Kamis, 27 Agustus 2015

Diklatsar Banser Ponorogo menuju Sejuta Kader

Ponorogo, PKB Kab Tegal. Curah hujan yang semakin tinggi intensitasnya menambah udara di wilayah Kecamatan Pudak Ponorogo semakin dingin.



Diklatsar Banser Ponorogo menuju Sejuta Kader (Sumber Gambar : Nu Online)
Diklatsar Banser Ponorogo menuju Sejuta Kader (Sumber Gambar : Nu Online)

Diklatsar Banser Ponorogo menuju Sejuta Kader

Namun demikian, daerah pegunungan yang berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Trenggalek ini tidak menghalangi PC GP Ansor Ponorogo untuk menyelenggarakan Diklatsar Banser. 

Kegiatan dilaksanakan selama 6 hari dimulai pada hari Sabtu (17/11) dan berakhir pada hari Kamis (22/11) bertempat di lingkungan Kantor Camat Pudak. Sebanyak 100 peserta barasal dari 3 kecamatan; Pudak, Sooko dan Pulung mengikuti Diklatsar dipandu oleh Tim Instruktur Satkorcab Banser Ponorogo.

PKB Kab Tegal

Bertindak sebagai inspektur upacara Sahabat H Imam Kusnin, Kasatkorwil Banser Jawa Timur mewakili Kasatkornas yang masih berada di luar Jawa. 

PKB Kab Tegal

Dalam sambutannya, Kusnin banyak memberikan motivasi bagi para peserta untuk tidak cukup mengikuti diklat lalu berhak memegang KTA, tapi lebih dari itu alumni Diklatsar harus segera bergabung dengan Banser di tingkatannya masing-masing dan mendarmabhaktikan tenaga dan fikirannya untuk membentengi akidah Ahlussunnah wal Jama’ah dari rongrongan paham lain yang mengganggu keutuhan NKRI. 

Turut hadir pada upacara pembukaan antara lain Plt Camat Pudak, Danramil Pudak, Kapolsek Pudak, PCNU, MWC NU Pudak dan para ketua Banom NU.

Diklatsar kali ini seakan menjadi ujicoba pendelegasian tugas kepada PAC sebagai organizing committee yang menurut PO GP Ansor yang baru memang dibenarkan sehingga pesertanya pun terbatas pada para pemuda di wilayah PAC pelaksana kegiatan.

“Kita membatasi peserta hanya 100 orang berasal dari 3 kecamatan karena sesuai PO GP Ansor, PAC GP Ansor diperbolehkan melaksanakan Diklatsar,” tutur Idam Mustofa, Pjs Ketua GP Ansor Ponororogo.

Syamsul Ma’arif, sekretaris PC GP Ansor Ponorogo juga mengatakan, pola pelaksanaan Diklatsar oleh PAC diharapkan untuk memacu potensi pengurus PAC se-Ponorogo untuk dapat melaksanakannya secara mandiri, sedangkan PC sebatas berperan sebagai fasilitator dan penyedia tenaga instruktur ataupun narasumber.

“Tekad kami menciptakan sejuta kader. Ini mungkin mimpi, tapi memang visi itu harus penuh dengan mimpi. Mimpi PC tidak akan mungkin terwujud jika tidak didukung oleh kerja nyata PAC.” Kata Samsul

Selain materi KE-NU-an, sejarah dan dinamika GP Ansor-Banser, dan teknis ke-Banser-an, peserta Diklatsar juga disuguhi materi yang dapat menjadi bekal saat para peserta telah terjun di lapangan, semisal kelalulitasan, dan teknik pengendalian massa/pengamanan.

“Bukannya menafikan pentingnya materi internal, tapi karena kami merasakan, Banser di lapangan harus trampil di bidang kelalalulintasan dan pengendalian massa. Materi-materi internal akan selalu berkembang dan akan tetap menjadi bagian pembinaan anggota Banser setelah Diklat.” Ujar Ahmad Subkhi (Kalibek), Kasatkorcab Banser Ponorogo.

