Minggu, 26 November 2017

Menyoal Reposisi Gerakan PMII

Oleh Abdul Rahman Wahid. --Peralihan negara dari otoriterianisme ke demokrasi menuntut organisasi mahasiswa untuk mengkaji ulang gerakannya, tak terkecuali PMII.

Berkaca pada sejarah, sikap PMII pada masa Orde Baru (Orba) yang vis a vis terhadap negara adalah suatu yang niscaya. Keterkungkungan dalam segala hal, baik politik ekonomi dan sosial membuat PMII harus mengambil sikap independen agar tetap survive mengawal negara. Tak heran, di bawah kepemimpinan sahabat Zamroni, PMII menyatakan independen, tidak ada ketergantungan terhadap organisasi manapun.

Seiring berjalannya waktu, tragedi 98 telah membuat suatu sejarah baru di Indonesia. Kebebasan sudah bisa dirasakan oleh setiap warga negara. Semuanya serba terbuka, negara telah hadir dalam bentuk regulasi bukan lagi menghegemoni.

Menyoal Reposisi Gerakan PMII (Sumber Gambar : Nu Online)
Menyoal Reposisi Gerakan PMII (Sumber Gambar : Nu Online)

Menyoal Reposisi Gerakan PMII

Menyikapi itu, pada perayaan Hari Lahir (Harlah) PMII ke-55 yang diselenggarakan di Masjid Al-Akbar Surabaya, PMII menyatakan sikap reposisi gerakan mahasiswa.[1] Suatu sikap responsif yang patut diapresiasi. Benar memang, itu harus dipahami oleh seluruh kader PMII. Karena hari ini kita berada pada kondisi zaman yang sangat jauh berbeda dengan kondisi PMII zaman dulu.

Reposisi gerakan itu disampaikan langsung ketua PB PMII, Aminudin Maruf di hadapan Presiden Joko Widodo pada perayaan Harlah PMII ke-55 di Surabaya. Menurutnya, aksi jalanan bukanlah suatu yang haram. Namun, gerakan intelektual, kaderisasi internal, kembali ke gerakan keagamaan lebih baik.

PKB Kab Tegal

Melihat itu, dalam benak penulis langsung timbul beberapa pertanyaan. Pertama, soal gerakan intelektual. Sederhanya, materi-materi yang ada di PMII masih menggunakan materi lama. Tentunya materi itu dibuat dan digunakan untuk hadirnya negara yang represif. Jika benar PMII akan melakukan reposisi gerakan di wilayah gerakan intelektual, mengkaji ulang materi agar sesuai dengan kebutuhan zaman adalah suatu keharusan. Lantas, apakah pihak kaderisasi PB PMII sudah ada langkah untuk itu? Sependek yang penulis ketahui, masih belum ada.

Momentum Harlah seharusnya menjadi ruang yang tepat untuk merefleksikan itu semua. Namun sayang, momen itu sudah terlewatkan. Mengangkat jargon "Mukatamar Pergerakan" ternyata acara yang disuguhkan lebih pada "Seminar Pergerakan." Apa yang dihasilkan dari perayaan akbar tersebut masih dalam ketidakjelasan. Kecuali hingar-bingar kegembiraan dengan sekian hiburan yang disuguhkan.

Yang menarik, kesadaran itu sudah lebih dulu muncul di benak kader lapisan bawah. Beberapa materi yang sudah seharusnya dirumuskan ulang ramai diperbincangkan. Lagi-lagi, yang dihadapi kader-kader PMII level bawah adalah soal legitimasi. Seperti persoalan kembalinya PMII menjadi bagian struktur NU, suara di bawah sudah kencang tapi PB PMII sebagai pimpinan tertinggi masih terlihat diam.[2] Artinya, setingkat Rayon tidak punya hak untuk mengubah materi-materi yang menjadi konsumsi kader PMII. Sedangkan perengkrutan kader baru semakin dekat.

PKB Kab Tegal

Lantas, masihkah mereka akan disuguhkan materi-materi yang menuntun untuk bersikap vis a vis terhadap negara, sedangkan PMII menyatakan sikap reposisi gerakan. Jika di tahun ajaran baru ini PMII masih belum bisa merumuskan materi-materi yang sesuai kebutuhan zaman. Maka, stagnasi gerakan adalah sebutan yang pantas daripada reposisi gerakan sebagaimana yang disuarakan oleh pimpinan.

