin atas kondisi bangsa terutama terkait pentingnya soal Bhineka Tungal Ika yang agak kurang baik,  harus bisa dipersatukan kembali, rakyat harus sejahtera dan Negara harus aman, kedaulatan harus dijaga dengan baik,” ujar Meutia Hatta usai membacakan Seruan. 

Apakah kondisi Negara sudah sangat genting, sehingga putra-putri pendiri bangsa harus turun gunung memberikan Seruan Kebangsaan,  putri mantan wakil presiden pertama Mohamad Hatta ini tidak menampik.

”Bisa dikatakan seperti itu, tapi yang terpenting apa yang harus dilakukan bersama, oleh semua pihak. Kita memiliki musuh bersama yang harus dihadapi.  Musuh yang dihadapi tidak harus konkrit, tetapi abstrak, seperti kemiskinan, penganggauran dan lainnya harus kita hadapi bersama,” tandasnya.

PKB Kab Tegal

Hal yang sama disampaikan KH Salahudin Wahid yang mengatakan pemerintah harus segera meminimalisir adanya benih-benih intoleransi yang bisa menyebabkan perpecahan.

”Kita merasa ada hal hal yang mengganggu kita akhir-akhir ini, potensi perpecahan itu ada, seberapapun kecilnya harus kita cegah, kita nanti akan keliling kekeberapa tokoh menyampaikan seruan ini, termasuk menyampaikan kepada presiden,” ujarnya.

Untuk mencegah pontensi perpecahan itu, lanjut Gus Salah biasa dipanggil adalah menjaga toleransi. Semuanya bertanggunggungjawab untuk mencegah hal itu.

”Kuncinya toleransi, toleransi itu adalah menghargai perbedaan. Dan itu ada kaedahnya, yakni jangan melakukan sesuatu kepada orang lain, sesuatu yang tidak diinginkan kepda kita. Itu adalah Golden role of etik,”ujarnya. 

PKB Kab Tegal

Sementar itu, Menteri Sosial Khofifah Indarparawansah yang menerima Seruan Kebangsaan dari Putra Putri Pendiri Bangsa dan Tokoh Lintas Agama mengatakan, pihaknya akan meneruskan kepada presiden Jokowi.

“Seruan ini akan kami sampaikan secara langsung kepada bapak presiden. Dan sudah saya konfirmasikan kepada Menteri Sekretaris Negara. Dan saya sudah ngomong kepada beliau-beliau jika berkenan seruan ini akan sangat besar signifakansinya, jika seruan ini bisa disampaikan langsung kepada bapak presiden,” ujarnya.

Khofifah yang juga Ketua PP Muslimat NU ini menambahkan dari 9 tokoh nasional, yang merumuskan hal-hal subsantif pendirian bangsa ini, ada 4 dari nasionalis, 4 islam dan kelompok Kristen.

“Kebersamaan mereka, atas nama wakil para pendiri bangsa, sebagai hadiah ulang tahun Kemerdakaan Bangsa Indonesia yang ke 72. Mereka tidak bisa tinggal diam, mereka turun gunung dan seruan nasional,”tandas Mensos.

Yang juga penting, lanjut Khofifah, seruan ini juga ditandatangani oleh putra putri pendiri bangsa tetapi juga oleh lintas agama, "ini bersatunya mereka, mudah mudahan bisa menjadi perekat yang lebih kuat untuk NKRI kedepannya,” pungkasnya. .(Muslim Abdurrahman)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Kajian Sunnah, Tokoh PKB Kab Tegal

Rabu, 29 November 2017

Mensos Resmikan 6 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak di Nganjuk

Nganjuk, PKB Kab Tegal. Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa meresmikan enam Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial Anak yang Berhadapan dengan Hukum (LPKS ABH) di seluruh Indonesia Lembaga-lembaga tersebut sebagai pusat rehabilitasi sosial bagi anak yang berhadapan dengan hukum.

Mensos Resmikan 6 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak di Nganjuk (Sumber Gambar : Nu Online)
Mensos Resmikan 6 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak di Nganjuk (Sumber Gambar : Nu Online)

Mensos Resmikan 6 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak di Nganjuk

"Saat ini, masih ada 8.900-an anak kita yang berhadapan dengan hukum. Untuk anak di bawah usia 18 tahun harus dibina. Namun karena keterbatasan saat ini masih dicampur dengan lembaga pemasyarakatan dewasa," kata Khofifah di Nganjuk, Jawa Timur, Sabtu (8/4) lalu seperti dilansir Antara.