Meskipun berlangsung sukses, namun karena cuaca sangat dingin mencapai 19 derajat C banyak peserta yang terpaksa tidak bisa mengikuti semua sesi karena terserang masuk angin. Kegiatan ditutup dengan pembentukan Liga PSP (Pudak, Sooko dan Pulung) untuk mewadahi para alumni Diklatsar terutama dalam melaksanakan Majlis Dzikir Shalawat Rijalul Ansor. Diharapkan format kader ini menjadi alternatif pembinaan intensif bagi para anggota Banser.

Redaktur    : Mukafi Niam

Kontributor: M Wakhid  

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal AlaNu, Budaya PKB Kab Tegal

Selasa, 25 Agustus 2015

Informasi Provokatif Bikin Otak Tidak Sehat

Depok, PKB Kab Tegal. Akhir-akhir ini banyak sekali kita jumpai fenomena radikalisme, ? yang tentu tidak jauh dari masyarakat khususnya anak muda. ? Hal ini dikarenakan begitu besar pengaruh media dalam mencuci otak kita yang menyebabkan opini publik menjadi tidak sehat.?

Informasi Provokatif Bikin Otak Tidak Sehat (Sumber Gambar : Nu Online)
Informasi Provokatif Bikin Otak Tidak Sehat (Sumber Gambar : Nu Online)

Informasi Provokatif Bikin Otak Tidak Sehat

Sebagai santri dan pemuda bangsa, sebaiknya kita dapat memilih dan memilah mana yang baik dan benar sesuai dengan fakta yang ada. Maka dari itu, pengenalan jurnalistik menjadi penting.?

Bertempat di Pesantren Takhassus IIQ (institut Ilmu al-Quran) Cinangka Depok, digelar Pelatihan Jurnalistik, Ahad (13/11) dengan peserta Hafizh dan Hafizhah sekitar 30 peserta. Kegitan yang diadakan oleh LPM (Lembaga Pers Mahasiswa) IIQ berkerja sama dengan LPM STKQ (Sekolah Tinggi Kulliyatul Quran) Al-Hikam Depok ini menekankan pentingnya jurnalistik bagi santri.?

Menurut Ketua Panitia Azzah, tindak lanjut dari Pelatihan jurnalistik diharapkan dapat membentuk jurnalis yang cerdas dan berkarakter. Cerdas dalam bermedia, mencerna informasi, dan berkarakter Ahlussunnah wal Jamaah.?

Sementara Zaki Muttaqien (Pembina LPM Al-Hikam) mengatakan, sebagai seorang Hafizh maupun Hafizhah seharusnya mengetahui Jurnalistik dengan baik. Sehingga bisa memberikan dampak yang signifikan dalam pemikirannya.?

PKB Kab Tegal

“Selain itu ide yang berasal dari penghafal Al-Quran dapat dimanifestasikan dalam bentuk tulisan yang memberikan banyak manfaat,” ujar Zaki.

Dilain tempat Zahrotussani (Pembina LPM IIQ) menjelaskan, sebagai kampus pengahafal Al-Quran (IIQ dan Al-Hikam) sudah saatnya melek dengan media. Jangan sampai terpengaruh dengan opini provokatif yang beredar di banyak media yang dapat mengakibatkan orang bisa saling membenci.?

PKB Kab Tegal

Kegiatan ini menghadirkan Pemateri dari UIN jakarta, IIQ jakarta, dan STKQ Al-Hikam Depok. ? Pemateri saling bersinergi dengan peserta dalam beberapa diskusi tentang kejurnalistikan. (Zaki Muttaqien/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Fragmen, Nasional PKB Kab Tegal

Sabtu, 22 Agustus 2015

Rabithatul Ulama Makassar

Rabithatul Ulama (RU), adalah embrio kelahiran NU pertama kali di kota Makassar, Sulawesi Selatan. Dibentuk pada 8 April 1950 atas prakarsa KH Ahmad Bone, KH Muhammad Ramli dan beberapa ulama sejawatnya.?

