Sabtu, 27 Januari 2018

Aswaja dan NKRI Terancam, Diperlukan Komite Hijaz Baru

Surabaya, PKB Kab Tegal - Reformasi tidak hanya membawa angin perubahan positif, tapi juga memunculkan ancaman khususnya bagi keberadaan Ahlussunnah wal Jamaah Nahdlatul Ulama atau Aswaja NU. Tantangan ini harus dijawab dengan kemunculan Komite Hijaz Baru.

"Angin reformasi yang terjadi ternyata tidak semata memberikan perubahan yang baik bagi situasi di negeri ini," kata KH Abdurrahman Navis. Justru dengan reformasi itu pula, mulai banyak aliran dan ideologi yang kalau dibiarkan akan mengancam eksistensi ajaran Aswaja NU, bahkan keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI, lanjut Kiai Navis, sapaan akrabnya.

Aswaja dan NKRI Terancam, Diperlukan Komite Hijaz Baru (Sumber Gambar : Nu Online)
Aswaja dan NKRI Terancam, Diperlukan Komite Hijaz Baru (Sumber Gambar : Nu Online)

Aswaja dan NKRI Terancam, Diperlukan Komite Hijaz Baru

Peringatan tersebut disampaikan Direktur PW Aswaja NU Center Jawa Timur ini saat memberikan sambutan sekaligus membuka secara resmi Dauroh Aswaja Internasional yang berlangsung, Ahad (13/3).

PKB Kab Tegal

Kiai Navis kemudian menyebutkan kemunculan ideologi transnasional yang datang dari berbagai negera seperti Syiah, Wahabi, Salafi dan sebagainya yang hingga kini semakin menggerogoti Aswaja NU di sejumlah kawasan. Demikian pula kemunculan aliran ekstrem kanan dan kiri yang mengiringi kehadirannya di negeri ini. "Belum lagi lahirnya aliran baru di sejumlah daerah yang turut memperkeruh keadaan," ungkap Kiai Navis.

PKB Kab Tegal

Sejumlah aliran dan ideologi tersebut tidak lagi secara sembunyi menyerang Aswaja NU. "Mereka bahkan terang-terangan membidahkan bahkan mengatakan kafir kepada kelompok yang tidak sejalan dengan kepercayaannya," kata kiai yang juga Wakil Ketua PWNU Jatim ini.

Kalangan yang kerap mengafirkan amaliyah para salafus shalih tersebut sudah merambah di banyak lini. "Dari mulai lembaga pendidikan dan tempat ibadah di sekitar kita," katanya di hadapan ratusan peserta dauroh.

Karenanya tidak ada pilihan lain bagi NU, kecuali meneguhkan dan membentengi akidah Aswaja dalam diri, keluarga, dan masyarakat.

"Dibutuhkan Komite Hijaz baru agar keberadaan Aswaja semakin teguh dan dapat membentengi dari sejumlah ancaman yang ada," tegasnya.

Lewat dauroh yang dikuhususkan kepada para putra kiai yakni gus atau gawagis ini maka akan ada tindaklanjut yang bisa dilakukan di masing-masing pesantren. "Bisa dengan mengadakan dauroh di pesantren maupun madrasah dan sekolah agar materi keaswajaan dapat semakin dioptimalkan," ujarnya.

Bagi Pengasuh Pesantren Nurul Huda Sencaki Surabaya ini, menjaga dan meneguhkan Aswaja sebagai bagian dari upaya menyelamatkan warisan para pendiri NU. "Kita rawat dan jaga warisan KH Hasyim Asyari, KH Abdul Wahab Hasbullah, KH Bisri Syansuri dan muassis NU yang lain," pungkasnya.

