Jumat, 23 Maret 2018

Perguruan Tinggi Islam Perlu Tingkatkan Kualitas

Jepara, PKB Kab Tegal. Dirjen Pendidikan Islam Kemenag RI Prof Dr H Nur Syam M.Si, mengungkapkan Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) perlu meningkatkan kualitas pendidikan agar mampu bersaing dengan PT lain.?

Demikian disampaikannya dalam Seminar Nasional “Model Pengembangan PTAIS Masa Depan” yang diselenggarakan Institut Islam Nahdlatul Ulama (INISNU) Jepara di gedung Haji, Sabtu (26/1).

Perguruan Tinggi Islam Perlu Tingkatkan Kualitas (Sumber Gambar : Nu Online)
Perguruan Tinggi Islam Perlu Tingkatkan Kualitas (Sumber Gambar : Nu Online)

Perguruan Tinggi Islam Perlu Tingkatkan Kualitas

Menurutnya, untuk meningkatkan kualitas pertama PTAI perlu meningkatkan akses pemerataan pendidikan. Pembukaan program studi (prodi) baru merupakan cara untuk peningkatan kualitas, pemerataan akses dan upaya untuk pengembangan PT.

Kedua, peningkatan daya saing dan relevansi kebutuhan masyarakat. PTAI jelas Syam perlu berdaya saing dengan PT lain dengan mengedepankan distingsi (perbedaan) dan ekselensi (keunggulan). Apalagi sambungnya ke depan akan ada akademi komunitas di tiap Kabupaten.

PKB Kab Tegal

Akademi komunitas papar Syam kampus harus siap menjanjikan pekerjaan bagi alumninya. Ia menyontohkan jika di Jepara merupakan pusat usaha mebel maka perlu dibentuk akademi ukir dan akademi terkait bekerjasama dengan sentra ukir yang nantinya akan mempekerjakan alumninya disana. Begitu pun dengan contoh-contoh lain.

PKB Kab Tegal

Karenanya jika tidak ingin ditinggalkan masyarakat, PTAI segera merubah diri. Penguasaan hard skill dan soft skill seimbang. “Sarjana Tafsir Hadits perlu menguasai jurnalistik. Ahli Fiqih juga perlu menguasai kerajinan,” paparnya.

Kualitas Pendidikan NU

Keberhasilan belajar, kata Syam 20% dari ilmu pengetahuan dan sisanya 80% dari soft skill. Ia menambahkan INISNU sebagai Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU) juga perlu menonjolkan perbedaan dan kelebihannya. Semisal lulusan INISNU harus mampu membaca kitab kuning. Kitab kuning menurutnya merupakan sisi menarik dari NU.

Berkaitan dengan distingti dan ekselensi ia menyebut salah satu MI di DKI Jakarta yang diserbu peminat lantaran peserta didik harus lulus 6 juz. Setahun siswa menghafal 1 juz. Sebelum pendaftaran siswa baru sudah diserbu pendaftar dari berbagai penjuru.

Sampel lain di tiap Kabupaten ada madrasah-madrasah unggulan yang menjadi jujukan anak pejabat dan kelas menengah ke atas. Keberadaan madrasah unggulan akan selalu direspon para stake holder.

Meski demikian dirinya khawatir dengan gerakan islam fundamental yang semakin getol mengembangkan PAUD dan jenjang pendidikan seterusnya yang ke depan akan mengkhawatirkan eksistensi NU. Karenanya Nur Syam meminta NU mempunyai proyek pendidikan unggulan dari mulai PAUD, MI, MTs, MA dan PT agar tradisi NU yasinan, tahlil, dibaan dll tidak hilang dari pusaran bumi.

Dalam seminar yang dihadiri ratusan calon wisudawan/ wati INISNU juga hadir Prof Dr Sugoyono M.Pd ketua PP LP Maarif NU yang menyampaikan materi “Arah dan Pengembangan Manajemen PTAIS Masa Depan.”?

Redaktur ? ? : Mukafi Niam

Kontributor : Syaiful Mustaqim

?

?

?

?

?

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Bahtsul Masail PKB Kab Tegal

Sabtu, 17 Maret 2018

IPNU NTT Konsolidasi Cabang di Flores

Kupang, PKB Kab Tegal. Dalam rangka mensukseskan program tahun 2013, Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Nusa Tenggara Timur (NTT) akan melakukan konsolidasi di tingkat cabang. Untuk Pulau Flores ditargetkan seluruh cabang sudah akan terbentuk dalam waktu dekat.

IPNU NTT Konsolidasi Cabang di Flores (Sumber Gambar : Nu Online)
IPNU NTT Konsolidasi Cabang di Flores (Sumber Gambar : Nu Online)

IPNU NTT Konsolidasi Cabang di Flores

Rencana tersebut merupakan hasil diskusi rutin pengurus wilayah, Ahad (31/3) kemarin. Ada sembilan cabang di Flores, Lembata, Alor dan pulau Sumba yang akan ditindaklanjuti dan  direncanakan akan diselesaikan dalam tahun ini. 

Ketua Pimpinan Wilayah IPNU NTT, Achan Arman Pua Upa mengatakan, rencana itu telah dikoordinasikan dengan beberapa rekan-rekan IPNU di setiap daerah yang bisa ajak kompromi untuk mengembangkan organisasi ini.

PKB Kab Tegal

“Memang pengembangan organisasi di daerah Flores sangat sulit. Sangat sulit karena jarak tempuh dan transportasi persoalan yang kami alami,” katanya. 

Apalagi jarak tempuh antara kota Propinsi ke setiap Kabupaten kita harus habiskan waktu satu haru satu malam dalam perjalanan, itu baru satu kabupaten. Maka direncanakan 2013 ini, tanggung jawab untuk membentuk cabang di Pulau Flores bisa mendekati seratus persen.

PKB Kab Tegal

“Setelah itu baru dilanjutkan ke Pulau Sumba yang jarak tempuh dua hari perjalanan dari kota propinsi,” ungkap Achan.