RU merupakan tempat berhimpun para ulama dari berbagai daerah setelah mereka berpencar-pencar memperjuangkan kemerdekaan di masa revolusi sejak Proklamasi 1945.?

Rabithatul Ulama Makassar (Sumber Gambar : Nu Online)
Rabithatul Ulama Makassar (Sumber Gambar : Nu Online)

Rabithatul Ulama Makassar

Kiai Ahmad Bone, Wafat 12 Februari 1972 pada usia 102 tahun, yang juga dikenal sebagai “Kali Bone” (qadhi atau hakim agama di bekas Kerajaan Bone) berjuang bersama dengan Raja Bone Andi Mappanyukki. Raja Bone ini dikenal yang pertama kali membentuk organisasi ulama NU di wilayah kerajaannya pada tahun 1930-an.?

PKB Kab Tegal

Kiai Ramli berjuang di daerah Luwu, bersama dengan Raja Luwu, Andi Djemma. Kiai nasionalis ini dikenal sebagai seorang Sukarnois di Palopo masa itu. Sementara para ulama RU lainnya yang kebanyakan di kota Makassar, sebelumnya berjuang di kampung-kampung kota, seperti di Bontoala, memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melawan Belanda.?

Kepengurusan awal dipegang oleh Kiai Ahamd Bone sebagai ketua, sementara Kiai Ramli sebagai wakilnya. Sekretaris dijabat oleh KH Saifuddin, Qadhi Polewali. Sedangkan KH Sayid Jamaluddin Puang Ramma, seorang ulama termuda ketika itu dan pembantu pada Qadhi Gowa H. Mansyur Daeng Limpo, mengetuai Bidang Pendidikan dan Dakwah.?

PKB Kab Tegal

Para ulama lainnya yang bergabung dengan RU, di antaranya: KH Sayid Husain Saleh Assegaf (waktu itu menjabat sebagai Konsul NU Sulawesi Selatan), KH Paharu, KH Muhammad Nuh, KH Abdul Muin, KH Muhammad Said, KH Abdur Razaq, KH Abdur Rasyid, KH Abdul Haq, KH Muhammad Saleh Assegaf, KH Abdurrahman Daeng Situju, dan KH. Muhammad Asap.?

Kantor RU, yang merupakan rumah kediaman Kiai Ahmad Bone, bertempat di Jalan Diponegoro, di distrik Matjini Aijo, Makassar. Di jalan itu pula berdiam makam pahlawan nasional Pangeran Diponegoro.

RU kemudian menfasilitasi terbentuknya Partai Nahdlatul Ulama di Sulawesi Selatan pada tahun 1952 atas permintaan KH Wahid Hasyim (waktu itu sebagai Menteri Agama dan Ketua PBNU). Semua pengurus dan anggota RU masuk ke NU. Kecuali KH Muhammad Saleh Assegaf dan KH Abdul Razaq tetap bertahan masing-masing di Masyumi dan di PSII. Demikian pula, ulama kharismatik KH Abddurrahman Ambo Dalle, pendiri DDI (Daruddakwah wal-Irsyad), yang sempat bertemu dengan Kiai Wahid juga bertahan di PSII. Tapi semuanya tetap mendukung perjuangan NU menegakkan Islam Ahlussunnah Waljamaah di tanah Bugis-Makassar.

Menurut penuturan Puang Ramma, RU dibentuk dengan tujuan memberikan pertimbangan kepada pemerintah mengenai masalah-masalah keagamaan yang muncul di tengah masyarakat. Para ulama RU bukanlah orang-orang yang jauh dari pusat pengambilan keputusan. Mereka adalah pejabat tinggi di daerah masing-masing dalam kapasitasnya sebagai qadhi. RU juga berfungsi sebagai forum bahtsul masail, yang membahas masalah-masalah keagamaan yang lebih aktual.?

