Kamis, 30 Januari 2014

Pelajar NU Pangenan Bentuk Komisariat di Pesantren Gedongan

Cirebon, PKB Kab Tegal - Pengurus harian Pimpinan Anak Cabang (PAC) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kecamatan Pangenan Kabupaten Cirebon terus berupaya melebarkan organisasi di sekolah dan pesantren. Mereka membentuk komisariat di MTs dan MA Manbaul Hikmah dan SMP, SMK, dan MA As-Shighor Pondok Pesantren Gedongan, Pangenan, Cirebon, Sabtu (11/2).

IPNU dan IPPNU yang berbasis pesantren dinilai cocok untuk membentuk komisariat di sekolah tersebut. Terbentuknya komisariat di sekolah itu diharapkan mampu merangkul sekolah-sekolah yang berada dalam naungan pesantren.

Pelajar NU Pangenan Bentuk Komisariat di Pesantren Gedongan (Sumber Gambar : Nu Online)
Pelajar NU Pangenan Bentuk Komisariat di Pesantren Gedongan (Sumber Gambar : Nu Online)

Pelajar NU Pangenan Bentuk Komisariat di Pesantren Gedongan

Pengasuh Pesantren Gedongan KH Mamad Sugiarto berharap, siswa dan siswi sekolah itu dapat aktif dan menjadi anggota IPNU dan IPPNU yang loyal, massif, dan progresif. Dia mengatakan, sudah banyak sekali kader IPNU dan IPPNU di Kabupaten Cirebon yang menjadi tokoh penting.

PKB Kab Tegal

Ketua IPNU Kabupaten Cirebon Muhammad Mumin melalui Wakil Ketua Kaderisasi Hamdan Tsani Tyo mengatakan, IPNU dan IPPNU dinaungi berkah ulama sehingga siapapun yang ikhlas berkhidmat di IPNU dan IPPNU niscaya akan menjadi seorang tokoh dan mendapat keberkahan.

Menurut Ketua IPPNU Kabupaten Cirebon Nurjannah, pembentukan komisariat-komisariat di sekolah bertujuan untuk regenerasi tunas NU dan keberlanjutan roda pergerakan di organisasi NU ke depannya. Untuk itu, Nurjannah bertekad membentuk sedini mungkin komisariat di setiap sekolah demi keberlanjutan organisasi NU ke depannya.

“Proses regenerasi pimpinan NU dimulai dari sekolah-sekolah. Kalau kami berhenti melakukan pengkaderan, maka proses regenerasi pemimpin NU akan terputus,” ujarnya.

PKB Kab Tegal

Namun, untuk membentuk komisariat IPNU dan IPPNU di sekolah, menurutnya, butuh perjuangan keras. Hal itu dikarenakan ada sebagian pelajar yang masih belum mengerti dan tidak memahami apa dan bagaimana IPNU dan IPPNU. Namun, pihaknya berjanji untuk terus melakukan sosialisasi mengenai organisasi pelajar NU itu.

“Apapun yang terjadi kami akan terus membentuk komisariat IPNU-IPPNU di sekolah-sekolah,” pungkasnya. (M Syakir Niamillah/Alhafiz K)Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Hikmah, Ulama PKB Kab Tegal

Selasa, 14 Januari 2014

NU Demak Terima Wakaf Tanah dan Masjid

Demak, PKB Kab Tegal. Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama kabupaten Demak Ahad (27/1) menerima pemberian wakaf sebidang tanah dan sebuah bangunan masjid dari H Muslih seorang warga NU asal kampung Krajan desa Jogoloyo Wonosalam Demak.

Dengan diterimanya tanah wakaf dan bangunan tersebut aset NU Cabang Demak bertambah.

