Jumat, 26 Januari 2018

GP Ansor Sumenep Bedah Buku "Pesantren: Nalar dan Tradisi"

Sumenep, PKB Kab Tegal - Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Sumenep Madura, Jawa Timur, membedah buku bertemakan pesantren, Sabtu (2/4). Bertempat di aula PKPRI Sumenep, acara tersebut berlangsung 3 jam mulai dari pukul 14.00-17.00 WIB.

Buku yang dibedah berjudul Pesantren; Nalar dan Tradisi karya tokoh muda NU Jawa Timur, Gus Baddrut Tamam. Tampak hadir Ketua PCNU Sumemep KH Pandji Taufiq, Ketua PC GP Ansor M Muhri Zaen, penulis buku, 23 pengurus PC Ansor, dan 65 pengurus dari 22 PAC Ansor se Kabupaten Sumenep. Serta, beberapa pengasuh pesantren di Sumenep.

GP Ansor Sumenep Bedah Buku Pesantren: Nalar dan Tradisi (Sumber Gambar : Nu Online)
GP Ansor Sumenep Bedah Buku Pesantren: Nalar dan Tradisi (Sumber Gambar : Nu Online)

GP Ansor Sumenep Bedah Buku "Pesantren: Nalar dan Tradisi"

Akademisi NU Sumenep Dr Rahbini, tampil sebagai pembanding. Rahbini mengaku senang dan bangga punya kader NU seperti Gus Baddrut karena dia tergolong santri yang aktivis. "Di tengah kesibukannya, masih sempat menelurkan pikiran cerdasnya untuk kemudian diterbitkan dalam bentuk buku," tegasnya.

PKB Kab Tegal

Dalam kesempatan itu, Gus Baddrut berbicara tentang nilai-nilai pesantren harusnya terus kita sandang di mana pun dan jadi apa pun kita. "Oleh sebab itu, kita mesti selalu beretika, santun, dan bersahaja.Santri juga harus siap menghadapi berbagai problem sosial kemasyarakatan," tegas pria yang kini menjabat Ketua Fraksi Kebangkitan Bangsa DPRD Jawa Timur.

PKB Kab Tegal

Dalam sambutannya, Ketua PC GP Ansor Sumenep M Muhri Zaen menegaskan, bedah buku ini adalah rangkaian dalam memeriahkan harlah GP Ansor ke-82. Pihaknya berharap dengan membedah buku kepesaantrenan, peserta bisa mengikuti para pejuang yang sekaligus pengasuh/ pendiri pesantren yang mempunyai jasa besar terhadap bangsa ini.

"Pesantren lah yang berperan besar dan bersemangat luar biasa dalam hal ikut andil dalam memerdekakan serta mendidik umat dalam segala aspek kehidupan," tandasnya. (Hairul Anam/Mahbib)

?

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Fragmen, Doa PKB Kab Tegal

Kamis, 25 Januari 2018

Wahai Bangsaku Relakah Negerimu Terpecah-belah?

Jakarta, PKB Kab Tegal?

Rais Aam Idarah Aliyah Jamiyah Ahlith Thariqah Al-Mutabarah An-Nahdliyah (JATMAN) Habib Luthfi bin Yahya menegaskan untuk tidak berbasa-basi mengakui negara Indonesia sebagai tanah air. Ia mengatakan hal itu di lapangan Pancasila Simpang Lima, Semarang, Jawa Tengah pada Rabu (30/11).?

“NKRI harga mati, bukan basa-basi,” katanya pada Apel Kebhinekaan yang diikuti oleh aparat keamanan TNI dan Polri, pelajar, organisasi kemasyarakatan, mahasiswa, akademisi, pemerintah, dan masyarakat umum sebagaimana diberitakan Tribun Jateng.

Wahai Bangsaku Relakah Negerimu Terpecah-belah? (Sumber Gambar : Nu Online)
Wahai Bangsaku Relakah Negerimu Terpecah-belah? (Sumber Gambar : Nu Online)

Wahai Bangsaku Relakah Negerimu Terpecah-belah?

Habib Luthfi kemudian meminta hadirin untuk menjadikan Indonesia sebagai tanah air dimana pun berada. “Kita hidup di Amerika, Indonesia tanah airku. Kita hidup di Timur Tengah, Indonesia tanah airku, kita hidup di negeri China, Indonesia tanah airku. Kita hidup di mana pun, Indonesia tanah airku,” tegasnya di video yang diunggah di Youtube hari ini oleh akun Syaroni As-Samfuriy.?

