Tampilkan postingan dengan label Cerita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerita. Tampilkan semua postingan

Senin, 15 Januari 2018

Innalillah, KH Masduqi Mahfudz Wafat

Jakarta, PKB Kab Tegal. Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Achmad Masduqi Machfudz wafat pada Sabtu, 1 Maret 2014 sekitar pukul 17.27 WIB di Rumash Sakit Syaiful Anwar Malang. Informasi diteruskan dari staf syuriyah PBNU H Mahbub Muafi. 



Innalillah, KH Masduqi Mahfudz Wafat (Sumber Gambar : Nu Online)
Innalillah, KH Masduqi Mahfudz Wafat (Sumber Gambar : Nu Online)

Innalillah, KH Masduqi Mahfudz Wafat

Dikutip dari website pesantren yang diasuhnya, Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Nurul Huda, KH Masduqi Mahfudz dilahirkan di desa Saripan (Syarifan) Jepara Jawa Tengah pada 1 Juli 1935. 

Mantan Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur ini dikenal dengan gaya hidupnya yang sederhana. Ia memiliki prinsip hidup "Kalau kita sudah meraih berbagai macam ilmu terlebih ilmu agama, maka kebahagiaan yang akan kita capai tidak saja kebahagiaan akhirat, akan tetapi kebahagiaan dunia pun akan teraih."

Dari hasil pernikahannya dengan Nyai Chasinah putri dari KH Chamzawi Umar pada 7 Juli 1957 dalam usia 22 tahun, ia dikaruniai 9 orang anak. Sebelum memasuki dunia perkuliahan seluruh putra dan putrinya tanpa kecuali diharuskan mengenyam pendidikan di pesantren. Ini merupakan prinsip yang ditanamkan Kiai Masduqi para putra putrinya. Dari pengalaman mengaji di pesantren ini, meskipun lata belakang pendidikan putra putri beragam, mereka mampu menjalankan amanah dakwah di tengah-tengah masyarakat.

PKB Kab Tegal

Terlahir di tengah-tengah keluarga religius yang taat, sejak kecil ia sudah dihiasi dengan tingkah laku, sikap dan pandangan hidup ala santri. Ia dikenal sangat mencintai dunia keilmuan. Sejak kecil, Kiai Masduqi menimba ilmu di pesantren dan sekolah umum dengan biaya sendiri dengan menyempatkan berkeliling menjual sabun dan kebutuhan yang lain tanpa sepengetahuan kiai atau orang tuanya sendiri.

Sambil menuntut ilmu di SGHA (Sekolah Guru dan Hakim Agama) di Yogyakarta, ia mengaji di Pesantren Krapyak asuhan Yogyakarta KH Ali Maksum. Sejak 1957 ia mengajar di berbagai sekolah di Kalimantan, seperti di Tenggarong, Samarinda, dan Tarakan. Pada 1964 ia melanjutkan studi di IAIN Sunan Ampel Malang, sekaligus sebagai dosen Tadribul Qiraah (bimbingan membaca kitab), bahasa Arab, akhlak, dan tasawuf. 

PKB Kab Tegal

Pemahamannya terhadap kitab gundul sangat dalam, baik ketika dalam pembahasan masalah di forum majlisul bahtsi wal muhadlaratud diniyyah, kodifikasi hukum Islam, bahtsul masail, maupun tanya jawab hukum Islam pada majalah Aula

Pesantren Nurul Huda yang dirintisnya bermula hanya sebuah mushalla kecil yang berada di Mergosono gang 3B. Mushalla yang sebelumnya sepi oleh aktivitas ibadah mulai digalakkan semenjak ia berdomisili di situ ketika meneruskan pendidikannya di IAIN Sunan Ampel Cabang Malang. Karena keahliannya dalam bidang agama, banyak mahasiswa yang nyantri kepadanya dan kemudian terus ia semakin dikenal dan semakin banyak orang belajar agama sampai akhirnya musholla kecil tersebut menjadi pesantren yang sesungguhnya. (mukafi niam) 

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Makam, Cerita, Berita PKB Kab Tegal

Senin, 01 Januari 2018

Maarif NU Gresik Gelar Pemilihan Pelajar Teladan

Gresik, PKB Kab Tegal. PC LP Gresik berhasil menyelenggarakan Pemilihan Pelajar Teladan 2013. Acara yang dihelat pada 25-26 Mei 2013 di SMA Hidayatussalam, Lowayu, Dukun, Gresik itu diikuti 442 peserta dari 16 MWC Ma’arif di Kabupaten Gresik dari berbagai jenjang pendidikan.

Maarif NU Gresik Gelar Pemilihan Pelajar Teladan (Sumber Gambar : Nu Online)
Maarif NU Gresik Gelar Pemilihan Pelajar Teladan (Sumber Gambar : Nu Online)

Maarif NU Gresik Gelar Pemilihan Pelajar Teladan

Peserta yang mengikuti PPT ke-35 ini adalah hasil seleksi dari siswa terbaik yang diadakan oleh pengurus MWC LP Ma’arif di setiap kecamatan. Dalam seleksi itu, setiap MWC Ma’arif memilih 3 pelajar putra putri dari setiap jenjang pendidikan mulai dari MI/SD, SMP/MTs dan MA/SMK/SMA.

”Jadi PPT ini adalah pemilihan tingkat kabupaten yang diikuti wakil terbaik dari masing-masing MWC,” kata Ketua PC LP Ma’arif Gresik H Ismail Syarif.

PKB Kab Tegal

Kegiatan PPT tingkat kabupaten yang dilaksanakan selama 2 hari dimulai dari tanggal 25 dan 26 Mei 2013. Pada hari pertama diadakan seleksi tes tulis untuk peserta dari lembaga pendidikan formal (MI/SD, MTs, SMP, SMA/SMA, MA). Materi tes tulis yang dimulai pukul 13.00 sampai pukul 16.00 WIB itu mengujikan 4 kompetensi, yaitu agama, ke-Nu-an, bahasa dan pengetahuan umum. Pada hari pertama itu, acara PPT ke-35 ini dimeriahkan kirab dengan diiringi drumband. Selain itu ada juga bazar Fatayat Ranting Lowayu, Dukun.

PKB Kab Tegal

Pada malam harinya, diselenggarakan pembukaan yang dihadiri Arifin Junaidi Ketua PP LP Ma’arif NU. Pada acara itu juga hadir, Ketua PCNU Kab. Gresik, H Khusnul Chuluq, Kepala Dispendik Gresik Nadlif. Dewan Pakar LP Maarif Gresik Chusaini Mustas dan  Ketua LP Maarif Gresik Ismail Syarif, serta semua pengurus MWC Ma’arif NU se-Kabupaten Gresik.

Pada hari kedua, acara bertambah padat, karena seleksi PPT diikuti oleh seluruh peserta baik untuk pendidikan formal maupun non formal (TPQ dan Madin). Untuk pendidikan formal mengikuti tes pidato, KIR, presentasi dan kreatifitas sesuai dengan jenjang pendidikannya.

Redaktur: Mukafi Niam 

Reporter : Choiruddin

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Cerita PKB Kab Tegal

Senin, 18 Desember 2017

Kiai As’ad di Mata Mahbub Djunaidi

Penulis kesohor kelahiran Jakarta, H Mahbub Djunaidi (1933-1995) memiliki kedekatan khusus dengan KHR As’ad Syamsul Arifin. Dan sepertinya ada ketaatan yang khusus pula dari Mahbub kepadanya.?

Dalam sebuah tulisannya di tahun 1985, karena ditelepon Kiai As’ad untuk menghadap ke Situbondo, Mahbub mengupayakan datang. Padahal dalam tulisan itu, ia yang telah hijrah dari Jakarta ke Bandung, mengaku ngantuk. Dan Situbondo bukanlah kota yang dekat. Dari Surabaya saja mesti naik bus menempuh perjalanan 200 km.?

“Buat orang Bandung seperti saya, kota Situbondo itu jauhnya bukan alang-kepalang. Membayangkannya saja sudah ngos-ngosan,” katanya pada koran Eksponen 7 April 1985 yang berjudul Lagi-lagi Situbondo.?

Kiai As’ad di Mata Mahbub Djunaidi (Sumber Gambar : Nu Online)
Kiai As’ad di Mata Mahbub Djunaidi (Sumber Gambar : Nu Online)

Kiai As’ad di Mata Mahbub Djunaidi

Penulis novel Dari Hari ke Hari dan Angin Musim ini, dalam tulisan lain mengungkap sosok Mustasyar Aam PBNU tersebut:?

“Kepada saya, sang kiai ngobrol penuh jenaka tentang romantika masa mudanya. Kepada saya, kiai bicara perihal keadaan negara dan pikiran pemecahan masalah tingkat tinggi. Kepada saya, kiai mempersoalkan apa yang pernah ditulis Suzanne Keller dalam dia punya “Beyond the Rulling Class”-nya: pengelompokan elite golongan atas dengan segala akibatnya. Kepada saya, kiai menandaskan keblingeran Ayatullah Khomeini.”

Ungkapan Mahbub tersebut, menunjukkan horizon ilmu pengetahuan Kiai As’ad tidak hanya kitab kuning mellul, melainkan juga ilmu umum. Kiai As’ad mampu mengkritik tokoh-tokoh dunia waktu itu.?

