Senin, 28 Juli 2014

Menag Jelaskan Dakwah dan Amar Makruf Nahi Munkar

Jakarta, PKB Kab Tegal



Menteri Agama Republik Indonesia (Menag RI) Lukman Hakim Saifuddin menjelaskan, seorang dai harus mengetahui kapan ia melaksanakan dakwah dan kapan ia menerapkan amar makruf nahi munkar (mengajak kepada yang baik dan mencegah yang mungkar) agar tidak terjadi benturan. Baginya, keduanya memiliki tempat masing-masing.

Lukman menerangkan, mengajak atau dakwah ditujukan kepada mereka yang belum melaksanakan nilai-nilai kebajikan Islam atau memeluk agama Islam. Sementara, apabila mereka sudah masuk Islam, tetapi belum menjalankan ajaran-ajaran kebajikan Islam maka dijalankanlah amar makruf nahi munkar (mengajak kepada yang baik dan mencegah yang mungkar) ? atas mereka.

Menag Jelaskan Dakwah dan Amar Makruf Nahi Munkar (Sumber Gambar : Nu Online)
Menag Jelaskan Dakwah dan Amar Makruf Nahi Munkar (Sumber Gambar : Nu Online)

Menag Jelaskan Dakwah dan Amar Makruf Nahi Munkar

Lebih jauh, ia mencontohkan bahwa seorang kernet hanya akan mengajak mereka yang masih berada di luar bus, sementara yang di dalam tidak diajak lagi. Sementara yang sudah di dalam bus, maka mereka diminta untuk melunasi kewajibannnya.

“Bagi yang di dalam maka diterapkan amar ma’ruf nahi munkar, tetapi yang di luar di dakwahi,” ucapnya saat menjadi pemateri dalam acara Pelatihan Dai-Daiyah Kader NU 2017 yang diselenggarakan atas kerja sama Lembaga Dakwah PBNU dengan Hidmat Muslimat NU di Lantai 8 Gedung PBNU, Senin (29/5).

PKB Kab Tegal

Lebih jauh, alumni pesantren Gontor itu menambahkan, urusan umat Islam adalah mengajak, sementara urusan apakah dia nanti masuk Islam atau tidak itu menjadi urusan Allah. Lalu, ia mengajak peserta pelatihan untuk merenungi sebuah pertanyaan tentang sebenarnya umat Islam itu dituntut untuk apa.

“Yang di tuntut dari kita itu apakah banyak-banyakan umat? Atau yang dituntut dari kita adalah mengajak orang untuk berbuat bajik? Karena hidayah itu dari Allah, bukan porsi kita untuk menjadikan seseorang menjadi Islam,” urainya.

Kalau seandainya yang dituntut adalah agar banyak-banyakan umat, imbuh Lukman, maka akan terjadi perselisihan antara pemeluk agama karena saling berebut umat.?

PKB Kab Tegal

“Kalau ini terjadi, maka akan bertengkar (antar sesama umat agama),” tutupnya. (Muchlishon Rochmat/Abdullah Alawi)?

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal News, AlaNu, Halaqoh PKB Kab Tegal

Minggu, 27 Juli 2014

Mun’im DZ: NU yang Merumuskan Ketuhanan Jadi Sila Pertama

Jakarta, PKB Kab Tegal - Pancasila lahir pada 1 Juni 1945 ketika Bung Karno (Soekarno) berpidato dalam sidang BPUPKI. Namun dalam rumusan Bung Karno itu, sila “Ketuhanan" berada pada urutan kelima. Nahdlatul Ulama (NU) merumuskan “Ketuhanan” menjadi sila pertama.

Demikian disampaikan Wakil Sekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Abdul Mun’im DZ di Jakarta, Kamis (1/6/2017). Bagi NU, rumusan lima sila yang diajukan oleh Bung Karno itu belum filosofis.