Kemudian habib asal Pekalongan tersebut mengajak untuk memahami keistimewaan laut. Menurutnya, ketika mendengar laut, yang terpikir adalah air, ikan, dan perahu. “Berapa anak sungai di Indonesia kalau musim kemarau, kalau musim penghujan; berapa juta kubik per detik mengalir ke laut dengan membawa limbah, membawa macam-macam.”?

Meski demikian, kata dia, benda-benda yang masuk ke laut tidak mampu mengubah rasa asinnya laut. Itu merupakan kehebatannya. “Ikan yang ada di laut tidak perlu diasini karena dia hidupnya sudah di tempat yang asin. Anehnya masih membutuhkan yang asin. “

PKB Kab Tegal

Berarti, lanjutnya, ikan itu tetap tawar, tapi bisa bergaul dengan yang asin. Hal itu menandakan kerukunan yang sulit dipisahkan dari laut.?

Kemudian ia mengimbau kepada TNI, Polri, anak-anak muda untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia. Semua kalangan jangan mudah dipecah-belah.?

PKB Kab Tegal

Menurutnya, pecah-belah itu bisa dilakukan dengan tekanan ekonomi. Tapi jika tekanan ekonomi tidak mempan, yang paling berbahaya adalah membenturkan artarumat bergama. “Wahai bangsaku, yang membanggakan, relakah negerimu berpecah-belah?”?

Menurut Tribun Jateng, pada apel tersebut, hadir Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Pangdam IV Diponegoro, Kapolda Jateng, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, Kajati Jateng, Rektor Universitas Diponegoro Semarang, serta musisi Iwan Fals. (Abdullah Alawi)?

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Doa PKB Kab Tegal

Tiga Hal Perwujudan Kembali ke Fitrah

Jember, PKB Kab Tegal - Kesucian? (fitrah) adalah gabungan tiga unsur: benar, baik dan indah. Sehingga seseorang yang ber-idul fitri dalam arti kembali kepada kesuciannya, akan selalu berbuat yang indah, benar dan baik.

Demikian diungkapkan Ketua PCNU Jember, KH. Abdullah Syamsul Arifin saat menjadi khatib sholat Idul Fitri di masjid jami Al-Baitul Amin, Jember, Jawa Timur, Rabu (6/7).

Tiga Hal Perwujudan Kembali ke Fitrah (Sumber Gambar : Nu Online)
Tiga Hal Perwujudan Kembali ke Fitrah (Sumber Gambar : Nu Online)

Tiga Hal Perwujudan Kembali ke Fitrah

Menurut kiai yang akrab disapa Gus Aab, dengan kesucian jiwanya, orang yang ber-idul fitri akan memandang segalanya dengan pandangan yang positif, selalu mencari sisi-sisi yang baik, benar dan indah. Ia mencari yang indah kemudian melahirkan seni, mencari yang baik menimbulkan etika, dan mencari yang benar menghasilkan ilmu.

PKB Kab Tegal

"Dengan demikian, ia akan menutup mata terhadap kesalahan dan keburukan orang lain. Kalaupun itu terlihat, selalu dicari nilai-nilai positifnya," tukasnya.

Lebih jauh Gus Aab mengatakan, hakikat kembali ke fitrah bisa diwujudkan dalam tiga hal, yaitu mengokohkan ketauhidan, menguatkan komitmen ubudiyah dan memelihara akhlak yang terpuji.

PKB Kab Tegal

Mengkokohkan tauhid, katanya, dilaksanakan dengan puasa, shalat tarawih, tadarus, membayar zakat hingga melaksanakan shalat Idul Fitri.

"Ramadhan adalah momentum yang sangat efektif untuk mengokohkan keimanan kita. Ramadhan memang dicipta oleh Allah untuk mendidik jiwa-jiwa yang lalai dari ibadahnya untuk bersimpuh bersujud? dan mengikhlaskan pengabdiannya," jelasnya.

Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Jember melanjutkan, fitrah kehambaan menuntut setiap muslim untuk membutikan komitmen ibadahnya. Dia dituntut tidak hanya bersungguh-sungguh menunaikan? ibadah fardlu tapi juga ibadah sunnah.

