Kamis, 28 September 2017

Asma Menahun Habiskan Kebun, Ini Solusi Basada Lampung

Lampung Timur, PKB Kab Tegal - Dengan lesu dan menahan sakit, Ngatirah bertandang ke Sekretariat PAC GP Ansor Labuhan Maringgai, Lampung Timur yang berada di Desa Sriminosari, Ahad (16/7).

"Asma sudah enam tahun. Tapi yang parah dua tahun ini," ujar warga Desa Karang Anyar, Kecamatan Labuhan Maringgai itu lirih pada kegiatan bakti sosial Penyembuhan Alternatif Penyakit Medis dan Non Medis Satkorwil Banser Lampung.

Asma Menahun Habiskan Kebun, Ini Solusi Basada Lampung (Sumber Gambar : Nu Online)
Asma Menahun Habiskan Kebun, Ini Solusi Basada Lampung (Sumber Gambar : Nu Online)

Asma Menahun Habiskan Kebun, Ini Solusi Basada Lampung

Nafasnya terdengar berat. Barangkali seberat Rp50 ribu setiap hari dalam beberapa bulan terakhir yang ia keluarkan untuk berobat supaya terbebas dari derita asma.

"Sudah banyak uang keluar untuk berobat, sudah tak terhitung lagi, kebun juga sudah terjual agar bisa sembuh. Puasa Ramadhan biasanya bisa tuntas, kemarin tidak bisa lagi. Shalat fardhu dan tahajud juga sudah jarang saya lakukan karena persoalan pernapasan," ujar Ngatirah sedih.

PKB Kab Tegal

PKB Kab Tegal

Pelaksana tugas Kepala Satuan Unit Khusus Banser Husada (Basada) Satkorwil Banser Lampung Gatot Arifianto bergegas meminta Ngatirah meletakkan tangan di dadanya. Sekitar dua menit tangan aktivis Gusdurian Lampung itu menepuk-nepuk tangan Ngatirah.

"Masih sesak," lirih berujar perempuan kelahiran Cirebon, Jawa Barat itu lagi.

Kamituo Aji Tapak Sesontengan itu menepuk-nepuk lagi tangan perempuan berusia sekitar 70 tahun yang masih melekat di dadanya sekitar tiga menit. Bibir Ngatirah mulai merekah, nafasnya mulai longgar.

"Iya, sudah ada perubahan. Apa sebenarnya penyakit saya ini? Karena saya bersalah sama Tuhan atau bagaimana?" ujar Ngatirah.

Gatot memilih tidak menjawab dan meminta Ngatirah bersandar di dinding ruang tamu Ansor Labuhan Maringgai. Lima menit kemudian, Ketua GP Ansor Way Kanan itu melanjutkan terapi pada Ngatirah selama lima menit.

"Alhamdulillah ada perubahan lima puluh persen. Nafas sudah semakin longgar," kata Ngatirah lagi.

Gatot selanjutnya mengajak Ngatirah berpikir rileks, menghadapi derita dengan legawa.

"2014 saya kena gula darah, kadarnya waktu itu sudah 524. Saya sempat drop, walau banyak aktivitas untuk menghilangkan sakit, saya selalu berpikir bahwa saya sakit. Hal itu membuat kondisi fisik saya tidak ada perubahan, tubuh loyo, mata sayu. Kesimpulannya, saya harus berpikir sehat. Pengandaiannya, ketika bercermin kita tersenyum, maka hasilnya adalah wajah tersenyum. Hidup adalah apa yang kita pikirkan," ujar Gatot.

Tuhan tidak akan menguji umatnya melebihi batas kemampuannya. Banyak orang yang menderita penyakit lebih parah. Ujian harus diterima.

"Berpikir sehat dan memperbanyak istighfar akan membuat kita sehat," kata praktisi Neo Neuro Linguistic Programing itu lagi.

Wajah Ngatirah berseri, mengangguk dan tertawa lepas mengucapkan terima kasih. Gatot meminta maaf jika ada kekurangan lalu meminta Satkorkel Banser Bandar Negeri, Labuhan Maringgai Ahmad Novianto yang sudah diinisiasi ATS menerapi Ngatirah tiga sampai empat kali beberapa hari ke depan. (Ansarafi/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Pertandingan, Olahraga, AlaSantri PKB Kab Tegal

Rabu, 27 September 2017

Doa Istimewa Memindah dan Menghentikan Hujan

Menghentikan hujan atau mengalihkannya ke tempat yang lain bukanlah semata keinginan pawang hujan. Semua orang berhak menghindarkan dirinya dari kuyuban air hujan. Bisa dengan berlindung di bawah payung, di balik mantel anti hujan, atau meneduh di bawah pohon. Itu adalah pilihan bebas, sebagaimana seseorang juga bebas memohon kepada Allah swt Yang Memiliki Kuasa atas Segalanya termasuk juga mengatur Hujan.