Dauroh Aswaja Internasional lil Gawagis se-Jatim ini menghadirkan? narasumber KH Marzuki Mustamar, KH Abdurrahman Navis, Ustadz Idrus Ramli, Ustadz Faris Khoirul Anam, Ustadz Maruf Khozin, serta Alhabib Syekh Samir bin Abdurrahman al-Khauli al-Rifai al-Husaini dari Libanon. (Ibnu Nawawi/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Quote, PonPes PKB Kab Tegal

Habib Luthfi Minta Setiap Kajian Aswaja Disertai Dalil

Pekalongan, PKB Kab Tegal. Dalam setiap kajian ajaran Ahlussunnah wal jamaah, narasumber hendaknya jangan membuat rujukan hanya kepada para ulama salafus sholihin saja, seperti Imam Syafii, Hambali, Maliki dan Hanafi. Akan tetapi hendaknya disertai dalil-dalil dari Al-Quran dan Hadits, sehingga peserta kajian menjadi paham apa yang diamalkan oleh warga NU bukan merupakan perbuatan bidah.

Habib Luthfi Minta Setiap Kajian Aswaja Disertai Dalil (Sumber Gambar : Nu Online)
Habib Luthfi Minta Setiap Kajian Aswaja Disertai Dalil (Sumber Gambar : Nu Online)

Habib Luthfi Minta Setiap Kajian Aswaja Disertai Dalil

Demikian disampaikan Rais Aam Idaroh Aliyah Jamiyyah Ahlit Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyyah (Jatman) Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya saat memberikan tausiyah di hadapan ratusan peserta kajian rutin Aswaja di Masjid Al Jami Kauman, Kota Pekalongan, Sabtu (19/5) malam.

Dikatakan, peserta harus kita yakinkan bahwa amaliyah NU adalah benar sesuai yang diajarkan Rasulullah Muhammad SAW dan bukan karangan para ulama yang menurut mereka dianggap bidah.

PKB Kab Tegal

Menurut Habib Luthfi, majelis ini sangat penting untuk mengkaji secara mendalam tentang aswaja, agar para generasi penerus NU tidak buta tentang sejarah dan dasar amaliyah NU. Pasalnya, saat ini banyak anak anak NU yang tidak paham apa itu aswaja, sehingga mudah goyah jika ada kelompok lain yang dengan mudahnya merongrong akidah anak-anak muda NU.

PKB Kab Tegal

Habib Luthfy berharap kepada yang hadir untuk selalu membawa catatan dan mencatat apa yang telah disampaikan narasumber.

"Hal itu penting dilakukan agar putra putri kita tidak kehilangan tulisan yang sangat penting, karena belum tentu anak-anak kita bisa seperti bapaknya," kata Habib.

"Jika yang hadir hanya menjadi peserta pasif, maka akan ada banyak hal yang tidak diketahui, sehingga ini menjadi tantangan bagi narasumber untuk menjelaskan secara detail setiap hal dengan merujuk pada Al-Quran dan Hadits," tambahnya.

"Kajian Aswaja ini digelar secara rutin oleh Syuriyah PCNU Kota Pekalongan ini."

 

Redaktur : Sudarto Murtaufiq

Kontributor : Abdul Muiz

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal News PKB Kab Tegal

Agama Harus Mampu Selesaikan Masalah Kemanusiaan

Jakarta, PKB Kab Tegal. Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU), M. Ali Yusuf menyatakan, kerusakan alam telah mencapai titik kritis. Perubahan iklim makin ekstrim dewasa ini. Di seluruh belahan dunia, iklim sudah hampir tidak bias diramalkan lagi. Bencana sudah terjadi di mana-mana.

Hal ini disampaikan oleh Ali Yusuf dalam refleksi dan doa bersama dengan tema “Under One Sky We Will Light The Way on Climate Change” bersama sejumlah pimpinan agama dan lembaga yang concern terhadap isu-isu kemanusiaan di Jakarta, Kamis (24/9). 

Agama Harus Mampu Selesaikan Masalah Kemanusiaan (Sumber Gambar : Nu Online)
Agama Harus Mampu Selesaikan Masalah Kemanusiaan (Sumber Gambar : Nu Online)

Agama Harus Mampu Selesaikan Masalah Kemanusiaan

Para perwakilan agama berharap agar ada pemecahan bersama untuk sebuah alternatif agar dunia ini bisa menjadi rumah bersama bagi semua umat manusia.

PKB Kab Tegal

“Agama-agama harus mampu menggerakkan umatnya agar segera mengambil tindakan bersama untuk menyelesaikan persoalan-persoalan kemanusiaan demi keberlangsungan masa depan dunia,” ujar Ali.