"Jika seorang muslim ingin membuktikan kesungguhannya untuk kembali kepada fitrahnya, salah satu bentuknya adalah dengan menjaga komitmen ibadahnya," urai Gus Aab.

Gus Aab memaparkan bahwa cara lain memaknai pemeliharaan fitrah adalah dengan menjaga akhlak yang terpuji seperti amanah, jujur, sabar dan syukur. Jika seseorang memiliki dan menjaga sifat-sifat tersebut, ia akan tenang hidupnya. "Orang yang amanah, jujur, sabar dan syukur adalah orang yang? disenangi dan dirindukan semua orang," jelasnya. (aryudi a. Razaq/abdullah alawi)

?

?

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Meme Islam, Ahlussunnah, Jadwal Kajian PKB Kab Tegal

Anak Muda NU Jangan Lengah oleh Kebesaran Organisasi

Purworejo, PKB Kab Tegal. Rais Syuriah PWNU Jawa Tengah KH Achmad Chalwani Nawawi yang juga pengasuh Pesantren? An-Nawawi Berjan Purworejo megingatkan pemuda NU untuk senantiasa aktif menggerakkan organisasi. Mereka tak boleh lengah dengan kebesaran organisasi.

KH Chalwani mengatakan hal ini di hadapan seratusan alumni dan kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Purworejo saat acara penutupan Konferensi Cabang X dan Sambung Rasa Temu Alumni dengan tema Konsolidasi Lintas Generasi, Ikhtiar Memperkokoh Ideologi Aswaja Dalam Sistem Kaderisasi PMII, (11-12/10) lalu di aula pertemuan NU Berjan Purworejo.

Anak Muda NU Jangan Lengah oleh Kebesaran Organisasi (Sumber Gambar : Nu Online)
Anak Muda NU Jangan Lengah oleh Kebesaran Organisasi (Sumber Gambar : Nu Online)

Anak Muda NU Jangan Lengah oleh Kebesaran Organisasi

"Anak-anak muda NU jangan kantengen (merasa nyaman) lantaran sudah merasa besar karena memiliki kader banyak. Jika hal tersebut terjadi bukan tidak mungkin NU beberapa waktu ke depan NU tinggal nama di Purworejo. Islam ramah yang selama ini kita pegang ini akan berganti dengan paham lain atau bahkan agama lain," katanya.

PKB Kab Tegal

KH Chalwani yang juga ketua Majlis Pembina PC PMII Purworejo ini mencontohkan, Negara Spanyol yang dahulu bernama Andalusia tersebut adalah negara yang sangat Islami. Masjid-masjid dan pesantren tumbuh subur di sana. Namun cerita tentang majunya peradaban Islam di tanah Andalusia tersebut kini tinggal kenangan.

PKB Kab Tegal

"Masjid-masjid dan pesantren kini sudah beralih fungsi menjadi gereja dan lain sebagainya. Hal tersebut terjadi karena umat Islam di sana waktu itu mungkin sudah merasa nyaman sehingga dengan mudah agama lain masuk dan menghacurkan peradaban Islam yang sudah terbangun ratusan tahun," tandasnya.

Pada bagian lain, mantan anggota DPD Jawa Tengah ini juga berpesan bahwa berorganisasi merupakan salah satu bentuk perjuangan yang harus dilakukan oleh mahasiswa. Namun yang lebih penting lagi keaktifan berorganisasi jangan sampai melupakan tugas utama untuk belajar dan mengaji baik di kampus maupun di pesantren.

Sebelumnya, dalam Konfercab X yang digelar pada hari pertama Muhammad Arifin yang sebelumnya menjabat sebagai wakil sekretaris berhasil terpilih secara demoktratis sebagai Ketua Umum PC PMII Purworejo periode 2014-2015 mengalahkan rivalnya Imam Khoiri.

"Ini merupakan langkah awal kita bersama dalam membangun dan mempertahankan eksistensi organisasi ektra kampus terbesar di Purworejo. Untuk itu kami minta kerja sama dan dukungan kader-kader semua agar kepengurusan kedepan jauh lebih baik lagi," katanya.

Menurutnya, jika menengok dari sejarah transisi sebuah kekuasaan selalu diwarnai dengan dinamika yang berbeda-beda. Ia mencontohkan perubahan rezim dari Majapahit ke Demak Bintoro berjalan nyaris tanpa konflik. Namun transisi dari Pajang ke Mataram diwarnai dengan konflik yang berkepanjangan.