Sesungguhnya hal ini pernah dilakukan Rasulullah saw semasa hidupnya sebagaimana diterangkan dalam Sahih Bukhari yang diriwayatkan oleh Anas, beliau pernah berdo’a

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Doa Istimewa Memindah dan Menghentikan Hujan (Sumber Gambar : Nu Online)
Doa Istimewa Memindah dan Menghentikan Hujan (Sumber Gambar : Nu Online)

Doa Istimewa Memindah dan Menghentikan Hujan

Allahumma hawalayna wa la ‘alayna, Allahumma alal akami wad thirobi, wa buthunil audiyyati wa manabitis syajari. Ya Allah turunkanlah hujan di sekitar kami, dan jangan turunkan kepada kami untuk merusak kami.  Ya Allah turunkanlah hujan di dataran tinggi, beberapa anak bukit, perut lembah dan beberapa tanah yang menumbuhkan pepohonan.

Do’a di atas menunjukkan betapa manusia hanya bisa berdoa mengharap belas kasihannya ketika berhadapan dengan kekuatan alam yang merupakan Tajjaliy dari-Nya. Bahkan hanyan sekedar mengatur airpun manusia tidak mampu. Oleh karena itu semoga Allah menghindarkan air hujan yang menyebabkan kerusaka, banjir, wabah dan sebagainya. (red. Ulil H

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal

PKB Kab Tegal Cerita, Habib PKB Kab Tegal

PKB Kab Tegal

Senin, 25 September 2017

PCINU Arab Saudi: Santri Harus Jadi Pemimpin

Jeddah, PKB Kab Tegal. Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional dan instruksi dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Pengurus Cabang Istimewa Nahdhatul Ulama (PCINU) Arab Saudi melangsungkan pembacaan 1 miliar shalawat Nariyah. Sebanyak 4.444 shalawat digemakan serentak oleh para Nahdliyin di beberapa kota di Arab Saudi yakni Jeddah, Makkah, Thaif, Madinah, Riyadh dan Al Qassim.

PCINU Arab Saudi: Santri Harus Jadi Pemimpin (Sumber Gambar : Nu Online)
PCINU Arab Saudi: Santri Harus Jadi Pemimpin (Sumber Gambar : Nu Online)

PCINU Arab Saudi: Santri Harus Jadi Pemimpin

Acara ini turut dihadiri perwakilan KJRI Jeddah, GP Ansor dan Muslimat Arab Saudi, Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Arab Saudi, Ormas/LSM, Parpol dan beberapa tokoh masyarakat di Jeddah.

"Secara konseptual, muktamar di Banjarmasin tahun 1935 NU menyatakan bahwa membela negara yang diduduki oleh umat Islam adalah wajib hukumnya", ungkap Ahmad Fuad selaku Ketua Tanfidiziyah PCINU Arab Saudi.

PKB Kab Tegal

Menurutnya, NU didirikan Hadratus Syaikh Hasyim Asyari untuk mendampingi perjalanan Indonesia menuju kemerdekaan. "Santri adalah pemimpin. Dubes kita sekarang santri, bahkan diakui sebagai ulama oleh Kiai Mudatsir (Wakil Rois Syuriyah PWNU Jatim 2010-2015)," ujarnya, Jumat (21/10).

Fuad berharap pemimpin dari kalangan santri tidak hanya di Arab Saudi. “Anda semua (santri) yang harus mengisi perjalanan Republik Indonesia ke depan ini," lanjut beliau memotivasi para hadirin.

PKB Kab Tegal

M. Hery Saripudin, Konsul Jendral RI Jeddah mengungkapkan kebahagiaannya atas keberadaan warga Nahdliyin di Arab Saudi.

"Saya sebagai konjen baru merasa beruntung karena adanya ulama dan santri Nahdliyin di sini. feel at home," katanya.?

Di kehadiran perdananya Hery Saripudin meminta KJRI Jeddah dan Nahdliyin terus bersinergi. karena tulang punggung umara merupakan ulama.

