Selasa, 21 Maret 2017

Melacak Jejak Profesor Integratif

Judul Buku : KH Moh. Tolchah Mansoer: Biografi Profesor NU yang Terlupakan

Penulis : Caswiyono Rusydie Cakrawangsa, Zainul Arifin, Fahsin M. Fa’al

Pengantar : Prof Dr KH Moh. Tholhah Hasan & HM. Fajrul Falakh SH MA MSc

Epilog : Idy Muzayyad MSi

Melacak Jejak Profesor Integratif (Sumber Gambar : Nu Online)
Melacak Jejak Profesor Integratif (Sumber Gambar : Nu Online)

Melacak Jejak Profesor Integratif

Penerbit : Pustaka Pesantren, Yogyakarta

Cetakan : I, Juni 2009 & II, Oktober 2009

Tebal : xxxvi + 290 Halaman

PKB Kab Tegal

Peresensi : Abdul Halim Fathani Yahya*


PKB Kab Tegal

Dibandingkan dengan tokoh-tokoh NU lainnya, nama Moh. Tolchah Mansoer barangkali tidak terlalu populer di mata masyarakat umum. Memang, beliau pernah menjadi pimpinan puncak dalam organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU). Namun, faktanya tidak banyak literatur yang mendokumentasikan sepak terjang dalam kehidupannya. Ketidakhadirannya dalam berbagai literatur, bukan berarti sosok ini tidak memiliki arti penting dalam sejarah perkembangan bangsa Indonesia, khususnya bagi organisasi keagamaan Nahdlatul Ulama’. Orang NU yang tercatat sebagai doktor hukum Tata Negara pertama dari Universitas Gadjah Mada ini telah banyak menelorkan karya-karya penting yang hingga kini menjadi rujukan utama dalam kajian dan pengembangan hukum ketatanegaraan di Indonesia.

Julukan sosok integratif (baca: ilmuwan sekaligus kiai) tampaknya sangat tepat untuk dilekatkan kepada Prof KH Tolchah Mansoer. Ia merupakan salah satu contoh “orang NU” yang “sukses”. KH Tolchah merupakan founding fathers terpenting dalam organisasi IPNU. Ia merupakan pelopor, pendiri, dan penggerak pada masa awal berdirinya. IPNU dicita-citakan olehnya menjadi wadah bagi pelajar umum dan pelajar pesantren. (hlm. 261). Selain ahli di bidang hukum tata negara, kealiman di bidang pengamalan ajaran Islam tidak dapat dipungkiri. Ia banyak menulis buku ketatanegaraan dan banyak menerjemahkan buku-buku agama dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia. Tolchah Mansoer merupakan figur menarik dan penting dalam sejarah NU, sejak muda hingga masa tuanya. Ia merupakan aset berharga yang telah berjasa banyak dalam peletakan dasar-dasar gerakan dan kaderisasi NU hingga pembaharuan pemikiran dan arah organisasi NU.

Ada beberapa hal yang mendasari untuk “mendokumentasikan” lika-liku perjalanan hidup seorang ulama’ sekaligus ilmuwan, Prof Dr KH Moh. Tolchah Mansoer SH. Dalam pengantarnya, redaksi LKiS mengurai beberapa alasan dalam penerbitan buku ini.

Pertama, perjalanan hidupnya yang penuh perjuangan, kegigihan, ketulusan, dan kerja keras setidaknya dapat menjadi inspirasi bagi generasi zaman sekarang.

Kedua, jika ungkapan “Orang besar dapat mati saat hidupnya; namun ia bangkit dan justru hidup abadi setelah kematiannya” dapat dibenarkan. Semasa hidupnya, karena keteguhannya mempertahankan prinsip; karena suara lantangnya mengatakan kebenaran dan melontarkan kritik, ia sempat dikucilkan oleh penguasa. Namun, setelah sang penguasa tumbang, harum namanya kian semerbak: ide-ide jeniusnya tentang hukum tata negara pun diadopsi dan diterapkan pasca reformasi (50 tahun setelah ia berpulang).