Ajhar J. Ambubari, sekretaris PW IPNU NTT mengatakan, tahun 2012 PW IPNU NTT baru membentuk empat cabang persiapan, yakni Cabang Kab Belu, Kab TTS,  Kab Kefa dan Kabupaten Kupang. Sedangkan Cabang  Kota Kupang sudah dibentuk sebelum terlaksananya Kongres di Palembang. 

“Cabang kota Kupang akan kita prioritaskan, sebab ini satu-satunya cabang berada di kota Propinsi. Pengurus Cabang Kota kita libatkan berbagai aktifitas kegiatan-kegiatan di wilayah. Seperti gelar diskusi bersama lintas OKP, bedah buku “, ungkapnya. 

Redaktur    : A. Khoirul Anam

Kontributor: Ajhar Jowe

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Humor Islam PKB Kab Tegal

Selasa, 13 Maret 2018

Pecinta Al-Qur’an Sepanjang Hayat

Kecintaan Allahuyarham Mbah Muntaha sapaan akrab KH. Muntaha Al-Hafizh Kalibebeber Wonosobo terhadap Al-Qur’an tak dapat diragukan lagi. Hampir seluruh usianya dihabiskan untuk menyebarkan dan menghidupkan Al-Qur’an. 

Yang Paling monumental adalah gagasannya membuat mushaf Al-Qur’an Akbar (Al-Qur’an Raksasa) dengan tinggi 2 meter, lebar 3 meter dan berat 1 kuintal lebih. Sebuah karya mahaagung yang sempat dikala itu diusulkan masuk ke Guiness Book Of Record.

KH Muntaha al-Hafizh lahir di desa Kalibeber kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo dan wafat di RSU Tlogorejo Semarang, Rabu 29 Desember 2004 dalam usia 94 tahun. Ada beberapa keterangan berbeda tentang kapan tepatnya Mbah Muntaha Lahir. 

Pecinta Al-Qur’an Sepanjang Hayat (Sumber Gambar : Nu Online)
Pecinta Al-Qur’an Sepanjang Hayat (Sumber Gambar : Nu Online)

Pecinta Al-Qur’an Sepanjang Hayat

Pertama, ada yang mengatakan Kiai Muntaha lahir pada tahun 1908. Kedua, ada pula yang menyatakan bahwa Kiai Muntaha lahir pada tahun 1912. Hal ini didasarkan pada dokumentasi pada KTP / Paspor dan surat-surat keterangan lainnya, Mbah Muntaha lahir pada tanggal 9 Juli 1912.

PKB Kab Tegal

Ayahanda Kiai Muntaha adalah putra ketiga dari pasangan KH. Asy’ari dan Ny. Safinah. Sebelum Kiai Muntaha, telah lahir dua kakaknya, yakni Mustaqim dan Murtadho.

Sejak kecil hingga dewasa, Kiai Muntaha menimba banyak ilmu dari sejumlah Kiai Pesantren. Sebelum itu, Kiai Muntaha mendapat didikan langsung dari kedua orang tuanya, KH. Asy’ari dan Ny. Safinah. 

PKB Kab Tegal

Lahir dalam keluarga Pesantren, Kiai Muntaha banyak memperoleh didikan berharga dari Ayah dan Ibundanya seperti membaca Al-Qur’an dan ilmu-ilmu keislaman.   Kedua orang tuanya memang dikenal sangat telaten dan sabar dalam mendidikan putra-putrinya.

Selanjutnya dari Kalibeber, Kiai Muntaha memulai perjalanan menuntut ilmunya ke berbagai Pesantren di tanah air. Kiai Muntaha sebagaimana umunya santri dizaman itu berkenala untuk mencari ilmu dari Pesantren ke Pesantren berikutnya.

Ada satu hal sangat menarik berkaitdan dengan proses pencarian ilmu Kiai Muntaha saat masih muda. Ketika Kiai Muntaha berangkat menuntut ilmu ke Pesantren Kaliwungu, Pesantren Krapyak, dan Pesantren Termas, ia selalu menempuh perjalanan dengan cara berjalan kaki. Melakukan riyadhah demi mencari ilmu semacam itu dilakukan Kiai Muntaha dengan niatan ikhlas demi memperoleh keberkahan ilmu. 

Di setiap melakukan perjalanan menuju Pesantren, Kiai Mutaha selalu memanfaatkan waktu sambil mengkhatamkan Al-Qur’an saat beristirahat untuk melepas lelah. Kisah ini menunjukkan kemauan keras dan motivasi spiritual yang tinggi yang dimiliki Kiai Muntaha dalam mencari ilmu.

Setelah berkenalan dari berbagai Pesantren, Kiai Muntaha kembali ke Kalibeber pada tahun 1950. Ia kemudian meneruskan kepemimpinan ayahnya dalam mengembangkan Al- Asy’ariyyah di desa kelahirannya, Kalibeber, Wonosobo.Di bawah kepemimpinan Mbah Muntaha inilah, Al-Asy’ariyyah berkembang pesat. Berbagai kemajuan signifikan terjadi masa ini.

Dalam kehidupan keluarga dan masyarakat, KH. Muntaha adalah pribadi yang bersahaja. Mbah Muntaha sangat sayang kepada keluarga, santri dan juga para tetangga, serta masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya.

Pecinta Al-Qur’an Sepanjang Hayat

Kecintaan Kiai Muntaha terhadap Al-Qur’an sebenarnya berawal dari kecintaan ayahandanya , Kiai Asy’ari terhadap Al-Qur’an. Dalam usia relatif muda yakni 16 tahun, Kiai Muntaha telah menjadi hafizh Al-Qur’an. 

Hampir seluruh hidup Mbah Muntaha didedikasikan untuk mengamalkan dan mengajarkan nilai-nilai Al-Qur’an kepada para santrinya dan juga pada masyarakat umumnya. 

Dalam kesehariannya, Mbah Muntaha selalu mengajar para santri yang menghafalkan Al-Qur’an. Para santri selalu tertib dan teratur satu per satu memberikan setoran hafalan kepada Kiai Muntaha. Mbah Muntaha  selalu berjuang untuk menanamkan nilai-nilai Al-Qur’an kepada santri-santrinya.