Selain itu, RU juga berfungsi sebagai wadah kaderisasi ulama. Metode yang digunakan oleh RU adalah melalui pengajian kitab kuning. Seorang calon ulama tidak hanya mengaji kepada seorang guru. Puang Ramma misalnya ditempa melalui keketatan dan ketaatannya dalam berguru kepada para seniornya di RU, seperti Kiai Ahmad Bone dan Kiai Ramli.?

Cara lainnya adalah ? melalui motivasi dan pemberian kesempatan untuk tampil di muka umum dalam acara-acara keagamaan. Apabila seorang calon sudah memenuhi syarat sebagai ulama, RU melakukan sidang penganugerahan gelar keulamaan tersebut.

Keanggotaan RU mencerminkan konfigurasi sosial masyarakat Bugis-Makasar, dengan empat pilarnya: to panrita (ulama), to sugi (pengusaha), to acca (cendekiawan), dan to warani (kaum bangsawan dan anak muda). Keempat pilar ini dihimpun dalam jajaran pengurus dan anggota RU. Dan, setelah RU bergabung ke dalam Partai NU, keempat pilar ini kemudian menjadi kunci kemenangan NU di Sulawesi Selatan pada Pemilu 1955. Mereka memberi kontribusi sekitar 12 persen bagi keseluruhan suara NU di tingkat nasional.?

Ada dua ulama pengurus RU yang kemudian masuk Konstituante (1956-1959) mewakili Partai NU, yaitu Kiai Muhammad Ramli dan Kiai Sayid Jamaluddin Puang Ramma. Kiai Ramli wafat pada 3 Februari 1958 sewaktu menjadi anggota Konstituante di Bandung, dan dimakamkan di Pemakaman Arab, Bontoala, Makassar. Sementara Kiai Puang Ramma wafat pada 8 September 2006 di Makassar. (Ahmad B)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal AlaSantri, Lomba, IMNU PKB Kab Tegal

Jumat, 21 Agustus 2015

Inilah Pesan Para Penerima Hadiah Asrul Sani

Jakarta, PKB Kab Tegal. Untuk ketiga kalinya, PKB Kab Tegal memberikan penghargaan kepada para putra terbaik bangsa berupa Hadiah Asrul Sani (HAS). Pernghargaan diberikan bertepatan dengan ulang tahun ke-11 PKB Kab Tegal di auditorium lantai 8 gedung PBNU Jalan Kramat Raya No 164 Jakarta Pusat, Jumat (28/3) malam.

Untuk tahun 2014, ada lima orang yang menerima anugerah kebudayaan ini. Mereka adalah Usep Romli HM (Kategori Kesetiaan Berkarya), Agus Sunyoto (Kategori Penulis Kreatif), Tatik Maliyati (Kategori Sineas Berbakti), KH Chizni Umar Burhan (Kategori Pelindung Karya), dan H Muammar ZA (Kategori Tokoh Legendaris). Sebelum menerima penghargaan, kelima tokoh ini diminta memberikan sambutan singkat.

Inilah Pesan Para Penerima Hadiah Asrul Sani (Sumber Gambar : Nu Online)
Inilah Pesan Para Penerima Hadiah Asrul Sani (Sumber Gambar : Nu Online)

Inilah Pesan Para Penerima Hadiah Asrul Sani

Usep Romli (64) mengatakan, dirinya sejak belia telah mengenal NU. “Saya menjadi NU sejak anak-anak karena kakek saya orang NU. Saya mulai menulis sejak 1964, tetapi sering ditolak. Nah, yang menerima justru majalah PNI dan PKI,” ujarnya.

Agus Sunyoto (54) mengajak anak muda NU menjaga serta meningkatkan tradisi literasi. Karena sejarah akan tercipta melalui kegiatan mulia ini. “Anak muda NU musti tingkatkan kegiatan tulis-menulis,” serunya.