Mun’im DZ: NU yang Merumuskan Ketuhanan Jadi Sila Pertama (Sumber Gambar : Nu Online)
Mun’im DZ: NU yang Merumuskan Ketuhanan Jadi Sila Pertama (Sumber Gambar : Nu Online)

Mun’im DZ: NU yang Merumuskan Ketuhanan Jadi Sila Pertama

Urutan lima sila atau “panca sila” yang diajukan oleh Bung Karno dalam Sidang BPUPKI 1 Juni 1945 adalah 1)Kebangsaan Indonesia; 2)Internasional atau perikemanusiaan; 3)Mufakat atau demokrasi; 4) Kesejahteraan sosial; dan 5) Ketuhanan.

Menurut Mun’im yang menulis buku “Piagam Kebangsaan” itu, para kiai NU terutama yang terlibat dalam sidang BPUPKI dan PPKI menyampaikan bahwa rumusan Bung Karno tentang Pancasia masih belum sempurna.

PKB Kab Tegal

KH Wahid Hasyim pada waktu itu menilai Pancasila yang dirumuskan Soekarno masih belum sistematik. Misalnya, Ketuhanan diletakkan di bagian belakang atau sila kelima. Disampaikan bahwa urutan yang disampaikan belum filosofis, terkait peempatan aspek theos, antrophose, dan kosmos

PKB Kab Tegal

“Bagi NU, rumusan Bung Karno itu juga belum ‘taam’ dan belum bisa disebut ‘kalam’, apalagi qoulan tsaqilan. NU setuju usulan Bung Karno tapi urutannya ditata ulang. Ketuhanan ada di sila pertama. Jadi, penempatan ‘Ketuhanan’ pada sila pertama ini bukan semata-mata karena masalah keagamaan. Tetapi ini terkait sistematika konsep filosofis,” kata Mun’im.

Berdasarkan musyawarah yang panjang akhirnya keluar rumusan Pancasila dengan urutan sila-silanya dan kalimatnya yang teratur seperti saat ini. Istilah-istilah yang digunakan juga sangat sederhana dan mudah dipahami oleh rakyat Indonesia.

Pancasila:? 1)Ketuhanan Yang Maha Esa; 2)Kemanusiaan yang adil dan beradab; 3)Persatuan Indonesia; 4) Kerakyatan yang dpimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan; 5)Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Terkait hari kelahiran Pancasila, menurut Mun’im, kalangan NU sudah bersepakat bahwa Pancasila lahir pada 1 Juni 1945, yakni ketika Soekarno menyebutkan istilah “Pancasila” pada sidang sidang Badan Penyelidik Usaha Kemerdekaan Indonesia atau BPUPKI tersebut.

“Jumhur ulama NU sudah ma’lum mutlaq bahwa Pancasila lahir 1 Juni 1945 ketika Bung Karno (Soekarno) berpidato dalam sidang BPUPKI. Ketika itu Dr Radjiman (Wedyodiningrat) menanyakan perihal pidato Bung Karno, semua anggota BPUPKI secara aklamasi menerima,” kata Mu’nim DZ.

Menurutnya, perdebatan seputar tanggal kelahiran Pancasila hanya diciptakan oleh beberapa orang. Ia menyebut nama Nugroho Nutosusanto dan belakangan AM Fatwa, antara lain yang memicu perdebatan mengenai hari lahir Pancasila. “Kalau ijma’ NU Pancasila lahir tanggal 1 Juni 1945,” pungkasnya. (A. Khoirul Anam)Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal RMI NU, Meme Islam, Warta PKB Kab Tegal

Sabtu, 19 Juli 2014

Tutup Kongres, JK Bangga dengan Kiprah Muslimat NU

Jakarta, PKB Kab Tegal. Wakil Presiden RI Muhammad Jusuf Kalla (JK) resmi menutup perhelatan Kongres Ke-17 Muslimat Nahdlatul Ulama (NU), Sabtu (26/11) di Asrama haji Pondok Gede Jakarta. Memberikan sambutan setelah Rais Aam PBNU KH Ma’ruf Amin, JK memberikan ucapan selamat kepada Khofifah sekaligus bangga dengan kiprah Muslimat NU selama.