Ali menegaskan, dampak dari perubahan iklim telah dirasakan oleh negara-negara, komunitas di seluruh belahan dunia. Dampak perubahan iklim telah merusak sistem dan sektor penting bagi kelangsungan hidup manusia, termasuk sumber daya air, ketahanan pangan dan kesehatan yang juga berdampak pada kemiskinan. Red: Mukafi Niam 

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal

PKB Kab Tegal Nahdlatul Ulama PKB Kab Tegal

Gagasan Mengawinkan Bencong dengan Tomboi

Oleh Muhammad Ishom 



“Aku punya gagasan untuk mempertemukan mereka berdua

Gagasan Mengawinkan Bencong dengan Tomboi (Sumber Gambar : Nu Online)
Gagasan Mengawinkan Bencong dengan Tomboi (Sumber Gambar : Nu Online)

Gagasan Mengawinkan Bencong dengan Tomboi



agar saling isi dengan cerita derita duka lara

Barangkali nanti tumbuh naluri sejati

dan kembali seperti sediakala

PKB Kab Tegal

Semua jawabnya hanyalah Tuhan yang mengerti

Sekali lagi jawabnya hanya Tuhan yang mengerti.” (Bait ke-6)

PKB Kab Tegal

Itulah enam baris dari bait terakhir lirik lagu berjudul “Zaman” yang dinyanyikan sendiri oleh penciptanya– Ebiet G. Ade–dan dirilis pada tahun 1986. Apa yang dimaksudkan Ebiet dengan frasa “mereka berdua” pada baris pertama di atas tak lain adalah bencong dan tomboi sebagaimana terdapat dalam judul tulisan ini meski Ebiet tidak menyebut sama sekali dua istilah itu di dalam lirik lagunya. 

Kedua istilah itu telah umum digunakan oleh masyarakat untuk menyebut kelompok orang yang perilaku atau penampilannya tidak cocok menurut kewajaran dengan jenis kelamin yang disandangnya. Mereka yang disebut bencong mungkin sama dengan yang dimaksud gay atau transgender dalam LGBT meski tidak setiap bencong adalah gay atau transgender. Demikian pula mereka yang disebut tomboi mungkin sama dengan yang dimaksud lesbian dalam LGBT meski tidak setiap tomboi adalah lesbian. 

Saat ini orang tengah ramai kembali membicarakan tentang LGBT sehubungan dengan penolakan Mahkamah Konstitusi (MK) terhadap perkara 46/PUU-XIV/2016 yang diajukan oleh Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Euis Sunarti bersama sejumlah pihak. Tahun lalu Prof Dr Euis Sunarti dan para akademisi lain meminta para lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) dihukum penjara maksimal 5 tahun. 

Penolakan itu telah dipahami sebagian kalangan di sejumlah postingan di media sosial bahwa MK telah melegalkan perbuatan zina dan homoseksual. Pemahaman sekaligus tuduhan ini ditolak oleh Juru Bicara MK Fajar Laksono yang menegaskan Mahkamah tidak melegalkan perbuatan seksual sejenis (Kompas.com, 18/12/2017, 20:15 WIB).

Namun, tulisan ini tak dimaksudkan untuk membicarakan polemik tentang LGBT dari berbagai perspektif karena penulis hanya sekedar ingin mengingat kembali bahwa tiga puluh satu (31) tahun lalu seorang penyanyi sekali pencipta lagu–Ebiet G. Ade–telah menyodorkan sebuah gagasan untuk mencarikan solusi terhadap fenomena bencong dan tomboi yang masing-masing bisa masuk dalam kategori gay atau transgender dan lesbian.

Sejauh yang bisa saya tangkap dari lirik lagu “Zaman” secara keseluruhan, Ebiet G. Ade berpikir bahwa bencong dan tomboi dapat dipertemukan dalam ikatan perkawinan sebab mereka yang secara fisik laki-laki tetapi secara seksual tertarik kepada sesama jenis sebenarnya juga menyadari ketidak wajarannya. Mereka bahkan tak menghendaki hal itu terjadi sehingga selalu menangisi nasibnya. Akhirnya mereka sampai pada pertanyaan mendasar apakah hal itu berdosa. 