Sepanjang hidup Mbah Muntaha, Al Qur’an senantiasa menjadi pegangan utama dalam mengambil  berbagai keputusan, sekaligus menjadi media bermunajat kepada Allah Swt. Mbah Muntaha tidak pernah mengisi waktu luang kecuali dengan Al-Qur’an. 

Sering Kiai Muntaha mebaca wirid atau membaca ulang hafalan Al-Qur’an di pagi hari seraya berjemur. Menurutnya, wirid dan dzikir yang paling utama adalah membaca Al-Qur’an. Itulah sebabnya, Kiai Muntaha menasehati para santri untuk mengkhatamkan Al-Qur’an paling tidak seminggu sekali.

Kecintaan Kiai Muntaha terhadap Al-Qur’an juga diwujudkan melalui pengkajian tafsir Al-Qur’an, dengan menulis tafsir maudhu’i atau tafsir tematik yang dikerjakan oleh sebuah tima yang diberi nama Tima Sembilan yang terdiri dari sembilan orang ustadz di Pesantren Al-Asy’ariyyah dan para dosen di Institut Ilmu Al-Qur’an (sekarang UNSIQ) Wonosobo. Gagasan Kiai Muntaha tentang penulisan tafsir ini mengandurng maksud untuk menyebarkan nilai-nilai Al-Qur’an kepada masyarakat luas.

Dan puncak realisasi kecintaan Kiai Muntaha terhadap Al-Qur’an ditunjukkan dengan perealisasian idenya tentang penulisan Al-Qur’an dalam ukuran raksasa yang sering disebut dengan Al-Qur’an akbar utuh 30 juz.  

Al-Qur’an akbar itu ditulis oleh dua santri Al-Asy’ariyyah yang juga mahasiswa IIQ yaitu H. Hayatuddin dari Grobogan dan H. Abdul Malik dari Yogyakarta.  Ketika penulisan Al-Qur’an akbar yang kertasnya merupakan bantuan dari Menteri Penerangan (H. Harmoko di kala itu) itu selesai, Al-Qur’an itu pun diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia di istana negara.

Mungkin Kiai Muntaha melihat banyak orang Islam telah meninggalkan Al-Qur’an, atau bahkan sama sekali tidak mau membaca Al-Qur’an, sehingga Mbah Muntaha tidak henti-hentinya menasehati anggota Hufadz wa Dirasatal Qur’an (YJHQ) untuk terus memasyarakatkan Al-Qur’an. Dakwah serupa juga selalu Mbah Muntaha sampaikan saat Beliau berkunjung ke berbagai belahan dunia seperti Turki, Yordania, Mesir dan lain sebagainya.

Dari hal-hal yang sudah disebutkan, menjadi jelas bahwa sosok dan pribadi Kiai Muntaha al-Hafidz adalah sosok sosok yang sangat mencintai Al-Qur’an secara fisik maupu nbatin. Seluruh hidupnya diperuntukkan untuk berdakwah menyebarkan nilai-nilai Al-Qur’an ke masyarakat.

 

Redaktur : Syaifullah Amin

(Disarikan oleh Inam Al-fajar dari buku KH. Muntaha Al Hafidz,  Pecinta Al Qur’an Sepanjang Hayat oleh Samsul Munir Amin). Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Fragmen, Olahraga, IMNU PKB Kab Tegal

Minggu, 11 Maret 2018

Bupati Hadiri Pelantikan PMII Blora

Grobogan, PKB Kab Tegal. Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PC PMII) Kabupaten Blora telah dilantik di Resto Joglo Blora pada Ahad (29/12). Dalam pelantikan kali ini, PMII Blora mengambil tema “ Menyongsong Blora demokratis Untuk Kesejahteraan rakyat”.

Ismu Ngatono dipercaya untuk memimpin dan mengemban amanah sebagai Ketua PC PMII Kabupaten Blora untuk masa khidmah 2013-2014 dengan menggantikan seniornya, Misbahul Hamdan.

Bupati Hadiri Pelantikan PMII Blora (Sumber Gambar : Nu Online)
Bupati Hadiri Pelantikan PMII Blora (Sumber Gambar : Nu Online)

Bupati Hadiri Pelantikan PMII Blora

Semua pengurus PC PMII Kabupaten Blora dikukuhkan dan dilantik oleh Ketua Pengurus Besar PMII Bambang.

PKB Kab Tegal

Selain Bambang, tampak hadir pula Bupati Blora, Joko Nugroho yang menyempatkan diri untuk hadir menyampaikan sambutan dalam forum pelantikan PC PMII Blora.

PKB Kab Tegal

Rasyid sebagai salah satu anggota PMII mengatakan, dengan adanya pengambilan tema tersebut kita harapkan PMII Blora mampu membuat meanstrem pada masyarakat untuk tidak terjebak pada politik praktis.

Seusai pelantikan dilanjutkan Sarasehan oleh PB PMII. Salah satu diantara pembahasan yang diangkat adalah mengenai kader PMII dalam upaya mengawal demokrasi (asnawi lathif/mukafi niam) 

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Sunnah, News PKB Kab Tegal

Rabu, 07 Maret 2018

Prancis Orbitkan Satelit Mata-Mata

Prancis, PKB Kab Tegal
menggunakan roket peluncur dari Arianespace, telah berhasil meluncurkan satelit observasi Helios IIA untuk Departemen Pertahanan Perancis, Belgia dan Spanyol. Selain untuk observasi ruang angkasa, satelit ini juga akan dipakai menguji kemungkinan pengembangan persenjataan, mempersiapkan dan mengevaluasi operasi militer, dan pemetaan daratan digital untuk sistem penuntun rudal jelajah.

Peluncuran ini dilaksanakan dari Landasan Ruang Angkasa Eropa di Kourou, Guyana Perancis pada hari Sabtu, 18 Desember 2004 pukul 13:26 waktu lokal di Kourou (16:26 GMT, atau 23:26 WIB).