JK menilai, problem bangsa ini bukan hanya dalam hal kesejahteraan, tetapi juga keadilan sosial. Upaya ini menurutnya telah dilakukan oleh Muslimat NU sehingga peran organisasi perempuan terbesar di Indonesia ini mempunyai peran strategis.

Tutup Kongres, JK Bangga dengan Kiprah Muslimat NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Tutup Kongres, JK Bangga dengan Kiprah Muslimat NU (Sumber Gambar : Nu Online)

Tutup Kongres, JK Bangga dengan Kiprah Muslimat NU

“Sesuai dengan semangat Islam Nusantara, kesejahteraan dan keadilan sosial harus dibangun seiring sehingga mewujudkan kedamaian,” ujar JK kepada sekitar 2200 kader Muslimat NU yang mengikuti sesi penutupan.

Pria asal Makassar ini menjabarkan, kedamaian hidup berbangsa dan bernegara akan damai jika kesejahteraan dan keadilan sosial terwujud. Menurutnya, Muslimat NU telah melakukan segala upaya untuk mewujudkan tujuan itu melalui berbagai bidang yang telah didirikan dan bekerja nyata.

JK juga memberikan harapan menjelang seabad Muslimat NU. Dia menginginkan kepada Muslimat agar mewujudkan berbagai capaian dan hasil untuk terus mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial umat.

PKB Kab Tegal

“Selamat kepada Ibu Khofifah Indar Parawansa. Dipilih secara aklamasi, berarti dia dicintai anggota dan kadernya,” tutur JK sebelum menutup sambutannya.

JK bersama KH Ma’ruf Amin, dan Khofifah resmi menutup kegiatan Kongres yang berlangsung sejak 23 November 2016 itu dengan menabuh rebana diiringi shalawat Nabi.

Dalam Kongres Ke-17 Muslimat NU ini, Khofifah dipilih secara aklamasi oleh 34 pengurus wilayah, 525 pengurus cabang, dan 4 pengurus cabang istimewa (Hongkong, Arab Saudi, Malaysia, dan Sudan) yang memiliki hak suara dalam kongres.?

PKB Kab Tegal

Dengan demikian, perempuan kelahiran Surabaya 51 tahun lalu ini memegang pucuk pimpinan Muslimat NU selama 4 periode (2000-2021).?

Hadir dalam penutupan Kongres Muslimat NU ini Wantimpres KH Hasyim Muzadi, Founder Mustika Ratu Moeryati Soodibyo, KH Ahmad Bagja, dan para pejabat eselon 1 kementerian. (Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Nasional, AlaSantri PKB Kab Tegal

Tamir Masjid PBNU Gelar Rapimda di Sumenep

Sumenep, PKB Kab Tegal. Lembaga Ta’mir Masjid PBNU menggelar Rapat Pimpinan Daerah (Rapimda) guna konsolidasi dan koordinasi para imam, khotib, dan ta’mir masjid di kantor PCNU Kabupeten Sumenep, Madura, Sabtu-Ahad (26-27/01).?

Rapimda bertema Wujudkan masjid sebagai pemberdayaan umat tersebut diikuti 180 orang para imam, khotib, dan ta’mir masjid se-Kabupaten Sumenep.?

Menurut Sekretaris LTM-PBNU KH Ibnu Chazen, Rapimda ini bertujuan dalam rangka membangun, dan memperkuat struktur asjid dari pusat sampai ke daerah, terutama di basis-basis NU.?

Tamir Masjid PBNU Gelar Rapimda di Sumenep (Sumber Gambar : Nu Online)
Tamir Masjid PBNU Gelar Rapimda di Sumenep (Sumber Gambar : Nu Online)

Tamir Masjid PBNU Gelar Rapimda di Sumenep

“Dan yang lebih penting lagi adalah pemberdayaan ekonomi umatnya,” tambahnya. ? ? ?