Pikiran Ebiet G. Ade tersebut sebagaimna dapat kita simak pada bait ketiga sebagai berikut: 

Ia bersembunyi menyimpan tangis yang tak kuasa dibendung

Ia jatuh cinta namun keburu sadar itu tak wajar

Tanda tanya bergolak di dalam fikirannya, “Berdosakah?”

Sedang ia pun tak menghendaki

Siapa gerangan yang dapat membantu menjawabnya? (Bait ke-3)





Pada baris terkahir dari bait ini Ebiet G. Ade mengajukan pertanyaan siapa gerangan yang dapat membantu menjawab pertanyaan dari laki-laki bencong tentang berdosa tidaknya jika ia jatuh cinta secara tidak wajar karena mencintai sesama jenis. Beberapa pihak dari kalangan agamawan baik Islam maupun Nasrani telah memberikan jawaban tegas bahwa mencintai sesama jenis yang kemudian diungkapkan dengan hubungan seksual adalah berdosa. 

Pada bait keempat dan kelima Ebit G. Ade mengungkap fenomena yang berkebalikan dengan bencong, yakni tomboi sebagaimana tertuang dalam dua bait berikut ini:

Perempuan dongak di atas angin

Kepalanya bengkak penuh mimpi kekerasan

Tubuh sintal dan tegap menampilkan kejantanan

Tak tercermin sikap lembut sebagaimana kodratnya (Bait ke-4)

 

Rambutnya yang kasar kotor berdebu

Diisapnya cerutu bibir retak terbakar

Langkah dihentak-hentak, galak seperti singa

Ia ingin tampil lengkap sebagaimana layaknya lelaki (Bait ke-5)





Kedua bait itu (Bait ke-4 dan ke-5) mengungkapkan secara jelas tentang tomboi dengan disebutnya perempuan yang bertingkah laku tidak sebagaimana kodratnya tetapi malahan  ingin menampilkan kejantanan sebgaimana layaknya lelaki. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan Queen Mary University, London, 1 dari 3 perempuan tomboi tumbuh menjadi lesbian. (Hidayatullah, 12 Juli 2011-10:44 WIB). 

Perempuan tomboi yang tumbuh menjadi lesbian inilah yang dibicarakan Ebiet G. Ade untuk dipertemukan dalam ikatan perkawinan dengan seorang bencong yang gay atau transgender sebagaimana diungkapkan dalam bait keenam di awal tulisan ini. Argumentasi Ebiet G. Ade dalam gagasanya ini adalah karena dari perkawinan semacam ini barang kali akan tumbuh naluri sejati dari masing-masing pihak sehingga akan kembali menjadi orang normal sesuai dengan kodrat jenis kelamin masing-masing. 

Gagasan Ebeit G. Ade tersebut patut diapresiasi karena dari berbagai perspektif agama, sosial dan susila tidak bertentangan. Bisa jadi gagasan ini menjadi alternatif terapi yang mujarab bagi ketidakwajaran kaum bencong dan tomboi dalam ekspresi diri dan seksualitasnya sehingga mereka bisa diselamatkan secara hukum maupun moral. Namun pertanyaannya adalah apakah para bencong mau kawin atau dikawinkan dengan kaum tomboi?

Jawaban dari pertanyaan itu telah Ebiet temukan dalam kedua baris terkahir dari bait keenam atau penutup di atas: “Semua jawabnya hanyalah Tuhan yang mengerti. Sekali lagi jawabnya hanya Tuhan yang mengerti.” Artinya jika Tuhan berkata “Kun” (jadilah), maka “fayakun” (maka jadilah).  

Penulis adalah dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Sejarah, IMNU, Humor Islam PKB Kab Tegal

Gus Dur Ajarkan Kebhinekaan Indonesia dengan Cara Sederhana

Jakarta, PKB Kab Tegal. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD menilai, ajaran kebhinekaan (pluralisme) dalam pandangan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sangat sederhana. Ia mengutip apa yang pernah dikatakan Gus Dur kepadanya.

Menurut Gus Dur, kata Mahfud, kebhinekaan adalah rumah yang terdiri dari kamar-kamar. Di kamar-kamar itu, penghuninya bebas ekspresi, “Mau berpakaian merah, kuning, hijau, bahkan tidak berpakaian sekalipun, terserah.