Sementara itu, Tatiek Maliyati (79) dengan wajah berbinar mencoba mengumpulkan ingatannya tentang sosok Asrul Sani yang dijadikan nama penghargaan yang diberikan PKB Kab Tegal.

“Saya tidak banyak mengenal NU, akan tetapi saya mengenal baik Asrul Sani. Karena beliau adalah guru saya di Akademi Teater Nasional Indonesia. Bagi saya, Pak Asrul orang yang luar biasa,” ujarnya.

PKB Kab Tegal

Sebagai seorang mahasiswi, lanjut Tatik, dirinya merasakan betul bahwa Asrul Sani merupakan satu-satunya dosen di kampusnya yang memberikan pencerahan terhadap dunia perfilman sehingga dia mampu berbuat banyak bagi negeri ini. Meski bukan anggota NU, Tatik mengetahui Asrul Sani salah seorang pengurus Lesbumi. “Saya bukan anggota NU, tapi mulai sekarang saya sangat simpati terhadap NU,” tegasnya yang langsung disambut aplaus panjang hadirin.

KH Chizni Umar Burhan dalam sambutannya mempersilakan para peneliti muda NU untuk datang ke rumahnya di Gresik. Ia menyimpan banyak sekali dokumen dan arsip NU di masa-masa awal yang merupakan warisan dari ayahnya, KH Umar Burhan, sekretaris pribadi Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari.

PKB Kab Tegal

Sementara itu H Muammar ZA yang memperoleh penghargaan untuk kategori tokoh legendaris  berhalangan hadir. Penerima hadiah diwakili langsung oleh Wakil Ketua Umum PBNU KH As’ad Said Ali.

Acara dilanjutkan pidato kebudayaan oleh Ahmad Tohari, kemudian disusul pembacaan cerpen karyanya oleh Abdullah Wong sebelum akhirnya ditutup doa oleh budayawan D Zawawi Imron.

“Ya Allah, hari ini di PBNU ada peristiwa budaya yang menandai bahwa kami warga NU cinta budaya. Inti kebudayaan adalah hati yang bersih. Oleh karenanya, berikanlah kami hati yang bersih agar dapat lebih mencinta Indonesia,” tutur kiai flamboyan asal Madura ini dalam doanya. (Ali Musthofa Asrori/Anam)

 

Foto: Salah satu penerima HAS, Usep Romli HM (kanan), menerima piagam penghargaan dari Rais Syuriyah PBNU KH Masdar Farid Masudi

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Hadits, Quote, Makam PKB Kab Tegal

Sabtu, 15 Agustus 2015

50 Tim Ikuti Festival Shalawat Al Banjari

Surabaya, PKB Kab Tegal. Pada Ahad (22/11), Remaja Masjid Baiturrochman Gunung Anyar Lor Surabaya mengadakan pagelaran Festival Muharram 1437 H Shalawat Al Banjari se-Gerbangkertosusila (Gresik-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya-Sidoarjo-Lamongan) yang diikuti oleh 50 peserta sebagaimana batasan kuota dari panitia.?

"Tahun ini menjadi penyelenggaraan pertama," ungkap Ahmad Rowi, salah satu panitia.

50 Tim Ikuti Festival Shalawat Al Banjari (Sumber Gambar : Nu Online)
50 Tim Ikuti Festival Shalawat Al Banjari (Sumber Gambar : Nu Online)

50 Tim Ikuti Festival Shalawat Al Banjari

Dalam lomba kali ini, tak ada pembagian kelas tertentu atau bisa disebut perlombaan rebana untuk kategori umum. Perlombaan ini memperebutkan tiga tim terbaik, vokal dan penerbang terbaik. Ketiga tim terbaik tadi diganjar dengan hadiah sebesar Rp2.500.000,- untuk juara pertama dan Rp1.500.000,- serta Rp1.000.000,- untuk peraih juara kedua dan ketiga.?