?

Lima LPKS ABH yang diresmikan Khofifah di Nganjuk adalah LPKS ABH "Cokro Baskoro" Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur; LPKS ABH "Kasih Ibu" Kota Padang, Sumatera Barat; LPKS ABH "Insan Berguna" Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung; LPKS ABH "Surya" Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara; LPKS ABH "Songulara" Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah dan LPKS ABH Kabupaten Subang, Jawa Barat.

PKB Kab Tegal

Khofifah mengatakan, saat ini ada sekitar 58 persen anak berhadapan dengan hukum yang divonis hukuman di bawah tujuh tahun penjara yang masih dibina di lembaga pemasyarakatan dewasa.

Sedangkan anak berhadapan dengan hukum yang divonis di atas tujuh tahun penjara sekitar 59 persen masih dibina di lembaga pemasyarakatan dewasa.

"Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, bila vonisnya di bawah tujuh tahun akan dibina di LPKS ABH yang dikelola Kementerian Sosial. Sedangkan bila vonisnya di atas tujuh tahun, akan dibina di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) yang dikelola Kementerian Hukum dan HAM," papar Ketua Umum PP Muslimat NU itu.

PKB Kab Tegal

Khofifah tidak memungkiri bahwa masih banyak anak yang dibina di lembaga pemasyarakatan dewasa, contohnya pelaku kekerasan seksual terhadap anak di bawah umur berinisial YY di Bengkulu, yang tujuh di antaranya masih anak-anak.

"Pengadilan Negeri Bengkulu menjatuhkan hukuman 10 tahun kepada mereka. Saya sudah meminta kepada Kementerian Hukum dan HAM agar mereka dibina di LPKA Bandung yang akhirnya dikabulkan," terangnya. (Red: Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Kajian Sunnah, Anti Hoax, Habib PKB Kab Tegal

Sabtu, 18 November 2017

RSNU Jombang Milik Umat

Alhamdulillah pada Sabtu (10/03/12) Rumah Sakit Nahdlatul Ulama (RSNU) Jombang telah dibuka dan diresmikan. Berikut ini sambungan profil RSNU yang disarikan dari beberapa bahan termasuk wawancara dengan Rais Syuriah PCNU Jombang, KH Abd. Nashir Fattah.

RSNU Jombang berbentuk badan khusus yaitu perseroan terbatas (PT) yang digagas dan direalisasikan oleh PCNU Jombang untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada warga NU Jombang khususnya dan kepada masyarakat Jombang pada umumnya. Gagasan pendirian rumah sakit tersebut sudah dilakukan sejak tahun 2008 yang lalu, dan baru bisa direalisasikan pada akhir tahun 2010. Realisasi pembangunan ini terkait dengan berbagai persoalan, baik yang bersifat teknis maupun persoalan yang bersifat strategis.

RSNU Jombang Milik Umat (Sumber Gambar : Nu Online)
RSNU Jombang Milik Umat (Sumber Gambar : Nu Online)

RSNU Jombang Milik Umat

Sedangkan pemilihan bentuk badan hukum perseroan terbatas dilakukan setelah melalui kajian yang cukup panjang, dengan berbagai pertimbangan. Untuk memantapkan bentuk badan hukum RSNU, PCNU Jombang melakukan langkah-langkah yang cukup cermat. Langkah-langkah yang dilakukan antara lain melakukan studi banding ke berbagai rumah sakit yang sudah berdiri, terutama yang dimiliki oleh organisasi masyarakat semacam NU, kemudian melakukan kajian berkaitan dengan kelebihan dan kelemahan masing-masing bentuk badan hukum (yayasan, perkumpulan dan perseroan terbatas), dilanjutkan dengan melakukan konsultasi dengan struktur NU, baik yang ada di Pengurus Besar Nahdlaltul Ulama (PBNU), Pengurus Wilayah Nahdlaltul Ulama (PWNU) Jawa Timur, serta dengan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama’ (MWC-NU) yang ada di kecamatan seluruh Jombang. Hasil dari semua langkah-langkah tersebut, terakhir ditetapkan dalam Rapat Pleno PCNU Jombang.

Pembangunan rumah sakit yang diberi nama Rumah Sakit Nahdlatul Ulama (RSNU) ini bisa dilakukan berkat kerja secara bersama-sama semua unsur, terutama warga Nahdlatul Ulama Jombang yang dengan ikhlas menyumbangkan sejumlah uang yang digunakan untuk pembelian tanah yang selanjutnya diwakafkan untuk pembangunan rumah sakit.

