Minggu, 07 Januari 2018

Tahlilan Jadi Perekat Bangsa

Subang, PKB Kab Tegal. Alhamdulillah, umat Islam di Indonesia ada 12,9 persen dari total umat Islam seluruh dunia sehingga Indonesia menjadi negara Muslim terbesar di dunia. Organisasi umat Islam terbesar di dunia juga adanya di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama.

Demikian ceramah yang disampaikan Ketua PBNU H Marsudi Syuhud pada acara Pengajian Bulanan MWCNU Binong dan Tambakdahan yang diikuti ribuan jamaah di halaman Masjid Jami Al-Muttaqien Kp. Jungklang Desa Mulyasari Kec. Binong Kab. Subang. (Rabu, 24/02).

Tahlilan Jadi Perekat Bangsa (Sumber Gambar : Nu Online)
Tahlilan Jadi Perekat Bangsa (Sumber Gambar : Nu Online)

Tahlilan Jadi Perekat Bangsa

“Kenapa di Timur Tengah, negara yang banyak umat Islamnya mudah sekali perang? Karena di sana ulamanya, tidak punya organisasi semacam NU. Mereka berjuang sendiri,” kata Marsudi.

“Sebelum saling membunuh, mereka saling mengkafirkan dulu. Nah model faham Takfiri ini sekarang sudah masuk ke indonesia. Negara kita yang berketuhanan yang maha esa pun dianggap negara thoghut,” tambahnya.

“Kenapa Islam di Indonesia aman. Karena ada Nahdlatul Ulama. NU mempunyai fasilitas-fasilitas brilian, yang bisa mengumpulkan banyak orang. Sebelum lahir, masih dalam kandungan 4 bulan ada acara mapat, setelah lahir ada acara marhaban, setelah meninggalpun ada acara yaitu tahlilan,” kata Ketua PBNU ini.

PKB Kab Tegal

“Satu-satunya organisasi yang mengurus umatnya dari sebelum lahir hingga meninggal adalah NU. Model seperti ini tidak ada di Timur Tengah. Kalau ada kiai yang berselisih, rukun kembali karena bertemu salaman pada acara tahlilan. Oleh karena itu jangan sepelekan wahai pemerintah, bahwa tahlilan adalah perekat bangsa,” tegasnya.

Pengajian bulanan ini dihadiri juga oleh Rais Syuriyah PCNU Subang KH. Agus Salim, Ketua Tanfidziyah PCNU Subang KH Musyfik Amrullah, Camat Binong H Suhaendi, Ketua PC Muslimat NU Subang Iis Salamah. Red: Mukafi Niam

PKB Kab Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Nahdlatul, Halaqoh PKB Kab Tegal

Yakin Hilal Tak Terlihat Berdasar Hisab, PBNU Tunggu Hasil Rukyat

Jakarta, PKB Kab Tegal - Tim dari Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) memaparkan data hisab lembaga ini bahwa posisi hilal pada 29 Ramadhan 1437 H yang bertepatan dengan Senin Kliwon, 4 Juli 2016 M berada pada ketinggian -01 derajat 05 menit 13 detik, waktu Ijtima’ 18:04:09 WIB, dan letak matahari 22 derajat 50 menit 20 detik. Mereka menyimpulkan bahwa hilal mustahil terlihat.

Kendati demikian, LF PBNU tetap akan mengawal pelaksanaan rukyat di lapangan.

Yakin Hilal Tak Terlihat Berdasar Hisab, PBNU Tunggu Hasil Rukyat (Sumber Gambar : Nu Online)
Yakin Hilal Tak Terlihat Berdasar Hisab, PBNU Tunggu Hasil Rukyat (Sumber Gambar : Nu Online)

Yakin Hilal Tak Terlihat Berdasar Hisab, PBNU Tunggu Hasil Rukyat

Nahdlatul Ulama berpendapat bahwa hitungan hisab bersifat prediktif. Kesahihannya harus diuji dengan observasi hilal di lapangan (rukyatul hilal bil fili) sebagai asas ta’abbudi yakni patuh menjalankan seluruh nash yang ada dalam Al-Qur’an dan As-sunah serta kontrol terhadap pelaporan rukyat yang tidak akurat.

