Rabu, 25 Maret 2009

Pelajar NU Gandrungmangu Isi Pesantren Ramadhan dengan Lakmud

Cilacap, PKB Kab Tegal. Sebanyak 125 pelajar mengikuti pelatihan kader muda (Lakmud) yang diselenggarakan IPNU-IPPNU Gandrungmangu  di MI Ma’arif NU 1 Layansari kecamatan Gandrungmangu kabupaten Cilacap. Pelatihan selama dua hari, Sabtu-Ahad (5-6/7) ini, mempersiapkan peserta menjadi kader NU berwawasan Aswaja.

Pelajar NU Gandrungmangu Isi Pesantren Ramadhan dengan Lakmud (Sumber Gambar : Nu Online)
Pelajar NU Gandrungmangu Isi Pesantren Ramadhan dengan Lakmud (Sumber Gambar : Nu Online)

Pelajar NU Gandrungmangu Isi Pesantren Ramadhan dengan Lakmud

Peserta Lakmud yang dimulai Sabtu (5/7) pagi ini ialah utusan dari empat belas ranting dan enam komisariat IPNU-IPPNU sekecamatan. Mereka juga mempelajari sejumlah keterampilan dalam kaderisasi ini seperti pelatihan Jurnalistik, seminar Kepemimpinan Masa Depan, dan praktik amaliyah Ramadhan.

“Keluar dari sini, peserta harus sudah siap menjadi pemimpin dan pelopor masa depan pada masing-masing ranting dan komisariat,” kata Ketua IPNU Gandrungmangu, Ali Mahfudz.

PKB Kab Tegal

Kaderisasi ini berakhir Ahad (6/7) petang. Kegiatan yang diakhiri do’a bersama dengan pengurus MWCNU Gandrungmangu beserta lembaga dan banom NU, menutup rangkaian kegiatan pesantren Ramadhan. (Ulun Najah-Amaliyatun Khofifah/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal

PKB Kab Tegal Tegal, Pemurnian Aqidah, Santri PKB Kab Tegal

Rabu, 11 Maret 2009

PMII UIN Yogyakarta Ajak Kader Melek Media

Bantul, PKB Kab Tegal. Pasca dilantik pada tanggal 31 Oktober 2015 lalu, Biro Media dan Jaringan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta langsung menjalankan program kerja perdananya. Bertempat di Jl Pedak Blok Mentari No. 2 Sorowajan Bantul, DIY, mereka menggelar diskusi perdana ? bertema ‘Mengenal Media; Menggugat Peran Media’.

"Diskusi perdana ini bertujuan untuk mengajak seluruh kader PMII Komisariat UIN Sunan Kalijaga untuk melek media, agar kader-kader PMII tidak mudah terpengaruh oleh opini-opini media korporasi yang cenderung subyektif dan tendensius," ungkap Ibnu Hibban, Koordinator Biro Media dan Jaringan, Rabu (4/11).

PMII UIN Yogyakarta Ajak Kader Melek Media (Sumber Gambar : Nu Online)
PMII UIN Yogyakarta Ajak Kader Melek Media (Sumber Gambar : Nu Online)

PMII UIN Yogyakarta Ajak Kader Melek Media

Senada dengan Hibban, Abdul Rahman Wahid, salah satu anggota Biro Media dan Jaringan menjelaskan, bahwa hari ini terlalu banyak media yang menyampaikan berita-berita atau isu-isu yang kebenarannya masih simpang siur. "Media saat ini banyak yang mengabaikan keakuratan dalam menyampaikan informasi," jelas pria kelahiran Lumajang tersebut.

Program perdana Biro Media dan Jaringan ini mendapat apresiasi oleh kader-kader PMII Komisariat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Diskusi ini dinilai mampu memantik kader-kader PMII untuk lebih jauh mempelajari tentang media. Bahkan salah satu kader ingin mempunyai suatu media untuk meng-counter isu-isu yang tidak jelas.

PKB Kab Tegal

"Pasca diskusi ini, saya mempunyai cita-cita baru, mempunyai media," ujar Abdullah Bin Salim, salah satu kader PMII Komisariat UIN Sunan Kalijaga yang menghadiri diskusi.