Ketiga, Tolchah adalah pakar hukum tata negara terkemuka pada masanya, sekaligus seorang kiai mumpuni yang berwibawa. Keempat, hasrat umat Islam untuk menjadikan Indonesia sebagai negara Islam dapat dikatakan sebagai ‘hasrat laten’.

Terlepas ada tidaknya pihak-pihak tak bertanggung jawab yang menunggangi mereka, sejarah telah membuktikan adanya usaha beberapa pihak untuk mewujudkan hasrat tersebut. Di era kontemporer ini, penghapusan tujuh kata dari Piagam Jakarta beberapa kali juga diangkat kembali menjadi isu yang hangat. Jika kita ‘membaca’ Tolchah, sang pakar hukum tata negara yang kiai ini, tentu hasrat semacam itu menjadi patut untuk disayangkan.(hlm. vii)

Hadirnya buku ini tentu menjadi sangat penting. Sebagaimana penuturan Idy Muzayyad dalam epilognya, ada dua hal yang sangat berseberangan berkaitan dengan lahirnya buku yang merekam jejak petualangan Profesor Tolchah. Pertama, ada rasa bangga, karena dengan buku ini, generasi muda (khususnya IPNU) mengetahui bahwa dalam sejarah awal organisasi pelajar ini terdapat seorang tokoh yang patut dibanggakan. Di sisi lain, dengan membaca buku ini kita juga patut merasa malu, karena sebagai pewarisnya kita belum mampu sepenuhnya meniru prestasi yang telah ditorehkan beliau. (hlm.259-260).

Melalui buku ini, pembaca akan diajak untuk menelusuri masa lalu kehidupan KH Tolchah yang penuh dengan keteladanan, pengalaman, dan cita-cita besar. Banyak hal yang tentunya patut dijadikan sebagai rujukan dalam mengarungi medan perjuangan yang dihadapi saat ini. Dengan terbitnya buku ini, seseorang bukan hanya dapat ‘membaca’ Tolchah secara lebih komprehensif, melainkan juga membaca dirinya sendiri. Sebab, membaca perjalanan hidupnya berarti memetik inspirasi; membaca sepak terjangnya bermakna menuai spirit; dan membaca percik pemikirannya adalah mencerahkan. Lebih dari itu semua, buku ini adalah sebuah usaha melawan alpa: sebuah upaya untuk tidak sekali-sekali melupakan sejarah!



* Alumnus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, sedang Menempuh Program Magister di Universitas Negeri Malang
Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Pesantren, Kiai, Lomba PKB Kab Tegal

Ikuti Walisongo, Muslim Banten Kuat Lurus dan Toleran

Serang, PKB Kab Tegal. Sebagai salah satu basis Islam yang memiliki sejarah panjang masa kejayaan Islam di Nusantara, Propinsi Banten dihuni oleh masyarakat muslim yang agamis. Masyarakat Banten juga terkenal memiliki budaya keislaman yang kuat.

Demikian dinyatakan tokoh adat banten H Embay Mulya Syarief dalam acara Dialog Pengembangan Wawasan Multikultural antara Pemuka Agama Pusat dan Daerah di Serang, Rabu (11/9). Menurut Embay, selain kuat, masyarakat Muslim Banten juga dikenal sebagai masyarakat yang berbudaya Islam lurus dan toleran.

Ikuti Walisongo, Muslim Banten Kuat Lurus dan Toleran (Sumber Gambar : Nu Online)
Ikuti Walisongo, Muslim Banten Kuat Lurus dan Toleran (Sumber Gambar : Nu Online)

Ikuti Walisongo, Muslim Banten Kuat Lurus dan Toleran

"Budaya Muslim banten lurus dan toleran karena mewarisi ciri dakwah Walisongo yang sangat toleran dengan budaya dan adat istiadat masyarakat setempat. Masyarakat Muslim Banten juga sangat kuat beragama karena mewarisi tradisi Kesultanan Islam Banten," tutur Embay.

PKB Kab Tegal

Lebih lanjut Embay menjelaskan, di Banten misalnya, masyarakat sejak dulu tidak suka menyembelih hewan sapi. Untuk perayaan Idul Adha, Muslim Banten lebih suka menyembelih kerbau daripada sapi.