PKB Kab Tegal

Lanjutan tulisan tersebut, dengan menunjukkan kehebatan Kiai As’ad, sekaligus mengkritik Sutan Takdir Alisyahbana (STA). Seperti diketahui, STA menolak fondasi pendidikan nasional berdasrakan dari pesantren, tapi seharusnya dari Barat. Pendapat STA berlawanan dengan tokoh-tokoh senior seperti Soetomo, Tjindarbumi, Adinegoro, Sanusi Pane, dan Ki Hajar Dewantara. Silang pendapat mereka diabadikan dalam Polemik Kebudayaan yang didokumentasikan Achdiat Kartamihardja.?

Di sisi lain, tulisan Mahbub yang dimuat Tempo, 27 Februari 1982 ketika Orde Baru sedang giat-giatnya menganggap agama sebagai residu. Agama dalam hal ini, adalah kalangan Nahdliyin (pesantren). Kalangan penghambat dan beban pembangunan.?

Dengan tulisan itu pula, Mahbub sepertinya ingin menunjukkan kepada Orba bahwa kalangan pesantren itu pemahamannya tidak bisa dikatakan penghambat pembangunan. Lihatlah Kiai As’ad dengan pemikirannya. Mahbub menunjukkan bukti tersebut:?

PKB Kab Tegal

“Dan kepada saya, Kiai As’ad Syamsul Arifin dari Situbondo ini memikirkan cara bagaimana menerapkan teknologi madya kaum nelayan sepanjang lor Jawa dan seantero Madura dengan pulau-pulau yang tak sanggup saya hafal namanya. Jika ada waktu luang, baik juga Prof. Sutan Takdir Alisyahbana bertukar pandangan dengan beliau seraya santap capcay di rumah makan turis Pasirputih,” ujar Mahbub pada tulisan ”Di Suatu Masa, Sebuah Persoalan” tersebut.?

Hubungan Kiai As’ad dan Mahbub Djunaidi diakui Isfandiari, anak bungsu Mahbub. Kepada sebuah media online, Isfan menyampaikan kesaksian persentuhan ayahnya dengan kiai tersebut.?

“Paling teringat saat bertemu kali pertama dengan Kiai As’ad Syamsul Arifin di Situbondo, kiai kharismatik yang berselera humor tinggi, juga toleran. Ia pernah mengajak saya ke “gubuknya” di sudut pesantren yang saat itu sudah megah. Kediamannya hanya terdiri atas dipan dan perabot seadanya. Sangat sederhana. Saat itu saya saksi hidup persahabatan ayahnya dengan Kiai As’ad,” katanya. (Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Cerita, Ubudiyah PKB Kab Tegal

Sabtu, 16 Desember 2017

Nuzulul Qur’an Hakekatnya Introspeksi Diri

Probolinggo, PKB Kab Tegal



Peringatan Nuzulul Qur’an pada hakekatnya adalah ingin mengajak untuk introspeksi bersama-sama. Apakah ayat-ayat Allah dalam Al-Qur’an masih menghiasi dalam kesibukan kesehariannya di dunia ini.

Hal tersebut ditegaskan oleh Mustasyar PCNU Kabupaten Probolinggo H. Hasan Aminuddin dalam peringatan Nuzulul Qur’an 1438 H yang digelar oleh Polres Probolinggo di Masjid Amaanullah Mapolres Probolinggo, Selasa (20/6) malam.

Nuzulul Qur’an Hakekatnya Introspeksi Diri (Sumber Gambar : Nu Online)
Nuzulul Qur’an Hakekatnya Introspeksi Diri (Sumber Gambar : Nu Online)

Nuzulul Qur’an Hakekatnya Introspeksi Diri

“Pernahkah kita dengan alat komunikasi yang canggih mengisi Al-Qur’an dalam handphone. Pernahkah dalam sholat satu ayat dibaca. Kegiatan ini mengajak kita yang lupa dan lalai tatlala disibukkan oleh tugas masing-masing. Meskipun satu ayat setidaknya bisa mengamalkan di lingkungannva,” katanya

Dengan kegiatan ini jelas Hasan, setidaknya polisi ini mampu mengamalkan ayat Al-Qur’an sesuai tupoksinya. Kalau tidak mampu secara finansial setidaknya bisa bermanfaat bagi masyarakat. “Di tengah-tengah fragmatisme yang sulit ini, saya ingin memberikan solusi. Cukup dengan tersenyum, seorang polisi sudha memberikan manfaat,” jelasnya.

Hasan menegaskan bahwa peran dan tugas ibu-ibu selaku istri polisi memang dibutuhkan. “Belailah kasih sayang suaminya dengan doa. Karena doa itu Insya Allah tugas suami masing-masing cukup berat. Sebab kamtibmas menjadi indikator keberhasilan polisi,” tegasnya.

PKB Kab Tegal

Lebih lanjut Hasan menerangkan bahwa sesuai dengan kewenangan polisi, banyak lahan yang dapat dilakukan untuk berbuat baik kepada masyarakat di Kabupaten Probolinggo. “Terima kasih karena situasi kamtinmas di ? Kabupaten Probolinggo cukup kondusif,” ungkapnya.

Hasan menambahkan bahwa tantangan ke depan bagaimana seorang polisi mampu beramar makruf nahi mungkar. Yang jelas untuk meniadakan sama sekali tidak mungkin. “Setelah saya melihat secara seksama, kemungkaran di zaman ini banyak dilakukan oleh anak muda. Berbeda dengan dulu yang banyak dilakukan oleh orang tua karena alasan ekonomi. Mengurai kemungkanan bukan hanya tugas polisi tetapi juga semua elemen masyarakat,” pungkasnya.

Peringatan Nuzulul Qur’an ini dihadiri oleh Wakil Rais PWNU Jawa Timur KH Marzuki Mustamar, Kapolres Probolinggo AKBP Arman Asmara Syarifuddin beserta segenap jajaran, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton KH Zuhri Zaini, Ketua FKUB Kabupaten Probolinggo KH Idrus Ali, Ketua PCNU Kabupaten Probolinggo KH Abdul Hadi Saifullah dan sejumlah tokoh agama dan tokoh masyarakat. (Syamsul Akbar/Abdullah Alawi)

PKB Kab Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Habib, Cerita PKB Kab Tegal

Kamis, 14 Desember 2017

Tiga Amalan Utama pada Malam Nisfu Sya’ban

Sya’ban berarti bulan penuh berkah dan kebaikan. Pada bulan ini Allah membuka pintu rahmat dan ampunan seluas-luasnya. Karenanya, dianjurkan untuk memperbanyak ibadah sunah seperti puasa sunah. Hal ini sebagaimana yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Sebuah hadits mengatakan bahwa Nabi SAW lebih sering puasa sunah di bulan Sya’ban dibandingkan pada bulan lainnya, (HR Al-Bukhari).

Selain puasa, menghidupkan malam sya’ban juga sangat dianjurkan khususnya malam nisfu Sya’ban (pertengahan bulan Sya’ban). Maksud menghidupkan malam di sini ialah memperbanyak ibadah dan melakukan amalan baik pada malam nisfu Sya’ban. Sayyid Muhammad bin ‘Alawi Al-Maliki menegaskan bahwa terdapat banyak kemuliaan di malam nisfu Sya’ban; Allah SWT akan mengampuni dosa orang yang minta ampunan pada malam itu, mengasihi orang yang minta kasih, menjawab do’a orang yang meminta, melapangkan penderitaan orang susah, dan membebaskan sekelompok orang dari neraka.

Tiga Amalan Utama pada Malam Nisfu Sya’ban (Sumber Gambar : Nu Online)
Tiga Amalan Utama pada Malam Nisfu Sya’ban (Sumber Gambar : Nu Online)

Tiga Amalan Utama pada Malam Nisfu Sya’ban

Setidaknya terdapat tiga amalan yang dapat dilakukan pada malam nisfu Sya’ban. Tiga amalan ini disarikan dari kitab Madza fi Sya’ban karya Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki.

Pertama, memperbanyak doa. Anjuran ini didasarkan pada hadits riwayat Abu Bakar bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda,

PKB Kab Tegal

PKB Kab Tegal

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Artinya, “(Rahmat) Allah SWT turun ke bumi pada malam nisfu Sya’ban. Dia akan mengampuni segala sesuatu kecuali dosa musyrik dan orang yang di dalam hatinya tersimpan kebencian (kemunafikan),” (HR Al-Baihaqi).

Kedua, membaca dua kalimat syahadat sebanyak-banyaknya. Dua kalimat syahadat termasuk kalimat mulia. Dua kalimat ini sangat baik dibaca kapan pun dan di mana pun terlebih lagi pada malam nisfu Sya’ban. Sayyid Muhammad bin Alawi mengatakan,

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? "? ? ? ? ? ? ?".

Artinya, “Seyogyanya seorang muslim mengisi waktu yang penuh berkah dan keutamaan dengan memperbanyak membaca dua kalimat syahadat, La Ilaha Illallah Muhammad Rasululullah, khususnya bulan Sya’ban dan malam pertengahannya.”

Ketiga, memperbanyak istighfar. Tidak ada satu pun manusia yang bersih dari dosa dan salah. Itulah manusia. Kesehariannya bergelimang dosa. Namun kendati manusia berdosa, Allah SWT senantiasa membuka pintu ampunan kepada siapa pun. Karenaya, meminta ampunan (istighfar) sangat dianjurkan terlebih lagi di malam nisfu Sya’ban. Sayyid Muhammad bin Alawi menjelaskan,

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Artinya, “Istighfar merupakan amalan utama yang harus dibiasakan orang Islam, terutama pada waktu yang memiliki keutamaan, seperti Sya’ban dan malam pertengahannya. Istighfar dapat memudahkan rezeki, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadits. Pada bulan Sya’ban pula dosa diampuni, kesulitan dimudahkan, dan kesedihan dihilangkan.