Kedua, kaderisasi internal. Hal yang penting diperhatikan dalam kaderisasi internal adalah pemantapan ideologi. Jika sudah bicara pemantapan ideologi, tentunya kita tidak akan lepas dari materi-materi inti di PMII, semisal Aswaja, ke-PMII-an dan NDP (Nilai Dasar Pergerakan). Ketiga materi itu adalah materi kunci untuk memantapkan setiap kader agar memiliki rasa kepemilikan (secara jasmani dan rohani) terhadap PMII. Ketiganya harus benar-benar mengkristal pada diri kader PMII. Dengan demikian, kaderisasi internal sebagai reposisi gerakan tidak bisa diraih jika pemantapan ideologi tidak terlaksanakan. Sudahkah hal ini dirumuskan dan dilakukan?

Ketiga, kembali ke gerakan keagamaan. Jika berbicara gerakan keagamaan, maka internalisasi Aswaja menjadi kebutuhan yang tak terbantahkan. Sependek yang penulis ketahui. Aswaja yang dipakai dalam PMII adalah Aswaja dalam konteks umum. Hal itu bisa dilihat dari nilai empat (Tawasut, Tasamuh, Tawazun dan Taadul) yang dikaji dalam PMII. Bukan Aswaja sebagaimana yang diamalkan oleh warga NU (baik yang tertulis atau tidak). Meskipun PMII menganggap, Aswaja yang disuguhkan pada kader adalah Aswaja selayaknya NU. Karena, Aswaja belum tentu Aswaja sebagaimana yang diamalkan NU, tetapi Aswaja yang diamalkan NU sudah pasti Aswaja.

Artinya, PMII harus benar-benar mampu menginternalisasikan Aswaja ala NU. Jika benar-benar mau kembali ke gerakan keagamaan seperti yang termaktub dalam reposisi gerakan. Yang menjadi persoalan adalah, PMII hari ini lebih pada pengetahuan yang berbasis rasionalitas-empiris. Hampir semua argumentasi kader PMII lebih dibanggakan jika syarat akan refresensi rasionalitas-empiris. Atau lebih kita kenal dengan istilah positivistik, pengetahuan menutupi kebenaran.

Dengan demikian, kembali ke gerakan keagamaan harus diiringi dengan revolusi rohani, pembersihan diri. Revolusi rohani itu bisa terjadi jika PMII tidak hanya berpatokan pada dalil naqli dan waqii semata. Namun, dalil kasyfi menjadi landasan yang patut diperhitungkan.

Jika mengacu pada tradisi yang ada, dalil kasyfi selalu menjadi elemen yang tidak bisa dikesampingkan. Hal itu bisa dibuktikan dengan sekian kejadian yang pernah dialami oleh intelektual Islam Indonesia (Kiai), mungkin menurut pemahaman rasionalitas-empiris hal semacam itu tidak bisa dipercaya. Semisal, kebenaran yang datangnya melalui mimpi. Karena tidak bisa dibuktikan dengan data dan fakta yang tampak oleh mata. Namun, yang semacam itu adalah kebenaran yang sampai saat ini (terutama kalangan pesantren) masih mempercayai kebenarannya. Ya, singkatnya "membaca teks yang tak tertulis" itulah kasyfi yang dimaksud. Sebagai penerus perjuangan para Kiai, PMII sudah suharusnya berani mengakui akan posisi dalil kasyfi.

Tanpa dalil kasyfi mustahil revolusi rohani akan terjadi. Jika revolusi rohani tidak terjadi, kecenderungan pada hubbud dunya lebih mendominasi. Gerakan keagamaan yang dilakukan selalu dikaitkan dengan persoalan materi, bukan menegakkan kalimat Ilahi. Setinggi apapun ilmu yang diraih kader PMII, setinggi apapun pangkat dan jabatannya, namun menolak kebenaran dalil Kasyfi. Ujung-ujungnya akan menjadi penjahat dengan segala bentuknya. Alhasil, gerakan keagamaan tidak akan terealisasi. Karena untuk melakukan kebenaran sesuai kata hati telah tertutupi oleh matinya nyali. Lihatlah, sisi lain dari para Kiai.