Hal ini adalah sebentuk toleransi masyarakat Muslim Banten kepada umat Hindu zaman dahulu yang menganggap sapi sebagai dewa. Jadi Muslim Banten tetap menghormati kepercayaan Hindu meskipun sudah berkuasa dan memiliki kerajaan yang kuat, terang Embay.

PKB Kab Tegal

Hal lain yang menjadi bukti toleransi dan akulturasi budaya di Banten adalah gapura-gapura pintu masuk milik warga dan pemerintah Banten yang bentuknya sangat mirip dengan candi Bentar. Bentuk gapura model Banten menunjukkan bahwa akulturasi budaya dari zaman sebelumnya menuju zaman Islam berlangsung dengan damai dan tanpa kekerasan.

"Contoh lain adalah adanya toleransi yang sangat indah di masyarakat Baduy di Banten Selatan yang hingga kini terus lestari dan dilindungi keberadaan dan eksistensinya hingga sekarang. Ini adalah bentuk dakwah Islam di Banten yang sangat toleran menghargai budaya dan keyakinan masyarakat beragama lain," tandas Embay. 

(Syaifullah Amin/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Quote PKB Kab Tegal

Senin, 20 Maret 2017

IPPNU Garut Kerahkan Relawan di Lokasi Bencana Banjir

Garut, PKB Kab Tegal - Seluruh elemen warga Garut tengah ditimpa keprihatinan atas bencana banjir yang menerjang kawasan Garut Kota pada Selasa (20/9) malam. Berbagai bantuan berdatangan dari kelompok-kelompok masyarakat yang dikumpulkan dicberbagai posko bantuan. Para aktivis IPPNU Garut juga turut serta menggalang bantuan.

Tim relawan IPPNU bersama badan otonom NU lainnya membuat posko bantuan di SMK Ma’arif Garut.

IPPNU Garut Kerahkan Relawan di Lokasi Bencana Banjir (Sumber Gambar : Nu Online)
IPPNU Garut Kerahkan Relawan di Lokasi Bencana Banjir (Sumber Gambar : Nu Online)

IPPNU Garut Kerahkan Relawan di Lokasi Bencana Banjir

Ketua IPPNU Lilis Sa’adah mengungkapkan duka citanya atas bencana yang menenggelamkan ratusan rumah ini. Lilis berharap warga Garut senantiasa membantu korban banjir dalam bentuk apapun dan terus mendo’akan agar kondisi korban bisa lebih baik.

Menurutnya, bencana ini patut menjadi pelajaran tidak hanya bagi warga Garut. Semua masyarakat harus lebih memerhatikan kondisi lingkungan sekecil apapun, khususnya bagi pelajar sebagai generasi penerus dalam menjaga lingkungan.

PKB Kab Tegal

“Warga Garut, khususnya pelajar sebagai kawula muda harus lebih dini menyadari kondisi dan dampak lingkungan sekecil apapun itu, seperti halnya disiplin menerapkan buang sampah pada tempatnya,” tutur perempuan yang pernah menjuarai debat se-Priangan Timur ini.

PKB Kab Tegal

Selain menggalang bantuan bagi korban banjir, IPPNU Garut juga turun langung melakukan survei ke lapangan. Hal ini semakin mendorong IPPNU untuk lebih gigih mengalang bantuan dana. Saat ini pun pihaknya masih menunggu bantuan dari pimpinan pusat? dan pimpinan wilayah IPPNU Jabar.

“Kami masih menunggu bantuan dari IPPNU pusat dan wilayah, dari Pimpinan Wilayah sendiri berencana akan memberikan bantuan pada saat menghadiri acara pelantikan IPNU-IPPNU Garut 25 September mendatang,” pungkas Lilis. (Rohmah Nashruddin/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal AlaNu, Nasional, Olahraga PKB Kab Tegal

Minggu, 19 Maret 2017

Di Bali, Warga NU Cukup Banyak

Denpasar, PKB Kab Tegal. Dari 4 juta lebih penduduk Bali, umat Hindu merupakan jumlah terbanyak yang mencapai kurang lebih 90%. Disusul kemudian umat Islam  7% dan sisanya 3%.