Demikianlah tiga amalan utama di malam nisfu Sya’ban menurut Sayyid Muhammad. Semua amalan itu berdampak baik dan memberi keberkahan kepada orang yang mengamalkannya.

Semoga kita termasuk orang yang menghidupkan malam nisfu Sya’ban dengan memperbanyak do’a, membaca dua kalimat syahadat, istighfar, dan kalimat mulia lainnya. Wallahu a’lam. (Hengki Ferdiansyah)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Kyai, Cerita PKB Kab Tegal

Sabtu, 09 Desember 2017

Tanamkan NU Sejak Dini dengan Lomba Cerdas Cermat

Cirebon, PKB Kab Tegal

Belasan regu dari sejumlah sekolah dan pesantren se-Kabupaten Cirebon mengikuti lomba cerdas cermat memperingati Harlah Ke-82 Nahdlatul Ulama. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Lembaga Kajian dan Pengembagan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) NU Cirebon bekerjasama dengan PC PMII setempat di Pesantren Darul Ulum Klangenan, Jum’at (25/1) kemarin.



Tanamkan NU Sejak Dini dengan Lomba Cerdas Cermat (Sumber Gambar : Nu Online)
Tanamkan NU Sejak Dini dengan Lomba Cerdas Cermat (Sumber Gambar : Nu Online)

Tanamkan NU Sejak Dini dengan Lomba Cerdas Cermat

Selain lomba cerdas-cermat, juga digelar lomba karya tulis santri. Kegiatan ini, menurut Ketua Lakpesdam Cirebon Ali Mursyid, dimaksudkan juga untuk menanamkan ideologi ke-NU-an di kalangan remaja usia sekolah, agar dapat membentengi mereka dari virus ajaran Islam garis keras.

Lomba cerdas cermat dan karya tulis santri merupakan salah satu dalam rangkaian peringatan Harlah NU ke-82 yang dilaksanakan oleh Lakpesdam bekerja sama dengan PC PMII dan beberapa lembaga dan badan otonom NU.

PKB Kab Tegal

“PC Lakpesdam Cirebon menyelenggarakan Dwi Pekan Muharram dan Harlah NU ke-82 dengan tema meneguhkan tradisi untuk pemberdayaan masyarakat. Yang paling penting dari seluruh kegiatan yang ada adalah Pengkaderan NU Cirebon yang berlangsung 28-30 Januari 2008 dan halqah kamu muda NU se-Indonesia 3-7 Februari 2008”, kata Ali.

PKB Kab Tegal

Ketua Panitia dari PMII Cirebon Ibnu Hamdun menyatakan, PMII dengan suka hati bekerjasama dengan Lakpesdam Cirebon, demi meramaikan Harlah NU ke-82. "NU-lah yang melahirkan PMII, meski PMII tetap independen," katanya.

Dwi pekan Muharram 1429 H dan peringatan Harlah NU ke-82 juga diisi dengan rangkaian kegiatan lainnya, seperti Safari Khittah, dan juga pagelaran seni tradisi NU sebagai puncak acara Harlah.

Menurut Ali Mursyid, Safari Khittah yang dimaksud bukan lagi bermakna Safari Khittah NU yang dilakukan ketika kiai-kiai dianjurkan bukan hanya berkecimpung di PPP seperti dulu, tetapi lebih sebagai usaha memurnikan misi sosial NU dengan mempertemukan kiai-kiai sepuh dengan warga NU di tingkat MWC-MWC. (nam)Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Olahraga, Cerita PKB Kab Tegal

Senin, 04 Desember 2017

Akihiro Shugo: Bisnis Kuliner Halal di Jepang Terus Meningkat

Tokyo, PKB Kab Tegal

Tantangan puasa 17 jam di tengah teriknya musim panas tahun ini tidak menyurutkan semangat umat Muslim Indonesia di Jepang untuk terus mengenalkan Islam pada masyarakat sekitar. Bertempat di Balai Indonesia, Sabtu (18/6) Keluarga Masyarakat Muslim Indonesia (KMII) kembali menyelenggarakan acara Pertukaran Kebudayaan Islam dengan mengangkat tema Halal untuk Semua.





Akihiro Shugo: Bisnis Kuliner Halal di Jepang Terus Meningkat (Sumber Gambar : Nu Online)
Akihiro Shugo: Bisnis Kuliner Halal di Jepang Terus Meningkat (Sumber Gambar : Nu Online)

Akihiro Shugo: Bisnis Kuliner Halal di Jepang Terus Meningkat

Industri halal yang semakin semarak di Negeri Sakura ini kian menarik perhatian masyarakat Jepang baik para penggiat bisnis kuliner maupun pariwisata.? Acara kali ini bertujuan untuk menjelaskan pengertian halal secara universal dan meluruskan beberapa pandangan masyarakat Jepang mengenai halal, bahwa halal bukan makanan yang hanya dapat dikonsumsi oleh Muslim tetapi juga makanan yang baik (thayyib) untuk dikonsumsi masyarakat umum tanpa memandang perbedaan agama dan budaya.

Pemilik Restoran Halal Ramen Ouka, Wachi Masyrik menceritakan awal mula mereka terjun ke dunia halal. “Sekitar 10 tahun lalu, teman saya (seorang Muslim) datang berkunjung ke Jepang, namun ia tidak bisa menikmati makanan tradisional Jepang. Dari situ saya tersadar, saya pun mulai mempelajari Islam enam tahun ke belakang ini dan kemudian berhasil membuka restoran halal,” ujar Wachi.

Mengenai kondisi industri halal sekarang ini, CEO Halal Media Japan, Akihiro Shugo mengungkapkan, setiap bulan sekitar 20 restoran dan toko mendaftarkan diri di situs Halal Media Japan.

PKB Kab Tegal

Restoran halal diprediksi akan semakin berkembang di seluruh Jepang. Beberapa pemilik restoran sempat mengutarakan kekhawatiran mereka ketika mereka memutuskan untuk tidak menjual sake (minuman berlakohol) dan daging babi.

“Banyak yang takut omset penjualannya berkurang, namun pada kenyataannya tidak begitu berubah,” ujar Akihiro Shugo.

PKB Kab Tegal

Lembaga pemberi sertifikat halal di Jepang juga sudah mulai bermunculan, namun masih terdapat perbedaan standar dalam penetapan halal di antara lembaga-lembaga tersebut. "Masih terus diperlukan diskusi antarlembaga halal, untuk menyamakan kriteria," ujar Said Akhtar, CEO lembaga sertifikasi halal di Jepang, Nippon Asia Halal Association (NAHA).

“Makanan halal merupakan makanan yang baik untuk semua kalangan, dari segi gizi, kebersihan dan khasiat untuk kesehatan. Saya harap banyak orang Jepang yang semakin mengerti tentang halal dan sama-sama memajukan industri halal di Jepang,” ujar pakar halal dan ketua Asosiasi Muslim Jepang yang juga pernah menjabat sebagai peneliti di Pusat Penelitian Syariah di Universitas Takushoku menutup diskusi panel.

Acara pertukaran budaya kali ini juga dimeriahkan oleh Muslim Fashion Corner, di mana masyarakat Jepang dapat mencoba mengenakan hijab, gamis, kopiah dan pakaian khas berbagai negara Muslim.

“Ternyata (mengenakan) hijab tidak panas, saya malah merasa tenang dana terjaga dengan mengenakan hijab,” ujar seorang perempuan Jepang yang mencoba mengenakan hijab untuk pertama kalinya.

Selain itu peserta juga dihibur dengan tarian tradisional yang dibawakan oleh para siswi Sekolah Republik Indonesia Tokyo. Acara kemudian dilanjutkan dengan buka puasa bersama yang disponsori oleh perusahaan makanan dari berbagai komunitas Muslim, seperti komunitas Muslim Indonesia, Turki, Syiria, dan Pakistan yang menetap di Jepang. (Tsamara Tsani/Zunus)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Cerita PKB Kab Tegal

Minggu, 26 November 2017

Shalat Pakai Sorban Lebih Utama?

Islam tidak menentukan model pakaian tertentu untuk umat Islam, termasuk penentuan pakaian ibadah. Selain ibadah haji, umat Islam diberikan kebebasan memilih pakaian yang layak digunakan untuk ibadah. Pada saat shalat kita dibolehkan menggunakan model pakaian apapun selama menutup aurat dan sesuai dengan etika pakaian Islam.

Sebab itu, tidak ada sebenarnya keutamaan menggunakan model pakaian tertentu dalam ibadah. Meskipun Islam datang dari wilayah Arab dan Nabi Muhammad pun keturunan Arab, bukan berarti menggunakan pakaian Arab ketika shalat, seperti jubah dan sorban, lebih utama dari pakaian khas Indonesia.

Shalat Pakai Sorban Lebih Utama? (Sumber Gambar : Nu Online)
Shalat Pakai Sorban Lebih Utama? (Sumber Gambar : Nu Online)

Shalat Pakai Sorban Lebih Utama?

KH Ali Mustafa Yaqub dalam At-Thuruqus Shahihah fi Fahmis Sunnatin Nabawiyyah mengatakan, kebanyakan hadits tentang keutamaan sorban kualitasnya maudhu’ (palsu) dan dhaif jiddan (sangat lemah). Tidak ada satu hadits shahih pun yang menerangkan keutamaan bersorban saat shalat.

Pendapat KH Ali tersebut diperkuat oleh beberapa pendapat dari ulama klasik. As-Sakhawi dalam Maqashidul Hasanah mengatakan.

PKB Kab Tegal

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ? ? ?