Setelah menempuh perjalanan selama 60 menit dan 8 detik, roket peluncur Ariane 5 secara akurat telah menempatkan satelit Helios II A menuju orbit polar Sun-synchronous. Bersama Helios II A, dibawa juga enam satelit pendamping yaitu empat mikro satelit Essaim dan dua satelit kecil lainnya, Parasol dan Nanosat.

"Kesuksesan peluncuran Helios merupakan langkah maju bagi kebijakan ruang angkasa kami," kata Menteri Pertahanan Prancis, Michele Alliot-Marie. "Menguasai ruang angkasa adalah bekal menuju masa depan," lanjutnya.

Helios IIA adalah satelit pertama dari generasi kedua sistem observasi spaceborne pertahanan keamanan Perancis, yang dilakukan melalui kerjasama dengan Belgia dan Spanyol. Biro pertahanan Perancis DGA (Délégation Générale pour l’Armement), yang merupakan bagian dari MoD Perancis, merupakan penanggung jawab program ini. Badan ini melimpahkan tanggung jawab atas segment ruang angkasa kepada biro  ruang angkasa Perancis, CNES (Centre National d’Etudes Spatiale).

Satelit yang beratnya kira-kira 4.200 kg pada saat peluncuran ini disebut-sebut mampu melihat objek sekecil buku di semua tempat di Bumi. Perlengkapan sensor inframerah-nya memungkinkan militer Prancis mendapatkan berbagai informasi pada malam hari dari angkasa, suatu hal yang pertama kali dimiliki Prancis.

Sementara satelit Parasol (payung) yang ikut diorbitkan, ditujukan untuk mempelajari efek selimut awan dan gas aerosol terhadap pemanasan global dan munculnya efek rumah kaca. Efek ini diyakini muncul akibat buangan gas karbon dioksida dari Bumi menutupi atmosfer sehingga menghalangi panas keluar dari Bumi. Akibatnya suhu Bumi makin panas.

Dengan suksesnya misi ke-enam belas ini, peluncur standar Ariane 5G ("Generic") kembali membuktikan kemampuannya untuk melakukan serangkaian misi yang lengkap, mulai dari peluncuran satelit pemerintahan menuju orbit Sun-synchronous hingga peluncuran satelit komersil berbobot besar menuju orbit geostasioner dan satelit ilmiah menuju orbit khusus. Helios IIA adalah satelit militer ke-23 yang dibawa oleh roket peluncur Ariane. (arianespace/CNN/k-ol/cih))

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Amalan, Halaqoh, Anti Hoax PKB Kab Tegal

Prancis Orbitkan Satelit Mata-Mata (Sumber Gambar : Nu Online)
Prancis Orbitkan Satelit Mata-Mata (Sumber Gambar : Nu Online)

Prancis Orbitkan Satelit Mata-Mata

Pesantren-pesantren Ini Buat Website dengan Domain ponpes.id

Bandung, PKB Kab Tegal. Pengelola Nama Domain Internet (Pandi) Indonesia memberikan domain ponpes.id kepada beberapa pesantren yang mengirimkan utusannya dalam kegiatan Workshop Membuat Website Pesantren di Kantor Iniximindo Jl Cipaganti No 95, Bandung Jawa Barat, Kamis-Jumat (5-6/3).

Pesantren yang mengikuti kegiatan ini diantaranya Pesantren Al-Mizan dengan alamat website almizan.ponpes.id, pesantren Al-Karimiyah (alkarimiyah.ponpes.id), Pesantren Al-Mukhtariyyah (almukhtariyyah.ponpes.id), dan beberapa pesantren lainnya.

Pesantren-pesantren Ini Buat Website dengan Domain ponpes.id (Sumber Gambar : Nu Online)
Pesantren-pesantren Ini Buat Website dengan Domain ponpes.id (Sumber Gambar : Nu Online)

Pesantren-pesantren Ini Buat Website dengan Domain ponpes.id

Ketua Pandi, Sigit Widodo mengatakan ponpes.id ini adalah domain pertama yang ada di dunia, Pandi yang mempunyai jargon bangga pakai .id ini memberikan domain kepada masing-masing pesantren dengan kapasitas 10 GB.

"Saya mengharapkan pertemuan kita tidak sampai di sini saja karena pesantren bapak-bapak semua akan menjadi proyek percontohan, ke depan akan diikuti oleh pesantren-pesantren lain di Indonesia," katanya dalam penutupan kegiatan.

PKB Kab Tegal

Sementara itu, Tito Taqiyudin yang mewakili Pesantren Al-Karimiyah Subang mengatakan, program ini sangat bagus karena tidak semua pesantren memiliki website sehingga pesantren menjadi silent majority di dunia maya.

"Ini bagus sekali, pesantren bisa mengikuti perkembangan zaman, ini sesuai dengan qaidah almuhafadzatul qadimus shalih walakhdu biljadidil ashlah, menjaga tradisi yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik," tukasnya. (Aiz Luthfi/Fathoni)

PKB Kab Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Hikmah PKB Kab Tegal

Selasa, 06 Maret 2018

Berdiri Ketika Mendengar Suara Adzan

Suara adzan menempati posisi istimewa dalam hati umat Islam. Bunyi yang dipantulkannya sangat berbeda dari suara-suara lainnya. Setiap orang memunyai ekspresi tersendiri ketika adzan dikumandangkan. Ada yang berdiri hingga adzan selesai. Orang yang tidur tiba-tiba langsung duduk ketika ? mendengar suara adzan. Orang yang sedang beraktivitas langsung berhenti dan terdiam sampai adzan selesai digemakan.

Ekspresi berdiri, duduk, dan lain-lain ini merupakan bentuk penghormatan seseorang akan suara adzan karena suara adzan terbilang sakral. Hal ini juga tidak hanya terjadi di zaman sekarang, sejak dulu masyarakat sudah terbiasa melakukan hal ini.

Berdiri Ketika Mendengar Suara Adzan (Sumber Gambar : Nu Online)
Berdiri Ketika Mendengar Suara Adzan (Sumber Gambar : Nu Online)

Berdiri Ketika Mendengar Suara Adzan

Namun apakah ekspresi semisal ini merupakan kewajiban, kesunahan, atau bagaimana? Terkait masalah ini al-Suyuthi dalam Hawi al-Fatawa menjelaskan:

PKB Kab Tegal

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?.