PKB Kab Tegal

Selain lomba Shalawat Al Banjari, ada juga bazar yang diadakan oleh pihak sponsor.?

PKB Kab Tegal

"Harapannya, festival ini dapat terselenggara setahun sekali," pungkasnya.

Para penonton memadati halaman masjid untuk melihat pagelaran lomba shalawat banjari ini secara langsung. Alasan mereka menonton secara langsung beragam. Mulai dari mengusir kebosanan, rasa penasaran dan masih ada alasan lainnya.(Hanan/Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal AlaNu, Nasional, RMI NU PKB Kab Tegal

Jumat, 14 Agustus 2015

Partisipasi Perempuan Sangat Menentukan Kualitas Pemilu

Brebes, PKB Kab Tegal. Perempuan diharapkan berpartisipasi penuh dalam pemilu legislatif 2014. Keterlibatan mereka menentukan kualitas pemilu. Pasalnya, jumlah pemilih perempuan sangat banyak dan menjadi pemilih teguh dalam memegang prinsip. Sehingga, partisipasi merea sangat dinanti demi suksesnya pemilu 2014.

Partisipasi Perempuan Sangat Menentukan Kualitas Pemilu (Sumber Gambar : Nu Online)
Partisipasi Perempuan Sangat Menentukan Kualitas Pemilu (Sumber Gambar : Nu Online)

Partisipasi Perempuan Sangat Menentukan Kualitas Pemilu

Demikian disampaikan Ketua PCNU Brebes H Athoillah Syatori pada pengajian umum puncak peringatan harlah ke-68 Muslimat NU Brebes di lapangan kantor kecamatan Wanasari, Ahad (9/3).

H Athoillah mengajak anggota Muslimat NU se-Brebes untuk mendatangi Tempat Pemungutan Suara (TPS) dan mencoblos pilihannya.

PKB Kab Tegal

Banyaknya kader NU yang menjadi calon legislatif di berbagai partai politik menandakan potensi yang bagus. Namun, H Athoillah mengingatkan, jangan sampai beda pilihan menjadi pemicu perpecahan sesama kader.

“Kita harus bersatu, tidak bercerai berai dalam satu wadah NU meskipun pilihan partainya berbeda,” kata Athoillah.

PKB Kab Tegal

Senada dengan H Athoillah, Bupati Brebes Hj Idza Priyanti menyampaikan perempuan telah mendapatkan porsi yang memadai dalam pemilu 2014. Penghargaan kepada perempuan di pemilu 2014 sangat membahagiakan karena telah diberi peluang 30 persen.

Pada kenyataan di lapangan, caleg-caleg perempuan sangat getol memperjuangkan hak dengan melakukan kegiatan-kegiatan sosial. “Semoga kelak bila jadi legislatif, kebijakan yang diambil pun properempuan,” kata Idza. (Wasdiun/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Olahraga, Pesantren, Budaya PKB Kab Tegal

Kamis, 13 Agustus 2015

Putri Gus Dur: Sastrawan adalah Pahlawan

Kudus, PKB Kab Tegal. Putri bungsu presiden keempat RI  Inayah Abdurrahman Wahid mengapresiasi para sastrawan, penulis, dan budayawan sebagai pahlawan dalam acara peluncuran buku Antologi Puisi buat Gus Dur; dari Dam Sengon ke Jembatan Panengel di rumah makan Bambu Wulung Kudus, Sabtu (28/9).

Menurut Inayah, mereka ada di garis depan perjuangan untuk mengembalikan kesadaran kemanusiaan. Para sastrawan yang menghasilkan karya tulis maupun syair-syair puisi menjadi  sumbangsih luar biasa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Putri Gus Dur: Sastrawan adalah Pahlawan (Sumber Gambar : Nu Online)
Putri Gus Dur: Sastrawan adalah Pahlawan (Sumber Gambar : Nu Online)

Putri Gus Dur: Sastrawan adalah Pahlawan

“Mereka ini adalah benar-benar pahlawan yang sekarang kita sedang kekurangan berkurang karena pada sibuk mencari kekuasaan. Sastrawan dan penulis tidak butuh itu (kekuasan), tetapi mereka hanya berharap negara bisa mewujudkan sesuai yang ditulis dalam karya-karyanya,” katanya.