Ibnu menambahkan, struktur sudah biasa, tapi yang lebih penting ekonominya. Kalau ekonominya sudah berjalan dengan baik, jamaah akan makmur. Kalau jamaah makmur, masjidnya akan lebih makmur.?

Dengan Rapimda ini, Ibnu berharap supaya LTM PCNU Sumenep bisa menjaga dan mempertahankan aqidah Ahlu Sunah wal-Jamaah ala thariqah Nahdlatul Ulama berbasis masjid.

PKB Kab Tegal

PKB Kab Tegal

“Agar masjid warga Nahdliyin, tidak disatroni gerakan dakwah yang mengatasnamakan pemurnian Islam,” ? pungkasnya. ? ?

Rapimda tersebut dibuka Bupati Sumenep, Busyro Karim. Dalam sambutannya, ia sejalan dengan tujuan LTM-PBNU, yaitu ingin memperkuat posisi masjid di Sumenep.

“Saya upayakan hal itu dengan melakukan safari ke masjid-masjid tiap Jumat,” ungkap bupati yang juga ‘Awan PCNU Sumenep tersebut.

Rapmda tersebut merupakan kerjasam LTM-PBNU, PCNU Kabupaten Sumenep dan minuman Larutan Penyegar cap Badak PT Sinde Budi Sentosa.

Redaktur : Hamzah Sahal ?

Penulis ? ? : Abdullah Alawi

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Halaqoh PKB Kab Tegal

Senin, 14 Juli 2014

PCNU Kendal Latih Jurnalistik Pengurus MWCNU

Kendal,PKB Kab Tegal. Lembaga Pers dan Jurnalistik PCNU Kabupaten Kendal, Jawa Tengah mengadakan pelatihan jurnilistik di Gedung NU Kabupaten Kendal, Ahad (25/9). Pelatihan yang diikuti puluhan peserta perwakilan dari masing masing MWCNU tersebut bekerja sama dengan Suara Merdeka.

Ketua PCNU Kabupaten Kendal KH Danial Royyan mengatakan perlunya berhati hati dalam memilih sumber berita karena saat ini media NU hanya menguasai sebagian kecil dalam dunia pemberitaan.

PCNU Kendal Latih Jurnalistik Pengurus MWCNU (Sumber Gambar : Nu Online)
PCNU Kendal Latih Jurnalistik Pengurus MWCNU (Sumber Gambar : Nu Online)

PCNU Kendal Latih Jurnalistik Pengurus MWCNU

Kegiatan dipandu team redaksi Suara Merdeka. Dalam awal pembicaraannya, perwakilan media tersebut, Aris, mengatakan, media itu ibarat senjata. Jika jatuh ditangan orang yang salah, maka fatal akibatnya.

PKB Kab Tegal

Peserta kegiagatan itu diformat untuk menghidupkan media NU di kabupaten tersebut. Peserta bisa mengirimkan berita ke redaksi pcnukendal.id untuk memberitakan kegiatan-kegiatan di MWCNU masing masing.

"Saya berharap dengan diadakannya pelatihan jurnalistik ini, peserta bisa memberikan kontribusi berita dari masing masing wilayahnya kepada tim redaksi pcnukendal.id," ungkap Fahroji, salah seorang panitia. (Indra As-Syarief/Abdullah Alawi)

PKB Kab Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Kajian PKB Kab Tegal

PCINU Sudan Gelar Seminar Metodologi Bahtsul Masail

Khartoum, PKB Kab Tegal. Dalam momentum hari tasyrik PCINU Sudan mengadakan seminar bahstul masail yang bertepatan pada Ahad 28 Oktober 2012 M / 12 Dzulhijjah 1433 H di sekretariatnya.

Acara ini diselenggarakan oleh Lakpesdam NU bekerjasama dengan Muslimat NU untuk memperkuat tali silaturrahim dan menambah wawasan akan tradisi kaum nahdiyin yang telah dilestarikan di Indonesia agar mahasiswa/I yang berdomisili di Sudan juga dapat melestarikannya.