PKB Kab Tegal

Artinya, “Kualitas hadits shalat dengan cincin setara dengan tujuh puluh shalat tanpa cincin ialah maudhu’, sebagaimana dikatakan syaikh kita (Ibnu Hajar). Begitu pula riwayat Ad-Dailami dari Ibnu ‘Umar, ‘Shalat dengan memakai sorban sebanding dengan dua puluh lima shalat (tanpa sorban)’, ‘Shalat Jumat dengan sorban setara dengan tujuh puluh Jumat? (tanpa sorban). Demikian pula riwayat Anas, ‘Shalat menggunakan sorban sebanding dengan sepuluh ribu kebaikan.’”

Mula Al-Qari dalam Mirqatul Mafatih mengutip pendapat Al-Munufi yang mengatakan seluruh riwayat di atas lemah (batil). Selain riwayat yang disebutkan oleh As-Sakhawi di atas, Al-Minawi dalam Faidhul Qadir juga mengutip riwayat lain tentang keutamaan sorban. Riwayat yang dimaksud ialah.

? ? ? ? ? ? ? ?

Artinya, “Shalat dua rakaat memakai sorban lebih baik dari tujuh puluh rakaat tanpa sorban.”

Kualitas hadits di atas tidak jauh berbeda dengan hadits lain yang berkaitan dengan keutamaan sorban. Hadits di atas lemah karena di dalam sanadnya terdapat rawi bernama Thariq bin Abdurrahman. Hampir sebagian kritikus hadits memberi komentar buruk terhadapnya. Ad-Dzahabi dan Al-Bukhari mengategorikan dia sebagai perawi dhaif. Al-Nasa’i mengatakan, riwayatnya tidak kuat (laysa bi qawi). Sementara As-Sakhawi menilai hadits di atas tidak berasal dari Nabi.

Dikarenakan kualitas hadits keutamaan soban sangatlah lemah, bahkan sampai pada kualitas maudhu’ (palsu), maka tidak ada perbedaan antara pakaian Arab, khususnya penutup kepala yang digunakan orang Arab dan masyarakat lainnya. Kalau di Indonesia biasa menggunakan peci atau kopiah pada saat shalat, itu juga baik dan tidak ada bedanya dengan sorban.

Silakan menggunakan sorban, tetapi jangan sampai mengatakan sorban lebih utama dipakai saat shalat ketimbang kopiah ataupun peci, karena tidak ada riwayat shahih terkait hal ini. Oleh sebab itu, terkait pakaian apa yang seharusnya digunakan saat shalat, Al-Quran menjelaskan.

? ? ? ? ? ? ? ?

Artinya, “Wahai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah setiap memasuki masjid,” (Surat Al-A‘raf ayat 31).

Ayat ini menganjurkan agar umat Islam memakai pakaian yang bagus pada saat mengerjakan shalat. Modal dan bentuk pakaian bagus ini tidak dibatasi oleh Islam dan pengejawentahannya diserahkan sepenuhnya pada tradisi dan budaya masyarakat.

Pakaian model apapun termasuk baik dan bagus selama tidak bertentangan dengan kode etik pakaian Islam: aurat tertutup, tidak transparan, tidak terbuka, dan tidak menyerupai lawan jenis. Wallahu a‘lam. (Hengki Ferdiansyah)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Cerita, AlaSantri PKB Kab Tegal

Jumat, 24 November 2017

Di Balik Mahbub Djunaidi, Ada Hasni

Siapa yang tidak kenal sang pendekar pena, Mahbub Djunaidi? Ya, dialah aktivis Nahdlatul Ulama yang sangat terus terang dalam bertutur dan bertindak. Ideologinya tercermin dalam kolom-kolom yang tersebar di berbagai media lokal dan nasional. 

Sebagai pendiri PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, april 1960), dia dipercaya menjabat Ketua Umum selama tujuh tahun. Kok lama betul? Karena di samping jago menulis, dia punya kemampuan ekstra mengatur gerak organisasi pada situasi sulit. Bung Mahbub punya keterampilan berorganisasi di atas rata-rata. Jangan tanya lagi apa perannya dalam pergerakan politik dan media massa jaman itu. Pokoknya dia sangat berpengaruh. Dalam tulisan ini, tidak lagi sanggup menceritankan karirnya, hingga Bung Mahbub tutup usia 1 oktober 1995 di Bandung.

Di Balik Mahbub Djunaidi, Ada Hasni (Sumber Gambar : Nu Online)
Di Balik Mahbub Djunaidi, Ada Hasni (Sumber Gambar : Nu Online)

Di Balik Mahbub Djunaidi, Ada Hasni

Namun adakah yang mengetahui seseorang di balik kemasyhuran Bung Mahbub di jagat perpolitikan, kewartawanan, dan kesusastraan? Dialah Hj. Hasni Asjmawi Djunaidi. Sang Istri yang baru saja wafat 18 September 2012, di usia 71 tahun.  

Mahbub mengenal Hasni di Bandung. Mereka saling kenal berkat Mustafa Mahdamy, paman Hasni yang juga sahabat Mahbub, dalam sebuah pertemuan inagurasi kader HMI 1958. Waktu itu Mahbub Ketua bidang Pendidikan PB HMI. Hasni Asjmawi adalah putri seorang anggota konstituante bernama Buya Asjmawi, asal Bukittinggi yang menetap di Bandung. Dan mereka menikah dua tahun kemudian, 24 September 1960, setelah mendirikan PMII. Pernikahan Mahbub dan Hasni dikaruniai lima orang anak, dua putera, tiga puteri. Fairuz, Tamara Hanum, Mirasari, Isfandiari dan Verdi Heikal.

PKB Kab Tegal

Mira Djunaidi, anak ketiga mengatakan, “Mama tidak pernah mengeluh terhadap apapun yang papa alami. Mama terima papa apa adanya. Papa jenaka, egaliter dan cerdas.”

Mira menambahkan dengan mengutip surat tahun 1978 yang ditulis Mahbub sewaktu dirawat di RSPAD dengan status tahanan politik, “Walaupun tidur berdesakan, walaupun tidur di lantai. Ketahuilah, kebahagiaan itu terletak di dalam hati, bukan pada benda-benda mewah, pada rumah mentereng dan gemerlapan. Benda sama sekali tidak menjamin kebahagiaan hati. Cintaku kepadamu semualah yang membikin hatiku bahagia. Hati tidak bisa digantikan oleh apapun juga.” 

PKB Kab Tegal

“Sebelum tinggal di rumah ini, kami belum punya rumah sendiri. Hidup masih mengontrak di Jalan Nilem. Hingga 1978, penerbit Al-Ma’arif memberikan kesempatan pinjaman mencicil rumah di Jalan Kleningan II. Kesulitan hidup datang silih berganti dan harus membesarkan lima anak. Namun papa tetap kuat pada pendirian menyampaikan aspirasi masyarakat dengan menulis kolom di berbagai media dan menggerakan organisasi. Mama selalu mendukung, namun soal tulisan, terkadang mama memberikan masukan agar tulisan yang dibuat lebih hati-hati. Biasanya Mama memperhalus gaya bertutur tulisan papa,” Mira bercerita.

Hj. Hasni memperhalus tulisan karena khawatir terjadi hal yang tidak diinginkan, Mahbub pernah dijebloskan ke penjara tanpa diadili. Mira mengungkapkan, “ketika papa ditangkap karena tuduhan subversif, mama sempat shock tapi tetap berusaha tenang. Papa dipenjarakan rezim Orde Baru 1971 di Nirbaya tanpa proses pengadilan. Papa jadi tahanan politik selama 2 tahun dan selanjutnya jadi tahanan rumah. Tidak bisa melakukan aktivitas menulis seperti sediakala. Dan mulai saat itu kesehatannya terganggu, menderita darah tinggi, sakit jantung dan gangguan pernafasan.” 

Selama dipenjara, diam-diam Mahbub menerjemahkan buku dan menulis novel. Hj. Hasni mengambil naskah tulisan tangan yang diuntel-untel pakaian kotor ke luar penjara. Setiba di rumah, Hj. Hasni mengetik salinan tulisan terjemahan menjadi naskah lembar demi lembar. Hussein Badjerei, sahabat baik Mahbub sejak kecil kerap membantu mengerjakannya. 

Demi menghidupi keluarga, Hj. Hasni berjualan makanan kecil di rumah. Berdagang apa saja, mulai kebutuhan harian dan pakaian. Mendidik dan membesarkan kelima anak bukan tugas mudah, namun perjuangan sebagai istri yang ditinggal sang suami merupakan tugas mulia dan harus dipikul. 

Ketekunan dan kesetiaan sang istri menyebabkan buku yang diterjemahkan di penjara berhasil diterbitkan. Antara lain, Road to Ramadhan karya Husen Haikal dan Seratus Tokoh Paling Berpengaruh dalam Sejarah karya Michael H Hart diterbitkan Pustaka Jaya. Buku tersebut termasuk buku terjemahan terlaris masa itu karena menempatkan Nabi Muhammad sebagai manusia pertama paling berpengaruh di dunia. Gaya terjemahan yang jenaka, tidak berbelit-belit dan kontekstual. 

Tahun 1979, atas tekanan Amnesti Internasional, Mahbub dibebaskan bersamaan dengan diterbitkannya Road to Ramadhan, berjudul Di Kaki Langit Gurun Sinai. Novel yang dikerjakannya dalam penjara adalah Angin Musim, diterbitkan Idayu Press, 1985. Di balik karya-karya tersebut, di dalamnya mengandung peran besar Hj. Hasni.