Gus Dur Ajarkan Kebhinekaan Indonesia dengan Cara Sederhana (Sumber Gambar : Nu Online)
Gus Dur Ajarkan Kebhinekaan Indonesia dengan Cara Sederhana (Sumber Gambar : Nu Online)

Gus Dur Ajarkan Kebhinekaan Indonesia dengan Cara Sederhana

Tapi ketika ada di ruang tamu dan ruang makan, seluruh penghuni harus mengikuti dan tunduk kepada aturan main bersama rumah tersebut. “Dan jika ada serangan dari musuh luar, seluruh penghuni harus bersama-sama melawannya. Dan jika keluar rumah semua penghuni harus menjaga nama baiknya.”

PKB Kab Tegal

Mahfud kemudian menyatakan, pluralisme bisa tegak dengan tiga hal, yaitu pengakuan kesaamaan derajat semua warga negara tanpa membedakan suku, agama, golongan, “Semua penghuni rumah diberikan hak-hak yang sama.

Supaya aspirasi dan kehendak setiap warga itu tidak liar, maka meniscayakan syarat kedua, yaitu demokrasi. Dan syarat ketiga, supaya demokrasi tidak liar, harus ada kedaulatan hukum agar demokrasi tidak berjalan prosedural, tapi subtansial.

PKB Kab Tegal

Kegiatan kerjasama atas MMD Peduli dan Jaringan Gusdurian tersebut dibuka Masduki Baidlowi. Dalam sambutannya, ia mengatakan, bahwa kegiatan tersebut adalah salah satu rangkaian haul Gus Dur yang digelar serentak di berbagai daerah. Hal menunjukkan keinginan warga untuk memahami dan melanjutkan pemikiran Gus Dur.

Tapi sangat disayangkan di satu sisi semangat itu kuat, di sisi lain masih sering terjadi kekerasan atas nama agama. Menurut dia, sebagaimana yang dikatakan Gus Dur, demokrasi Indonesia saat masih prosedural, bukan subtansial.    

Pembicara lain pada diskusi bertema Pluralisme dan Demokrasi tersebut adalah Alissa Wahid, Mudji Sutrisno, dan Jaya Suprana. (Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Ahlussunnah, Pemurnian Aqidah PKB Kab Tegal

PCINU Brunei Darussalam dan Buruh Migran Peringati Haul Gus Dur

Jakarta, PKB Kab Tegal. Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Brunei Darussalam bekerja sama dengan Garda Buruh Migrant Indonesia memperingati maulid Nabi Muhammad SAW. Bersamaan dengan itu, mereka juga berzikir bersama dalam rangka memperingati haul ke-5 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Acara diselenggarakan secara berturut-turut pada Sabtu (10/1) dan Ahad (10/11) di dua distrik berbeda; distrik Brunei Muara dan distrik Kuala Belait. Peringatan ini disambut meriah oleh WNI yang tinggal di Brunei Darussalam.

PCINU Brunei Darussalam dan Buruh Migran Peringati Haul Gus Dur (Sumber Gambar : Nu Online)
PCINU Brunei Darussalam dan Buruh Migran Peringati Haul Gus Dur (Sumber Gambar : Nu Online)

PCINU Brunei Darussalam dan Buruh Migran Peringati Haul Gus Dur

Koordinator yang terdiri atas Ahmad Makhfudin, Inmas Santi, dan Moh Ifan mengatakan, "Acara ini baru pertama digelar dalam sejarah buruh migrant Indonesia di Brunei Darussalam. Selain menjalin ukhuwah antarburuh migran, acara ini juga sebagai cikal bakal persatuan buruh migran untuk peningkatan martabat dan pemberdayaan buruh migrant Indonesia di Brunei Darussalam.”

PKB Kab Tegal

Dalam pertemuan ini, penyampai taushiyah menanamkan nilai Aswaja di tengah gempuran ideologi ekstrem Islam trans nasional. Tampak hadir beberapa pejabat Kedubes RI untuk Brunei Darussalam dan sejumlah tokoh masyarakat setempat.