PKB Kab Tegal

Sebenarnya berita yang beredar tentang orang yang berdiri tidak boleh langsung duduk dan orang yang duduk harus tetap duduk ketika mendengar suara adzan, tidak ada landasan dalam hadits Nabi, baik hadits shahih maupun dhaif. Bahkan tidak seorang pun ulama fikih menyebutkan permasalahan ini. Maka orang yang mendengar suara adzan sementara ia dalam posisi berdiri diperbolehkan langsung duduk. Orang yang sedang duduk diperbolehkan untuk berbaring. Orang yang berbaring diperkenankan juga untuk tetap berbaring.

Pendapat as-Suyuthi ini paling tidak bisa dijadikan argumentasi bahwa berdiri ketika mendengar suara adzan bukanlah sebuah kewajiban. Begitu pula dengan orang yang duduk dan berbaring juga diperbolehkan melanjutkan posisinya, tanpa harus mengubah posisi ketika menyimak suara adzan.

Namun kita juga tidak boleh menyalahkan bila ada orang yang berdiri ketika mendengar suara adzan. Sebab bisa jadi itu bentuk dari penghormatannya dan ekpresinya. Wallahu a’lam. (Hengki Ferdiansyah)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal AlaSantri, PonPes PKB Kab Tegal

Remaja Masjid di Manado Siap Jadi Pelopor Benteng Kedaulatan dan Pemakmuran NKRI

Manado, PKB Kab Tegal. Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Sulawesi Utara Masri Soleman memberikan apresiasi kepada PBNU melalui Lembaga Takmir Mesjid (LTM) yang telah melaksanakan program Pelatihan Pemuda  Pelopor dengan memilih Sulawesi Utara sebagai salah satu tempat pelaksanaanya.

"Kegiatan ini akan menjadi ajang penanaman nilai-nilai Islam Nusantara, ini memang sangat penting untuk remaja masjid sesuai tema yang diusung," kata Masri Senin (4/12).

Kegiatan bertema Revitalisasi Peran dan Fungsi Masjid sebagai Benteng Kedaulatan dan Pemakmuran NKRI diadakan sebagai upaya menjaga dan menjadikan aktivitas masjid bebas dari aktivitas penyebaran fitnah, kebencian dan paham yang anti-Pancasila atau intoleran.

Remaja Masjid di Manado Siap Jadi Pelopor Benteng Kedaulatan dan Pemakmuran NKRI (Sumber Gambar : Nu Online)
Remaja Masjid di Manado Siap Jadi Pelopor Benteng Kedaulatan dan Pemakmuran NKRI (Sumber Gambar : Nu Online)

Remaja Masjid di Manado Siap Jadi Pelopor Benteng Kedaulatan dan Pemakmuran NKRI

"Peserta yang berasal dari berbagai Remaja Mesjid di manado, sangat antusias samapai-sampai kuota 50 orang yang di targetkan panitia menjadi sekitar 60 orang," katanya

Kegiatan diselenggarakan di 5 kabupaten/kota di Sulawesi Utara yaitu Manado, Bitung, Minahasa Utara, Minahasa Selatan, dan Bolaang Mongondow. (Timur/Kendi Setiawan)

PKB Kab Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Daerah, Pahlawan PKB Kab Tegal

PKB Kab Tegal

Antisipasi Bencana di Daerah Rawan, Kemensos Gandeng Banser NU

Surabaya, PKB Kab Tegal - Kementerian Sosial (Kemensos) melibatkan Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Nahdlatul Ulama (NU) sebagai sahabat Taruna Tanggap Bencana (Tagana). Kementerian ini mengukuhkan Banser ke dalam barisan Tagana, relawan khusus darurat bencana bentukan Kemensos di Waduk Kebraon, Kecamatan Karangpilang, Surabaya, Sabtu (16/7).

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menjelaskan, Banser digandeng karena di organisasi semi militer NU ini sudah terbentuk pasukan khusus penanganan bencana, yakni Banser Tanggap Bencana (Bagana).

Antisipasi Bencana di Daerah Rawan, Kemensos Gandeng Banser NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Antisipasi Bencana di Daerah Rawan, Kemensos Gandeng Banser NU (Sumber Gambar : Nu Online)

Antisipasi Bencana di Daerah Rawan, Kemensos Gandeng Banser NU

Karena itu, Kemensos merasa perlu memfasilitasi sumber daya itu untuk dilatih pengetahuan dan teknik penanganan bencana.

"Banser merupakan elemen strategis yang sudah lama ada di negeri ini. Setiap ada bencana Banser selalu ada ikut membantu. Kebetulan di Banser ada Bagana, kita fasilitasi dengan pelatihan, kita tambahi bimteknya," kata Khofifah.

PKB Kab Tegal

Menurut Khofifah, Indonesia merupakan negara yang rawan bencana. Tercatat ada 274 kabupaten/kota di negeri ini rawan dilanda bencana. Sebagian besar di antaranya berada di Jawa Timur.

PKB Kab Tegal

"Hari ini Bandara Abdul Rahman Saleh Malang ditutup karena semburan abu Gunung Bromo. Jatim juga pernah dilanda bencana gempa karena letusan Kelud. Hari ini di beberapa daerah di Jatim juga masih ada yang terkena banjir," tegas Khofifah.

Karena itu, kondisi ini sangat menuntut sensitivitas masyarakat untuk korban ketika bencana melanda suatu daerah. "Di sini pentingnya Tagana, Bagana, lembaga dan elemen masyarakat lain membantu warga terdampak bencana," ujarnya.