"Hari Santri ini merefleksikan semangat para ulama dan santri di sini sangat positif sesuai harapan kami sebagai wakil pemerintah," pungkasnya. (Hariri Thohir/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Humor Islam PKB Kab Tegal

Soal Full Day School, Ini Kritik dan Masukan KPAI untuk Mendikbud

Jakarta, PKB Kab Tegal. Wacana belajar sehari penuh di sekolah atau dikenal full day school yang diwacanakan Mendikbud Muhadjir Effendy, implementasinya harus didahului kajian yang utuh. KPAI menilai Menteri baru tidak harus membuat kebijakan baru, apalagi tanpa didahului kajian yang matang. Akibatnya justru akan merugikan anak.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Asrorun Niam Sholeh dalam siaran pers yang dikirim ke PKB Kab Tegal, Selasa (9/8).

Soal Full Day School, Ini Kritik dan Masukan KPAI untuk Mendikbud (Sumber Gambar : Nu Online)
Soal Full Day School, Ini Kritik dan Masukan KPAI untuk Mendikbud (Sumber Gambar : Nu Online)

Soal Full Day School, Ini Kritik dan Masukan KPAI untuk Mendikbud

Niam menilai, kebijakan pendidikan apalagi yang bersifat nasional tidak bisa didasarkan pengalaman orang perorang. Pengambilan kebijakan nasional tidak boleh parsial. Tidak boleh hanya berdasar kepada pengalaman pribadi. Jangan sampai tiba masa tiba akal. kebijakan yang diambil akan berdampak sangat luas, jadi butuh kajian utuh.

“Masing-masing siswa memiliki kondisi yang berbeda-beda. Siswa yang satu dengan yang lainnya tidak bisa disamaratakan. Menghabiskan waktu dengan durasi panjang di sekolah dapat mengganggu intensitas interaksi anak,” ujar Niam yang juga salah satu Katib syuriyah PBNU ini.

PKB Kab Tegal

Anak-anak, lanjutnya, butuh interaksi dengan teman sebaya di sekolah, teman di lingkungan tempat tinggal, dan dengan keluarga di rumah. Dengan kebijakan full day school, pasti intensitas pertemuan anak dan orang tua juga pasti akan berkurang. Apalagi, tidak semua orang tua bekerja keluar rumah. Ini akan berpengaruh dalam proses tumbuh kembang anak.

Dia menegaskan, masing-masing keluarga itu memiliki kondisi yang berbeda, tidak bisa digeneralisasikan bahwa full day school itu menyelesaikan semua masalah anak. "Tidak semua orang tua (siswa) itu bekerja. Artinya jangan dibayangkan kondisi seluruh orang tua di Indonesia hanya seperti yang dialami oleh Mendikbud. Kebijakan nasional harus didasarkan kepada kajian yang utuh,” terangnya.

Soal waktu belajar, katanya, KPAI melihat tidak banyak menjadi masalah. Karena seiring dengan keragaman kondisi anak, orang tua, dan masyarakat, sudah terfasilitasi dengan model pembelajaran yang beragam, ada yg normal dan ada yang full day school. Sehingga orang tua diberikan keleluasaan untuk memilih. "Bahkan, dalam kondisi tertentu, anak jangan lama-lama di sekolah, agar cepat berinteraksi dengan orang tua. Apalagi yang kelas 1 SD,” papar Niam.

PKB Kab Tegal

Untuk menjawab permasalahan anak, perbaikan kebijakan harus berporos pada anak. Membaca pertimbangan Mendikbud dalam mengusulkan kebijakan ini, lebih karena faktor menyesuaikan dengan orang tua yang bekerja, sehingga jadual anak diubah. Dari sisi paradigma sudah bermasalah. Penerapan suatu program harus diikuti dengan perbaikan yang memadai.?

“Tidak hanya dengan ‘mengandangkan’ anak di sekolah semata tanpa ada perbaikan sistem pendidikan dengan spirit menjadikan lingkungan sekolah yang ramah bagi anak, maka memanjangkan waktu di sekolah malah akan menyebabkan potensi timbulnya kekerasan di lingkungan sekolah,” urai Niam.

Menurutnya, ada hal yang perlu dipertimbangkan Mendikbud dalam wacana full day school yaitu penambahan beban guru, penambahan biaya untuk kegiatan, penyesuaian kegiatan anak dan orang tua yang sudah ada, orang tua yang tidak bekerja, anak yang harus membantu orang tua, dan keragaman kondisi sosial di berbagai daerah.