PKB Kab Tegal

“Bagaimanapun, penetapan awal Syawal 1437 H bagi NU rukyat itu metode primer,” kata Sekretaris LF PBNU KH Nahari kepada PKB Kab Tegal di Jakarta, Senin (4/7) sore.

Berdasar hasil kesaksian rukyat di lapangan itu, PBNU akan mengikhbarkan kepastian Idul Fithri berdasarkan seluruh hasil rukyat tersebut. Karenanya, PBNU melalui lembaga falakiyahnya akan mengikhbarkan awal Syawwal 1437 H pada 29 Ramadhan 1437 H bertepatan dengan tanggal 04 Juli 2016 M setelah maghrib.

PKB Kab Tegal

Proses penentuan Idul Fithri itu didasarkan pada ajaran Rasulullah SAW. Penentuan berdasarkan rukyat itu juga merupakan bentuk komitmen PBNU untuk melaksanakan kesepakatan ijtima ulama Komisi Fatwa MUI dan ormas Islam se-Indonesia tahun 2003. Kesepakatan itu menyatakan bahwa penentuan awal bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah didasarkan pada metode rukyat dan hisab.

Kiai Nahari juga mengingatkan warga NU untuk tidak menerima laporan pihak manapun yang mengatasnamakan Lembaga Falakiyah PBNU.

“Karena memang kita tidak pernah mengeluarkan rilis apapun. Jadi informasi yang beredar atas nama Lembaga Falakiyah PBNU tidak bisa dipertanggungjawabkan,” ujar Kiai Nahari. (Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Lomba, Pemurnian Aqidah, Syariah PKB Kab Tegal

Allah Kutuk Pembuat dan Penyebar Hoaks

Tangerang, PKB Kab Tegal



Katib Syuriah PCNU Kota Tangerang KH Arif Hidayat mengungkapkan, dari aspek bahasa, hoaks itu bid’ah karena tidak ada di zaman Nabi. Namun, kasus hoaks pernah terjadi di zaman itu. Bahkan, karena hoaks itu membuat Rasulallah galau.

Allah Kutuk Pembuat dan Penyebar Hoaks (Sumber Gambar : Nu Online)
Allah Kutuk Pembuat dan Penyebar Hoaks (Sumber Gambar : Nu Online)

Allah Kutuk Pembuat dan Penyebar Hoaks

Asbabun nuzul surat an-Nur ayat 11, yang bercerita tentang Siti ‘Aisyah yang ikut berperang bersama Rasulallah. Kalung istri Rasulallah itu jatuh di tengah jalan. Siti ‘Aisyah pun mencarinya hingga tertidur,” terang Kiai Arif dalam acara Seminar Nasional Hoaks dan Hate Speech di hall Atrium Mall Metropolis, (22/12). 

Ia melanjutkan, di waktu yang sama, ada seorang sahabat yang bernama Shafwan ibn Muaththal juga tertinggal rombongan. Soffan pun mengantarkan Sayyidatuna ‘Aisyah ke Rasulallah. 

Orang munafik bernama Abdullah bin Ubair memanfaatkan hal itu untuk menjatuhkan Nabi. Ia mengarang sebuah berita bohong, bahwa Siti ‘Aisyah melakukan perselingkuhan dengan Sofwan. Abdullah bin Ubair mengemas berita itu agar semua orang percaya dan seolah-olah benar terjadi. Sehingga berita itu tersebar dari mulut ke mulut dan sampai kepada Rasulallah.

PKB Kab Tegal

“Dari kejadian itu, turunlah surat surat an-Nur ayat 11. Di akhir ayat disebutkan, Dan orang yang mengambil bagian terbesar akan mendapat siksaan yang besar pula. Jadi, Allah sangat mengutuk orang yang membuat berita palsu (hoaks). Para pelaku pembuat dan penyebar berita hoaks akan mendapatkan siksaan yang besar,” jelasnya.