PKB Kab Tegal

Ia mengutarakan, sastra di negeri ini sering dipandang sebelah mata karena dinilai tidak penting dan tidak menarik. Hal demikian yang menyebabkan negara ini tidak pernah maju dan banyak di kelilingi kemiskinan, kemarahan, dan kekerasan.

PKB Kab Tegal

“Orang yang suka melakukan kekerasan itu biasanya tidak tersentuh oleh sastra seni dan budaya sehingga tidak terasah kebijaksanaannya, sensitif perasaannya, mengenali masyarakatnya,” ujar Inayah.

Ia melanjutkan, dunia, termasuk agama, dibangun berdasarkan sastra tulisan maupun lisan. Al-Qur’an dan Al Kitab termasuk “buku sastra” paling laris, tetapi banyak orang yang tidak mampu mengimplementasikan, karena kemampuan sastranya tidak dibangun.

“Saking pentingnya dunia sastra ini, bapak saya (Gus Dur) selalu mengajarkan kepada kami untuk memperbanyak membaca,” tuturnya.

Inayah juga mengapresiasi buku antologi yang diterbitkan Dewan kesenian Kudus ini. Ia menilai melalui karya puisi buat Gus Dur ini berarti sebagai cara menuangkan nilai-nilai yang telah diajarkan Ketua Umum PBNU 1984-199, yakni kedamaian, kesetaraan, penghargaan, nilai kemanusian, dan kedamaian.

Dalam kesempatan itu, Inayah juga membacakan puisi karyanya sendiri berjudul Bapak Mengajari Membaca. Puisi ini sebagai bentuk ajaran atau wasit Gus Dur kepadanya untuk selalu membaca. (Qomarul Adib/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Kyai, Sejarah PKB Kab Tegal

Senin, 10 Agustus 2015

Pesantren Baitul Hikmah Kembangan Toleransi di Daerah Minoritas Muslim

Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur, berdasarkan data BPS tahun 2012 memiliki jumlah penduduk menurut golongan Agama: Islam sebanyak 9.291 jiwa, Kristen 79.406 jiwa, Katholik 23.483 jiwa, dan Hindu 199 jiwa. Dari data tersebut, penduduk yang beragama Islam hanya 9% dari seluruh total penduduk Kab. Sumba.

Yang menarik dari jumlah total muslim tersebut adalah sebuah pesantren salaf yang cukup penting dalam pengembangan dakwah Islam. Walaupun tumbuh dan berkembang dalam komunitas yang didominasi non-Muslim, pesantren ini begitu eksis dalam mendidik santri-santrinya.

Pesantren itu dinamakan Pesantren Baitul Hikmah, yang berdiri kokoh di Kota Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat. Pesantren yang dinyatakan oleh pengasuhnya yaitu K.H. Ahsin Pua Monto Umbu Nay sebagai pesantren Salaf satu-satunya yang berdiri dan berkembang di Pulau Sumba.

Pesantren Baitul Hikmah Kembangan Toleransi di Daerah Minoritas Muslim (Sumber Gambar : Nu Online)
Pesantren Baitul Hikmah Kembangan Toleransi di Daerah Minoritas Muslim (Sumber Gambar : Nu Online)

Pesantren Baitul Hikmah Kembangan Toleransi di Daerah Minoritas Muslim

Pesantren ini berdiri tidak terlepas dari peran besar dari pengasuhnya. Walau banyak rintangan dan hambatan dalam mendirikan pesantren tersebut, tetapi karena dukungan dari keluarga, masyarakat muslim lokal, dan masyarakat muslim pendatang, pesantren ini terus berkibar menanamkan sendi-sendi ajaran Islam di bumi Sumba.