PKB Kab Tegal

Disamping sumbangan dari warga Nahdlatul Ulama, pembangunan rumah sakit ini juga disumbang oleh pemerintah, baik pemerintah pusat, provinsi maupun pemerintah kabupaten. Juga yang tidak kalah besar sumbangannya adalah dari warga NU yang aktif di partai politik. Semua sumbangan itu menjadikan rumah sakit betul-betul menjadi milik masyarakat, khususnya masyarakat Nahdlatul Ulama.

PKB Kab Tegal

Karena itu, pernyataan bahwa, “RSNU ini adalah milik umat NU, tidak boleh berpindah tangan ke pihak diluar NU dan, tidak boleh dimiliki atau dikuasai oleh perorangan”, harus selalu didengungkan dan sebarluaskan. Sehingga pernyataan atau slogan tersebut akan tertanam dalam kesadaran umum atau kesadaran seluruh warga Nahdlatul Ulama’, yang akhirnya seluruh warga NU akan menjaga aset tersebut benar-benar menjadi milik umat, tidak dipindah tangankan kepada pihak-pihak lain diluar Nahdlatul Ulama, serta tidak dikuasai oleh orang perorang baik pengurus NU sendiri, warga NU atau orang-orang di luar Nahdlatul Ulama’.

Berdasarkan pengalaman, banyak sekali aset yang seharusnya menjadi milik Nahdlatul Ulama’ berpindah tangan menjadi milik organisasi lain atau badan lain, dan juga tidak sedikit yang ‘dikuasai’ oleh orang per-orang. Bukankah apa yang kita pegang saat ini di Jam’iyah Nahdlatul Ulama’ adalah amanah dari para pendiri dan para pendahulu kita. Amanah untuk menjaga dan melestarikan, baik tradisi-nya maupun seluruh hal yang ada di dalam organisasi, termasuk aset yang dimiliki.

Pola Hubungan RSNU dan PCNU

Yang pertama, berkaitan dengan pola hubungan antara PCNU dengan RSNU, adalah “tidak boleh ada rangkap jabatan di PCNU dan RSNU”. Semua unsur dalam PCNU tidak boleh merangkap jabatan atau terikat pekerjaan dalam RSNU. Ini artinya: jika ada person PCNU yang berkehendak untuk menjadi direksi atau pengelola atau pegawai RSNU, maka yang bersangkutan harus mundur atau diberhentikan dari PCNU, begitu juga sebaliknya.Prinsip yang pertama ini penting agar jangan sampai ada konflik kepentingan antara PCNU dengan RSNU. Konflik kepentingan yang dimaksud di sini adalah terjadinya konflik dalam diri seseorang berkaitan dengan kepentingan yang berbeda mengenai persoalan yang sama dalam organisasi yang berbeda.

Yang kedua, penetapan Komisaris RSNU dari unsur PCNU harus dilakukan melalui Rapat Pleno PCNU. Sebagaimana yang kita ketahui, Rapat Pleno PCNU adalah alat organisasi dalam mengambil kpeutusan-keputusan di bawah Konferensi Cabang (Konfercab) dan Musyawarah Kerja Cabang (Musykercab). Pengurus yang terlibat dalam Rapat Pleno PCNU diatur dalam Anggaran Dasar Nahdlatul Ulama’ Pasal 13 Ayat (3) Point (f), yang menyatakan bahwa unsur PCNU terdiri Mustasyar, Syuriah dan Tanfidziyah dan unsur gabungan yang dinamakan Pengurus Cabang Pleno.

Unsur PCNU dalam Komisaris RSNU adalah orang yang ditetapkan dalam Rapat Pleno Cabang, karena itu tidak secara otomatis komisaris dari unsur PCNU tersebut adalah Ro’is Syuriah atau Ketua Tanfidziyah. Rapat Plenolah yang akan menggodok dan menguji tentang kemampuan dan kepatutan seseorang dari unsur PCNU yang akan menjadi komisaris. Hal ini patut dilakukan karena belum tentu Ro’is Syuriah PCNU memiliki kemampuan dan kepatutan dalam mengawasi jalannya pengelolaan rumah sakit.