Menurutnya, ancaman untuk ujaran kebencian (hate speech) juga ada dalam Al-Qur’an. Itu ada dalam surat al-Hujurat ayat 11. Al-Qur’an menyebutkan tiga istilah untuk kategori hate speech. kategori pertama adalah as-sukhriyah (merendahkan). 

Menurut Syekh Fachrudin ar-Razi, as-sukhriyah adalah memandang seseorang dengan merendahkan. Kedua, al-lamzu yakni membicarakan keburukan orang tapi orangnya tidak ada. Ketiga, an-nabzu adalah memanggil dengan panggilan yang tidak mengenakkan. 

Seminar yang diselenggarakan PAC GP Ansor dan MWCNU Tangerang itu dihadiri para santri, mahasiswa STISNU Nusantara, anggota Ansor, IPNU, IPPNU, pengurus MWCNU Tangerang dan pengunjung mal. (Suhendra/Abdullah Alawi)

PKB Kab Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal News, Habib PKB Kab Tegal

Bendung Radikalisme, Ansor Sampang Gelar Pelatihan Kepemimpinan

Sampang, PKB Kab Tegal

Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Sampang menggelar Pelatihan Kemimpinan Dasar (PKD) selama dua gari, Sabtu-Ahad, 2-3 Desember 2017 di Graha Wali Songo Kantor PCNU Sampang.

Acara bertema Mencetak Kader Militan Berkarakter Ahlus Sunnah wal jamaah An Nahdliyyah itu dihadiri sedikitnya 85 orang delegasi dari setiap Pengurus Anak Cabang (PAC) yang tersebar di 14 kecamatan di Kabupaten Sampang.

Bendung Radikalisme, Ansor Sampang Gelar Pelatihan Kepemimpinan (Sumber Gambar : Nu Online)
Bendung Radikalisme, Ansor Sampang Gelar Pelatihan Kepemimpinan (Sumber Gambar : Nu Online)

Bendung Radikalisme, Ansor Sampang Gelar Pelatihan Kepemimpinan

Ketua PC Ansor Sampang, KHR.Khoiron Zainin menyatakan, kegiatan tersebut bertujuan mengoptimalkan peran GP Ansor Sampang khususnya PAC dalam membumikan paham Aswaja an-Nahdliyah di kalangan masyarakat awam. 

Selain itu, lanjut dia, hal tersebut juga diharapkan dapat menggugah semangat peserta agar tetap istiqamah membentengi agama, ulama, dan NKRI.

“Saya harapkan di Sampang lahir kader yang memiliki karakter Nahdliyah yang agamis dan nasionalis juga militan,” tuturnya.

PKB Kab Tegal

Tak hanya itu, Lora Khoiron sapaan akrabnya, yang juga Ketua Umum Majelis Pemuda Bersholawat “At-Taufiq” itu mengingatkan kepada para peserta untuk dapat menangkal aliran radikal yang dapat memecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

PKB Kab Tegal

Zainal Alim, salah satu peserta delegasi dari PAC Jrengik merespons baik acara tersebut karena dianggap mampu merevitalisasi semangat juang pemuda yang selama ini  mulai memudar.

"Acara ini luar biasa dan sangat menggugah," ungkapnya penuh semangat. (Ainur Ridho/Kendi Setiawan)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Tokoh, Sunnah, Pondok Pesantren PKB Kab Tegal

Pesan “Sang Kiai” tentang Pendidikan Karakter

Film garapan Rako Prijanto “Sang Kiai” akhirnya terpilih menjadi film bioskop terbaik Piala Citra pada malam anugerah Festival Film Indonesia (FFI) 2013 di kota Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (7/12).