Sementara itu Kasatkornas Banser Alfa Isnaeni mengatakan bahwa Banser berdiri di semua daerah di negeri ini. Setiap Banser memiliki Bagana. "Banser sebetulnya sudah biasa turun membantu ketika terjadi bencana. Sekarang tinggal ilmunya saja yang perlu ditambahi," tuturnya. (Abdul Hady JM/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Anti Hoax, Nasional PKB Kab Tegal

Minggu, 04 Maret 2018

Soal Pemberitaan Terorisme, Media Massa Dinilai Masih Elitis

Jakarta, PKB Kab Tegal

Agus Sudibyo, Pengajar Komunikasi Massa di Akademi Televisi Universitas Indonesia (UI), mengungkapkan penyebab mengapa pihak korban jarang diberitakan dalam pemberitaan isu terorisme. Menurutnya, hal itu karena media massa lebih mempertimbangkan siapa yang diberitakan.

Soal Pemberitaan Terorisme, Media Massa Dinilai Masih Elitis (Sumber Gambar : Nu Online)
Soal Pemberitaan Terorisme, Media Massa Dinilai Masih Elitis (Sumber Gambar : Nu Online)

Soal Pemberitaan Terorisme, Media Massa Dinilai Masih Elitis

Di Indonesia, secara umum pemberitaan mengacu pada names make news (nama adalah berita). Apabila korban adalah orang awam, bukan tokoh ternama, artis, pejabat, atau pengamat, pemberitaan tidak menyebut atau mengutamakan sudut pandang tokoh yang diberitakan.

Agus menyampaikan ha tersebut saat menjadi pembicara dalam sesi “Realitas Media dalam Peliputan Terorisme” pada kursus singkat “Penguatan Perspektif Korban? dalam Peliputan Isu Terorisme bagi Insan Media” di Hotel Ibis Budget, Menteng Jakarta Pusat, Rabu (25/5) siang.

PKB Kab Tegal

Baca: Berita Terorisme dari Sudut Pandang Korban Masih Minim

PKB Kab Tegal

Menurut Agus, minimnya pendekatan sudut pandang korban dalam pemberitaan isu terorisme juga disebabkan karena beberapa permasalahan lain, yaitu elitisme dalam pemilihan isu, elitisme dalam pemilihan sumber berita, jurnalisme pernyataan (statemen), sehingga wartawan (dan media massa) melakukan konstruksi realitas elite, hingga timbul bias kelas menengah.

Terkait dengan elitisme dalam pemilihan sumber berita, Agus mengungkapkan, “Seharusnya media massa memberikan ruang bagi unordinary people untuk bicara. Apa nilai berita harus terkait dengan nama besar? Maka korban, tidak pernah bisa muncul atau sulit dapat ruang kecuali untuk berita human interest.”

Agus meneruskan elitisme dalam pemilihan isu sering terjadi misalnya dalam pemberitaan kasus korupsi yang diberitakan adalah yang melibatkan orang besar, atau angka korupsinya yang besar dan terjadi di pusat kekuasaan. Sangat mungkin kasus korupsi terjadi di semua lapisan masyarakat, walaupun angka korupsi itu kecil, jika dijumlahkan menimbulkan angka korupsi yang tinggi.

Sementara jurnalisme statemen dicontohkan dengan adanya pemberitaan yang hanya berisi pernyataan-pernyataan. “Media massa pun terpola dalam jurnalisme cangkem,” kata pria kelahiran Malang, Jawa Timur ini.

Agus mengaku tidak bermaksud menyalahkan pihak-pihak tertentu. Akan tetapi pola yang terjadi itu, tanpa disadari mengonstruksi pers menjadi realitas elite. Kalaupun masalah sembako dibicarakan, misalnya itu dari sudut pandang kaum elite. Dan inilah bentuk paradoks dari media.

Selanjutnya, sambung Agus, wartawan mengalami bias kelas. Dari sisi kesejahteraan wartawan di Indonesia masuk kelas menengah ke bawah. Sedangkan dari sisi intelektualitas wartawan adalah dari kelas menengah ke atas. Akibatnya, isu-isu yang disebarkan ke publik adalah isu kelas menengah ke atas.

Mengkritisi penyebutan korban dalam pemberitaan isu terorisme, Agus memaparkan korban yang dimaksud adakah korban atas aksi terorisme atau korban atas pemberitaan terorisme.

Disebutkan Agus, pemberitaan di media juga dapat menciptakan korban. Misalnya saat media massa televisi menampilkan istri atau anak dari pelaku terorisme. Istri atau anak pelaku terorisme itu kemudian dikucilkan dari masyarakat setelah penayangan.

Media massa harus sadar dan hati-hati betul apa dampak dari pemberitaan. Jangan sampai perlombaan media massa untuk menjadi yang pertama dalam pemberitaan, justru menimbulkan kekonyolan dan permasalahan baru, saran Agus. (Kendi Setiawan/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal IMNU PKB Kab Tegal

Tradisi Bermazhab di Masa Sahabat

Oleh Ahmad Nur Kholis



Dalam bidang pengambilan hukum agama, Nahdlatul Ulama sejak awal, bahkan sejak sebelum berdirinya telah memilih model pendekatan bermazhab. Di mana pemahaman terhadap agama Islam dilakukan dengan cara mengikuti apa yang telah dirumuskan para ulama terdahulu yang diyakini memiliki kemampuan untuk menggali sendiri hukum dari Al-Qur’an dan Hadits. Hal ini adalah dalam rangka menjaga pemahaman Islam relatif sama dengan apa yang dipahami para ulama salaf.

Tradisi Bermazhab di Masa Sahabat (Sumber Gambar : Nu Online)
Tradisi Bermazhab di Masa Sahabat (Sumber Gambar : Nu Online)

Tradisi Bermazhab di Masa Sahabat

Selain itu, pendekatan pemahaman semacam ini didasarkan pula pada realitas masyarakat Islam di masa para sahabat dan bahkan di masa Rasulullah sendiri.

PKB Kab Tegal

KH M Tholchah Hasan mengutip dari Al-Amidi memaparkan bahwa sejak zaman sahabat dan tabiin, orang-orang awam selalu bertanya masalah hukum agama (Islam) kepada ulama mujtahid waktu itu. Dan para ulama mujtahid tersebut memberikan jawaban (fatwa) kepada orang awam yang bertanya tanpa menyebutkan dalil-dalilnya yang dipakai dasar fatwanya. Ulama-ulama pada waktu itu tidak menentang cara yang demikian. Kenyataan ini dapat dipandang sebagai ijma’ (kesepakatan) mereka, bahwa orang awam boleh mengikuti fatwa ulama meskipun tidak mengetahui dalil-dalil yang dipakainya sebagai dasar fatwa tersebut.