Konsekuensi dari prinsip ini adalah: Ro’is Syuriah bukanlah pengambil keputusan tertinggi dan terakhir dalam RSNU. Pengambil keputusan tertinggi dalam RSNU adalah Komisaris yang salah satunya adalah unsur dari PCNU. Dalam menjalankan tugas sebagai komisaris, unsur dari PCNU membawa mandat dari Rapat Pleno Cabang. Karena itu Rapat Pleno Cabang bisa memberhentikan komisaris dari unsur PCNU jika dirasa tidak bisa membawa mandat Rapat Pleno Cabang.Karena menurut Anggaran Dasar (AD) Nahdlatul Ulama, Syuriah adalah pimpinan tertinggi Nahdlatul Ulama, dan tentu juga sebagai pengambil keputusan tertinggi. Karena jika tidak ditegaskan di sini, dikhawatirkan nantinya Syuriah PCNU sebagai pimpinan tertinggi PCNU, tanpa melalui Rapat Pleno Cabang membuat keputusan-keputusan yang menyimpang dari prinsip-prinsip yang tertulis di atas.

Itulah prinsip-prinsip dasar yang harus kita jalankan dalam mengelola RSNU. Prinsip-prinsip tersebut dibuat berdasarkan pengalaman kita sebagai warga Nahdliyin, baik yang ada di jombang maupun di wilayah-wilayah lain, yang banyak mengelola berbagai badan atau unit pendidikan. Pengalaman-pengalaman tersebut digali kemudian disesuaikan dengan berbagai peraturan yang berlaku.

Redaktur : A. Khoirul Anam

Penulis    : Yusuf Suharto

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Warta, Hikmah, Kajian Sunnah PKB Kab Tegal

Senin, 13 November 2017

Pergunu Kraksaan Lengkapi Kepengurusan Anak Cabang

Probolinggo, PKB Kab Tegal - Dalam rangka menguatkan dan membesarkan organisasi, Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Kota Kraksaan berupaya keras melengkapi kepengurusan di semua pimpinan anak cabang. Hal ini dilakukan mempermudah komunikasi dan koordinasi guna menjalankan program organisasi.

Hingga saat ini, telah rampung dibentuk kepengurusan 14 PAC Pergunu di 13 kecamatan di wilayah kerja Pergunu Kota Kraksaan. Semuanya meliputi PAC Pergunu Gending, Maron, Banyuanyar, Tiris Timur, Tiris Barat, Krucil, Gading, Pajarakan, Kraksaan, Pakuniran, Besuk, Kotaanyar, Krejengan, dan Paiton.

Pergunu Kraksaan Lengkapi Kepengurusan Anak Cabang (Sumber Gambar : Nu Online)
Pergunu Kraksaan Lengkapi Kepengurusan Anak Cabang (Sumber Gambar : Nu Online)

Pergunu Kraksaan Lengkapi Kepengurusan Anak Cabang

Ketua Pergunu Kota Kraksaan Ishuddin mengatakan, sebuah kebanggaan ketika kehadiran Pergunu ternyata mampu menjadi magnet bagi para cerdik pandai di kalangan para ustadz di Probolinggo.

PKB Kab Tegal

“Mereka dengan ikhlas dan antusias mau bergabung dan mengikrarkan diri untuk bersama-sama berjuang membesarkan organisasi dan mengamalkan ilmu dalam membangun dan mencerdaskan masyarakat,” kata Ishuddin, Senin (25/1).

Menurutnya, dalam setiap agenda pertemuan para aktivis yang baru tergabung dalam wadah Pergunu ini selalu menyuarakan berbagai hal yang kesemuanya bermuara untuk mendorong terjadinya perubahan dan perbaikan, utamanya dalam peningkatan kualifikasi akademik dan kompetensi para guru, ustadz dan ustadzah yang berkiprah di lembaga-lembaga pendidikan ke-NU-an.

PKB Kab Tegal

“Mereka telah sepakat untuk menjadikan organisasi Pergunu sebagai wadah menempa diri agar menjadi lebih baik, lebih berkualitas dan juga lebih bermartabat,” jelasnya.

Kenyataan ini, jelas Ishuddin, tentu sejalan dengan semangat Pergunu secara umum untuk berjuang memperbaiki masyarakat melalui jalur pendidikan yang diawali dengan kesadaran untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas dan kompetensi para pelaku pendidikan yang tidak lain adalah para guru atau ustadz tersebut.