“KPAI siap memberi masukan dan segera akan bertemu Mendikbud. Niat baik harus dilakukan dengan cara yang baik, dan meminimalisir dampak buruk yang ditimbulkan,” pungkas Niam. (Red: Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Hikmah, AlaSantri PKB Kab Tegal

Minggu, 24 September 2017

Berita Hoaks Jadi Alat Pemecah Kesatuan Bangsa

Bandar Lampung, PKB Kab Tegal



Ketua PWNU Lampung KH Sholeh Bajuri mengatakan, saat ini ada dua pemberitaan yang sedang menjadi sorotan publik masyarakat di Indonesia. Jika berita tersebut tidak berhati-hati menyikapinya akan merusak persatuan dan kesatuan umat Islam dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Berita Hoaks Jadi Alat Pemecah Kesatuan Bangsa (Sumber Gambar : Nu Online)
Berita Hoaks Jadi Alat Pemecah Kesatuan Bangsa (Sumber Gambar : Nu Online)

Berita Hoaks Jadi Alat Pemecah Kesatuan Bangsa

Pemberitaan pertama adalah terkait dengan tragedi kemanusiaan yang terjadi di Myanmar. Ia mengimbau kepada seluruh masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam untuk tidak mudah terpengaruh berita, foto ataupun video hoaks tentang tragedi menimpa kaum minoritas Rohingya.

Ia berharap semua pihak lebih selektif dalam menganalisa berbagai pemberitaan tentang tragedi tersebut agar jangan sampai menjadi alat untuk memuluskan kepentingan kelompok yang menginginkan Indonesia tercabik-cabik karena sentimen keagamaan.

"Kejadian tragedi di Rohingya memang betul adanya. Namun kita harus berhati-hati terhadap pihak-pihak yang menggunakan isu ini untuk mencari simpati masyarakat dalam rangka memuluskan kepentingan mereka melalui berita, foto, dan video hoaks," katanya, Rabu (6/9).

PKB Kab Tegal

Kelompok ini berharap bahwa dengan pemberitaan hoaks tersebut masyarakat khususnya umat Islam dapat terpancing. 

"Kita tentu harus waspada jangan sampai terpancing dan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan sehingga akan menimbulkan keretakan di antara kita, kebinekaan kita akan hancur dan ujung-ujungnya NKRI akan runtuh," lanjutnya.

Pemberitaan yang kedua adalah terkait dengan kebijakan full day school (FDS) yang saat ini sudah diganti dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).  

Menurutnya, FDS memang tidak tepat diterapkan di Indonesia karena kultur budaya Islam di Indonesia tidak terlepas dari madrasah diniyah dan pondok pesantren. 

"Perpres yang sudah disahkan ini juga harus kita kawal supaya dalam praktiknya nanti juga akan berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan," harapnya.

PKB Kab Tegal

Jangan sampai ini dimanfaatkan juga oleh pihak-pihak tertentu untuk memancing sentimen kelompok dan membenturkannya sehingga sendi-sendi kesatuan bangsa akan terbelah. (Muhammad Faizin/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal RMI NU, Ulama, Makam PKB Kab Tegal

Sabtu, 23 September 2017

Kiai Mustain Tolak Tawaran Jabatan Residen

Berbagai cara dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda untuk memecah belah kekuatan bangsa Indonesia, salah satunya dengan cara menggaet para tokoh bangsa, termasuk para kiai.

Cara kasar maupun halus mereka lakukan agar para kiai yang dicintai rakyat ini tunduk dan menuruti pada kepentingan mereka. Cara halus, semisal dengan pemberian jabatan kekuasaan atau berupa penghargaan bintang, seperti yang pernah dialami Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari yang pernah ditawari bintang perak oleh kolonial Belanda, melalui Van der Plas.

Kiai Mustain Tolak Tawaran Jabatan Residen (Sumber Gambar : Nu Online)
Kiai Mustain Tolak Tawaran Jabatan Residen (Sumber Gambar : Nu Online)

Kiai Mustain Tolak Tawaran Jabatan Residen

Nah, salah satu kiai yang mendapat godaan tersebut adalah salah satu tokoh yang pernah menjadi Wakil Rais ‘Aam PBNU, KH Raden Mustain. Pada tahun 1948, KH R Mustain, masih menjabat sebagai Bupati Tuban, ikut bergerilya bersama pejuang lainnya menghadapi Agresi Militer Belanda II. Sementara ia bergerilya, istri dan keluarganya dititpkan di rumah KH Dahlan, kakak ipar Kiai Mustain.