Menurut Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Provinsi Bali H Mulyono Setiawan, sekitar 80% dari jumlah umat Islam ini adalah warga NU.

Di Bali, Warga NU Cukup Banyak (Sumber Gambar : Nu Online)
Di Bali, Warga NU Cukup Banyak (Sumber Gambar : Nu Online)

Di Bali, Warga NU Cukup Banyak

Populasi muslim terbesar terletak di Kabupaten Jembrana, Bali. Di banding daerah-daerah lain, masjid, madrasah dan pesantren lebih banyak dijumpai di ujung barat Pulau Dewata ini. Data RMI PCNU Jembrana mencatat sedikitnya 29 pesantren berbasis Nahdliyin aktif di kabupaten ini, antara lain Pesantren Miftahul Hikmah, Pesantren Manba’ul Ulum, Pondok Syamsul Huda, dan Pesantren Al-Bafaqihiyah.

“Ada juga, Sekolah Tinggi Islam Jembrana (STIJ) yang bernaung di bawah Lembaga Pendidikan Ma’arif NU,” ujar Setiawan kepada PKB Kab Tegal, Selasa (10/7), di Kantor PWNU Bali, Denpasar, Bali. Puluhan pesantren juga tersebar di kabupaten-kabupaten lain, seperti Buleleng, Tabanan, Karangasem, dan Gianyar.

PKB Kab Tegal

Ditambahkan, kultur NU di Bali sudah melekat di tengah kehidupan masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan simbol-simbol yang tampak tatkala umat Islam menyelenggarakan ritual keseharian.

Pria yang akrab disapa Pak Wawan ini menyatakan, selama ini NU di Bali sanggup hidup rukun dengan sesama. Dalam kegiatan-kegiatan tertentu, NU bahkan melibatkan para Pecalang, semacam petugas keamanan tradisional Bali yang biasa membantu dan mengamankan acara ritual umat Hindu di Bali.

PKB Kab Tegal

“Hubungan kita baik-baik saja karena kita memberi pemahaman sama warga NU tentang hablum minanas (hubungan sesama manusia),” tandasnya.

Penulis: Mahbib Khoiron

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Pertandingan, Sholawat PKB Kab Tegal

Rabu, 15 Maret 2017

Semangatnya Bapak dan Anak Ini Ikuti Pembaretan Banser

Pringsewu, PKB Kab Tegal. Kekompakan bapak dan anak ini patut diacungi jempol. Kecintaan kepada NU dan semangat tinggi berorganisasilah yang menjadikan Sulaiman dan puteranya, Yovi ikut bergabung di Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Kabupaten Pringsewu, Lampung.

Semangatnya Bapak dan Anak Ini Ikuti Pembaretan Banser (Sumber Gambar : Nu Online)
Semangatnya Bapak dan Anak Ini Ikuti Pembaretan Banser (Sumber Gambar : Nu Online)

Semangatnya Bapak dan Anak Ini Ikuti Pembaretan Banser

Kekompakan mereka terlihat saat keduanya bersama-sama ikut prosesi pembaretan yang dilaksanakan Satkorcab Banser Pringsewu.

Umur yang sudah tidak muda lagi tidak menghalangi Sulaiman untuk ikut prosesi pembaretan yang membutuhkan kekuatan fisik dan mental ini. "Saya ingin berkhidmah di NU melalui Banser," kata pria yang akrab dipanggil Leman ini saat dihubungi PKB Kab Tegal, Selasa (10/10).

Ketika ditanya motivasi ikut pembaretan, Leman menjelaskan bahwa Ia ingin memberikan contoh kepada generasi muda untuk memiliki jiwa dan fisik yang tangguh dan digunakan untuk berkhidmah di NU. 

PKB Kab Tegal

"Kulo pengin nyukani wawasan kangge rencang-rencang (saya ingin memberikan wawasan untuk teman-teman)," katanya polos menggunakan bahasa jawa.

Semangat Leman ini ternyata sudah ia wariskan kepada putranya Yovi. Saat Prosesi Pembaretan mereka tidak canggung bersama-sama melewati test fisik dan mental. "Saya dari kecil pingin jadi TNI. Untuk menyalurkannya saya ikut Banser," kata Yovi yang memang suka berorganisasi ini.