Realitas kehidupan keagamaan umat Islam di Hijaz pada zaman sahabat juga menunjukkan adanya mazhab yang berbeda-beda. Cukup lama masyarakat Islam Hijaz mengikuti fatwa atau mazhab Ibnu’ Umar radliyallahu ‘anh, sebagaimana halnya masyarakat Islam Irak cukup lama mengikuti mazhab Ibnu Mas’ud.

PKB Kab Tegal

Demikianlah, alasan mengapa Ahlussunnah wal Jamaah memilih cara bermazhab sebagai pendekatan dalam memahami agama Islam. Pada saat ini, ada 4 (empat) Imam Mujtahid yang mazhabnya diikuti oleh mayoritas umat Islam (Sunni). Keempatnya adalah Imam Abu Hanifah an-Nu’man bin Tsabit (Kufah, 80 H - Baghdad 150 H); Imam Malik bin Anas bin Malik (Madinah, 93 H – 179 H); Imam Muhammad bin Idris As-Syafi’i (Ghazah, 150 H -Kairo, 204 H); dan Imam Ahmad bin Muhammad bin Hanbal (Baghdad, 163 H – 241 H).

Keempat mazhab tersebut dianggap yang lebih populer dan lebih mudah karena pendapat-pendapatnya terkodifikasikan dengan baik.

Di sisi lain, KH Achmad Shiddiq memaparkan bahwa dengan bermazhab bukan berarti telah mempertentangkan antara sistem ijtihad dan sistem taqlid melainkan lebih merupakan upaya memadukan keduanya dalam proporsi yang serasi. Masing-masing keduanya adalah sistem yang baik untuk digunakan oleh seorang Muslim dalam beragama. Hanya saja keduanya harus digunakan oleh orang yang tepat. Di satu sisi ijtihad terhadap Al-Qur’an dan Hadits sebagai sebuah upaya memahami Kalam Ilahi dan Sabda Nabi tidak bisa dilakukan oleh setiap orang. Di sisi lain seseorang tidak bisa malakukan taqlid kecuali mengacu pada pendapat seorang mujtahid.

KH Hasyim Asy’ari menyatakan bahwa Al-Qur’an dan Hadits sebagai pedoman beragama seorang Muslim adalah sebuah keniscayaan. Namun memahami kedua sumber hukum Islam tersebut tanpa meninjau pendapat ulama terdahulu adalah sebuah kelalaian. Hadratussyekh kemudian menyatakan memilih taqlid kepada salah satu Imam Mazhab yang empat (madzahib arba’ah) karena ia mengakui hanya menguasi sekitar 19 (sembilan belas) macam ilmu dari 22 (dua puluh dua) ilmu yang harus dikuasai seorang mujtahid.

Dengan menganalisis pemberian restu Rasulullah terhadap Sahabat Mu’adz bin Jabal untuk berijtihad, maka dapat diambil kesimpulan:

Pertama, bahwa yang berijtihad adalah seorang yang kemampuannya seperti Sahabat Mu’adz bin Jabal. Tidak semua orang seperti beliau. Kedua, perkara yang diijtihadi adalah hal-hal yang tidak ada nash-nya secara sharih dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ketiga, hasil ijtihad sahabat Mu’adz ditujukan untuk diikuti masyarakat Yaman. Karena dirinya diutus untuk mengajarkan Islam di sana. Dan bukannya untuk menjadikan masyarakat Yaman sebagai mujtahid semua apalagi dalam waktu singkat.

Dari ketiga hal diatas maka dapat dipastikan bahwa setidaknya untuk beberapa waktu lamanya, sahabat Mu’adz ada di Yaman, beliau menjadi mujtahid sedangkan masyarakatnya menjadi muallid.

Wallahu a’lam

Disarikan dari buku:

Ahlussunnah wal Jamaah dalam Tradisi dan Persepsi NU karya KH Muhammad Tolchah Hasan

Risalah Ahlussunnah wal Jamaah karya KH Muhammad Hasyim Asy’ari

Khittah Nahdliyah karya KH Achmad Shiddiq

NU, Tradisi, Relasi-relasi Kuasa, Pencarian Wacana Baru karya Martin van Bruinnessen

Penulis adalah warga NU, tinggal di Karangploso, Malang, Jawa Timur.



Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal RMI NU, Ulama, News PKB Kab Tegal

Jumat, 02 Maret 2018

Rais ‘Aam PBNU: Berjuanglah untuk Islam secara Konstitusional dan Demokratis

Cirebon, PKB Kab Tegal - Rais Aam PBNU KH Maruf Amin kembali menegaskan tanggung jawab ulama dalam himayatu daulah atau menjaga NKRI dari rongrongan kelompok radikal.

"Ulama bertanggung jawab menjaga umat dan melayani umat. Ulama juga bertanggung jawab dalam menjaga negeri ini. Karena ulama juga turut berperan dalam mendirikan NKRI, maka wajib hukumnya ulama menjaga keutuhan NKRI," kata Kiai Maruf dalam Halaqah Alim Ulama dan Kiai Pesantrem se Wilayah III Cirebon, Sabtu (6/5/2017) di Pondok Pesantren Gedongan, Cirebon.

Rais ‘Aam PBNU: Berjuanglah untuk Islam secara Konstitusional dan Demokratis (Sumber Gambar : Nu Online)
Rais ‘Aam PBNU: Berjuanglah untuk Islam secara Konstitusional dan Demokratis (Sumber Gambar : Nu Online)

Rais ‘Aam PBNU: Berjuanglah untuk Islam secara Konstitusional dan Demokratis

Ia juga mengungkapkan, saat ini, ada kelompok yang ingin memperjuangkan Islam, tanpa memperhatikan realitas kebangsaan dan memaksakan kehendak. Ada juga kelompok yang melakukan delegitimasi agama.