Untuk selanjutnya, Biro Media dan Jaringan akan bekerjasama dengan media lokal di Yogyakarta untuk mengembangkan pengetahuan tentang media, khususnya skill jurnalistik. (Analta Inala/Fathoni)

PKB Kab Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal RMI NU, Nahdlatul Ulama, Pahlawan PKB Kab Tegal

Jumat, 06 Februari 2009

Kiai Nuril Ajak PMII Lestarikan Aswaja

Jakarta, PKB Kab Tegal

Ketua Umum Pengurus Pusat Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) KH Nuril Huda kembali menegaskan pentingnya menjaga dan melestarikan paham keagamaan NU, Ahlussunnah Wal Jama’ah (Aswaja). Ia mengajak para aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) untuk turut serta melestarikan paham yang dikenal moderat itu.

“Bagaimanapun juga, PMII adalah bagian dari NU. Oleh karena itu, mari bersama-sama menjaga serta melestarikan Aswaja dari paham-paham baru yang muncul akhir-akhir ini,” kata Kiai Nuril saat menjadi penceramah pada acara Semarak Ramadhan yang digelar Pengurus Cabang (PC) PMII Jakarta Pusat, di Masjid Jami’ Al-Ma’mur, Jalan Raden Saleh, Jakarta (25/9)

Kiai Nuril Ajak PMII Lestarikan Aswaja (Sumber Gambar : Nu Online)
Kiai Nuril Ajak PMII Lestarikan Aswaja (Sumber Gambar : Nu Online)

Kiai Nuril Ajak PMII Lestarikan Aswaja

Di hadapan para aktivis organisasi berbasis mahasiswa NU itu, Kiai Nuril menjelaskan, saat ini Aswaja tengah terancam keberadaannya. Pasalnya, tidak sedikit muncul paham baru yang mengatasnamakan ahlussunnah. “Sekarang harus diingat, ada (paham, red) ahlussunnah tok (saja, red), ada ahlussunah yang ada wal jama’ah-nya,” terangnya.

“Ahlussunnah tidak sama dengan Aswaja. Ajaran yang tanpa mengejek orang lain, keyakinan orang lain, paham yang dianut orang lain, itulah Aswaja,” jelas Kiai Nuril.

PMII, sebagai organisasi yang menghimpun para pemuda NU, kata Kiai Nuril, memiliki peran besar dalam rangka turut serta melestarikan Aswaja. Menurutnya, pemuda memiliki semangat yang masih besar. Hal itulah yang menurutnya dibutuhkan oleh NU saat ini .

PKB Kab Tegal

Selain para aktivis PMII, acara tersebut juga diikuti sekitar 100 anak-anak yang tinggal di sekitar Masjid Jami’ Al-Ma’mur. Mereka memang sengaja diundang pada acara Semarak Ramadhan itu untuk berbuka bersama.

Acara tersebut merupakan pembukaan dari serangkaian kegiatan yang akan diselenggarakan PC PMII Jakpus selama bulan Ramadhan kali ini, antara lain, Pesantren Kilat, Halaqoh dan Pengajian Kitab Salaf, Buka Bersama Anak Jalanan dan Silaturrahmi Antar-Tokoh Ormas Islam dan OKP. (rif)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal

PKB Kab Tegal Quote, Internasional, Syariah PKB Kab Tegal

Minggu, 21 Desember 2008

Kiai-kiai di Wonosobo Nonton Bareng "Sang Kiai"

Wonosobo, PKB Kab Tegal. Sebanyak 231 kiai dan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Wonosobo menggelar nonton bareng film Sang Kiai di Dieng Cinema, Ahad (16/6) kemarin. Nonton bareng bersama kiai Wonosobo itu dilakukan di sela-sela harlah ke-90 NU sekaligus memperingati hari lahirnya Pancasila.

Ketua PCNU Kabupaten Wonosobo Arifin Shiddiq menuturkan, kader muda NU seharusnya meniru rekam jejak mbah KH Hasyim Asy’ari. Karena pendiri NU tersebut memiliki karakter yang luar biasa. "Karakter tersebut belum banyak dimiliki penerus NU pada masa sekarang," katanya. 

Kiai-kiai di Wonosobo Nonton Bareng Sang Kiai (Sumber Gambar : Nu Online)
Kiai-kiai di Wonosobo Nonton Bareng Sang Kiai (Sumber Gambar : Nu Online)

Kiai-kiai di Wonosobo Nonton Bareng "Sang Kiai"

Pembantu Rektor I UNSIQ Jawa Tengah KH Mukhotob Hamzah yang ikut nonton bareng menambahkan, para santri di era sekarang harus memiliki mental pejuang. Yaitu berjuang untuk dirinya, berjuang buat agamanya, dan berjuang demi bangsanya yaitu bangsa Indonesia.