Pesantren Ini bermula dari sebuah pengajian al-Quran pada tahun 1986-1991 yang diprakarsai oleh Ustadz H. Abdul Syukur Marhaban dan Hj. Nurhayati Syafii. Dalam perjalanannya Pengajian ini sempat berhenti pada tahun 1991 karena pada waktu itu Hj. Nurhayati Syafi’i berpulang ke-rahmatullah.

Pada tahun 1994, K.H. Ahsin meneruskan kegiatan pengajian al-Quran tersebut di musholla. Seiring perjalan waktu, santri-santri dari pengajian ini terus mengalir deras. Akhirnya timbullah sebuah inisiatip dari K.H. Ahsin untuk mendirikan sebuah asrama pesantren, agar santri-santri kalong tersebut bisa mempelajari agama Islam lebih mendalam lagi.

Pesantren ini menjadi unik tersendiri dan menjadi sebuah lembaga pendidikan Islam yang difavoritkan untuk belajar ilmu Agama Islam. Karena merupakan satu-satunya pesantren yang benar-benar mendalami ajaran Islam. Walau perkembangan kualitas santrinya lebih rendah dibanding santri-santri yang ada di Jawa, tetapi tidak menutup kemungkinan beberapa tahun ke depan pesantren ini menjadi pesantren unggulan dan memiliki kualitas yang tidak diragukan dengan pesantren-pesantren yang ada di pulau Jawa.

PKB Kab Tegal

Ada hal yang cukup menarik yang diperhatikan dalam komunitas masyarakat yang plural. Pesantren ini sangat diterima oleh masyarakat yang notabenenya adalah non-Muslim. Pesantren ini mempunyai hubungan yang sangat baik dengan masyarakat non-muslim. Toleransi, kebregaman, dan solidaritas dijunjung tinggi di dalam sekitar pesantren. Boleh jadi ini adalah pengaruh dari peran besar sosok pengasuh pesantren Baitul Hikmah. Beliau adalah

sosok yang sangat menjaga hubungan baik antara muslim dan non-muslim, dan selalu mencari problem solving ketika terjadi permasalahan menyangkut keberagamaan. Barangkali itu lah yang menjadikan pesantren ini berkembangan sangat pesat.

Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sumba Barat, Petrus Fahik, mengatakan, pesantren ini cukup baik menjaga hubungan sosial dengan masyarakat non-muslim. Ia berharap pesantren ini menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter yang berwawasan kebangsaan dan selalu menjaga toleransi antar umat beragama.

PKB Kab Tegal

Terlepas dari peran pesantren tersebut, hubungan baik pun terealisasikan dalam sosialitas warga muslim dan non-muslim. Ini dibuktikan ketika ada acara kematian dan warga muslim melakukan ritual tahlilan. Warga non muslim yang kenal dengan almarhum berta’ziyah ke rumah tersebut dan mengikuti proses tahlilan. Mereka ditempatkan di ruangan khusus yang disediakan untuk tamu-tamu non muslim.

Toleransi inilah yang membuat decak kagum terhadap komunitas ini. Toleransi dan penghargaan begitu tinggi, hubungan baik pun selalu dijaga. Dan harapannya, semoga dengan adanya pesantren ini menjadi pesantren yang membumikan nilai-nilai keislaman, di bumi Sumba. Dan menjadi lembaga pendidikan yang mencerdaskan masyarakat yang memiliki kemampuan keagamaan yang baik, agar Islam bersinar dan makin meluas hingga ke daerah-daerah plosok, dan semoga akhirnya banyak masyarakat non muslim yang mendapatkan hidayah dan kemudian memeluk Islam. Wallahua’alam.

 

Muhammad Irfai Muslim

Mahasiswa Manajemen Pendidikan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Cerita, Internasional, Berita PKB Kab Tegal