Yovi menambahkan bahwa kekompakan Ia dengan Bapaknya di Banser memang sudah terjalin saat Ia mengikuti Diklatsar Banser angkatan III. "Saya ikut Diklatsar angkatan III dan Bapak ikut Diklatsar angkatan IV. Untuk pembaretannya kita kompak bersama-sama," katanya.

Pembaretan yang dilaksanakan di Gedung NU pada pada Ahad (8/10) lalu memang berbeda dari yang lain. Selain terlihat Bapak dan anak ikut pembaretan bersama, kegiatan tersebut juga diikuti oleh 20 pemudi Fatayat Serbaguna atau Fatser. Setelah melalui test fisik lintas alam, para peserta akhirnya mampu mendapatkan baret yang mereka impi-impikan

PKB Kab Tegal

Proses pemasangan baretpun sangat khidmah dan berkesan. Satu Persatu, 92 Anggota Banser dan Fatser merengkuh dan mencium Bendera Merah Putih dan Bendera NU. Aura khidmah semakin terasa saat hujan deras mengiringi prosesi pembaretan tersebut. 

Tenaga yang terforsir seharian setelah melakukan jelajah alam tidak mereka hiraukan. Yang ada hanya kecintaan terhadap NKRI dan Nahdlatul Ulama. (Muhammad Faizin/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Amalan, Santri, Tokoh PKB Kab Tegal

Pertama di Sumut, Aswaja Center Nias Diresmikan

Nias, PKB Kab Tegal



Pengurus Aswaja Nahdlatul Ulama (NU) Center Kepulauan Nias resmi dikukuhkan oleh Direktur Aswaja NU Center Pusat KH Misbahul Munir di Pondok Pesantren (Ponpes) Umi Kalsum Nias, (24/04). Sejumlah tokoh dan ulama termasuk Sekretaris Tanfidziyah PCNU Kab. Nias Selatan Dedi Rahmin Tanjung menghadiri acara tersebut.?

Pertama di Sumut, Aswaja Center Nias Diresmikan (Sumber Gambar : Nu Online)
Pertama di Sumut, Aswaja Center Nias Diresmikan (Sumber Gambar : Nu Online)

Pertama di Sumut, Aswaja Center Nias Diresmikan

Direktur Aswaja NU Center Pusat KH Misbahul Munir mengatakan, keberadaan aswaja NU Center ini tidaklah bagian struktural di organisasi NU baik lembaga, lajnah atau banom. akan tetapi Aswaja NU Center ini adalah suatu komunitas yang bergerak dalam bidang penguatan amaliyah Ahlusunnah wal Jamaah An Nahdliyah," katanya.

Menurut Misbahul Munir, Aswaja NU Center dibentuk karena belakangan ini mulai banyak mendapat serangan dari kelompok-kelompok beraliran keras. "Banyak paham yang aneh dan masuk ke kampung-kampung. Sesuai amanat dan rekomendasi muktamar NU di Makassar, kita harus meneguhkan aqidah aswaja dan membentengi diri dari firqah-firqah lain melalui lima program," katanya.

Dijelaskan, kelima program itu adalah program Kajian Islam Aswaja (Kiswah), Usaha Sosialisasi Aswaja (Uswah), Dauroh Kader Aswaja (dakwah), Bimbingan Aswaja (Biswah), dan Maktabah Aswaja (Makwah). "Mudah-mudahan Aswaja NU Center Kepulauan Nias bisa melaksanakan program-programnya dengan dukungan penuh para ulama dan ustadz di Kepulauan Nias, termasuk, menjadi benteng bagi NU dari paham yang lain," harapnya dan diamini oleh semua yang hadir.

PKB Kab Tegal

Lebih lanjut Misbahul Munir mengatakan bahwa untuk Sumatera Utara hanya kepulauan Nias inilah yang telah berdiri dan dikukuhkan Aswaja NU Center.

Sementara itu, Direktur Aswaja NU Center Kepulauan Nias Abdul Majid Caniago mengatakan, dalam pengukuhan pengurus Aswaja NU Center ini pihaknya juga menggelar pendidikan dan pelatihan (diklat). Itu dilakukan, agar para kader NU bisa memahami dan mandalami ajaran Ahlussunnah wal Jamaah.?