PCINU Sudan Gelar Seminar Metodologi Bahtsul Masail (Sumber Gambar : Nu Online)
PCINU Sudan Gelar Seminar Metodologi Bahtsul Masail (Sumber Gambar : Nu Online)

PCINU Sudan Gelar Seminar Metodologi Bahtsul Masail

H Abdussalam BS, ? wakil rais syuriyah dalam sambutannya mengatakan acara ini penuh urgensi demi menciptakan generasi NU sebagai ulama yang memiliki intelektualitas dan kredibilitas dalam menghadapi berbagai problematika, salah satunya terkait masail waqiiyyah.

PKB Kab Tegal

Acara yang menarik ini berlangsung mulai pukul 11.00 s/d 13.20 di ikuti sekitar 40 warga Nahdiyyin dan Nahdiyyat, juga ketua PPMI Sudan. Tanggapan yang positif terlihat dengan antusias undangan ketika di buka forum tanya jawab oleh moderator Acara Syurohbiel Mahfudz Asirun.

Dalam menyelesaikan problematika umat, ulama NU berpedoman pada prinsip al-muhafadzotu alal qodimisholih wal-akhdzu bil jadidil ashlah, sebagaimana diungkapkan oleh H Zulham Qudsi, BS sebagai narasumber pertama.?

PKB Kab Tegal

Ia memilih judul materi “Metodologi Bahtsul Masail” menekankan bahwa Forum Bahtsul Masail itu bukan forum menyimpulkan hukum dari dalil, akan tetapi lebih tepatnya mencari teks-teks para ulama dalam kitab-kitab mereka yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

Kemudian dijelaskan juga oleh H Auzai Mahfudz Asirun, BS yang dalam hal ini menjadi narasumber kedua akan pentingnya bermadzhab, lebih lanjut beliau yang mengangkat tema “Metode Istinbath Nahdliyyin” ini menjelaskan bahwa tradisi bahtsul masail NU yang berpedoman dengan kitab kuning bukan berarti tidak menggunakan AlQuran dan hadist akan tetapi justru hal ini reproduksi dari pemahaman ulama dalam memahami al-Quran dan Hadsit.

Namun ia menyayangkan selama ini belum ada revolusi dalam implementasi penggunaan madzhab empat, oleh sebab itu banyak justifikasi jika warga NU hanya berorentasi satu sudut pandang madzhab Syafii saja dalam bahstul masail.

Masing-masing pembicara diberikan waktu selama 20 menit dan dilanjutkan sesi diskusi interaktif dengan peserta dipimpin oleh moderator H Miftahuddin Ahimy, MA ketua Tanfidziyah PCINU Sudan. Dalam pengantarnya sosok yang akrab dipanggil Engkong Miftah ini menguraikan sekilas tentang perkembangan Ilmu Fiqh dari Zaman Rasulullah SAW hingga sekarang.

“Metode Bahtsul Masail secara tidak langsung adalah penekanan untuk bermadzhab, sebab sulit ditemukan kejadian-kejadian di zaman modern ini yang belum pernah dituliskan oleh ulama, hanya saja kita yang kurang membaca buku-buku mereka, dan kalaupun ada pendapat itupun maka masih dibahas, sebab bahtsul masail bukan forum taqlid buta juga,” tandasnya.

Ketua Lakpesdam Miftakhul Munif dalam sesi tukar pendapat bercerita panjang tentang bahtsul masail dikalangan pesantren di Indonesia, khususnya di Jawa. Diskusi juga diramaikan oleh Kader Muslimat NU Sudan Shochibatun Ni’mah dan Mimi Muthiatillah. Pertanyaan kedua mahasiswi cantik ini senada, yaitu tentang hasil bahtsul masail pada setiap cabangnya, apakah terjadi crash jika ada forum bahtsul masail yang lebih tinggi? Dan sebatas mana aplikasi hukumnya?