NU Demak Terima Wakaf Tanah dan Masjid (Sumber Gambar : Nu Online)
NU Demak Terima Wakaf Tanah dan Masjid (Sumber Gambar : Nu Online)

NU Demak Terima Wakaf Tanah dan Masjid

Rais syuriyah NU Demak KH Alawi Mas’udi saat meresmikan masjid dengan nama Baitul Muhsinin an Nahdliyah tersebut mengungkapkan tanah dan masjid yang telah diterima oleh NU sudah diproses secara administratif dengan pihak terkait baik di Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan Kantor Kementrian Agama.

PKB Kab Tegal

“Beberapa hari yang lalu pak Haji Muslih mendatangi kami dan berkonsultasi agar NU mau menerima wakaf tanah dan bangunan masjid, setelah ada kesepakatan maka NU menerima wakaf beliau dan langsung kita urus sertifikat wakafnya, maka dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim masjid ini saya beri nama Baitul Muhsinin an Nahdliyah” ungkap kiai Alawi

PKB Kab Tegal

Lebih lanjut kiai Alawi mengatakan tanah dan masjid milik NU tersebut yang sudah diresmikan dalam pengelolaannya diserahkan kepada NU ranting Jogolyo yang mewakilkan pada kiai setempat dan tidak diperbolehkan untuk jum’atan karena ghoiru jami’ (bukan masjid jami’) dalam kelanjutannya diharapkan bisa untuk pusat kegiatan NU selain di kantor cabang,

“Perlu diingat bahwa masjid ini tidak jami’ maka Jum’atannya dimasjid yang lama, pengelolaannya saya serahkan pada NU ranting, karena jangka panjangnya nanti kegiatan NU seperti bahtsul masa’il selain di kantor cabang nanti bisa di masjid ini,” tegas Kiai Alawi.

Sedangkan H Muslih mengharapkan dengan memberikan pada NU wakafnya bisa dimanfaatkan oleh umat dengan sebaik baiknya dikarenakan dia percaya dengan para kiai dan pemimpin NU di Kabupaten Demak,

“Saya warga NU makanya wakaf saya berikan pada NU melalui kiai Alawi, semoga bisa bermanfaat untuk umat,” harap H Muslih.

Berdasarkan informasi yang dihimpun PKB Kab Tegal bahwasannya tanah dan bangunan tersebut berdasarkan jerih payahnya sendiri tanpa melibatkan warga sekitar termasuk saat membangun masjid, murni dikerjakan oleh tukang dan tenaga bayaran tanpa bantuan warga sekitar.

Redaktur     : Mukafi Niam

Kontributor : A.Shiddiq Sugiarto

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Cerita, Budaya PKB Kab Tegal

Sabtu, 11 Januari 2014

Rebut NU Award Jatim, Bupati Apresisasi Kemenangan PCNU Blitar

Blitar, PKB Kab Tegal - Bupati Blitar Drs H Rijanto MM mengapresiasi terpilihnya Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Blitar sebagai? pemenang? NU Award PWNU Jatim 2016. Menurutnya, prestasi ini tidak hanya keberhasilan warga NU Blitar, tetapi juga keberhasilan masyarakat Blitar secara umum.

Alhamdulillah, kami ucapkan selamat kepada PCNU yang berhasil terpilih sebagai pemenang NU Award tahun ini,” kata Rijanto saat memberikan sambutan pada acara buka bersama bersama tokoh agama dan masyarakat se-Kabupaten Blitar di pendapa Kabupaten, Rabu (29/6).

Rebut NU Award Jatim, Bupati Apresisasi Kemenangan PCNU Blitar (Sumber Gambar : Nu Online)
Rebut NU Award Jatim, Bupati Apresisasi Kemenangan PCNU Blitar (Sumber Gambar : Nu Online)

Rebut NU Award Jatim, Bupati Apresisasi Kemenangan PCNU Blitar

Keberhasilan tentunya harus menjadi motivasi NU Blitar untuk meningkatkan kinerja dan pengabdiannya kepada umat.