Sebagian besar para sahabat Mahbub sangat perhatian kepada Hj. Hasni sekeluarga. Ketika situasi sulit, mereka datang membantu. Mira menyebutkan di antara sahabat yang dekat dengan keluarga adalah, almarhum Fahmi D Saifuddin, almarhum M. Said Budairy dan Istri, KH Asad Samsul Arifin rohimahullah, Hussein Badjerei, Kemas Madani Idroes, dan Tionghoa peranakan bernama Rahmanto. 

“Saya kira, kita akan sangat sulit jaman sekarang menemukan persahabatan yang penuh ketulusan. Mereka sahabat papa, tulus mencintai kami hingga tutup usia. Begitu juga Gus Dur. Meski mereka berselisih pendapat sangat tajam, namun tetap saling menjaga persaudaraan. Gus Dur kalau ke Bandung menginap di rumah, dan memanggil Mahbub dengan Kak Abo,” sebut Mira.

Mira menuturkan, kesehatan Hj. Hasni mulai menurun setelah anak pertama dan terakhirnya meninggal. Fairuz, puteri pertama, meninggal 2006 karena menderita darah tinggi. Satu tahun sebelumnya, Verdi Haikal selepas lulus kuliah di ITB, mengidap penyakit infeksi jantung dan meninggal 2005. Hj. Hasni tinggal sendiri dan hanya ditemani seorang pembantu. Semenjak itu kesehatannya merosot. Pengapuran tulang leher, katup jantung mengalami kebocoran. Kadang pusing, mual dan sesak nafas. Karena mulai sakit-sakitan, Hj. Hasni rutin berobat ke rumah sakit. 

“Sebelumnya, mama dirawat tiga malam di rumah terdekat. Karena perlu perawatan khusus, lalu keluarga membawa mama ke RS Hasan Sadikin. Selama tujuh hari justru kesehatannya tidak membaik, dan pukul 05.00 dini hari, mama menghembuskan nafas terakhir. Keluarga memakamkan mama di pemakaman Assalam, Jalan Soekarno Hatta, berdekatan dengan papa, Fairuz dan Verdi. Semoga mama tenang di sisiNya,” tandas Mira sambil mempersilakan minum.  

Hj. Hasni lahir di Bukittinggi, 2 Januari 1941 dari pasangan Buya K.H. Asjmawi dan Ummi Hj. Fathimah Amin. Semasa hidup aktif di organisasi perempuan sayap NU, Fatayat dan Muslimat, Jawa Barat. Nenek dari delapan cucu, hingga menjelang akhir hayat Hj. Hasni masih mengikuti pengajian bersama ibu-ibu di majelis taklim sekitar rumah. Tahlilan tujuh hari wafatnya Alm. Hj. Hasni , Djunaidi jatuh pada Selasa, 25 September 2012 di kediamannya, Jalan Kleningan II No 1, Turangga, Bandung Selatan. (Abi S Nugroho, Aktivis Muda NU)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Cerita, AlaNu, Warta PKB Kab Tegal

Kamis, 23 November 2017

Hidupkan NU di Setiap Tingkatan untuk Tangkal Paham Sesat dan Radikal

Demak, PKB Kab Tegal

Akhir-akhir ini muncul berbagai aliran yang mengatasnamakam Islam. Padahal menanamkan paham sesat maupun paham keras atau radikal. Semua itu muncul dan hidup di daerah yang minim NU atau tidak ada kepengurusan NU, sehingga pesan dan ajaran Aswaja tidak bisa disampaikan kepada masyarakat di lingkungan tersebut.

Demikian disampaikan KH Musadad Syarif dalam rapat koordinasi pengurus cabang dengan pengurus MWCNU se-Kabupaten Demak di masjid Jami Baitul Muttaqin Pidodo Karang Tengah, Demak, Jawa Tengah, Ahad (13/3).

Hidupkan NU di Setiap Tingkatan untuk Tangkal Paham Sesat dan Radikal (Sumber Gambar : Nu Online)
Hidupkan NU di Setiap Tingkatan untuk Tangkal Paham Sesat dan Radikal (Sumber Gambar : Nu Online)

Hidupkan NU di Setiap Tingkatan untuk Tangkal Paham Sesat dan Radikal

Musadad menjelaskan, hidupnya kepengurusan NU di semua tingkatan menjadikan organisasi yang mengembangkan aliran sesat maupun radikal tidak mempunyai ruang untuk mengembangkan maupun menyebarkan ajarannya.

“Hidupnya NU otomatis menangkal aliran sesat, karena program dan ajaran NU bisa sampai ke umat,” tambah Musadad.

Senada dengan Musadad, Sekretaris PCNU Demak Khoirun Zain saat mendampingi ketua dalam memimpin rapat lebih ? menekankan pada menghidupkan kembali pengurus ranting dengan berbagai kegiatannya.

PKB Kab Tegal

Harapannya, intensitas kegiatan yang dilakukan organisasi akan bisa menyampaikan pesan pimpinan pada anggotanya sehingga konsolidasi organisasi bisa berjalan dengan baik.

“Kami mengharap pada seluruh pengurus MWCNU agar ranting-ranting yang selama ini agak kurang greget untuk diaktifkan kembali, dengan demikian semakin banyak silaturrahim, semakin banyak info yang kita dapat dan semakin cepat pula kita bertindak,” terang Khoirun Zain. (A Shiddiq Sugiarto/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal

PKB Kab Tegal Ulama, Cerita PKB Kab Tegal

Selasa, 14 November 2017

Gus Dur: Saya Ikut Mbah Hasyim

Jakarta, PKB Kab Tegal. Dalam jangka panjang, yang menjadi penentu dalam berbagai hal dalam kehidupan bermasyarakat adalah masyarakat itu sendiri, bukan pemimpin keagamaan. Karena itu, pilihan negara Islam menjadi sangat tidak tepat.

“Bukan lagi kiai yang menentukan. Karena itu, almarhum Rais Akbar Nahdlatul Ulama KH. Hasyim Asy’ary dan KH. Wahid Hasyim itu berfikir ya sudah negara ini jangan dijadikan negara Islam,” kata mantan ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di depan para puluhan peserta pengajian Ramadhan di Pesantren Ciganjur, Jakarta (1/10).

Gus Dur: Saya Ikut Mbah Hasyim (Sumber Gambar : Nu Online)
Gus Dur: Saya Ikut Mbah Hasyim (Sumber Gambar : Nu Online)

Gus Dur: Saya Ikut Mbah Hasyim

Kenapa kita menjadi negara Pancasila? Menurut Gus Dur, dalam masa depan pluralitas itu sangat penting dan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan umat manusia yang beragama. Islam sendiri tidak memungkiri adanya pluralitas itu.

“Maka mau tidak mau jangan negara Islam. Kalau saya sih ikut Mbah Hasyim saja (KH. Hasyim Asy’ary: Red), karena kenyataannya memang begitu,” kata Gus Dur.

Konsekuensi dari negara Pancasila adalah adanya pemisahan yang tegas antara agama dan negara. “Karena itu undang undang seperti Anti Pornografi dan Pornoaksi (APP) harus dihindarkan, nah karena itu berarti UU berarti pemerintah campatr tangan,” kata Gus Dur yang sejak awal berbeda dengan PBNU dalam soal APP.

Dalam negara Pancasila, dikatakan Gus Dur, pemerintah tidak dapat menentukan apakah sebuah intitusi dalam masyarakat telah mengganggu ketentraman umum atau tidak. Gus Dur mencontohkan, pemerintah yang diwakili oleh pihak kepolisian sempat berencana menutup pesantren Nguki Solo yang dipimpin oleh Ustadz Ba’asyir karena dinilai meresahkan masyarakat dan diklam sebagai sarang penggemblengan para teroris.

PKB Kab Tegal

“Waktu itu hanya saya yang berani membantah. Saya katakan, bahwa negara tidak punya urusan untuk menutup pesantren. Masyarakat yang berhak menutup, bukan kepolisian. Apalagi kepolisian kan hanya menjalankan perintah saja, tidak berhak menentukan apakah melanggar kepentingan umum atau tidak,” kata Gus Dur. (nam)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal

PKB Kab Tegal Cerita, Tegal, Humor Islam PKB Kab Tegal

Minggu, 29 Oktober 2017

NU dan Kebangkitan Pemuda

Oleh Imam Nahrawi

Nahdlatul Ulama telah memasuki umur ke-91 pada 31 Januari 2017. Sebuah usia yang cukup sepuh dan tentu menyimpan banyak pengalaman dalam bentang perjuangan bangsa Indonesia selama ini. Sebagai ormas terbesar NU terbukti sudah memainkan peran-peran penting dalam usaha mewujudkan kedaulatan dan keutuhan negeri ini.

NU dan Kebangkitan Pemuda (Sumber Gambar : Nu Online)
NU dan Kebangkitan Pemuda (Sumber Gambar : Nu Online)

NU dan Kebangkitan Pemuda

Jauh sebelum Indonesia merdeka, tepatnya pada tahun 1916, KH Abdul Wahab Chasbullah bersama kiai-kiai lain mempelopori berdirinya Nahdlatul Wathan (kebangkitan tanah air). Kala itu, salah satu pendiri NU yang dua tahun pulang dari Makkah ini tak tega menyaksikan bangsanya dijajah.

Pergerakan tersebut lalu ia topang dengan hadirnya organisasi baru bernama Nahdlatut Tujjar (kebangkitan para saudagar) pada tahun 1918, yang menjadi basis gerakan perekonomian rakyat. Kiai Wahab menjadi sekretaris sekaligus bendaharanya. KH Hasyim Asy’ari memimpin gerakan ini dengan salah satu anggotanya KH Bisri Syansuri. Menyusul kemudian terbentuk Taswirul Afkar (konseptualisasi pemikiran), sebuah forum kajian keagamaan dan kebangsaan yang menyoroti isu-isu krusial dalam konteks itu.