Selain itu tiga penghargaan lain juga diraih film “Sang Kiai”, yakni Rako Prijanto sendiri terpilih menjadi sutradara terbaik, Adipati Dolken (pemeran Haroen) meraih Pemeran pendukung pria terbaik, juga Khikman Santosa sebagai penata suara terbaik dalam film “Sang Kiai”. Film “Sang Kiai” kemudian akan mewakili Indonesia ke Academy Awards 2014.

Film ini bukan hanya sekedar film, namun benar-benar sejarah bangsa Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan. “Sang Kiai” adalah saksi sejarah untuk refleksi pendidikan Indonesia. Simak saja salah satu dialognya.  “Kenapa Kiai ikut memanen sendiri dengan para petani, Kiai kan bisa saja menyuruh kulo atau santri lain untuk memanen padi,” begitulah dialog pertama dari film Hadratussyaikh Sang Kiai.

Hadratussyaikh yang tak lain adalah KH. Hasyim Asy’ari memang terkenal dengan sosok yang sangat sederhana. Keikutsertaannya dalam memanen padi memang biasa dia lakukan, baginya memanen padi sendiri menjadikannya mengetahui jerih payah para petani sehingga ketika sudah menjadi padi kemudian nasi, maka akan lebih menghargai hasil dari para petani.

Pesan “Sang Kiai” tentang Pendidikan Karakter (Sumber Gambar : Nu Online)
Pesan “Sang Kiai” tentang Pendidikan Karakter (Sumber Gambar : Nu Online)

Pesan “Sang Kiai” tentang Pendidikan Karakter

Petani adalah pekerjaan yang selalu dipenuhi kesabaran dan ketawakalan, karena yang dilakukannya didasarkan pada kerjakeras dan keikhlasan. Begitupun yang dilakukan oleh KH. Bisyri Musthofa ayahanda Kiai Musthofa Bisri (Gus Mus), jika ingin memberi uang pada anak-anaknya yang berada di pesantren, beliau selalu memberikan uang hasil pertaniannya, jika beliau belum mendapatkan hasil pertanian beliau rela meminjam uang seorang petani hanya untuk memberikan uang anak-anaknya yang sedang menuntut ilmu.

Alasan beliau adalah karena uang yang dihasilkan dari seorang petani adalah uang yang mengandung keberkahan yang banyak karena jerih payah kesabaran sang petani inlah yang meyakinkan Kiai Bisyri bahwa akan membuat anak-anaknya mendapatkan ilmu yang bermanfaat selama-lamanya.

PKB Kab Tegal

Kisah dari para kiai ini adalah merupakan bagian dari memuliyakan ilmu. Ketika ilmu didapatkan dari kerja keras dan harta yang halal dan baik (thoyyib) maka ilmu itu bisa memberi kemanfaatan bagi yang memilikinya. Ilmu yang bermanfaat adalah lebih dari segala sesuatu yang berharga di dunia ini.

 

Digugu dan Ditiru

Seorang ulama atau kiai tak lain adalah seorang guru atau pendidik. Mendidik para santri-santri dan masyarakat lokal yang berada di lingkungan pesantren. Menurut Qodri Abdillah Azizy (2000) pesantren merupakan sumber inspirasi yang tidak pernah kering bagi para pecinta ilmu dan peneliti yang berupaya untuk mengurai anatominya dari berbagai dimensi.

Kesahajaan para kiai menjadikan santri-santrinya ta’dzim dan mengikuti apa yang dikatakannya. Ini dikarenakan kiai merupakan sosok yang sangat melekat dalam kebudayaan lokal masyarakat. Sehingga julukan “kiai” itu bukan hanya sekedar jabatan atau pekerjaan, namun merasuk kedalam hati masyarakat. Begitupun dengan santri, istilah santri juga bukan hanya karena dia belajar pada kiai, namun “santri’ melekat pada ruh orang yang belajar (mengaji) pada sosok kiai. Yang membawa perasaan ini pada sifat tawadhu’ atau rendah hati. Terbukti, ketika santri seorang kiai menjadi orang pintar dan sukses dalam kehidupannya, namun dia tetap merasa menjadi seorang santri.