PKB Kab Tegal

“Salah satu item penilaiannya adalah pelayanan organisasi kepada umat, juga bagaimana kerja samanya dengan semua pihak termasuk dengan pemerintah. Sampean yang hadir tahu sendiri, hubungan kita dan para ulama sangat harmonis sehingga tercipta Kabupaten Blitar yang sangat kondusif seperti ini,” kata Rijanto.

Sebagaimana diketahui PCNU Blitar berhasil terpilih sebagai pemenang NU Award PWNU Jatim. Blitar unggul dari tiga kandidat lainnya, PCNU Magetan, PCNU Banyuwangi, dan PCNU Lumajang. Atas keberhasilan itu, masing-masing pemenang mendapatkan trofi, sertifikat, buku/kitab, serta uang pembinaan.

Selain Bupati Blitar yang mengapresiasi keberhasilan PCNU Kabupaten Blitar, Gubernur Jawa Timur H Soekarwo juga mengapresiasai atas keberhasilan tersebut.

PKB Kab Tegal

”Selamat Blitar terpilih. Semoga ini bisa menginisiasi cabang-cabang NU yang lain untuk meningkatkan kinerja dan pengabdiannya kepada masyarakat. Kapan NU Blitar ada acara, saya tak datang?” kata Pakde Karwo.

Mendapat pertanyaan begitu Ketua PCNU Kabupaten Blitar langsung menyatakan Gubenur Jatim bisa hadir pada acara Halal Bihalal. “Terima kasih pak Gubernur, nanti pada saat Halal Bihalal kita atur tanggalnya,” jawab Kiai Dain yang diamini Gubernur Jatim. (Imam Kusnin Ahmad/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Habib PKB Kab Tegal

Toleransi Antarumat, Perempuan Bangsa Bersih-Bersih Tempat Ibadah

Jakarta,PKB Kab Tegal. Dewan Pimpinan Pusat Perempuan Bangsa melaksanakan bakti sosial dengan membersihkan tempat ibadah yaitu masjid, gereja dan vihara di Jakarta. Kegiatan tersebut berlangsung di Masjid Almuhajirin Jakarta Utara (13/2), Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (14/2) dan Vihara Avalokitesvara akan dilaksanakan (17/2).

Menurut Ketua Umum Perempuan Bangsa Siti Masrifah, bakti sosial bertema Interfaith Week Days “Indahnya Cinta Kasih dalam Perbedaan” tersebut bertujuan membantu masyarakat tanpa membedakan suku, agama, maupun golongan tertentu.

Toleransi Antarumat, Perempuan Bangsa Bersih-Bersih Tempat Ibadah (Sumber Gambar : Nu Online)
Toleransi Antarumat, Perempuan Bangsa Bersih-Bersih Tempat Ibadah (Sumber Gambar : Nu Online)

Toleransi Antarumat, Perempuan Bangsa Bersih-Bersih Tempat Ibadah

Dikatakannya, Interfaith Week Days adalah suatu kegiatan yang didasari oleh kesadaran bahwa kerukunan dan toleransi antarumat beragama yang merupakan kebutuhan masyarakat yang sangat majemuk dan plural seperti di Indonesia.

PKB Kab Tegal

“Jadi kegiatan ini tidak hanya terbatas untuk kaum muslimin saja, melainkan membantu agama lain,” terang salah seorang pengurus Pimpinan Pusat Fatayat NU ini melalui siaran pers yang diterima PKB Kab Tegal, Sabtu (14/2).

PKB Kab Tegal

Ditambahkannya, Perempuan Bangsa mempercayai sepenuhnya apa yang disampaikan KH Abdurrahman Wahid yang mengatakan bahwa “ jika kamu berbuat baik kepada sesamamu, maka mereka tak akan bertanya lagi apa agamamu”. Di lain kesempatan kiai yang disapa Gus Dur itu juga mengatakan, bahwa “di atas semuanya, yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan,”.

Kegiatan ini, kata Masrifah, melibatkan sekitar 200 relawan Perempuan Bangsa yang berasal dari berbagai daerah khususnya di wilayah Jabodetabek.