PKB Kab Tegal

Melalui organisasi-organisasi tersebut para ulama Nusantara mengupayakan berbagai pemecahan masalah bangsanya yang tengah dicengkeram kolonialisme. Dalam suasana penjajahan yang menyengsarakan, langkah-langkah ini tergolong berani dan visioner. Para kiai bergerak dengan risiko akan berhadapan dengan para penjajah.

PKB Kab Tegal

Yang kerap terlupakan adalah para kiai itu berjuang dalam usia yang relatif sangat muda. Kiai Wahab yang lahir pada 31 Maret 1888 membentuk Nahdlatul Wathan saat masih berumur 26 tahun. Ketika itu Kiai Bisri menginjak usia 27 tahun, sedangkan Kiai Hasyim 41 tahun. Nahdlatul Wathan pun menjadi wahana penggembelengan kesadaraan cinta tanah air yang digerakkan para pemuda dan diperuntukkan bagi para pemuda pula.

Fakta tersebut sekadar contoh betapa atmosfir perjuangan bangsa Indonesia sangat diwarnai oleh jiwa-jiwa muda. Tampilnya para kiai muda pendiri Nahdlatul Ulama itu membantah bahwa NU selalu identik dengan kaum tua, sebagaimana persepsi masyarakat yang jamak kita temui. Kita mendapati mereka sebagai kiai sepuh yang mengendalikan NU ketika organisasi keagamaan terbesar ini sudah mapan belakangan.



Spirit Kaum Muda


Kaum muda sering dipandang spesial setidaknya karena dua hal. Pertama, kekuatan. Pemuda dinilai memiliki energi lebih dibanding kaum tua yang secara alami pasti mengalami penurunan kondisi fisik. Pemuda kerap diasosiasikan dengan kelincahan, kesegaran, dan semangat yang menyalah-nyala.

Kedua, progresivitas. Jiwa perubahan umumnya mengalir dalam darah muda. Karenanya tak heran jika mereka kerap diandaikan mampu menjadi agen sosial yang bisa diandalkan untuk melakukan transformasi ke arah yang lebih baik.

Keistimewaan para pendahulu kita adalah mampu mengaktualisasikan potensi kepemudaan mereka untuk kepentingan publik. Mereka bukan orang-orang picik. Kemampuan untuk membaca persoalan dan momobilisasi masa tidak mereka gunakan untuk kepentingan diri sendiri maupun golongan, melainkan bangsa dan negara secara umum.

Kiprah kiai muda Abdul Wahid Hasyim juga bisa menjadi contoh. Beliau tak hanya menyumbangkan pikiran-pikiran penting saat mewakili umat Islam pada sidang BPUPKI dan PPKI, tapi juga sanggup menahan egoismenya dalam forum perumusan dasar negara itu. Di tengah derasnya aspirasi untuk menegakkan negara teokrasi, Kiai Wahid secara ikhlas menerima Pancasila sebagai ideologi final Republik Indonesia.

Andai saja Kiai Wahid ketika itu ngotot menuruti kemauan mendirikan negara berideologi Islam, mungkin hingga kini bangsa kita yang bineka ini masih terpecah-pecah. Kiai Wahid adalah tokoh kharismatik dan sangat representatif bagi umat Islam. Sejak usia 24 tahun ia aktif di MIAI (Majelis Islam Ala Indonesia), sebuah badan federasi partai dan ormas Islam pada zaman Belanda. Dan mengetuai organisasi ini ketika berubah nama menjadi Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) pada masa pendudukan Jepang.

Pada titik ini, terang sekali bahwa darah muda para kiai NU memberi kontribusi dominan bagi kelahiran dan pertumbuhan negara ini. Kita bisa menyebutnya semangat nahdlatus subban (kebangkitan kaum muda) selain juga nahdlatul ‘ulama (kebangkitan ulama). Teladan positif inilah yang seyogianya dihayati para generasi muda sekarang. Bentuk perjuangan era kini bisa sangat lain, tapi spiritnya tentu tetap sama: membangun kemaslahatan bersama.

Penulis adalah Menteri Pemuda dan Olahraga Republik IndonesiaDari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Hadits, Olahraga, Cerita PKB Kab Tegal

Rabu, 27 September 2017

Doa Istimewa Memindah dan Menghentikan Hujan

Menghentikan hujan atau mengalihkannya ke tempat yang lain bukanlah semata keinginan pawang hujan. Semua orang berhak menghindarkan dirinya dari kuyuban air hujan. Bisa dengan berlindung di bawah payung, di balik mantel anti hujan, atau meneduh di bawah pohon. Itu adalah pilihan bebas, sebagaimana seseorang juga bebas memohon kepada Allah swt Yang Memiliki Kuasa atas Segalanya termasuk juga mengatur Hujan.

Sesungguhnya hal ini pernah dilakukan Rasulullah saw semasa hidupnya sebagaimana diterangkan dalam Sahih Bukhari yang diriwayatkan oleh Anas, beliau pernah berdo’a

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Doa Istimewa Memindah dan Menghentikan Hujan (Sumber Gambar : Nu Online)
Doa Istimewa Memindah dan Menghentikan Hujan (Sumber Gambar : Nu Online)

Doa Istimewa Memindah dan Menghentikan Hujan

Allahumma hawalayna wa la ‘alayna, Allahumma alal akami wad thirobi, wa buthunil audiyyati wa manabitis syajari. Ya Allah turunkanlah hujan di sekitar kami, dan jangan turunkan kepada kami untuk merusak kami.  Ya Allah turunkanlah hujan di dataran tinggi, beberapa anak bukit, perut lembah dan beberapa tanah yang menumbuhkan pepohonan.

Do’a di atas menunjukkan betapa manusia hanya bisa berdoa mengharap belas kasihannya ketika berhadapan dengan kekuatan alam yang merupakan Tajjaliy dari-Nya. Bahkan hanyan sekedar mengatur airpun manusia tidak mampu. Oleh karena itu semoga Allah menghindarkan air hujan yang menyebabkan kerusaka, banjir, wabah dan sebagainya. (red. Ulil H

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal

PKB Kab Tegal Cerita, Habib PKB Kab Tegal

PKB Kab Tegal

Rabu, 13 September 2017

KH Makruf Amin Siap Tinggalkan PBNU

Jakarta, PKB Kab Tegal

Sebagai salah seorang anggota dewan pertimbangan presiden (watimpres) KH Makruf Amin mengaku siap untuk meninggalkan beberapa jabatan strategisnya, termasuk sebagai rais syuriah PBNU.

“Nanti setelah dilantik, akan saya tanyakan tentang posisi saya di PBNU, kalau tidak boleh rangkap jabatan, berarti saya harus siap,” tuturnya ketika dihubungi PKB Kab Tegal per telepon, Selasa.

Kiai Makruf mengaku mau menerima posisi tersebut karena bisa memberikan masukan secara langsung kepada presiden. “Kita tidak hanya menghimbau dari luar, mungkin dengan berkomunikasi secara langsung, bisa lebih komunikatif,” tandasnya.

KH Makruf Amin Siap Tinggalkan PBNU (Sumber Gambar : Nu Online)
KH Makruf Amin Siap Tinggalkan PBNU (Sumber Gambar : Nu Online)

KH Makruf Amin Siap Tinggalkan PBNU

Tentang posisinya di PBNU, Kiai asal Banten tersebut percaya nantinya akan banyak yang bisa menggantikannya karena semua orang NU kumpul disitu. “Ini kesempatan yang tak bisa semua orang bisa memberikan masukan kepada presiden secara langsung.,” tegasnya.

Wantimpres berisi 9 orang dan bertugas memberi masukan kepada presiden sesuai bidangnya masing-masing. KH Makruf Amin merupakan orang yang diberi tugas untuk memberi masukan dalam masalah agama. Posisi ini menurutnya penting dalam upaya menjaga nilai-nilai agama moderat ala NU.

PKB Kab Tegal

Anggota watimpres sesuai dengan UU dilarang untuk rangkap jabatan dalam partai politik, ormas dan yayasan untuk menjaga independensinya. Namun, Kiai Makruf mengaku belum jelas jabatan apa saja yang nantinya harus dilepaskan.

“Kalau MUI kan bukan ormas, sementara di PKNU, saya kan sekedar pembina, nanti semuanya akan saya tanyakan,” paparnya. (mkf)



Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal

PKB Kab Tegal Cerita, RMI NU, Meme Islam PKB Kab Tegal

Kamis, 24 Agustus 2017

Misi Pembentukan 1000 Kader ala IPNU-IPPNU Pangandaran

Pangandaran, PKB Kab Tegal

Ratusan siswa di Pangandaran ikuti Masa Kesetiaan Anggota (Makesta) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPNU-IPPNU) Pangandaran di Pondok Pesantren Al-Itqon, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat.

Misi Pembentukan 1000 Kader ala IPNU-IPPNU Pangandaran (Sumber Gambar : Nu Online)
Misi Pembentukan 1000 Kader ala IPNU-IPPNU Pangandaran (Sumber Gambar : Nu Online)

Misi Pembentukan 1000 Kader ala IPNU-IPPNU Pangandaran

Dalam acara yang berlangsung Senin-Selasa (25-26/4), para siswa antusias mengikuti kegiatan yang diselelenggarakan langsung oleh Pengurus Cabang IPNU Kabupaten Pangandaran ini.