PKB Kab Tegal

"Para Santri di Wonosobo bisa belajar keteladanan yang dilakukan sosok mbah KH Hasyim Asy’ari," tandasnya usai nonton bareng film yang diaktor Ikranegara dan Agus Kuncoro tersebut.

PKB Kab Tegal

Kepala Kementrian Agama Kabupaten Wonosobo Drs. H. Muhtadin mengatakan, Mbah Hasyim juga merupakan sosok yang berani dalam tindakan. Dia berpendirian dan bersemangat melawan penjajah Jepang. Mbah Hasyim menunjukkan bahwa untuk meraih kemenangan tidak harus dengan senjata lengkap. Cukup dengan tekad yang kuat meskipun senjatanya ala kadarnya.

"KH Hasyim Asy’ari menunjukkan betapa wajibnya hukum membela tanah air dari penjajahan. Beliau menyeru para santrinya untuk membela tanah air," jelasnya.

Film yang disutradarai Rako Prijanto membuat para kiai di Wonosobo bangga. Bahwa NU memiliki sosok yang berani berjihad demi agama dan bangsanya. Di film ini membuktikan bahwa banyak peran tokoh ulama dan kiai yang ikut serta dalam memperjuangkan kemerdekaan NKRI.

Redaktur    : A. Khoirul Anam

Kontributor: Fathul Jamil

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Kajian Sunnah, Aswaja PKB Kab Tegal

Selasa, 09 Desember 2008

IPNU-IPPNU NTB Akan Terapkan Ahlul Halli wal Aqdi

Mataram, PKB Kab Tegal. Konfrensi Wilayah IPNU-IPPNU Nusa Tenggara Barat (NTB) yang akan dihelat pada hari Ahad-Selasa (26-28/7) besok akan menerapkan sistem Ahlul Halli Wall Aqdi.

IPNU-IPPNU NTB Akan Terapkan Ahlul Halli wal Aqdi (Sumber Gambar : Nu Online)
IPNU-IPPNU NTB Akan Terapkan Ahlul Halli wal Aqdi (Sumber Gambar : Nu Online)

IPNU-IPPNU NTB Akan Terapkan Ahlul Halli wal Aqdi

Hal ini di sampaikan oleh Hery Nurdiansyah alias Che Uber Ketua Panitia Pelaksana kepada PKB Kab Tegal kamis (23/7) di Mataram.

"Kami akan terapkan Ahwa (Ahlul Halli wa Aqdi), dan saat ini sedang kami persiapkan modelnya yang lebih Teknis," Katanya

PKB Kab Tegal

Menurut Uber panggilan akrabnya sistem itu merupakan solusi tepat dalam menguringi permainan politik uang, baik yang dilakukan kandidat maupun oknum pemilik hak suara di arena Komfrensi.

"Dengan cara Ahwa, ruang mony politik dan permainan sejenisnya bisa di hilangkan serta saling menjekkan oleh Tim satu sama lainnya tidak ada," harapnya

PKB Kab Tegal

Ahwa, lanjutnya penting diterapkan agar proses kaderisasi pada saat Konferwil tidak bermuara pada nuansa politik sesaat, tapi lebih kepada proses musyawarah yang menjadi turunan dari PD/PRT yang membahas tentang "Musyawah mufakat," terangnya

Dia pun merinci sejuh ini para Calon ketua yang sudah konfirmasi kepada panitia pelaksana sudah ada. Ada yang dari unsur Pimpinan Wilayaah yang saat ini sedang menjabat di antarnya Habibul Umam, Selamat Subroto, dan Heri Nusdiansyah. Mereka sama sama Wakil Ketua IPNU NTB, Syamsul Hadi koordinator Lembaga Media Jaringan IPNU NTB dan Hadi Irawan mantan Ketua PC IPNU Lombok barat.

"Sedangkan dari IPPNU sejauh ini belum ada konfirmasi di panitia siapa aja kandidatnya," tutup Uber. (Samsul Hadi/Anam)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Humor Islam, Nahdlatul Ulama PKB Kab Tegal

Jumat, 15 Agustus 2008

The Founding Fathers of Nahdlatoel Oelama’

Jika bukan karena perjuangan sesepuh yang telah mendahului kita, niscaya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) masih dalam cengkeraman penjajah, dan jika bukan karena jerih payah para kiai dan santri dari surau maupun pesantren yang telah memperjuangkan Islam ala ahlusunnah wal jamaah ke dalam bentuk sebuah organisasi sosial keagamaan, Nahdlatoel Oelama (NU), maka tidak menutup kemungkinan kalau ajaran Sunni yang sudah berkembang sejak Islam pertama kali datang di Indonesia akan selalu digerus, baik secara internal (sesama muslim, seperti kelompok Islam Modernis) maupun eksternal (non muslim, seperti zending-zending Kristen).