Dari sekian pembahasan di atas, tentunya banyak pekerjaan rumah yang harus di kerjakan PMII. Gerakan intelektual, kaderisasi internal, kembali ke gerakan keagamaan bukan hanya menjadi dagangan dalam masa jabatan. Semua itu harus dilakukan dan dibuktikan dengan tindakan. Penulis sendiri sepakat dengan gagasan reposisi gerakan. Namun, jika PB PMII sebagai pimpinan tertinggi lamban seperti menyikapi "Kembalinya PMII ke NU". Reposisi gerakan bukanlah suatu yang niscaya seperti yang disampaikan sahabat Aminudin Maruf, Ketua Umum PB PMII. Tetapi, reposisi gerakan adalah sebuah kata tanpa makna. Seperti yang tertulis rapi dalam berita. Ingat, Reposisi gerakan bukan reposisi perhimpunan. Buktikan, karena ucapan saja bukanlah ciri dari kaum pergerakan.

 

Habislah sudah masa yang suram

Selesai sudah derita yang lama

 

Abdul Rahman Wahid, kader Rayon PMII Ashram Bangsa, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan kalijaga Yogyakarta.

 

[1] Lihat PKB Kab Tegal, PMII Nyatakan Reposisi Ulang Gerakan Mahasiswa, dipubliskasikan (Sabtu, 18/04/2015 18:01)

[2] Lihat PKB Kab Tegal, PB PMII Tunggu Hasil Kajian Tim Kaderisasi PBNU, dipublikasikan (Ahad, 01/02/2015 17:01)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal IMNU, Tokoh, Ulama PKB Kab Tegal

PP GP Ansor Gelar Festival Budaya Pesantren

Jakarta, PKB Kab Tegal. Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor (PP GP Ansor) akan menggelar Festival Budaya Pesantren. Dalam memperingati harlah ke-79 GP Ansor, Festival Budaya Pesantren digelar di Gedung Balai Kartini Kavling 37, Kuningan Timur, Jakarta Selatan, Sabtu (20/4) malam.

Festival Budaya Pesantren diisi oleh sebuah rangkaian acara. PP GP Ansor menampilkan antara lain pidato budaya, pembacaan puisi, pertunjukan seni monolog, penampilan sebuah grup rampak bedug dari Padeglang Banten.

PP GP Ansor Gelar Festival Budaya Pesantren (Sumber Gambar : Nu Online)
PP GP Ansor Gelar Festival Budaya Pesantren (Sumber Gambar : Nu Online)

PP GP Ansor Gelar Festival Budaya Pesantren

Demikian disampaikan staf harian sekretariat PP GP Ansor Faisal saat ditemui PKB Kab Tegal di ruang kerjanya di Gedung Sekretariat PP GP Ansor, Jalan Kramat Raya 65A, Jakarta Pusat, Selasa (16/4) malam.

PKB Kab Tegal

Pidato budaya, sambung Faisal, akan disampaikan oleh Wakil Rais Am PBNU KH A Musthofa Bisri dengan tajuk “Kepemimpinan Dalam Perspektif Budaya Pesantren”. Sementara puisi dibacakan oleh penyair dari Pesantren Cipasung Tasikmalaya dan KH D Zawawi Imron dari Pesantren Miftahul Ulum Madura.

PKB Kab Tegal

“Selain instruksi dari PBNU, keterlibatan pesantren dalam harlah ke-79 GP Ansor merupakan bagian program GP Ansor,” tegas Faisal.

Pada harlah GP Ansor tahun ini, PP GP Ansor ingin mengoptimalkan budaya yang berkembang di pesantren. Konkretnya, tambah Faisal, ialah memberikan panggung bagi kesenian sebagai satu bentuk ekspresi kebudayaan di pesantren.

Pertunjukan seni monolog oleh aktor monolog berpengalaman Butet Kertaradjasa rencananya akan ditampilkan dalam festival itu. Sedangkan unsur seni musiknya akan diisi oleh grup Ki Ageng Ganjur, tandas Faisal.