Sementara Sekretaris Jenderal DPP Perempuan Bangsa Luluk Nurhamidah mengatakan, Perempuan bangsa merupakan organisasi perempuan yang bersifat sosial politik dan pemberdayaan masyarakat.

Di samping itu, sambung dia, organisasi saya Partai Kebangkitan Bangsa tersebut, dijiwai dan disemangati prinsip-prinsip kebhinekaan, cinta kasih, toleransi, antidiskriminasi dan kekerasan, serta mengembangkan sikap persahabatan dan kerja sama, tanpa membedakan agama, suku, keyakinan, kelas sosial, dan gender.

“Salah satu wujud refleksi organisasi ini adalah gerakan kemanusiaan yang kita tunjukkan melalui kegiatan bakti sosial ini,” terangnya. (Red: Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Internasional PKB Kab Tegal

Jumat, 03 Januari 2014

Ensiklopedia NU, Mozaik Perjalanan Nahdlatul Ulama

Kurang lebih selama 88 tahun sejak 1926, Nahdlatul Ulama telah berjuang dan mengabdi bagi kemerdekaan dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Sebelum resmi berdiri pun, para pendiri Nahdlatul Ulama telah berjuang melalui lembaga-lembaga pendidikan klasik, yaitu pesantren. Pesantren hingga sekarang masih menjadi pertahanan moral, sekaligus menciptakan kader-kader bangsa yang mempunyai akhlaqul karimah dan setia dalam menegakkan dan memajukan bangsa dan negara seperti yang telah dilakukan para santri ketika berjuang melawan penjajah Jepang dan Belanda hingga akhir tahun 1949. 

Nahdlatul Ulama sebagai organisasi sosial keagamaan (jami’yah diniyah ijtima’iyah) selalu mereformasi diri sesuai dengan perkembangan zaman, namun tetap dalam kerangka Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) sebagai nilai dan ajaran pokok dalam pergerakannya. Nahadlatul Ulama sebagai suatu organisasi itu, hanyalah salah satu bagian saja dari sosok sejatinya yang dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Selain sebagai institusi, Nahdlatul Ulama mempunyai sisi tradisi dan khazanah pengetahuan yang semuanya berakar pada ajaran intinya tadi, yaitu Aswaja. Ajaran dan keyakinan yang menjadi pandangan dunia itu menentukan seluruh perilaku dan tradisi yang hidup serta menjadi salah satu pembentuk identitas. Sebagai derivasi ajaran Aswaja, warga NU (Nahdliyin) senantiasa mengedepankan 4 (empat) sikap kemasyarakatan, yaitu moderat (tawassuth), toleran (tawazun), seimbang (tasamuh), dan adil (i’tidal). 

Ensiklopedia NU, Mozaik Perjalanan Nahdlatul Ulama (Sumber Gambar : Nu Online)
Ensiklopedia NU, Mozaik Perjalanan Nahdlatul Ulama (Sumber Gambar : Nu Online)

Ensiklopedia NU, Mozaik Perjalanan Nahdlatul Ulama

Ajaran Nahdlatul Ulama bersumber dari rumusan-rumusan utuh menyeluruh yang disebut Aswaja tadi, meliputi aqidah, fikih, dan tasawuf yang menjadi sebuah sistem pandangan dunia Nahdlatul Ulama meliputi hubungan manusia dengan Allah swt (hablun minallah), hubungan manusia dengan manusia (hablun minannas), dan hubungan manusia dengan alam (hablun minal’alam). Dengan coraknya yang demikian, pandangan dunia yang dipegang Nahdlatul Ulama mampu menciptakan sebuah “tradisi agung” yang memberi corak dominan dalam sejarah panjang peradaban Nusantara hingga di tengah peradaban modern seperti sekarang.

