Sabtu, 14 Desember 2013

JK: Perlu Dibangun Jaringan Bisnis di Lingkungan NU

Jakarta, PKB Kab Tegal

Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan pentingnya membangun jaringan bisnis di kalangan para pengusaha NU sehingga memunculkan sinergi yang akan memperbesar usaha.

Ia mencontohkan kesuksesan para pengusaha Tionghoa salah satunya karena ada jaringan yang sangat kuat. Meskipun demikian, semuanya harus didasarkan atas hubungan kerja yang profesional.

JK: Perlu Dibangun Jaringan Bisnis di Lingkungan NU (Sumber Gambar : Nu Online)
JK: Perlu Dibangun Jaringan Bisnis di Lingkungan NU (Sumber Gambar : Nu Online)

JK: Perlu Dibangun Jaringan Bisnis di Lingkungan NU

“Uang tidak mengenal agama, bangsa atau etnis, yang lebih baik, yang lebih murah, yang lebih cepat yang akan diterima,” katanya dalam pertemuan Himpunan Pengusaha NU di Jakarta, (25/4).

PKB Kab Tegal

Membangun networking, ulasnya, saat ini lebih gampang karena adanya kemajuan teknologi informasi yang memungkinkan produk bermutu dengan harga yang kompetitif bisa diakses lebih mudah lewat internet.

PKB Kab Tegal

“Sekarang tinggal bagaimana semangat anak santri dalam membangun jejaring. Kalau hanya mengandalkan jaringan dagang NU dengan NU saja, tidak akan jalan,” paparnya.

Ia mengisahkan, tradisi usaha di lingkungan NU sudah ada sejak dahulu. “Saya pertama kali datang ke Jakarta waktu SMP kelas 2. Ikut Bapak saya rapat diantara para pengusaha NU di rumah Djamaluddin Malik. Waktu itu, para pengusaha NU sudah sangat modern,” tandasnya.

Ia berharap para pengusaha yang sudah lebih maju dapat memainkan peran sebagai mentor bagi pengusaha kecil atau yang baru memulai usaha sehingga bisa tumbuh bersama-sama.

Ditegaskannya, potensi usaha di lingkungan NU sangat besar, terutama di bidang pertanian. Bagi generasi muda NU yang sudah lebih pintar, ia mendorong mereka untuk menciptakan nilai tambah atas hasil produksi warga NU.

Sementara itu Choirul Anam, pemimpin umum harian Duta Masyarakat juga menegaskan, NU tumbuh dari tiga tradisi, yaitu tradisi berdagang (Nahdlatut Tujjar), tradisi pergerakan (Nahdlatul Wathon), dan tradisi intelektual (Taswirul Afkar).

Nahdlatut Tujjar didirikan oleh KH Hasyim Asy’ari dan KH Wahab Hasbullah 11 tahun sebelum berdirinya NU sebagai upaya untuk peningkatan perekonomian. Ketika sudah melebur dalam wadah NU, tradisi berdagang tersebut tetap dijalankan, bahkan dalam AD/ART NU ada peraturan khusus tentang perdagangan dan perniagaan dengan menggunakan logo NU. 

“Jadi NU sejak dulu sudah mengenal sistem franchise,” tandasnya.

Ia menegaskan, tradisi berdagang inilah yang harus diwarisi oleh NU sekarang. Teks-teks agama secara jelas juga menganjurkan umat Islam untuk berdagang.

“Tradisi Nahdlatu Tujjar harus dikembangkan, dan harus mendapat porsi yang lebih besar. Sekarang tinggal bagaimana semangat ini kembali jalan,” ujarnya. 

Dilihat dari potensinya, kebutuhan warga NU sangat besar, dan kalau diorganisir, bisa seperti negara tersendiri mengingat banyaknya aspek yang bisa digarap.

Memang, sejauh ini belum muncul pengusaha NU yang memiliki skala usaha besar, tetapi yang penting sekarang adalah bagaimana menumbuhkan banyak wirausahawan.

“Kecil-kecil ngak apa-apa, asal merata,” paparnya. 

Penulis: Mukafi Niam

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Pahlawan, News, Kyai PKB Kab Tegal