PKB Kab Tegal

Ketua PCINU Brunei Darussalam Ust H Ahmad Dhofier mengatakan, "Sambutan hari lahir Nabi Muhammad SAW adalah tradisi baik untuk mencapai tujuan baik yang patut dilestarikan."

Sementara Ketua Umum Garda Buruh Migrant Indonesia Abdurahman Duladi Aldi menegaskan, "Peringatan maulid Nabi haruslah membawa semangat perubahan. Nabi SAW dahulunya adalah juga seorang buruh, tetapi bukan sembarang buruh. Sebelum masa bitsah, baginda Nabi sering menggembalakan kambing milik orang-orang Mekah. Beliau sosok buruh teladan, yang mampu menginternalisasikan sifat pengabdian sejati sehingga derajatnya sangat dekat dengan Allah SWT.

Sementara Ketua PKB cabang Brunei Darussalam Jauhar Ahmad mengajak WNI untuk meneladani keluhuran sifat Rasulullah. "Gus Dur adalah sosok umat yang meneladani kepribadian Rasul secara utuh. Di masa hidup, Gus Dur rela dicaci dan dicela bahkan dikafirkan hanya karena ingin mewujudkan misi rahmatan lil alamiin.”

Gus Dur, kata Jauhar, selalu hadir mendampingi orang-orang yang terancam eksistensinya. Ia memberikan pelajaran berharga kepada masyarakat bagaimana meneladani Rasulullah secara benar. Hal ini dibuktikan Gus Dur mulai dari kesederhanaannya, rasa empatinya, bahkan pembelaannya kepada kemanusiaan.

Selain sambutan-sambutan, acara juga dimeriahkan oleh tembang-tembang sholawat Lir Ilir, Tombo Ati dan Zaman Wis Akhir oleh Gatot Music bersama grup paduan suara dari gabungan buruh migrant. (Red Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Pertandingan, Pahlawan, Nusantara PKB Kab Tegal

Jumat, 26 Januari 2018

Inilah Empat Ciri Buku Nikah Asli

Jakarta, PKB Kab Tegal. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin kembali menegaskan bahwa siapapun yang terlibat melakukan pemalsuan buku nikah akan dikenakan sanksi pidana. Hal tersebut disampaikan di Kantor Kemenag Kamis (4/6) sore.

Inilah Empat Ciri Buku Nikah Asli (Sumber Gambar : Nu Online)
Inilah Empat Ciri Buku Nikah Asli (Sumber Gambar : Nu Online)

Inilah Empat Ciri Buku Nikah Asli

“Buku nikah merupakan dokumen negara. Jadi siapapun yang terbukti terlibat dalam pemalsuan buku nikah akan dikenakan sanksi pidana,” tegas Menag seperti dikutip dari situs kemenag.go.id.

Namun demikian, Menag tetap mengimbau masyarakat agar mengetahui ciri buku nikah asli. Karena pada dasarnya saat ini buku nikah tidak mudah untuk dipalsukan. 

PKB Kab Tegal

“Saat ini, buku nikah sebenarnya relatif sulit untuk dipalsukan karena paling tidak terdapat empat ciri,” jelas Menag.

Lebih lanjut Menag menjelaskan paling tidak terdapat empat ciri khas dari buku nikah. Pertama, pada halaman dalam sampul terdapat halogram berbentuk lingkaran bergambar garuda. Kedua, terdapat lembar transparan mengkilat berhologram untuk menutup lembar identitas pasangan pengantin. 

PKB Kab Tegal

Ketiga, terdapat nomor seri dengan sistem lubang pada bagian bawah buku. “Nomor ini punya kode khusus,” tambah Menag sambil menunjukkan contoh buku nikah. Dan keempat, setiap halaman buku apabila diterawang akan terlihat gambar garuda. 

Menag juga mengimbau kepada masyarakat yang menggunakan buku palsu agar melakukan pernikahan ulang agar tercatat secara sah dalam hukum negara. 

“Bagi yang palsu, saya mengimbau agar dilakukan pernikahan ulang supaya pernikahan tersebut tercatat oleh negara,” imbau menag. (mukafi niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Fragmen, Tegal PKB Kab Tegal