“Kita akan memberikan dan memfasilitasi berbagai kegiatan yang mampu memberikan sesuatu yang lebih baik terhadap semua pelaku pendidikan. Bahkan tidak hanya terbatas pada anggota Pergunu. Semua akan mendapatkan manfaat dari kelahiran Pergunu ini,” tegasnya.

Ishuddin berharap semoga ke depan Pergunu bisa dan mampu menjadi wadah yang mampu menaungi para ustadz dalam mengembangkan diri agar lebih baik dan utamanya dalam ikut berkiprah memberikan warna lebih bagi kemajuan pendidikan, khususnya di Probolinggo. (Syamsul Akbar/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Berita, Sejarah, Kajian Sunnah PKB Kab Tegal

Rabu, 18 Oktober 2017

Cara MA Plus Al-Hikam Cetak Siswa Peneliti

Sumedang, PKB Kab Tegal

Sebanyak 54 siswa kelas 12 MA Plus Al-Hikam Tanjungkerta, Sumedang, Jawa Barat, Kamis (14/4), mengikuti kegiatan sidang karya tulis. Kegiatan tersebut memang sengaja dilaksanakan sebagai bentuk tanggung jawab siswa setelah diberikan tugas penelitian dalam bentuk karya tulis.

Kegiatan yang dilaksanakan di aula MA Plus Al-Hikam ini berlangsung dengan sidang terbuka. Setiap peserta diuji hasil karya tulisnya oleh tiga orang penguji. Ketiga penguju tersebut berasal dari guru dan akan menguji materi tentang sistematika penulisan, isi karya tulis, dan teknik-teknik pengambilan data dalam menyelesaikan karya tulisnya.

Cara MA Plus Al-Hikam Cetak Siswa Peneliti (Sumber Gambar : Nu Online)
Cara MA Plus Al-Hikam Cetak Siswa Peneliti (Sumber Gambar : Nu Online)

Cara MA Plus Al-Hikam Cetak Siswa Peneliti

Kepala MA Plus Al-Hikam Sumpena Saripudin mengatakan bahwa kegiatan sidang karya tulis ini sudah menjadi program tahunan. Malahan kegiatan ini dijadikan sebagai salah satu syarat kelulusan di MA Plus Al-Hikam.

PKB Kab Tegal

Sumpena juga menuturkan bahwa banyak hal positif dari kegiatan pembuatan karya tulis ini. di antaranya menyiapkan karakter anak bangsa supaya selalu peka terhadap masalah di lingkungannya untuk dijadikan bahan penelitian dan dituangkan dalam bentuk karya tulis. Selain itu lulusan MA Plus Al-Hikam diharapkan mempunyai kelebihan tersendiri dalam bidang pembuatan karya tulis dan dapat belajar untuk mempertanggungjawabkan karya tulisnya.

PKB Kab Tegal

Saat ini di MA Plus Al-Hikam ada dua program studi. Program Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Program Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Selama enam bulan siswa diberikan waktu untuk membuat karya tulis dengan masalah sesuai dengan program studi yang diampu. Jurusan IPA masalah yang diteliti seputar alam, dan jurusan IPS meneliti permasalahan sosial.

Salah seorang peserta sidang Chacha Azhar Koswara menyambut hangat kegiatan ini. Chacha dalam karya tulisnya meneliti pembuatan roket. Roket yang dibuat dan ditelitinya pun ikut dipamerkan dalam sidang karya tulis ini. Banyak yang terkagum-kagum dengan hasil penelitiannya  Chacha tersebut.

"Saya bangga dengan sesuatu yang ditulis dalam karya tulis ini. Kegiatan karya tulis ini membuat saya semakin dewasa. Banyak hal-hal baru yang saya temui selama membuat karya tulis. Semoga kegiatan ini selalu istiqomah," tutur Chacha. (Ayi Abdul Kohar/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Nahdlatul, Kajian Sunnah, Amalan PKB Kab Tegal

Jumat, 06 Oktober 2017

PBNU Inventarisir 2,4 Hektar Tanah di Parung

Jakarta, PKB Kab Tegal. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melakukan inventarisasi aset NU berupa tujuh sertifikat atas tanah seluas 2,4 hektar yang berlokasi di Parung, Jawa Barat, Selasa (28/5) kemarin.?