"Dauroh ini telah dilaksanakan dan terus dilaksanakan setiap sekali seminggu dengan memaksimalkan potensi ulama Aswaja di Nias seperti Ustadz Kamal Pasha, Ustadz Abdul Hadi, Ustadz Abdul Malik dan Akmal Nas Hulu dengan peserta adalah warga Nahdlyin di Nias yang notabene juga anggota Aswaja NU Center Kepulauan Nias. Semoga peserta bisa mengaplikasikan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari," pungkasnya.

PKB Kab Tegal

Pengukuhan diawali dengan pembacaan ayat suci Al Quran, menyanyikan lagu Indonesia Raya yang dilanjutkan dengan Shalawat. pada kesempatan tersebut di buka ruang tanya jawab dengan Direktur Aswaja NU Center Pusat. Red: Mukafi Niam

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Sejarah, Hadits, Ulama PKB Kab Tegal

Selasa, 14 Maret 2017

Lazisnu Jatim Bukber dengan Anak Yatim di Blitar

Blitar, PKB Kab Tegal - Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) Provinsi Jawa Timur? menggelar buka puasa bersama 100 anak anak yatim di Kampung Coklat, Kademangan, Kabupaten Blitar, Kamis (23/6). Pihak Lazisnu menyalurkan santunan kepada anak yatim.

Tampak hadir Ketua Lazisnu Jatim Dr Nur Shodiq Iskandar beserta seluruh Ketua Lazisnu Kabupaten dan Kota se-Jawa Timur. Jajaran pengurus PCNU Kabupaten Blitar seperti KH Masdain Rifai dan puluhan tamu undangan lainnya.

Lazisnu Jatim Bukber dengan Anak Yatim di Blitar (Sumber Gambar : Nu Online)
Lazisnu Jatim Bukber dengan Anak Yatim di Blitar (Sumber Gambar : Nu Online)

Lazisnu Jatim Bukber dengan Anak Yatim di Blitar

Nur Shodiq Iskandar menyampaikan, kegiatan buka puasa bersama dan pemberian santunan kepada anak yatim merupakan bagian kegiatan yang dilakukan Lazisnu Jatim,menyusul kegiatan lainnya.

PKB Kab Tegal

Menurutnya, seorang muslim yang memiliki kemampuan berupa materi harta diwajibkan untuk membantu sesama muslim yang tidak mampu melalui perantara zakat. Baik itu zakat dalam rangka membersihkan harta (zakat mal) atau zakat yang bertujuan untuk membersihkan jiwa setelah menunaikan ibadah puasa Ramadhan (zakat fithrah).

“Selain memenuhi perintah? Allah SWT dan Rasulullah SAW, zakat berfungsi tersendiri dalam mengurangi angka kemiskinan manusia, khususnya di kalangan muslimin.” katanya.

PKB Kab Tegal

Zakat bisa membuka pintu kasih sayang Tuhan lantaran doanya orang fakir miskin. Sebab seorang fakir miskin ketika berdoa meminta belas kasih kepada Allah SWT? dengan lisan maqal atau lisan hal dengan tadharru, maka terketuklah pintu kasih sayang Tuhan kepadanya dan mengabulkan doanya.

“Doa seorang fakir miskin tersebut akan terwujud pada kemaslahatan para aghniya (orang-orang kaya) yang telah me-tasharruf-kan hartanya untuk zakat. Sehingga pertolongan dan ridlo Allah dilimpahkan kepadanya, yang pada akhirnya memberikan tambahan keberkahan kepada harta dan kehidupannya,” katanya.

Sementara itu wajah-wajah ceria tampak di raut wajah semua anak-anak yatim yang hadir. Karena mereka mendapat bingkisan dari panitia satu per satu. “Alhamdulillah anak-anak tampak ceria,” kata Ketua Lazisnu Blitar Drs Ahmad Muzaki. (Imam Kusnin Ahmad/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Pesantren, Nahdlatul Ulama, Syariah PKB Kab Tegal