Penulis: Alhafiz Kurniawan

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Tegal PKB Kab Tegal

PMII Polman Nyalakan Lilin, Baca Yasin, dan Doa untuk Gaza

Polewali, PKB Kab Tegal. Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Polewali Mandar, Sulawesi barat, selepas shalat tarawih menggelar aksi solidaritas untuk Palestina di depan gedung Gadis Lapangan Pancasila jalan Andi Depu Polewali, Kamis (17/7/14) malam. Solidaritas dilakukan dengan membakar ratusan batang lilin, membaca surat Yasin, zikir, dan doa bersama.

PMII Polman Nyalakan Lilin, Baca Yasin, dan Doa untuk Gaza (Sumber Gambar : Nu Online)
PMII Polman Nyalakan Lilin, Baca Yasin, dan Doa untuk Gaza (Sumber Gambar : Nu Online)

PMII Polman Nyalakan Lilin, Baca Yasin, dan Doa untuk Gaza

Di atas lantai pelataran gedung, para anggota PMII yang berjumlah puluhan itu membakar lilin dengan membentuk tulisan “For Palestina”. Menurut Ketua Cabang PMII Pliweli, Syamsul Bahri, lilin-lilin itu sebagai simbol keprihatinan kepada palestina dan hal tersbut adalah kecaman atas aksi brutal militer israel yang telah membabibuta melakukan penyerangan terhadap warga palestina.

“Harapan kami agar pemerintah inodenesia lewat ledubes di israel memberikan kecaman, atas tindakan tersebut," kata Syamsul.

PKB Kab Tegal

Selain itu, lanjut Syamsul, tak hanya zikir dan doa, kami juga akan melakukan aksi solidaritas yang berkonsolidasi dengan berbagai elamen lembaga kepemudaan dan kemahasiswaan di Polman.

PKB Kab Tegal

Senada dengan Saharing, salah satu kader PMII polman yang ikut dalam aksi tersebut, menyampaikan, mereka telah dengan sengaja melanggar hukum peperangan, karena korban atas penyerangan tersebut adalah masyarakat sipil yang dominan anak di bawah umur dan perempuan.

“Kami dengan tegas mengecam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang sangat lamban dan seakan membiarkan penyerangan,” tegasnya.

Karena itu, lanjut Saharing, kami tidak percaya lagi dengan PBB sebab kebisuan dan kebutaannya melihat aksi brutal militer zionis israel kepada warga palestina. “Kami menekankan bahwa ini adalah murni bencana kemanusiaan dan bukan sekedar masalah agama saja, ”pungkasnya.

Setelah ratusan lilin itu habis terbakar, mereka kemudian membubarkan diri tepat pukul 23.12 waktu setempat. (Bucci Busyra/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Pendidikan, Ahlussunnah PKB Kab Tegal

IPNU-IPPNU Diimbau Jadi Penggerak Kemajuan Desa

Kendal, PKB Kab Tegal. Para kader Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) mesti berkontribusi bagi kemajuan desa. Demikian imbauan Ketua Pengurus Ranting NU Selokaton, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.

IPNU-IPPNU Diimbau Jadi Penggerak Kemajuan Desa (Sumber Gambar : Nu Online)
IPNU-IPPNU Diimbau Jadi Penggerak Kemajuan Desa (Sumber Gambar : Nu Online)

IPNU-IPPNU Diimbau Jadi Penggerak Kemajuan Desa

“Harapan kami dalam berorganisasi tidak hanya aktif di tingkat RT saja, namun bisa merambah ke tingkat Desa agar turut andil dalam membangun kemajuan Desa melalui organisasi seperti IPNU dan IPPNU,” kata Ketua Pengurus Ranting NU Selokaton Wahyudi dalam forum rapat pemilihan ketua baru Pimpinan Ranting IPNU-IPPNU Selokaton, Kamis (19/2).

Ia juga memotivasi para pelajar NU yang hadir di gedung TPQ Ar-Rahmah Selokaton itu untuk bisa menjadi kader yang mampu mengedepankan kemajuan desa, syukur-syukur bisa merembet ke Kecamatan.