PBNU Inventarisir 2,4 Hektar Tanah di Parung (Sumber Gambar : Nu Online)
PBNU Inventarisir 2,4 Hektar Tanah di Parung (Sumber Gambar : Nu Online)

PBNU Inventarisir 2,4 Hektar Tanah di Parung

Bendahara Umum PBNU H. Bina Suhendra yang bertindak sebagai penasehat tim pengelola aset, mengatakan riwayat tanah seluas 2,4 hektar tersebut sebelumnya dibeli oleh H Danial Tanjung sebagai kuasa PBNU. Setelah dikelola dengan didirikan gedung lembaga pendidikan di atasnya, tanah tersebut selanjutnya diserahkan kembali ke PBNU melalui wakaf dengan nadzir H. Abdul Azis, salah seorang mantan Ketua PBNU.

Serah terima sertifikat dilakukan secara langsung, dengan disaksikan oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dan Ketua Lembaga Perekonomian PBNU H. Mustolihin Madjid.?

PKB Kab Tegal

"Alhamdulillah, amanah Munas dan Konbes tahun 2002 dan Muktamar 2004 dan 2010 tentang inventarisasi aset bisa dijalankan dengan baik. Selanjutnya ini akan memudahkan dalam inventarisasi aset yang sekarang memang sedang dikerjakan," ungkap Bina.?

Bina menambahkan, sudah adanya bangunan lembaga pendidikan tanah di Parung tersebut, yaitu kampus ? Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU), PBNU selanjutnya akan melakukan pengembangan. Asrama dosen dan mahasiswa dalam waktu dekat akan menyusul didirikan. "Menyusul nanti juga akan dibangun kampus S2 STAINU. Ini adalah bentuk komitmen NU dalam pengembangan bidang pendidikan, disamping pendidikan agama juga perguruan tinggi," tambahnya.?

PKB Kab Tegal

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, mengapresiasi serah terima sertifikat aset tersebut. ? "Alhamdulillah, setelah sempat tertunda beberapa kali akhirnya hari ini bisa dilakukan serah terima aset. Ini pengakuan yang sangat bagus," kata Kiai Said.?

Setelah tanah di Parung, Bogor, Kiai Said menambahkan, dalam waktu dekat yang juga akan diinventarisasi adalah tanah di Batam Center, Kepulauan Riau, tanah di Jalan Kawi Kawi, Jakarta Pusat, tanah di Tomang, Jakarta Barat, dan sejumlah aset lainnya. Untuk aset yang sudah selesai diinventarisasi antara lain Rumah Sakit Islam Demak, Rumah Sakit Islam Surabaya dan lembaga pendidikan berupa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES), dengan nilai lebih dari Rp 1 Triliun.

Penulis: Samsul Hadi

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Bahtsul Masail, Kajian Sunnah, Nasional PKB Kab Tegal

Sabtu, 29 Juli 2017

Pergunu Kritisi Pemerintah yang Menganakemaskan PGRI, Mengapa?

Jakarta, PKB Kab Tegal. Dalam keterangan tertulis yang dikirimkan ke PKB Kab Tegal, Pengurus Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PP Pergunu) menerangkan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 41 ayat (1) dan (2) dinyatakan bahwa guru membentuk organisasi profesi yang bersifat independen. ?

Pengertian independen antara lain:

Pergunu Kritisi Pemerintah yang Menganakemaskan PGRI, Mengapa? (Sumber Gambar : Nu Online)
Pergunu Kritisi Pemerintah yang Menganakemaskan PGRI, Mengapa? (Sumber Gambar : Nu Online)

Pergunu Kritisi Pemerintah yang Menganakemaskan PGRI, Mengapa?

1. Organisasi profesi tidak berafiliasi atau merupakan kelengkapan aparatur pemerintah,?

2. Keberadaan masing-masing organisasi profesi guru, seperti Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Ikatan Guru Indonesia (IGI), Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu), Federasi Guru Independen Indonesia (FGII), dan Persatuan Guru Seluruh Indonesia (PGSI) adalah setara. Dengan demikian, pemerintah harus memperlakukan semua organisasi profesi guru harus adil dan tidak memihak (equal treatment).

3. Pemerintah tidak diperbolehkan memberikan fasilitas secara sepihak kepada organisasi profesi guru tertentu, misalnya: melakukan pemotongan gaji para guru untuk kepentingan organisasi profesi guru tertentu, memberikan kemudahan kepada pihak tertentu, sementara lainnya tidak, dan sebagainya.

PKB Kab Tegal

Ketika perayaan Hari Guru Nasional (HGN) 2016 ini, ternyata pemerintah (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) memberikan keistimewaan pada PGRI dengan menuliskan Hari Ulang Tahun PGRI pada logo HGN 2016, maka sudah barang tentu hal ini bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen sebagaimana tersebut di atas.