"Dua kubu ini sekarang menguat. NU yang cara berpikirnya moderat, harus bisa melunakkan, mengendalikan dua kubu ini. Kita harus mencegah gejala-gejala yang bisa menimbulkan konflik ini," tandasnya.

PKB Kab Tegal

Ia mengimbau agar para kiai lebih peka dalam mendidik umat dan memperjuangkan kemaslahatan umat Islam, ulama harus memperhatikan konstitusi, kebinekaan, dan toleransi. "Kita bukan tidak  berjuang untuk Islam, kita berjuang dengan cara konstitusional dan demokratis," imbuhnya.

PKB Kab Tegal

Pelayanan terhadap umat, kata Kiai Maruf, juga dilakukan dalam bentuk menjaga kerukunan umat. "Berikutnya kita perlu melakukan islahul umat dan khidmatul umat (perbaikan dan pengahbdian kepada umat). Kita melakukann perbaikan-perbaikan. Sekarang ini adalah momentum yang sangat baik. Baru-baru ini kita mengadakan kongres ekonomi umat. Kita gerakkan ekonomi umat. Mendorong umat untuk mandiri. Bila perlu berkonstribusi kepada bangsa," paparnya.

Hal senada diungkap Wakil Rais Aam PBNU KH Miftahul Akhyar. Khidmah kiai NU terhadap umat, menurutnya, telah dilakukan dalam bentuk pelayanan pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.

"Dalam kondisi situasi bangsa yang sedang mengalami pancaroba ini, kita perlu mengingat kembali manqobah dan uswah atau teladan yang diajarkan para ulama lampau. Saat ini kita harus mulai mengoreksi diri menjelang satu abad NU ini, apa yang  bisa kita sumbangkan untuk NU dan bangsa ini," ungkapnya.

Halaqah yang dihadiri ratusan ulama se Wilayah III Cirebon itu juga menghasilkan sejumlah usulan strategis untuk memaksimalkan sinergi gerakan Jamiyah Nahdlatul Ulama. (Malik Mughni/Mahbib)



Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Tegal, Amalan PKB Kab Tegal

Kamis, 01 Maret 2018

Siang-Malam Nahdliyin Semin Bangun Aula MWC NU

Gunung Kidul, PKB Kab Tegal. Diniatkan sebagai pahala untuk kedua orang tuanya, Supriyatno mewakafkan tanah untuk Majelis Wakil Cabang (MWC) NU Kecamatan Semin. Letaknya di Desa Semin, Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta.

"Tanah ini diwakafkan oleh beliau dengan tujuan tersebut. Dan untuk pengerjaan pembangunan, kami melakukan iuran atau sumbangan. Tenaga, uang, bahkan doa,” kata Pengurus MWC Semin Marhaban.

Siang-Malam Nahdliyin Semin Bangun Aula MWC NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Siang-Malam Nahdliyin Semin Bangun Aula MWC NU (Sumber Gambar : Nu Online)

Siang-Malam Nahdliyin Semin Bangun Aula MWC NU

Lanjut marhaban, Kurang lebih sudah dua minggu ini para pengurus dan jamaah nahdliyin Semin bergotong royong untuk membangun aula. Mereka bekerja pagi, siang, bahkan di malam hari. Mereka berkerja tak henti mengikuti waktu luangnya sendiri demi membantu untuk NU.

PKB Kab Tegal

"Sampai saat ini kita sudah mulai tahap dinding. Semoga aula MWC Semin ini bisa cepat selesai dan bisa di gunakan untuk kegiatan-kegiatan NU dan lain sebagainya," harap Marhaban. (Ahmad Syaefudin/Abdullah Alawi)

PKB Kab Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Humor Islam PKB Kab Tegal

Bagaimana Seharusnya Seorang Muslim Menggunakan Media Sosial?

Jakarta, PKB Kab Tegal. Ketua Pokja Cyber MUI Thobib Al-Asyhar mengatakan, media sosial memiliki efek positif tapi juga ada dampak negatifnya, tergantung siapa dan digunakan untuk apa. Lalu bagaimana seharusnya seorang Muslim menggunakan media sosial? Thobib menyebutkan, seorang Muslim harus memperhatikan empat hal ketika bermedia sosial. 

“Pertama, membangun kesadaran siapa sesungguhnya kita. Kalau kita tahu siapa kita, maka kita tidak akan sembarangan membuat status dan komen,” kata Thobib di Jakarta, Kamis (14/12).

Bagaimana Seharusnya Seorang Muslim Menggunakan Media Sosial? (Sumber Gambar : Nu Online)
Bagaimana Seharusnya Seorang Muslim Menggunakan Media Sosial? (Sumber Gambar : Nu Online)

Bagaimana Seharusnya Seorang Muslim Menggunakan Media Sosial?

Kedua, memahami dosa yang tidak terbatas. Apabila informasi yang disebarkan di media sosial itu tidak benar dan hoaks, maka orang yang menyebarkannya tersebut akan menanggung dosa atas informasi yang tersebar luas tersebut. Bagi Alumni Pesantren Futihiyyah Demak itu, seorang Muslim harus lebih hati-hati dalam bermedia sosial dan menyebarkan informasi.  

“Jika ingin mengorfimasi berita, tanyakan ke orang yang bersangkutan langsung,” tegasnya.

Ketiga, memahami bahwa setiap pikiran dan kata adalah kekuatan. Orang yang memiliki pikiran yang positif, maka hidupnya akan tenang. Begitupun dalam bermedia sosial, seorang Muslim harus menulis status yang positif dan bermanfaat kepada orang lain. 

“Jangan hanya curhat dan mengeluh di media sosial,” kata Dosen di Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia itu.  

PKB Kab Tegal

Keempat, mematuhi adab komunikasi dan menyebarkan berita. Seorang Muslim harus menggunakan adab dan akhlak yang mulia dalam bermedia sosial. (Muchlishon Rochmat)

PKB Kab Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Halaqoh PKB Kab Tegal