PKB Kab Tegal

Utuk meredam perlawanan yang dipimpin Kiai Mustain itu, Belanda kemudian mengutus (lagi-lagi) Van der Plas, untuk menemui Kiai Mustain dan membujuknya agar menghentikan perlawanan kepada Belanda.

Bagi Van der Plas sendiri, nama Mustain bukanlah asing baginya, sebab semasa Mustain menuntut ilmu di Mekkah, kebetulan ia juga bertugas di sana sebagai Konsulat Jendral. Makanya, tak heran pihak Belanda mengutus Van der Plas yang juga mahir berbahasa Arab untuk membujuk para kiai.

PKB Kab Tegal

Setiap dua minggu sekali, Van der Plas datang ke kediaman KH Dahlan, untuk menyampaikan pesannya kepada Kiai Mustain. Kepada istri Kiai Mustain, ia menawarkan jabatan residen, yang tentu lebih tinggi dibandingkan bupati.

“Kalau mau kompromi, nanti akan dijadikan Residen,” demikian tawaran dari Van der Plas.

Namun, bagi Kiai Mustain tawaran jabatan tersebut tak meluluhkan hatinya. Meski, setiap dua minggu sekali Van der Plas terus datang dan menawarkan hal serupa, namun ia tetap kokoh pada pendiriannya, untuk bersama ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan bangsa ini.

Setahun berselang, pendiriannya yang gigih ini membuahkan hasil. Bangsa Indonesia berhasil mempertahankan kemerdekaannya, dan Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia.

Hingga tahun 1956, Kiai Mustain tetap dipercaya untuk mengemban amanah sebagai Bupati Tuban. Pada tahun 1952, ia bersama 10 tokoh lainnya, menginisiasi lahirnya partai NU di Tuban, selepas dari Masyumi. (Ajie Najmuddin)

Sumber terkait: Ahmad Mundzir dan Nurcholis. Perjalanan NU Tuban Dari Masa ke Masa (1935-2013). PCNU Tuban. 2014.

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Pendidikan PKB Kab Tegal

Ini Amanat Terakhir Ajengan Basith untuk Banser

Sukabumi, PKB Kab Tegal?



Sebelum berangkat menjalankan ibadah umrah ke tanah suci Makkah, Ketua PCNU AJengan KHR. Abdul Basith sempat membuka Pendidikan dan Pelatihan Dasar (Diklatsar) yang digelar Satuan Koordinator Cabang (Satkorcab) Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Kabupaten Sukabumi.



Ini Amanat Terakhir Ajengan Basith untuk Banser (Sumber Gambar : Nu Online)
Ini Amanat Terakhir Ajengan Basith untuk Banser (Sumber Gambar : Nu Online)

Ini Amanat Terakhir Ajengan Basith untuk Banser



(Baca:? Hari-hari Terakhir Ketua PCNU Sukabumi Ajengan Basith)

Pada kegiatan yang berlangsung di Pondok Pesantren al-Amin, Cicurug, Jumat (10/3) itu, ia berpesan agar anggota GP Ansor di daerah masing-masing membantu masyarakat, pemerintah, termasuk kepolisian, dan juga TNI.

PKB Kab Tegal





PKB Kab Tegal

(Baca:Kabar Duka, Ketua PCNU Kabupaten Sukabumi Ajengan Basith Wafat di Dubai)

Hal itu, menurut pengasuh Pondok Pesantren Al-Amin tersebut, agar gerakan yang merusak Indonesia bisa ditanggulangi sedari dini. ? ? ? ?

“GP Ansor harus memantau di masing-masing daerah wabilkhusus kita harus berdekatan dengan pemerintah apabila ada sesuatu, jangan bergerak sendiri,” pintanya.?





(Baca:? Di “Tangan” Ajengan Basith, Ayat Al-Qur’an Digerakkan Jadi Klinik)

KH Abdul Basith wafat di Dubai, Uni Emirat Arab pada Rabu (15/3) sekitar pukul 11.30 waktu setempat saat ia transit di negara itu untuk menjalankan ibadah umrah. Ia menjalankan umrah bersama Bupati Kabupaten Sukabumi H. Marwan Hamami dan 18 orang lain.?

Ketika di Dubai tersebut Ketua Majelis Silaturahim Pondok Pesantren dan Majelis Talim Kota dan Kabupaten Sukabumi mendapat serangan jantung. Ia sempat dilarikan ke sebuah rumah sakit setempat, tapi jiwanya tidak tertolong. (Sofyan Syarif/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Kyai, Sejarah, Sunnah PKB Kab Tegal