Acara juga diramaikan dengan diskusi yang disampaikan oleh undangan dan mahasiswa baru penerima beasiswa NU yang telah sampai di Sudan.

Dengan terselanggaranya acara ini diharapkan dapat memunculkan generasi baru ulama yang intelektual dan intelektual yang ulama sesuai dengan motto NU Sudan 2012-2013 yaitu “Mengembangkan Jaringan Internasional Ilmu dan Ulama dengan Program Kerja PCINU Sudan”.

Redaktur: Mukafi Niam

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Daerah, Hikmah, Kiai PKB Kab Tegal

Ajarkan Sejarah dengan Lengkap, Jangan Ditutup-tutupi

Pringsewu, PKB Kab Tegal. Wakil Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah KH Chalwani Nawawi mengatakan, saat ini banyak sejarah tentang para pejuang yang tidak dijelaskan dengan lengkap khususnya di sekolah dan madrasah. Hal tersebut diungkapkannya melihat fakta bahwa banyak para pejuang dan pahlawan nasional adalah merupakan para santri dan memang harus diketahui oleh masyarakat.

“Salah satu Pahlawan yang merupakan seorang santri dan juga penganut thariqah adalah Abdul Hamid yang terkenal dengan nama Pangeran Diponegoro,” ujar Kiai Chalwani, Ahad (10/4) malam di Pringsewu, Lampung

Ajarkan Sejarah dengan Lengkap, Jangan Ditutup-tutupi (Sumber Gambar : Nu Online)
Ajarkan Sejarah dengan Lengkap, Jangan Ditutup-tutupi (Sumber Gambar : Nu Online)

Ajarkan Sejarah dengan Lengkap, Jangan Ditutup-tutupi

Pangeran Diponegoro lahir di Dusun Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta. Mondok pertama kali di Tegalsari, Jetis, Ponorogo kepada KH Hasan Besari. Abdul Hamid ngaji kitab kuning kepada Kiai Taftazani Kertosuro. Ngaji Tafsir Jalalain kepada KH Baidlowi Bagelen. Terakhir Abdul Hamid ngaji ilmu hikmah kepada KH Nur Muhammad Ngadiwongso, Salaman, Magelang.

Bukti otentik jika Pangeran Diponegoro adalah seorang santri adalah peninggalan kamar Diponegoro di eks-Karesidenan Kedu yang di dalamnya ada 3 peningalan, Al-Quran, tasbih, dan Kitab Taqrib.

PKB Kab Tegal

"Kenapa Al-Qur’an? Diponegoro adalah seorang Muslim. Kenapa tasbih? Diponegoro sorang ahli dzikir, dan bahkan penganut thariqah. Kenapa Kitab Taqrib matan Abu Syuja, yaitu kitab kuning yang dipakai di pesantren? Karena beliau bermadzhab Syafii. Jadi Pangeran Diponegoro bermadzhab Syafii. Maka, karena bermadhab Syafii, Diponegoro shalat Tarawih 20 rakaat, shalat Shubuh memakai doa Qunut, Jumatan adzan dua kali," jelasnya.

Ia sangat menghormati dan menghargai orang yang berbeda madzhab dan pendapat. Akan tetapi, ia mengingatkan agar sejarah harus di sampaikan apa adanya. Jangan ditutup-tutupi jika Pangeran Diponegoro bermadzhab Syafii.

PKB Kab Tegal

Lanjutnya tokoh pejuang lain yang merupakan santri dan keluarga besar tarikat diantaranya Ki Hajar Dewantara, Proklamator Muhammad Hatta dan RA Kartini. "Mulai sekarang, mari kita terangkan sejarah dengan utuh. Jangan sekali-kali memotong sejarah. Jika Anda memotong sejarah, suatu saat, sejarah Anda akan dipotong oleh Allah SWT, " tegasnya. (Muhammad Faizin/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Nahdlatul Ulama, Pertandingan PKB Kab Tegal