Selain mempunyai visi misi untuk menjadi organisasi sosio religius, Nahdlatoel Oelama’ berkeinginan untuk melepaskan belenggu penjajah yang telah menjerat di atas pundak Negara Kasatuan Republik Indonesia. Sehingga, tidak mengherankan ketika detik-detik menjelang lahirnya Nahdlatoel Oelama’, Belanda selalu mengawasi dan berusaha untuk menggagalkan supaya organisasi tersebut tidak jadi didirikan. Akan tetapi, atas kecerdikan para kiai, akhirnya Nahdlatoel Oelama’ dapat didirikan pada 16 Rajab 1344 H/31 Januari 1926 M.

The Founding Fathers of Nahdlatoel Oelama’ (Sumber Gambar : Nu Online)
The Founding Fathers of Nahdlatoel Oelama’ (Sumber Gambar : Nu Online)

The Founding Fathers of Nahdlatoel Oelama’

Sebelum Nahdlatoel Oelama’ resmi didirikan, para kiai telah mencurahkan jiwa raga, harta dan bendanya agar organisasi yang digadang-gadang sejak puluhan tahun itu bisa berdiri.  Getir pahit dirasakan bersama-sama oleh para pendiri Nahdlatoel Oelama’ yang tersebar di pulau Jawa dan Madura.

“Tak kenal, maka tak sayang” kata pepatah kuno yang memberikan sebuah nasehat, bagaimana seharusnya generasi penerus agar bisa mengenang jasa-jasa generasi yang telah mendahuluinya. Bukan sekedar mendahului belaka, namun, pendahuluan yang dibarengi dengan sebuah perjuangan panjang supaya kelak anak cucunya dapat hidup tenang dan merdeka dalam meneruskan estafet, izzul islam wal muslimin wal buldah.

PKB Kab Tegal

Kehadiran buku The Founding Fathers of Nahdlatoel Oelama’ di tengah-tengah masyarakat Nahdliyyin sangat membantu untuk mengenalkan mereka kepada tokoh-tokoh yang menjadi perintis atas berdirinya organisasi Nahdlatoel Oelama’. Di buku ini direkam 23 jejak tokoh ulama se-Jawa dan Madura yang ikut berpartisipasi atas berdirinya Nahdlatoel Oelama’ dengan disertai peran khusus mereka, seperti Syaikhona Kholil sebagai penentu berdirinya Nahdlatul Ulama, Kiai Hasyim Asy’ari sebagai Rois Akbar Nahdlatul Ulama, Kiai Wahab Hasbullah sebagai konseptor lahirnya Nahdlatul Ulama, Kiai Raden Asnawi sebagai argumenator Nahdlatul Ulama, Kiai As’ad sebagai mediator lahirnya Nahdlatul Ulama, Kiai Raden Hambali sebagai arsitek Prasasti Nahdlatul Ulama, Kiai Ridwan Abdullah sebagai desainer lambang Nahdlatul Ulama, Kiai Mas Alwi bin Abdul Aziz sebagai pengusul nama Nahdlatul Ulama dan lain-lain. 

Buku The Founding Fathers of Nahdlatoel Oelama’ mempunyai beberapa kelebihan bila dibandingkan dengan buku-buku lain yang mengupas tentang tokoh-tokoh Pendiri NU. Buku ini mampu menghadirkan tokoh yang mungkin sejarahnya belum pernah dijumpai dalam sebuah buku bacaan dengan pembahasan yang khusus, seperti Kiai Reden Hambali (Kudus), Kiai Khalil Masyhuri (Rembang), Kiai Muhammad Zubair (Gresik), Kiai Ridwan Mujahid (Semarang) dan lain-lain. Selain itu, buku ini, kata penulisnya (Amirul Ulum) diinspirasi oleh KH. Maimoen Zubair, salah seorang sesepuh NU yang menjadi Musytasr PBNU dan juga menjadi kiai dari Amirul Ulum. 