"Penyebabnya cukup sederhana karena masa transisi Majapahit di topang oleh kekuatan civil society dan para tokoh masyarakat waktu itu sementara transisi Pajang sebaliknya. Maka transisi dari Ketua lama ini saya kira dukungan dari sesepuh alumni dan kader-kader semua sangatlah penting untuk menjaga stabilitas organisasi," tandasnya. (Lukman Hakim/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Quote, Ulama PKB Kab Tegal

Rabu, 24 Januari 2018

Tradisi NU Bukan Budaya Sinkretis

Jakarta, PKB Kab Tegal. Tradisi NU bukan budaya sinkretis. Tradisi itu jelas dibawa oleh para penyebar Islam di Indonesia. Demikian diungkapkan sejarawan Agus Sunyoto saat berada di beranda PKB Kab Tegal, Gedung PBNU Jakarta, Selasa (17/4) malam lalu.

Tradisi NU Bukan Budaya Sinkretis (Sumber Gambar : Nu Online)
Tradisi NU Bukan Budaya Sinkretis (Sumber Gambar : Nu Online)

Tradisi NU Bukan Budaya Sinkretis

Pengetahuan yang beredar di masyarakat selama ini keliru. Mereka berasumsi bahwa tradisi NU seperti upacara tahlilan, yasinan, dan kendurian, atau ziarah kubur, mengadopsi dari tradisi agama Hindu.

Bagi Agus Sunyoto, penulis buku ‘Suluk Abdul Jalil, Perjuangan dan Ajaran Syaikh Siti Jenar’ yang berjilid-jilid ini, anggapan mereka ini salah. Ia, mengungkapkan berbagai literatur yang mendukung pernyataannya.

PKB Kab Tegal

Wakil Ketua Pengurus Pusat Lembaga Seninam dan Budayawan (Lesbumi) NU ini memaparkan, tradisi NU itu misalnya upacara tahlilan. Upacara tahlilan ini diperingati masyarakat untuk yang orang meninggal dunia. Peringatan itu dilakukan 3, 7, 15, 40, 100, dan 1000 hari. Semua peringatan ini, dibawa orang-orang Islam dari Champa.

PKB Kab Tegal

Ia melacak bahwa tradisi NU berawal dari Walisongo. Walisongo membawa tradisi demikian dari negeri Champa, tambahnya. Sunan Ampel, dengan nama kecil Raden Rahmat, lahir 1401 M di negeri Champa. Champa adalah satu negeri kecil yang terletak kini di Kamboja. Sunan Ampel dari Champa membawa tradisi tahlilan.

Sebelum Walisongo datang, kerajaan Majapahit menguasai wilayah Nusantara. Menurut penyusun Atlas Walisongo ini, tradisi Tahlilan belum ada di tengah masyarakat. Jadi pernyataan bahwa tahlilan itu berasal dari budaya Hindu, awur dan keliru.

Upacara tahlilan itu berasal dari orang Islam. Islam Nusantara terpengaruh oleh orang Islam Champa. Sementara, tradisi Islam Champa terpengaruh oleh Islam Persia. Upacara Kendurian misalnya, itu berasal dari Persia. Kata ‘Kenduri’ sendiri adalah bahasa Persia kok. Jadi, upacara kenduri bukan dari bahasa Hindu, tukasnya.

Agus menulis buku yang baru terbit 2011 lalu, “Walisongo, Rekonstruksi Sejarah Yang Disingkirkan”. Dalam pengantar buku itu, ia mengatakan bahwa dalam literatur sejarah Indonesia, ada usaha sistematis untuk menghilangkan Walisongo. Buku barunya ini cukup kuat dalam meluruskan sejarah tradisi Islam Nusantara dengan referensi-referensi yang bisa dipertanggungjawabkan.

Menutup pembicaraannya dengan PKB Kab Tegal, Agus berpesan agar nahdliyin menggali lagi lembaran-lembaran sejarah dengan kritis. Karena, banyak sekali sejarah-sejarah yang ditulis oleh kaum orientalis untuk mengaburkan jejak Walisongo yang selama ini menjadi teladan umat Islam Nusantara, tambahnya.