PKB Kab Tegal

“Kita harus bisa menjadi kader yang mengedepankan kemajuan Desa, karena kalian semua adalah generasi muda yang harus menjadi kader penggerak, alangkah baiknya bisa merembet ke tingkat Kecamatan menggantikan rekan-rekanita PAC yang ada saat ini,” tandasnya.

PKB Kab Tegal

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Desa Selokaton Parwadi menyampaikan, Pemerintahan Desa Selokaton siap mendukung apapun kegiatan IPNU-IPPNU yang bersifat positif dan bermanfaat. “Pemerintah Desa Selokaton juga siap membantu kegiatan-kegiatan (IPNU-IPPNU) yang positif.” tegasnya.

Acara tersebut dihadiri oleh 39 anggota IPNU-IPPNU setempat ini dibuka langsung Kepala Desa Selokaton. Turut hadir di forum ini beberapa tokoh masyarakat Desa Selokaton, serta alumni IPNU-IPPNU Desa Selokaton didampingi oleh Pembina IPNU-IPPNU Selokaton.

Dalam sambutannya, Ketua Pimpinan Anak Cabang IPNU Sukorejo, Budi Irwanto mengatakan, membangun sebuah organisasi itu mudah, namun untuk mempertahankan dan menjaga konsistensi itu yang sulit dilakukan oleh para pengurus terutama di tingkatan Ranting.

“Kami dari PAC siap membantu dan memfasilitasi setiap ranting yang mau konsultasi dan membutuhkan bantuan apabila diperlukan,” imbuhnya.? (Sukron/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal IMNU PKB Kab Tegal

Ada Ansos Masyarakat Sekitar di Lakmud Pelajar NU UNNES

Semarang, PKB Kab Tegal?

Pimpinan Komisariat Perguruan Tinggi IPNU dan IPPNU Universitas Negeri Semarang melaksanakan Latihan Kader Muda (Lakmud) di Pondok Pesantren An Nur Candirejo, Tuntang, Kabupaten Semarang dengan tema “Transformasi Kader NU menuju Indonesia Mandiri”.?

Ada  Ansos Masyarakat Sekitar di Lakmud Pelajar NU UNNES (Sumber Gambar : Nu Online)
Ada Ansos Masyarakat Sekitar di Lakmud Pelajar NU UNNES (Sumber Gambar : Nu Online)

Ada Ansos Masyarakat Sekitar di Lakmud Pelajar NU UNNES

Kegiatan pengkaderan tingkat II yang dilakukan rutin setiap tahun tersebut diikuti 33 peserta yang terdiri dari mahasiswa IAIN Salatiga, mahasiswa UIN Walisongo, dan mahasiswa Unnes.

Pada kegiatan dari hari Jumat-Ahad, 16-18 Desember 2016, peserta diberikan beberapa materi, seperti ke-Aswaja-an dan Ke-NU-an, ke-IPNU IPPNU-an dan keorganisasian, wawasan kebangsaan, geopolitik kampus, dan teknik sidang. Pemberian materi lebih didominasi dengan berdiskusi. Selain itu, peserta juga meramaikan Final AFF 2016 bersama santri Pondok Pesantren An-Nur sebagai wujud cinta dan nasionalis terhadap bangsa Indonesia.?

PKB Kab Tegal

Dalam menumbuhkan rasa sosial dan kepedulian terhadap masyarakat, peserta diharuskan menganalisis keadaan masyarakat sekitar. Seperti yang diungkapkan Rizqia Wahyu Pangestu sebagai salah satu peserta Lakmud 2016 sekaligus Putri Lakmud Terbaik setelah acara usai.?

"Hal yang paling menarik adalah ketika kegiatan analisis sosial (ansos). Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok dengan sub tema berbeda seperti ekonomi, sosial, adat istiadat, pendidikan dan sarana prasarana,” ungkapnya.?

Kegiatan ini, kata dia, selain mengasah kepekaan sosial juga mengajak peserta mengenal lingkungan tempat berkegiatan, bersosialisasi dengan warga sehingga membangun komunikasi yang baik antara PKPT IPNU IPPNU Unnes dengan warga Desa Candirejo.?