Jika dalam penulisan “HUT PGRI ke 71” pada logo HGN 2016 tersebut, pemerintah mendasarkan pada Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994 tentang penetapan Hari Guru Nasional (HGN), maka hal ini adalah tidak benar, karena:

1. Dalam tata hukum di Indonesia, kedudukan Undang-Undang sudah barang tentu adalah lebih tinggi daripada Keputusan Presiden.

2. Disamping itu, dalam Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994 tersebut, ternyata dari 3 amar atau poin keputusannya tidak satupun menyebutkan “HUT PGRI”, kecuali pada aspek pertimbangan/konsideran saja.

PKB Kab Tegal

3. Pemerintah tidak boleh merayakan HUT sebuah organisasi profesi tertentu, yaitu PGRI (yang berdasarkan Undang-Undang seharusnya independen) dengan menggunakan fasilitas negara, baik sumber-daya uang maupun lainnya yang memberati keuangan negara. ? Dengan kata lain, biarkan PGRI merayakan sendiri hari ulang tahunnya, seperti halnya organisasi profesi guru lainnya, bukan dengan membebani sumber-daya negara.?

Berdasarkan hal tersebut, kami Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu), Ikatan Guru Indonesia (IGI), Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Federasi Guru Independen Indonesia (FGII), dan Persatuan Guru Seluruh Indonesia (PGSI) meminta kepada pemerintah (cq. Ketua Panitia Hari Guru Nasional 2016 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia) untuk segera mencabut kalimat atau frase “HUT PGRI ke 71” pada logo HGN 2016.?

Demikian pula halnya dengan berbagai atribut, dokumen, rekaman suara, dan lainnya dalam event HGN 2016 yang mengindikasikan tentang HUT PGRI ke 71.

Dalam kesempatan ini, Pergunu yang kembali dinahkodai oleh Dr KH Asep Saifuddin Chalim mengusulkan perlunya dilakukan peninjauan kembali terhadap Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994 tentang Hari Guru Nasional agar tidak terjadi salah tafsir bagi sebagian pihak.?

(Red: Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Meme Islam, Kajian Sunnah PKB Kab Tegal

Senin, 10 April 2017

Suara Demokrat di Kantong NU Turun, Pramono Edhie Kunjungi PBNU

Jakarta, PKB Kab Tegal. Peserta Konvensi Partai Demokrat Pramono Edhie Wibowo melakukan kunjungan untuk menjalin komunikasi dengan KH Said Aqil Siroj.

Seusai pertemuan yang berlangsung menjelang maghrib, ia menyampaikan hasil perolehan suara Partai Demokrat di kantong-kantong NU yang turun pada pemilu 2014 ini, berbeda dengan tahun 2009.

Suara Demokrat di Kantong NU Turun, Pramono Edhie Kunjungi PBNU (Sumber Gambar : Nu Online)
Suara Demokrat di Kantong NU Turun, Pramono Edhie Kunjungi PBNU (Sumber Gambar : Nu Online)

Suara Demokrat di Kantong NU Turun, Pramono Edhie Kunjungi PBNU

“Kiai Said Aqil memberi banyak saran dan masukan. diantaranya komunikasi partai dengan warga NU harus terus dilakukan secara berkesinambungan,” katanya.

PKB Kab Tegal

Ia menjelaskan, kunjungannya kali ini bukan untuk meminta dukungan agar terpilih sebagai capres dalam konvensi partai yang akan segera diputuskan pemenangnya.

PKB Kab Tegal

Ruhut Sitompul ikut dalam kunjungan tersebut, Kiai Said dan Pramono sudah saling kenal ketika umroh bareng zaman kepresidenan Megawati, saat anak dari Sarwo Edhi ini menjabat sebagai ajuan presiden. (mukafi niam)?

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Ahlussunnah, Daerah, Kajian Sunnah PKB Kab Tegal

Minggu, 26 Maret 2017

Halaqoh “Maiyah” Mahasiswa Unnes

Semarang, PKB Kab Tegal. Tanggal 5 April 2013 digelar kegiatan Halaqoh “Maiyah” oleh Departemen Pengembangan Organisasi IPNU-IPPNU Komisariat Universitas Negeri Semarang bertempat di samping PKMU Unnes.