PKB Kab Tegal

Buku Ensiklopedia Nahdlatul Ulama yang terdiri dari 4 jilid ini berusaha merunut perjalanan sejarah, tokoh, dan khazanah pesantren sebagai basis intelektual kaum Nahdliyin. Sebagai entitas dunia dengan Aswaja-nya, Nahdlatul Ulama mesti dipahami dengan melacak akar tradisi sosial keagamaan sebagai manifestasi ajarannya dan sejarah pembentukan tradisi santri Nusantara yang sangat kaya serta dinamika pasang surut, tegangan, dan rekonsiliasinya dalam keindonesiaan masa kini. Sebab itulah, Ensiklopedia Nahdlatul Ulama hadir dengan harapan mozaik-mozaik itu tertata rapi dan indah sehingga jejak perjuangan NU dalam mewarnai bangsa dan negara hingga sekarang dapat menjadi letupan energi positif bagi kemajuan dan kesejahteraan sosial bangsa Indonesia secara umum. 

Dalam Ensiklopedia NU ini, nama-nama pesantren atau kiai biasa disebut dalam riwayat seorang tokoh yang dikenal. Misalnya, terdapat pesantren Siwalan dan Kiai Ya’kub dalam riwayat KH Hasyim Asy’ari. Tetapi nama-nama itu tidak dapat dieksplorasi lebih lanjut. Beberapa penulis seperti Choirul Anam (1985), MC. Ricklefs (2012), Martin van Bruinessen (1995), juga menyebut sejumlah pesantren pada abad ke-17 dan 18, tetapi jejaknya belum dapat dilacak. Di luar itu semua, sangat terasa adanya ketimpangan antara Jawa dan luar Jawa. Belum banyak data mengenai sejarah dan tokoh NU di luar Jawa. Semua “kekosongan” itu menyebabkan atau menyisakan garis yang terputus dalam perkembangan NU, pesantren, dan tokoh-tokoh yang menyertainya. Inilah yang kemudian harus menjadi agenda berikutnya dalam bentuk riset lebih lanjut. 

Ensiklopedia ini dilangkapi dengan esai foto, yang berfungsi tak sekadar sebagai ilustrasi biasa, melainkan sebuah rangkaian gambar yang saling berkait yang diharapkan dapat menampilkan makna secara utuh dan menghasilkan sebuah “narasi” tersendiri di luar teks ensiklopedia. Visualisasi yang ditampilkan dalam ensiklopedia ini tergolong baru yang menjadi salah satu kekuatannya. Sebab menjadi pendekatan historiografi tersendiri.

PKB Kab Tegal

Dalam ensiklopedia ini, foto dan gambar yang ditampilkan merupakan kegiatan sehari-hari di lingkungan pesantren dan masyarakat. Artinya historiografi (penulisan sejarah) dalam perspektif human interest sangat terasa dalam buku 4 jilid ini. Historiografi model ini berusaha mengangkat sejarah dalam lingkup kehidupan sehari-hari. Hal ini penting, sebab sejarah tidak hanya dipahami secara elitis. Namun bagaimana elitisitas tersebut terbentuk dalam kehidupan masyarakat. Tentu persoalan ini muncul dari asumsi bahwa sejarah tokoh-tokoh atau institusi terkenal tak lepas dari pengaruh kehidupan masyarakat di sekitarnya. Sebab itulah, ensiklopedia ini menghadirkan penulisan sejarah dengan pendekatan yang terbilang baru selain pendekatan multidimensional yang berusaha mengemukakan sejarah dalam berbagai bidang kehidupan seperti agama, sosial, budaya, ekonomi, pendidikan, dan lain-lain. Selamat membaca!