Kemudian hasil analisis sosial setiap kelompok dipresentasikan serta didiskusikan beserta kelompok lainnya.

PKB Kab Tegal

Seperti jargon Lakmud tahun ini, Bangkitku Kader NU Mandiri Indonesiaku, sebagai bekal menjadi kader NU yang mandiri, peserta diberikan tugas membuat Idea Concept Paper (ICP) sebagai salah satu konsep pembekalan kepada peserta Lakmud untuk dapat mengkonsep suatu ide/gagasan.?

Tidak hanya mengkonsep ide/gagasan, ICP akan di realisasikan setelah kegiatan lakmud usai. Kegiatan ini akan dilaksanakan secara continue setiap kelompok ICP. Yang akan di evaluasi setelah 1 bulan kegiatan lakmud.

“Harapan dari acara Lakmud ? nanti mampu menciptakan kader IPNU dan IPPNU yang berpegang teguh terhadap ajaran Islam Ahlussunnah wal-Jama’ah dan mempunyai kesadaran sosial tinggi,” tutur Akhmad Ridlo selaku ketua panitia acara tersebut. (Kamalia/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Warta, Nahdlatul PKB Kab Tegal

Shalat Pakai Sorban Lebih Utama?

Islam tidak menentukan model pakaian tertentu untuk umat Islam, termasuk penentuan pakaian ibadah. Selain ibadah haji, umat Islam diberikan kebebasan memilih pakaian yang layak digunakan untuk ibadah. Pada saat shalat kita dibolehkan menggunakan model pakaian apapun selama menutup aurat dan sesuai dengan etika pakaian Islam.

Sebab itu, tidak ada sebenarnya keutamaan menggunakan model pakaian tertentu dalam ibadah. Meskipun Islam datang dari wilayah Arab dan Nabi Muhammad pun keturunan Arab, bukan berarti menggunakan pakaian Arab ketika shalat, seperti jubah dan sorban, lebih utama dari pakaian khas Indonesia.

Shalat Pakai Sorban Lebih Utama? (Sumber Gambar : Nu Online)
Shalat Pakai Sorban Lebih Utama? (Sumber Gambar : Nu Online)

Shalat Pakai Sorban Lebih Utama?

KH Ali Mustafa Yaqub dalam At-Thuruqus Shahihah fi Fahmis Sunnatin Nabawiyyah mengatakan, kebanyakan hadits tentang keutamaan sorban kualitasnya maudhu’ (palsu) dan dhaif jiddan (sangat lemah). Tidak ada satu hadits shahih pun yang menerangkan keutamaan bersorban saat shalat.

Pendapat KH Ali tersebut diperkuat oleh beberapa pendapat dari ulama klasik. As-Sakhawi dalam Maqashidul Hasanah mengatakan.

PKB Kab Tegal

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ? ? ?

PKB Kab Tegal

Artinya, “Kualitas hadits shalat dengan cincin setara dengan tujuh puluh shalat tanpa cincin ialah maudhu’, sebagaimana dikatakan syaikh kita (Ibnu Hajar). Begitu pula riwayat Ad-Dailami dari Ibnu ‘Umar, ‘Shalat dengan memakai sorban sebanding dengan dua puluh lima shalat (tanpa sorban)’, ‘Shalat Jumat dengan sorban setara dengan tujuh puluh Jumat? (tanpa sorban). Demikian pula riwayat Anas, ‘Shalat menggunakan sorban sebanding dengan sepuluh ribu kebaikan.’”

Mula Al-Qari dalam Mirqatul Mafatih mengutip pendapat Al-Munufi yang mengatakan seluruh riwayat di atas lemah (batil). Selain riwayat yang disebutkan oleh As-Sakhawi di atas, Al-Minawi dalam Faidhul Qadir juga mengutip riwayat lain tentang keutamaan sorban. Riwayat yang dimaksud ialah.

? ? ? ? ? ? ? ?

Artinya, “Shalat dua rakaat memakai sorban lebih baik dari tujuh puluh rakaat tanpa sorban.”