Dudung N. Said, Ketua IPNU Kabupaten Pangandaran menjelaskan rencana pembentukan 1000 kader IPNU dan IPPNU dalam waktu yang singkat. Tidak tanggung-tanggung sejak bulan Februari 2016 dalam rangka harlah ke 62IPNU, pihaknya bertekad menwujudkan misi tersebut.

“Target setiap kecamatan adalah 100 orang, bahkan dalam agenda Makesta di Cimerak ini, ada 130 peserta yang mengikuti. Kami yakin Kabupaten Pangandaran yang terdiri dari 10 Kecamatan akan rampung hingga bulan Juli mendatang dengan 1000 kader IPNU dan IPPNU,” tegasnya, Selasa (26/4).

Selain itu, dalam rangka Roadshow Makesta se-Kabupaten Pangandaran tersebut, Dudung juga bertekad mempersiapkan kader muda NU untuk dapat menanamkan aqidah Ahlussunnah wal Jamaah dikalangan pelajar maupun santri.

PKB Kab Tegal

“Kabupaten Pangandaran adalah tempat wisata yang mendunia, otomatis budayanya pun akan bercampur dari luar. Namun, kita berkeyakinan paham Aswaja akan semakin kuat jika kita bersama-sama memperkokohnya dengan kaderisasi yang berkesinambungan,” pungkasnya.

Sementara itu, KH Asep Siroj, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Itqon, Kecamatan Cimerak, Pangandaran juga mengatakan hal yang sama. Menurutnya, pembentengan pelajar dan siswa dari paham maupun budaya luar perlu diwaspadai. Pasalnya, paham dan budaya tersebut terkadang tidak sesuai dengan kultur budaya di Indonesia bahkan bertentangan.

“Saya selalu mendoakan semoga anak-anak muda yang masih semangat memperjuangkan NU senantiasa mendapatkan kesabaran, kekuatan serta ketabahan dalam memperjuangkan Aswaja An-Nahdliyah dimanapun ia berada. Satu hal lagi, selain secara kuantitas yang terus dikejar, namun kualitas kader pun jangan sampai diabaikan karena disitulah kuncinya,” tutupnya. (Muhafid/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal

PKB Kab Tegal Cerita, Nahdlatul Ulama, Tokoh PKB Kab Tegal

Selasa, 01 Agustus 2017

Ana Mustafidah, Santri Sukses Perancang Busana

Surabaya, PKB Kab Tegal. Ana Mustafidah tertarik dengan dunia mode pakaian muslimah sudah sejak belia. Saat merengek minta baju untuk lebaran, ternyata sang ibu tidak langsung membelikan. Yang diberikan malah potongan kain untuk dijahit sendiri.

Ana Mustafidah, Santri Sukses Perancang Busana (Sumber Gambar : Nu Online)
Ana Mustafidah, Santri Sukses Perancang Busana (Sumber Gambar : Nu Online)

Ana Mustafidah, Santri Sukses Perancang Busana

"Saat itu saya masih berusia 12 tahun," kata Ana kepada PKB Kab Tegal, Senin (30/3). Ditemui di salah satu gerainya di mall City of Tomorrow (Cito) Surabaya,  Mbak Ana, sapaan akrabnya menegaskan bahwa itulah awal yang melecut semangatnya sehingga menjadi perancang busana muslimah.

Bakatnya semakin terasah ketika nyantri di  pesantren Salafiyah Bangil Pasuruan Jawa Timur. Dalam kegiatan pentas seni, imtihan atau hari besar Islam yang diiringi dengan pementasan di pesantren, maka para pengurus memercayakan desain busaha kepadanya. 

PKB Kab Tegal

"Berbekal benang dan jarum, saya memperbaiki sendiri baju yang robek, atau sekedar iseng memodivikasi baju yang sudah ada," kenang istri dari H Farmadi Hasyim ini. Dan enam tahun berada di pesantren menyelesaikan pendidikan formal dari MTs hingga Aliyah menjadi waktu yang sulit dilupakan.

Tidak berhenti pada kegiatan rancang busana, perempuan kelahiran Malang 7 Mei 1979 ini juga mengajak para santri untuk membuat aksesoris. "Dari mulai gelang, bros, pernak-pernik pentas, serta sejumlah kerajinan tangan,"ungkapnya.

PKB Kab Tegal

Setelah menikah dan menempati kontrakan di Surabaya, anak pertama dari lima bersaudara ini semakin serius melatih kemampuan dengan mengikuti sejumlah kursus. "Sembari menjadi guru ngaji di musholla di kawasan Margorejo, saya kursus menjahit," katanya.

Agar ilmu serta pengalaman yang didapat segera bisa diterapkan, seluruh koleksi baju milik suami serta putra semata wayangnya dikerjakan sendiri. "Seluruh baju koleksi saya, anak dan suami adalah hasil kreasi saya sendiri," katanya sembari tersenyum. Kalaupun harus membeli baju di luar, paling hanya jenis kaos, lanjutnya.

Akibat "promosi berjalan" ini, order pembuatan baju dari tetangga dan teman dekat mulai berdatangan. "Alhamdulillah mulai ada order menjahit pakaian," katanya. Dan dari kepercayaan ini juga yang akhirnya membesarkan hatinya untuk serius menekuni dunia rancang busana muslimah. Di rumah yang dihuni bersama sang suami yakni di kawasan Perumahan Graha Al-Ikhlas Sidoarjo, dibukalah Majmal Boutique yang menjadi ciri khas dari karya yang dibuatnya.

Kini namanya semakin berkibar. Sejumlah kegiatan fashion show kerap diikuti. Pemilihan putri jilbab, tren busana saat pergantian tahun atau pameran busana muslimah kerap diikuti. Dan sejumlah juara berhasil ia raih dari keikutsertaan tersebut. Karenanya tidak berlebihan kalau banyak kalangan memercayakan pakaian muslimah kepadanya. Tercatat beberapa anggota DPR RI memesan baju untuk berbagai acara kepadanya. Sejumlah rumah sakit Islam di Surabaya juga mempercayakan hasil desainnya.

Pelanggan dari luar negeri juga ada baik di Malaysia maupun sejumlah buruh migran di Hongkong. "Kalau pelanggan dari Malaysia karena kebetulan mereka pernah kuliah di Surabaya," ungkapnya. Sedangkan untuk WNI di Hongkong didapat lantaran berkah sang suami yang kerap mengisi ceramah di sana, lanjutnya.

Menjelang Ramadhan dan hari raya seperti ini, order rancangannya semakin banyak. Baik untuk pribadi maupun acara fashion show di sejumlah mall dan pertokoan modern. "Ini sedang menyiapkan rancangan untuk fashion show di Kaza Mall dan Grand City Super Mall Surabaya dalam waktu dekat," katanya. Tidak jarang, ibu dari Abdun Nashir ini juga dipercaya sebagai juri acara serupa.

Kendati jadwal dan order rancangan busana nyaris tanpa jeda, Mbak Ana masih menyisakan waktu untuk tetap mengajar di Taman Pendidikan Al-Quran di tempatnya tinggalnya. "Ada 30 orang yang ngaji di sini," terang pengasuh rubrik busana di Tabloid Modis ini. Setiap hari Senin hingga Jumat tepatnya ba’da Sholat Magrib, para ibu yang merupakan tetangganya rutin belajar ngaji dan tanya jawab masalah agama kepadanya.

Di sela-sela acara ngaji, ia juga merangsang para ibu untuk memanfaatkan waktu dengan menjahit. Tidak jarang, ibu-ibu jamaahnya diajak mengikuti acara fashion show dengan menunjukkan hasil karya mereka. "Tentu kalau menang, mereka akan mendapat imbalan dari kerja kerasnya," pungkas ibunda dari Abdun Nasir Almuhajjalin ini. (Syaifullah/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Cerita, Sholawat, Syariah PKB Kab Tegal

Sabtu, 22 Juli 2017

Menteri Pendidikan Singapura Isi Seminar IPNU-IPPNU

Jakarta, PKB Kab Tegal. Menteri Pendidikan, Perdagangan, dan Industri Singapura S Iswaran dijadwalkan akan menjadi narasumber pada Kongres XVII IPNU dan Kongres XVI IPPNU di Palembang, Sumsel, Sabtu (1/12).

Iswaran akan berdampingan dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Muhammad Nuh, M Jusuf Kalla, dan Gubernur Provinsi Sumatera Selatan Alex Noerdin. Menurut Ketua Panitia Kongres XVII IPNU Nurudin, keempat narasumber itu sudah positif menyanggupi undangan panitia.

Menteri Pendidikan Singapura Isi Seminar IPNU-IPPNU (Sumber Gambar : Nu Online)
Menteri Pendidikan Singapura Isi Seminar IPNU-IPPNU (Sumber Gambar : Nu Online)

Menteri Pendidikan Singapura Isi Seminar IPNU-IPPNU

Dalam kesempatan itu, tema yang dibahas adalah “Rekonstruksi Pendidikan Nasional Menuju Peningkatan Kualitas Pendidikan Indonesia yang Berdaya Saing Global”. 

PKB Kab Tegal

Pembahasan ini merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan lain, seperti Seminar Pendidikan Karakter, Seminar Ke-IPNU-an dan Ke-IPPNU-an, serta Seminar Media dan Demokrasi.

Rabu kemarin, Ketua Umum IPNU Ahmad Syauqi juga menemui Menteri Pemuda dan Olahraga RI Andi Mallarangeng untuk menyampaikan visi kongres dan aspirasi pelajar NU terhadap pemerintah. Rencananya, Andi juga ikut mengisi kongres yang berakhir pada 4 Desember ini.