Judul: Ensiklopedia Nahdlatul Ulama: Sejarah, Tokoh, dan Khazanah Pesantren

Penulis: M. Imam Aziz (et.al)

Penerbit: PBNU dan Mata Bangsa

Tebal: Jilid 1 (232 halaman), Jilid 2 (230), Jilid 3 (219), dan Jilid 4 (259)

Cetakan: Pertama, 2014 

ISBN: 978-979-9471-12-3 (no. jilid lengkap) / 978-979-9471-13-0 (jilid 1)

Peresensi: Fathoni, mahasiswa pascasarjana STAINU Jakarta

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Warta PKB Kab Tegal

Minggu, 22 Desember 2013

Genjot Oplah, Majalah Aula Gandeng Ma’arif

Surabaya, PKB Kab Tegal. Kerja sama saling menguntungkan akan segera dilakukan antara Majalah Aula dengan PW LP Maarif NU Jawa Timur. Hal ini untuk semakin meningkatkan oplah media tersebut dan memberikan informasi yang berguna bagi para pendidik, siswa, dan pengelola sekolah atau madrasah.

Ketua PW LP Maarif NU Jatim, Prof. Dr. H. Abd. Haris, M.Ag menjelaskan, sudah saatnya ada sinergi antara media yang dimiliki NU yakni "Aula" dengan lembaga yang sekarang dipimpinnya. "Tidak semata meningkatkan oplah, juga sebagai sarana komunikasi bagi para pelaku pendidikan di NU," katanya, Senin (12/10).

Genjot Oplah, Majalah Aula Gandeng Ma’arif (Sumber Gambar : Nu Online)
Genjot Oplah, Majalah Aula Gandeng Ma’arif (Sumber Gambar : Nu Online)

Genjot Oplah, Majalah Aula Gandeng Ma’arif

Guru besar UIN Sunan Ampel Surabaya ini mengemukakan, banyak informasi yang layak diketahui para guru maupun pengelola pendidikan. Dan pada saat yang sama, Majalah Aula juga bisa menginformasikan capaian yang telah dilakukan lembaga pendidikan, sehingga dapat diketahui pembaca, lanjutnya.

PKB Kab Tegal

"Jaringan Maarif khususnya di Jawa Timur sangat luar biasa," tandasnya. Ada ribuan sekolah dan madrasah yang bergabung dengan PW LP Maarif NU Jatim. Apalagi kalau Majalah Aula dapat menarik minat para guru untuk menjadi pelanggan. "Bila dikelola dengan baik, hal ini merupakan potensi pasar yang sangat bagus," jelasnya.

PKB Kab Tegal

Pihak Majalah Aula yang diwakili Iwan Setiono dari pemasaran, menyambut baik kerja sama tersebut. "Kami akan memberikan space halaman khusus untuk bisa menyapa para guru dan pengelola madrasah serta sekolah yang berada di bawah naungan Maarif," terangnya.

Halaman yang akan diberikan berupa profil lembaga pendidikan, informasi kebijakan yang bermanfaat bagi tenaga pendidik, serta prestasi yang diraih siswa, guru dan sekolah. "Dengan dimuat di media kami, maka informasi tersebut akan bisa tersebar ke sejumlah kalangan," ungkapnya.

Sebagai sebuiah perusahaan media, Majalah Aula tentu akan memberikan pembagian keuntungan dari distribusi tersebut. "Semua akan dituangkan dalam kerja sama yang dapat ditandatangani kedua belah pihak," kata Iwan, sapaan akrabnya.

Profesor Haris juga berharap, kerja sama tersebut nanti dapat disaksikan oleh pimpinan lembaga pendidikan, sehingga bisa ditindaklanjuti di lapangan. "Penandatanganan kerja sama itu bisa dilakukan saat kegiatan yang menghadirkan para kepala sekolah dan pimpinan yayasan di masing-masing sekolah atau madrasah," pungkasnya. (Ibnu Nawawi/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal IMNU, Bahtsul Masail, Aswaja PKB Kab Tegal

Sabtu, 14 Desember 2013

JK: Perlu Dibangun Jaringan Bisnis di Lingkungan NU

Jakarta, PKB Kab Tegal

Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan pentingnya membangun jaringan bisnis di kalangan para pengusaha NU sehingga memunculkan sinergi yang akan memperbesar usaha.