Kualitas hadits di atas tidak jauh berbeda dengan hadits lain yang berkaitan dengan keutamaan sorban. Hadits di atas lemah karena di dalam sanadnya terdapat rawi bernama Thariq bin Abdurrahman. Hampir sebagian kritikus hadits memberi komentar buruk terhadapnya. Ad-Dzahabi dan Al-Bukhari mengategorikan dia sebagai perawi dhaif. Al-Nasa’i mengatakan, riwayatnya tidak kuat (laysa bi qawi). Sementara As-Sakhawi menilai hadits di atas tidak berasal dari Nabi.

Dikarenakan kualitas hadits keutamaan soban sangatlah lemah, bahkan sampai pada kualitas maudhu’ (palsu), maka tidak ada perbedaan antara pakaian Arab, khususnya penutup kepala yang digunakan orang Arab dan masyarakat lainnya. Kalau di Indonesia biasa menggunakan peci atau kopiah pada saat shalat, itu juga baik dan tidak ada bedanya dengan sorban.

Silakan menggunakan sorban, tetapi jangan sampai mengatakan sorban lebih utama dipakai saat shalat ketimbang kopiah ataupun peci, karena tidak ada riwayat shahih terkait hal ini. Oleh sebab itu, terkait pakaian apa yang seharusnya digunakan saat shalat, Al-Quran menjelaskan.

? ? ? ? ? ? ? ?

Artinya, “Wahai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah setiap memasuki masjid,” (Surat Al-A‘raf ayat 31).

Ayat ini menganjurkan agar umat Islam memakai pakaian yang bagus pada saat mengerjakan shalat. Modal dan bentuk pakaian bagus ini tidak dibatasi oleh Islam dan pengejawentahannya diserahkan sepenuhnya pada tradisi dan budaya masyarakat.

Pakaian model apapun termasuk baik dan bagus selama tidak bertentangan dengan kode etik pakaian Islam: aurat tertutup, tidak transparan, tidak terbuka, dan tidak menyerupai lawan jenis. Wallahu a‘lam. (Hengki Ferdiansyah)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Cerita, AlaSantri PKB Kab Tegal

Kader IPNU-IPPNU Harus Berani Katakan Kebenaran

Jakarta, PKB Kab Tegal. PC IPNU-IPPNU Jakarta Timur menyelenggarakan Masa Kesetiaan Anggota (Makesta) angkatan ke-3 dengan tema “Membentuk Karakter Pelajar NU yang Kompetitif dan Inspiratif”. 

Acara yang dilaksanakan Ahad 27 Januari di Yayasan Islam Nurul Huda, Lubang Buaya Jakarta timur, diharapkan menambah kader-kader NU yang memahami ihwal organisasi, berani mengatakan kebenaran dan punya keberpihakan pada kaum lemah.

Kader IPNU-IPPNU Harus Berani Katakan Kebenaran (Sumber Gambar : Nu Online)
Kader IPNU-IPPNU Harus Berani Katakan Kebenaran (Sumber Gambar : Nu Online)

Kader IPNU-IPPNU Harus Berani Katakan Kebenaran

“Kita memang masih butuh banyak kader penerus perjuangan IPNU-IPPNU yang pro aktif dan memiliki kompetensi yang kuat guna menjawab tantangan zaman saat ini, dan melalui makesta ini kami berjarap IPNU¬-IPPNU khususnya di Jakarta Timur mampu menjawab tantangan itu.” papar ketua IPNU Jakarta Timur, rekan Maulana Hamzah.

PKB Kab Tegal

"Dan yang lebih penting lagi, kader IPNU-IPPNU harus berani katakan kebenaran," lanjutnya.

PKB Kab Tegal

Acara yang berlangsung satu hari penuh dan dihadiri puluhan kader IPNU-IPPNU baru dari beberapa sekolah ini dibuka oleh rekan Ahmad Murodi Mursyid selaku tuan rumah sekaligus senior IPNU tingkat nasional. 

Acara ini dihadiri pula oleh Sekjen PW IPNU DKI Jakarta Abdul Majid, dan juga ketua PW IPPNU DKI Jakarta Nurlaela. 

Redaktur    : Hamzah Sahal

Kontributor : Yudhi Permana

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Humor Islam, Berita, Ubudiyah PKB Kab Tegal