PKB Kab Tegal

Selain kelebihan yang dimiliki, buku ini juga memiliki sebuah kelemahan atau kekurangan. Misalnya, jika kita membacanya halaman perhalaman, maka kita akan menemukan sebuah kesimpulan bahwa sekitar 70 % atau 75 %  dari buku ini adalah hasil kontribusi dari Amirul Ulum selaku sebagai penggagas dan editor. Seharusnya, jika buku itu ditulis oleh sebuah tim atau lebih dari satu penulis, maka kontribusinya harus seimbang, paling tidak jaraknya tidak terlalu jauh supaya tidak timbul persepsi atas kontributor yang lain, bahwa sebagian dari penulisnya kurang sungguh-sungguh dalam menulis sebuah naskah.

Tanpa memandang sedikit kelemahan, buku ini telah  mampu memberikan sumbangsih yang luar biasa untuk masyarakat Nahdliyyin. Kurang lengkap rasanya jika buku ini tidak dimiliki oleh warga Nahdliyyin sebagai media untuk mengenal tokoh-tokohnya supaya kelak bisa menjadikannya sebagai uswah dalam menapaki sebuah kehidupan ala ahlusunnah wal jamaah. Semoga! 

Judul Buku : The Founding Fathers of Nahdlatoel Oelama’

Penerbit : Bina Aswaja

Cover : Soft Cover

Jenis Kertas : HVS 70 gram

Penulis : Amirul Ulum, dkk.

Kata Sambutan : KH. Maimoen Zubair (Mustasyar PBNU)

Kata Pengantar : Prof. Dr. Abdul Karim (Guru Besar Sejarah Islam UIN Sunan Kalijaga)

Tebal : xxviii + 278 Halaman

Ukuran : 13 x 20 cm

Harga : Rp. 50.000,-

Peresensi : Imroatus Shalehah, anggota Muslimat NU Ranting Kayen, Kabupaten Pati Jateng

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Doa, Sejarah PKB Kab Tegal

Rabu, 23 April 2008

Fase Kehidupan Dunia yang Sementara

Al-Qur'an telah menerangkan bahwa kehidupan di dunia ini adalah bagaikan sebatang pohon yang tumbuh, berkembang, berbuah, layu dan akhirnya mati musnah di telan bumi. Ada fase dalam kehidpan yang harus dilalui meskipun fase itu terkesan lama, sesungguhnya hanya amun-amun belaka .

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ?. ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?



Fase Kehidupan Dunia yang Sementara (Sumber Gambar : Nu Online)
Fase Kehidupan Dunia yang Sementara (Sumber Gambar : Nu Online)

Fase Kehidupan Dunia yang Sementara

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah

Marilah kita bersama meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Yang Maha Kuasa dengan mementingkan segala perintah-Nya dan mengalahkan urusan dunia. Sungguh urusan dunia itu hanyalah bersifat sementara.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.

PKB Kab Tegal

Imam Najmuddin an-Nasafi menafsirkan bahwa setiap fase kehidupan tersebut akan dilalui oleh manusia selama delapan tahun.

Pertama La'ibun secara bahasa berarti sebuah permainan. Permainan merupakan kata yang menunjuk pada tidak adanya keseriusan. Dalam bahasa Indonesia keseharian 'mainan' adalah anonim dari 'beneran'. Dengan kata lain, bahwa kehidupan di dunia ini bukanlah sesuatu yang beneran, tapi hanya bohongan. Rumah di dunia adalah rumah-rumahan, kawin di dunia adalah kawin-kawinan dan begitulah seterusnya.

Jika diterapkan penafsiran Imam Najmuddin dalam ayat ini, maka fase la'ibun ada fase pertama dari kehidupan manusia selama berumur 1-8 tahun yang berisikan permainan. Lihat saja anak-anak kita yang tidak terlalu banyak berpikir dalam usia tersebut. Bahkan begitu pentingnya permainan hingga diciptakanlah berbagai macam kelompok bermain (playgroup). Hal ini persis dengan apa yang dikatakan oleh Imam ar-Razi dalam tafsirnya Mafatihul Ghaib, bahwa la'ibun merupakan karakter anak-anak yang tidak pernah memikirkan manfaat dari apa yang dilakukannya, karena semua itu hanya sekedar permainan.