PKB Kab Tegal

 

Redaktur  : Hamzah Sahal

Penulis     : Mahbib Khoiron

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Berita, Cerita, Olahraga PKB Kab Tegal

Selasa, 13 Juni 2017

Pedagang Bunga untuk Ziarah Kubur Menjamur

Probolinggo, PKB Kab Tegal. Menjelang hari raya Idul Fitri 1434 H, penjual bunga untuk keperluan nyekar atau ziarah kubur mulai menjamur di Kota Probolinggo. Selain di dekat pemakaman, para pedagang musiman ini juga memenuhi pasar baru kota setempat.

Di pasar baru, mereka memadati area sekitar pintu masuk di Jl. Panglima Sudirman dan Jl. Cut Nyak Dien. Puluhan pedagang serupa juga banyak didapati di pinggir Jl. Pahlawan, yang juga berdekatan dengan pasar baru.

Pedagang Bunga untuk Ziarah Kubur Menjamur (Sumber Gambar : Nu Online)
Pedagang Bunga untuk Ziarah Kubur Menjamur (Sumber Gambar : Nu Online)

Pedagang Bunga untuk Ziarah Kubur Menjamur

Ada empat jenis bunga yang mereka jual. Yakni bunga sundel atau yang dikenal dengan bunga sedap malam, bunga kenanga, bunga mawar dan bunga pacar banyu. Harganya beragam, mulai dari Rp10 ribu per kilogram, Rp150 ribu per kilogram sampai Rp3000 per kuntum bunga.

PKB Kab Tegal

Rata-rata, harganya mengalami kenaikan sejak Ahad (4/8). Bunga sedap malam dan kenanga misalnya, naik dari harga semula Rp30-50 ribu per kilogram menjadi Rp150 ribu per kilogram. Bunga pacar banyu naik dari Rp10 ribu per kilogram menjadi Rp50 ribu per kilogram.

Sedangkan untuk bunga mawar, naik dari harga semula Rp1000 untuk tiga kuntum bunga, menjadi Rp3000 untuk sekuntum bunga. “Yang beli mawar jarang, karena mahal,” kata Yanti, 32, salah satu pedagang asal Desa Pabean Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo.

PKB Kab Tegal

Meski demikian, Yanti juga menyiapkan kemasan kresek berisi tiga jenis bunga dengan harga Rp2000. Yakni bunga sedap malam, bunga kenanga dan bunga pacar banyu.

Kepada PKB Kab Tegal Yanti mengatakan, dirinya berjualan bunga hanya menjelang Ramadhan dan akhir Ramadan menjelang Idul Fitri. “Saya jualan hanya pertama dan pas mau hari raya saja,” kata wanita yang kulakan bunga di Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan tersebut.

Sumiyati, pedagang asal Kelurahan Jati Kecamatan Mayangan dan Fiki, pedagang asal Kelurahan Kebonsari Kulon, Kecamatan Kanigaran, Kota Probolinggo juga sama. Di hari biasa, Sumiati adalah penjual keliling (wlijo) ikan dan sayur mayur.

Sementara itu, Rais Syuriyah PCNU Kota Probolinggo KH Aziz Fadhal mengatakan, tradisi nyekar dengan membawa bunga tidak dilarang. “Itu tradisi dari sesepuh kita dulu, ke kuburan membawa kembang,” katanya.

Menurutnya, dalam ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) yang dianjurkan adalah ziarah kubur. Tujuannya, untuk mendoakan keluarga yang sudah meninggal, membaca tahlil dan surat Al-Fatihah. “Kapan pun (ziarah, Red) bisa dilakukan. Tidak harus menjelang Ramadhan maupun hari raya Idul Fitri,” jelasnya.

Redaktur ? ? : A. Khoirul Anam

Kontributor : Syamsul Akbar

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Cerita PKB Kab Tegal

Jumat, 26 Mei 2017

Lembaga Dakwah Negeri Jiran Belajar NU ke Jogja

Yogyakarta, PKB Kab Tegal. Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DI Yogyakarta kedatangan tamu dari negeri Jiran, Sabtu (20/9). Adalah Pertubuhan Pendidik Muamalah Malaysia atau MMEA (Malaysian Muamalah Educators Associations) yang bertandang di kantor PWNU DIY di Jalan MT Haryono 40-42, Yogyakarta.

Lembaga Dakwah Negeri Jiran Belajar NU ke Jogja (Sumber Gambar : Nu Online)
Lembaga Dakwah Negeri Jiran Belajar NU ke Jogja (Sumber Gambar : Nu Online)

Lembaga Dakwah Negeri Jiran Belajar NU ke Jogja

Azrul Azlan, salah satu anggota MMEA mengungkapkan, MMEA baru saja didirikan setahun lebih oleh pemerintah Negeri Sembilan, Malaysia.  

“Salah satu tujuan kami main ke sini adalah untuk silaturahim, kerana kita masih serumpun. Agar mengenal satu sama lain. Selain itu, kami juga ingin belajar kepada organisasi-organisasi Islam di Indonesia seperti NU yang merupakan organisasi Islam yang hebat di Indonesia,” ujar Azrul yang tercatat sebagai penasihat syariat di salah satu bank Islam di Malaysia.

PKB Kab Tegal

Azrul Azlan juga mengungkapkan bahwa lembaga dakwah yang baru saja didirikan tersebut bertujuan sebagai jembatan atau penghubung antara orang yang berilmu masyarakat yang ingin belajar.

Sementara itu, Wakil Ketua Lesbumi NU DIY Kiai Jadul Maula mengungkapkan kegembiraannya karena mendapat kunjungan dari Malaysia. “Semoga acara silaturahim ini tidak hanya sebatas silaturahim saja. Tetapi ada tindak lanjutnya, bisa berbentuk kerja sama dalam hal apa-pun,” ujar Kiai Jadul di hadapan para tamu dari MMEA dan Pengurus PWNU DIY.

PKB Kab Tegal

Dalam kesempatan tersebut, terjadi diskusi antara MMEA dan para pengurus PWNU DIY. MMEA banyak bertanya tentang bagaimana cara NU berdakwah di Indonesia, bagaimana metode Wali Songo dalam menyebarkan Islam dengan damai, dan sebagainya. (Nur Rokhim/Mahbib)

    

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Hadits, Cerita, Nasional PKB Kab Tegal

Kamis, 04 Mei 2017

Gus Nuril: Gus Dur, Shalahuddin Al-Ayyubi dari Indonesia

Jeddah, PKB Kab Tegal. Pengasuh Pondok Pesantren Soko Tunggal, Semarang, Jawa Tengah, DR. KH. Nuril Arifin berpendapat ada kesamaan antara Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid dengan pahlawan dunia, Shalahuddin Al-Ayyubi.

Menurut kiai yang akrab disapa Gus Nuril ini, perang Salib yang berlangsung selama kurang lebih 500 tahun terhenti karena diplomasi moral Salahuddin Al-Ayyubi ketika pasukannya berhadapan dengan pasukan Kristen di bawah komando Richard The Lion Heart untuk memperebutkan Kota Jerusalem.

Gus Nuril: Gus Dur, Shalahuddin Al-Ayyubi dari Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)
Gus Nuril: Gus Dur, Shalahuddin Al-Ayyubi dari Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)

Gus Nuril: Gus Dur, Shalahuddin Al-Ayyubi dari Indonesia

“Di tengah pertempuran Salahuddin mendengar Richard jatuh sakit. Apa yang terjadi? Salahuddin justru mengirim dokter ke Richard untuk upaya kesembuhannya,” ceritanya saat menjadi pembicara di acara tahlil akbar dalam rangka Haul ke-5 Gus Dur dan Peringatan Maulid Nabi yang diselenggarakan Pimpinan Cabang Istimewa Gerakan Pemuda Ansor Arab Saudi di Masjid Indonesia Jeddah (MIJ), Kota Jeddah, Arab Saudi, Jumat (26/12/).

PKB Kab Tegal

Gus Nuril mengatakan, Salahuddin Al-Ayyubi adalah Tokoh Perdamaian Dunia yang hidup di abad  ke-12. Ia disegani di dunia Timur karena kehebatan strategi perangnya yang berhasil merebut Kota Jerusalem, dan disegani dunia Barat karena sikap toleransi keberagamaannya yang tinggi.

PKB Kab Tegal

Di bawah kekuasaanya, lanjut kiai berambut gondrong ini, umat Kristen diizinkan berziarah ke Jerusalem. Kisah antara Salahuddin dan Richard dicatat sejarawan sebagai peristiwa monumental yang menjadi titik balik hubungan antara umat Islam dan Kristen yang sebelumnya diwarnai ketegangan.

“Jika golongan Kristen ekstrem kiri dihadapkan dengan Islam ekstrem kanan maka selamanya dunia tidak akan berhenti berperang. Oleh karenanya, Gus Dur menempatkan posisinya di tengah dunia dengan membawa ‘isme’ yang bernama Islam ala Indonesia, Islam yang rahmatan lil alamin. Islam yang pernah ditebarkan oleh Salahuddin Al-Ayyubi,” tutur Gus Nuril.

Di akhir ceramah, Gus Nuril memberi pesan kepada tamu yang hadir, “Di manapun kalian berada kalian adalah agen-agen Indonesia yang harus siap menebarkan Islam ala Indonesia. Tebarkan Islam rahmatan lil alamin di muka bumi. Addinu an-nasihat (Agama adalah Nasehat), sampaikan agama dengan nasihat. Tampilkan Islam yang ramah.” (Ridho El-Qudsy/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Cerita, News PKB Kab Tegal