Ia mencontohkan kesuksesan para pengusaha Tionghoa salah satunya karena ada jaringan yang sangat kuat. Meskipun demikian, semuanya harus didasarkan atas hubungan kerja yang profesional.

JK: Perlu Dibangun Jaringan Bisnis di Lingkungan NU (Sumber Gambar : Nu Online)
JK: Perlu Dibangun Jaringan Bisnis di Lingkungan NU (Sumber Gambar : Nu Online)

JK: Perlu Dibangun Jaringan Bisnis di Lingkungan NU

“Uang tidak mengenal agama, bangsa atau etnis, yang lebih baik, yang lebih murah, yang lebih cepat yang akan diterima,” katanya dalam pertemuan Himpunan Pengusaha NU di Jakarta, (25/4).

PKB Kab Tegal

Membangun networking, ulasnya, saat ini lebih gampang karena adanya kemajuan teknologi informasi yang memungkinkan produk bermutu dengan harga yang kompetitif bisa diakses lebih mudah lewat internet.

PKB Kab Tegal

“Sekarang tinggal bagaimana semangat anak santri dalam membangun jejaring. Kalau hanya mengandalkan jaringan dagang NU dengan NU saja, tidak akan jalan,” paparnya.

Ia mengisahkan, tradisi usaha di lingkungan NU sudah ada sejak dahulu. “Saya pertama kali datang ke Jakarta waktu SMP kelas 2. Ikut Bapak saya rapat diantara para pengusaha NU di rumah Djamaluddin Malik. Waktu itu, para pengusaha NU sudah sangat modern,” tandasnya.

Ia berharap para pengusaha yang sudah lebih maju dapat memainkan peran sebagai mentor bagi pengusaha kecil atau yang baru memulai usaha sehingga bisa tumbuh bersama-sama.

Ditegaskannya, potensi usaha di lingkungan NU sangat besar, terutama di bidang pertanian. Bagi generasi muda NU yang sudah lebih pintar, ia mendorong mereka untuk menciptakan nilai tambah atas hasil produksi warga NU.

Sementara itu Choirul Anam, pemimpin umum harian Duta Masyarakat juga menegaskan, NU tumbuh dari tiga tradisi, yaitu tradisi berdagang (Nahdlatut Tujjar), tradisi pergerakan (Nahdlatul Wathon), dan tradisi intelektual (Taswirul Afkar).

Nahdlatut Tujjar didirikan oleh KH Hasyim Asy’ari dan KH Wahab Hasbullah 11 tahun sebelum berdirinya NU sebagai upaya untuk peningkatan perekonomian. Ketika sudah melebur dalam wadah NU, tradisi berdagang tersebut tetap dijalankan, bahkan dalam AD/ART NU ada peraturan khusus tentang perdagangan dan perniagaan dengan menggunakan logo NU. 

“Jadi NU sejak dulu sudah mengenal sistem franchise,” tandasnya.

Ia menegaskan, tradisi berdagang inilah yang harus diwarisi oleh NU sekarang. Teks-teks agama secara jelas juga menganjurkan umat Islam untuk berdagang.

“Tradisi Nahdlatu Tujjar harus dikembangkan, dan harus mendapat porsi yang lebih besar. Sekarang tinggal bagaimana semangat ini kembali jalan,” ujarnya. 

Dilihat dari potensinya, kebutuhan warga NU sangat besar, dan kalau diorganisir, bisa seperti negara tersendiri mengingat banyaknya aspek yang bisa digarap.

Memang, sejauh ini belum muncul pengusaha NU yang memiliki skala usaha besar, tetapi yang penting sekarang adalah bagaimana menumbuhkan banyak wirausahawan.

“Kecil-kecil ngak apa-apa, asal merata,” paparnya. 

Penulis: Mukafi Niam

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Pahlawan, News, Kyai PKB Kab Tegal