PKB Kab Tegal

Jama'ah Jum'ah Rahimakumullah

Kedua lahwun adalah sifat lalai yang terdapat dalam diri manusia, lalai karena tidak terbiasa berpikir panjang atau sengaja tidak mau berpikir panjang. Apa yang dilakukan selalu menurut tuntutan hawa nafsu. Tawuran, kebut-kebutan semua dilakukan tanpa ada pertimbangan, asal hati senang maka kakipun melangkah. Inilah sifat yang melanda anak manusia dalam fase kedua kehidupannya, ketika remaja berumur 9-16 tahun.

Ketiga zinatun, bahwa dunia ini adalah perhiasan semata. Dunia seisinya tidak lebih dari asesoris kehidupan. Imam ar-Razi mengatakan bahwa fase ini banyak menerpa kaum hawa. Ketika umur telah mulai menginjak tujuh belas tahu, maka mulailah perempuan itu menyadari akan keperempuanannya. Mulailah apa yang disebut dengan masa kedewasaan. Diantara tanda-tandanya adalah berlama-lama di depan kaca. Mematut muka, merias diri, memperbesar apa yang sekiranya masih kecil dan berusaha memperbesarkannya.

Begitu juga dengan masalah penampilan, fase kehidupan ini (17-24 tahun), anak manusia selalu ingin tampil mengagumkan. Motor harus ada, HP harus seri terbaru, kuliah harus diperguruan tinggi. Padahal jika dipikir lebih dalam, semua tuntutan itu hanya semakin menjauh dari subtansi kehidupan. Tidak peduli pengetahuan yang didapat, yang penting universitas yang terkenal. Tidak peduli dengan pantas atau tidak yang penting tampil keren dan mempesona. Sungguh semua itu adalah dalil betapa kehidupan dunia ini adalah asesoris belaka.

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah

Keempat, tafakhurun baynakum artinya dunia menjadi tempat untuk saling bermegah-megahan, dunia menjadi media saling menyombongkan diri, atau dalam bahasa jawa disebut 'anggak-anggakan'. Baik saling menyombongan kepunyaan maupun ke'turunan'. Biasanya dalam fase ini antara umur 25-32 tahun anak manusia mulai mencari jati dirinya. Dalam pencarian itulah ada kalanya dia membanggakan nasabnya, atau membanggakan milik ayahnya hanya sekedar ingin terlihat lebih di antara sesama.

Kelima takatsurun fil amwal, bahwa dunia ini adalah tempat memperbanyak harta dan keturunan. Inilah puncak dari fase kehidupan manusia ketika berumur 33 tahun dan seterusnya. Pada saat-saat inilah kita melihat semangat yang menggebu dalam diri manusia untuk berbisnis menumpuk harta Bahkan juga masa memanjakan anak dan keluarga. Maka janganlah heran jika para koruptor itu didominasi oleh orang orang muda yang ingin menumpuk harta.

Keenam takatsurun fil aulad, fase ini merupakan kelanjutan dari fase sebelumnya. Jika menuruti pendapat Iman Najmuddin an-Nasafi, maka umur empat puluh ke atas adalah masa yang wajar seseorag mulai memperhatikan kepentingan anak dan cucu-cucunya. Memabanggakan dan terlalu memikirkan kehidupan mereka. Seolah tidak tega jika melihat anak dan cucu itu terlantar hidupnya, maka diteruskanlah fase sebelumnya, sehingga para berkorupsi demi anak cucu dan bernepotisme menjalin jejaring yang kuat untuk mempertahankan kekayaan dan kehidupannya.

Maka menjadi tidak aneh, ketika kesempatan berkumpul dengan sesama dalam reoni keluarga atau reoni kawan lama yang akan dipertanyakan adalah berapa jumlah anak dan cucunya.

Inilah, keadaan hidup di dunia. Jikalau kita tidak sekedar sadar diri niscaya kita akan terhanyut dalam arus yang makin menjauhkan hidup ini dari subtansinya. Semakin tersibukkanlah kita dengan remeh temeh keduniawian yang tidak ada putusnya, dunia bakagikan candu yang tidak mudah dihentikan.

Hadirin Jama'ah Jum'ah yang Dimuliakan Allah

Maka, begitulah remeh temeh perjalanan hidup di dunia dan betapa sebenatarnya kehidupan ini, sehingga ditamsilkan dalam ayat ini bagaikan umur tumbuhan yang tersiram , tumbuh, berbuah lalu hancur tak berbekas.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur.

Oleh karena itulah sungguh beruntung mereka yang mengerti dan menyadarinya, lalu membenahi langkah dalam kehidupannya.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Khutbah II

? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ! ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Pondok Pesantren PKB Kab Tegal