Redaktur: A. Khoirul Anam

Penulis   : Alhafiz Kurniawan

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Kajian Sunnah, Warta, PonPes PKB Kab Tegal

Santri Nuris Ciptakan Alat Pendeteksi Kebocoran Gas

Jember, PKB Kab Tegal. Kebakaran yang diakibatkan oleh bocornya gas berbahaya seperti LPG, tak perlu terlalu dirisaukan. Pasalnya, saat ini telah ditemukan alat pendeteksi kebocoran gas sehingga ledakan maupun kebakaran yang diakibatkannya bisa dihindari.

Adalah Muhammad Wiliam Mursyida, Fani Rosiful dan Alvin Widiardi yang berhasil menemukan alat canggih tersebut, dan diberi nama “D’tron Fire Flow Alarm”. Temuan ketiga siswa MA Unggulan Nuris, Antirogo, Jember, Jawa Timur itu? berhasil meraih juara harapan pertama? dalam lomba Instrumentation And Control Competition (ICONIC) 2016 di ITB Bandung, belum lama ini.

Santri Nuris Ciptakan Alat Pendeteksi Kebocoran Gas (Sumber Gambar : Nu Online)
Santri Nuris Ciptakan Alat Pendeteksi Kebocoran Gas (Sumber Gambar : Nu Online)

Santri Nuris Ciptakan Alat Pendeteksi Kebocoran Gas

Dalam lomba berskala nasional tersebut, MA Unggulan Nuris menjadi satu-satunya perwakilan pesantren yang mampu bersaing dengan ratusan delegasi sekolah umum di tanah air.

Menurut Wiliam, alat tersebut dilengkapi dengan sensor yang berfungsi menyensor gas berbahaya dalam ruangan. Juga ada alarm untuk mengirim tanda bahaya ketika sensor menemukan gas yang bocor.

PKB Kab Tegal

Tidak hanya itu, ketika alat tersebut menemukan gas berbahaya, maka? secara otomatis gas tersebut dikumpulkan dalam satu titik, lalu mendorongaya keluar ruangan sehingga kepadatan gas dalam ruangan berkurang. “Ketika gas? liar dalam ruangan bisa dibuang keluar, maka tak akan terjadi kebakaran,” ucapnya kepada PKB Kab Tegal di kompleks Pesantren Nuris, Senin (26/9).

Rekan Wiliam, Fani Rosiful mengaku penemuan alat tersebut terilhami oleh banyaknya kejadian ledakan atau kebakaran akibat bocornya gas yang tersambung ke kompor. Penggunaan kompor gas, katanya, selain irit juga minim polusi. Namun kenyataannya, ada bahaya lain yang mengancam, yaitu ledakan. “Maka kami berpikir, dan akhirnya terciptalah alat itu,” tukas pemuda asal Wuluhan itu.

Nama D’tron adalah kepanjangan dari the electronic. Pembuatan alat tersebut memakan waktu sekitar satu bulan dengan menghabiskan dana kurang dari Rp 1 juta. Sedangkan sebagian besar komponen D’tron Fire Flow Alarm diambil dari peralatan bekas elektronik yang tersimpan di laboratorium Nuris.

PKB Kab Tegal

“Kami berharap agar pemerintah dapat mematenkan prototype alat ini, dan bisa diproduksi secara massal untuk kepentingan kenyamanan dan keamanan penggunaan kompor gas,” harapnya.

Wiliam, Fani dan Alvin adalah kelas XII MA Unggulan Nuris. Ketiganya tergabung? dalam satu tim, yang setiap sore berkumpul melakukan eksperimen dan mencoba melakukan inovasi ilmiah.

“Mereka juga dijamin lancar membaca kitab kuning. Khusus Wiliam, dia TOEFL-nya hampir 500,” terang Gus Robith Qashidi, Pengasuh Pondok Pesantren Nuris. (Aryudi A. Razaq/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Meme Islam, Syariah PKB Kab Tegal

JQH Mantapkan Persiapan Haul Pahlawan Nasional

Surabaya, PKB Kab Tegal. Hari Pahlawan Nasional tanggal 10 Nopember akan diperingati besar-besaran di Surabaya. Acara dipusatkan di areal Monumen Tugu Pahlawan Surabaya. Kali ini acara besar itu akan diselenggarakan oleh Pengurus Wilayah Jam’iyatul Qura’ wal Huffadz (JQH) Jawa Timur, bekerjasama dengan MUI, PWNU, Pemkot Surabaya dan Pemprov Jatim.

Direncanakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, beberapa menteri dan gubernur di seluruh Indonesia akan turut hadir dalam perhelatan besar itu. “Semua undangan sudah kami sampaikan, dan dipastikan sudah sampai di tangan masing-masing yang kami undang,” kata KH Drs Abdullah Faqih, SH, Ketua Panitia Haul Pahlawan Nasional kepada PKB Kab Tegal di Surabaya, Selasa (6/11).

Ustadz Faqih menuturkan, dalam pelaksanaan nanti pihaknya akan melibatkan 1945 hafidz (penghafal Al-Quran putra) dan hafidzah (penghafal Al-Quran putri). Pengambilan jumlah itu disesuaikan dengan tahun terjadinya peristiwa hari bersejarah di Surabaya itu.

JQH Mantapkan Persiapan Haul Pahlawan Nasional (Sumber Gambar : Nu Online)
JQH Mantapkan Persiapan Haul Pahlawan Nasional (Sumber Gambar : Nu Online)

JQH Mantapkan Persiapan Haul Pahlawan Nasional

Para Qori’ adalah para anggota JQH di seluruh Jawa Timur. Faqih menyatakan, pihaknya tidak kesulitan mencari penghafal Al-Quran sebanyak itu di wilayah kerjanya, sebab tidak kurang dari 9.000 anggota JQH Jatim adalah seorang hafidz/hafidzah.

“Itu yang sudah terdaftar resmi hafal 30 juz, yang belum terdaftar masih banyak,” tutur alumnus Pondok Pesantren Langitan itu. Ia menuturkan, dalam rapat pleno persiapan yang dilakukan pada awal November lalu, sudah ada 3.900 orang yang mendaftar. “Ya nanti kita bagi, selebih dari 1945 orang, sisanya sebagai mustami’in saja,” imbuh Sekretaris JQH Jawa Timur itu.

Di tempat yang sama, H Ahid Sufiaji, Wakil Majelis Ilmi JQH Jatim menjelaskan, acara akan dimulai pukul 06.00 WIB pagi dengan khatmil Quran bil ghaib oleh 1945 orang penghafal Al-Quran di 114 majelis. Setiap majelis berada di dalam masjid, hanya 9 di antaranya adalah majelis besar yang berada di areal Monumen Tugu Pahlawan.

PKB Kab Tegal

Penggunaan angka 9 disesuaikan dengan angka keramat NU. Jam 11.00 WIB berarti Al-Quran telah dikhatamkan sebanyak 114 kali. Angka itu adalah angka seluruh jumlah ayat yang ada dalam Al-Quran.

Setelah itu akan dilakukan pelantikan pengurus baru PW JQH Jatim, disusul dengan pembacaan istighosah dan do’a bersama untuk para pahlawan. Baru setelah itu dilakukan sambutan-sambutan, termasuk di dalamnya amanat presiden dan ceramah umum yang akan disampaikan oleh KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan KH A Hasyim Muzadi. Sedangkan doa penutup akan disampaikan oleh DR KH MA Sahal Mahfudh.?

PKB Kab Tegal

Anggota FKB DPRD Jatim itu menuturkan, tidak kurang dari 4.000 undangan telah diedarkan. Mereka adalah para penghafal Al-Quran, para pengurus Ormas Islam, partai politik, para kepala daerah tingkat II se-Jatim, gubernur se-Indonesia, veteran, seniman, budayawan, banom-banom dan lembaga NU, para calon gubernur, dan lain-lain.

“Pokoknya acara ini sekaligus sebagai ajang menjalin silaturahmi untuk mempererat persaudaraan bangsa,” tutur H Ahid, yang duduk di dewan penasehat kepanitiaan.

Ia menjelaskan, perayaan Hari Pahlawan kali ini sengaja dibuat besar-besaran, karena jasa para pahlawan yang meletakkan kemerdekaan negeri ini juga besar. Sebenarnya ide semacam itu sudah muncul 3 tahun lalu, namun baru kali ini bisa dilaksanakan. “Semoga kali ini tidak ada lagi gangguan di tengah jalan,” ujarnya berharap. (sbh)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Nasional PKB Kab Tegal