Halaqoh “Maiyah” Mahasiswa Unnes (Sumber Gambar : Nu Online)
Halaqoh “Maiyah” Mahasiswa Unnes (Sumber Gambar : Nu Online)

Halaqoh “Maiyah” Mahasiswa Unnes

Kegiatan ini mengambil tema “Sosok Pemimpin Idaman”. Hadir Saratri Wilonoyudho yang mengisi sekaligus memandu diskusi. Ia aktif Menemani Jamaah Maiyah Gambang Syafaat Semarang, sehingga diharapkan bahwa kultur diskusi Maiyah bisa tertularkan dalam forum Halaqoh Maiyah Mahasiswa Unnes.

Diskusi terbuka itu dihadiri oleh kalangan mahasiswa Unnes dalam berbagai jurusan.

PKB Kab Tegal

Dalam diskusi itu Saratri mengawali dengan pernyataan tentang fenomena krisis kepemimpinan yang terjadi sekarang adalah buah dari kurangnya kesadaran dari para pemimpin untuk memberikan pengabdiannya dalam memimpin. Seorang pemimpin harus berani mengambil keputusan dan berkorban. Jangan sampai pemimpin memberikan contoh yang tidak baik seperti korupsi dan kegiatan negatif lainnya.

Kegiatan yang digelar mulai jam 16.00 itu diakhiri menjelang Maghrib.

PKB Kab Tegal

“Diskusi ini diselenggarakan untuk menumbuhkan semangat mahasiswa Unnes untuk dapat duduk bersama tanpa melihat suku, daerah, ras, warna kulit dan lainnya. Diskusi ini diharapkan mampu memberikan ruang bagi mahasiswa Unnes untuk bertukar pikiran, saling membantu, berbagi dan menjalin silaturahmi, melihat banyaknya egoisme karena perpecahan dan perbedaaan kelompok,” ujar Rodli selaku Moderator. 

Redaktur: Mukafi Niam

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Kajian Sunnah PKB Kab Tegal

Senin, 20 Februari 2017

Setiap PWNU dan PCNU Dikenakan “Uang Bakti” Muktamar Rp 1 Juta

Jakarta, PKB Kab Tegal. Panitia Muktamar Ke-33 NU menetapkan nominal sebesar Rp 1 juta yang dikenakan terhadap PWNU dan PCNU yang menjadi peserta muktamar. Uang ini merupakan bentuk kontribusi kepengurusan NU wilayah dan cabang untuk forum tertinggi di lingkungan NU yang diadakan sekali dalam lima tahun.

“Oke, kita tetapkan Rp 1 juta ini untuk kepentingan muktamar,” kata Ketua Panitia Muktamar Ke-33 NU H Imam Aziz setelah mendapat tanggapan setuju dari peserta rapat harian Tanfidziyah PBNU, di Jakarta, Rabu (10/6) sore.

Setiap PWNU dan PCNU Dikenakan “Uang Bakti” Muktamar Rp 1 Juta (Sumber Gambar : Nu Online)
Setiap PWNU dan PCNU Dikenakan “Uang Bakti” Muktamar Rp 1 Juta (Sumber Gambar : Nu Online)

Setiap PWNU dan PCNU Dikenakan “Uang Bakti” Muktamar Rp 1 Juta

Di hadapan forum rapat harian itu, H Imam mengatakan bahwa kontribusi yang disepakati dengan sebutan “Uang Bakti” ini disetorkan ke rekening panitia Muktamar atau disetorkan langsung saat registrasi peserta di arena muktamar pada awal Agustus mendatang.

PKB Kab Tegal

“Uang bakti ini sifatnya wajib. Dulu para kiai kita melakukan Gelar Sorban. Uang ini menunjukkan bahwa NU wilayah dan cabang membiayai forum ini,” kata Imam.

PKB Kab Tegal

Menurut Imam, pihak panitia juga akan menayangkan nama-nama pihak luar yang turut saweran untuk Muktamar NU ini pada saat forum berlangsung Agustus mendatang.

Sementara Wasekjend PBNU Masduki Baidhowi menegaskan bahwa perlu aturan yang mengikat terkait uang bakti ini. Artinya, ada sanksi khusus bagi PWNU, PCNU, atau PCINU yang mengelak dari kewajiban uang bakti ini.

“Sanksi bisa berupa administratif atau hilangnya sejumlah hak yang bersangkutan dalam forum muktamar,” kata Masduki. (Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Kajian Sunnah, Halaqoh PKB Kab Tegal