PKB Kab Tegal

Keistimewaan pada sosok Kiai menjadikan sebuah cermin yang berharga bagi para pendidik di zaman sekarang. Karena sekarang ini banyak guru yang tidak bisa menghargai muridnya, dan banyak pula murid yang tidak menghormati gurunya. Padahal keduanya adalah hal yang tidak bisa dipisahkan. Karena terjadinya transformasi keilmuan selalu membutuhkan peran keduanya.

 

Pesan Perjuangan 

“Baiklah, tangkap saja saya,” begitu dialog pada film Sang Kiai, ketika KH. Hasyim Asy’ari melihat santri-santrinya disiram minyak dan akan dibakar oleh pasukan Jepang. Ini menunjukkan bahwa seorang pendidik harus siap di barisan terdepan ketika anak didik kita dalam bahaya. Karakter kuat yang dimiliki para Kiai juga terletak pada menjunjung tinggi para santrinya, bagaimanapun santrinya adalah hidupnya. Ketika mengajarkan hal yang buruk maka buruk pula dirinya, namun ketika mengajarkan hal yang baik, maka akan lahir generasi yang penuh dengan nilai-nilai kebaikan.

Melihat kondisi bangsa Indonesia ini seakan lebih buruk dari pada zaman penjajahan. Kini bangsa Indonesia kembali dijajah, bukan dengan senjata atau nuklir namun dijajah karena kebodohan yang dimiliki bangsa ini. Bodoh karena selalu memperdebatkan perbedaan dan berdampak pada perpecahan. Bodoh karena lebih mengutamakan harta kekayaan dari pada ilmu yang manfaat, sehingga yang terjadi adalah persaingan bisnis yang memanas yang kemudian berdampak pada kerusakan alam. Bodoh pula karena lebih mencintai atau menggemari budaya luar, dari pada menjunjung tinggi budaya bangsa. Sehingga kemudian tidak aneh ketika anak remaja lebih mengenal girlband atau boyband dari pada pahlawan bangsa, bahkan mengingat gurunya. Bahkan lagu-lagu warisan budaya yang serat akan nilai moral kalah pamor dengan lagu-lagu barat dan korea yang selalu menghiasi panggung hiburan tanah air kita.

Sekarang sudah sangat jarang terdengar lagu-lagu menyimpan nilai pendidikan yang dilantunkan oleh generasi muda bangsa. Ini membuktikan generasi bangsa mulai miskin kearifan lokal. Jika hal semacam ini berlangsung terus menerus maka yang terjadi adalah generasi bangsa kehilangan akar dan pondasinya. Padahal para foundng fathers membangun bangsa ini dengan menjunjung kearifan lokal dan melestarikan kebudayaan yang itu merupakan wujud dari kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia.

Lalu apa yang seharusnya kita lakukan? Kembali belajar pada Kiai dan founding fathers bangsa ini. Mereka rela berkorban mengerahkan pikiran, tenaga dan hartanya untuk kemerdekaan bangsa ini. Menjadi sosok yang mampu merasuk dalam jiwa dan ruh peserta didik dan masyarakat. Karena dengan mencintai Negeri ini adalah sebagian dari iman.

 

*Aktif di PW Fatayat NU DIY, Mahasiswa pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta.

 

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Hadits, News, Daerah PKB Kab Tegal

Sabtu, 06 Januari 2018

Bahtsul Masail Perdana di Belanda Bahas Talfiq

Maroko, PKB Kab Tegal. Forum bahtsul masail perdana dari dua episode yang digagas Pimpinan Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Belanda berjalan dengan lancar. Forum ini mencoba menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat muslim di Eropa, khususnya beribadah dengan panduan lebih dari satu madzhab (talfiq).

Bahtsul Masail Perdana di Belanda Bahas Talfiq (Sumber Gambar : Nu Online)
Bahtsul Masail Perdana di Belanda Bahas Talfiq (Sumber Gambar : Nu Online)

Bahtsul Masail Perdana di Belanda Bahas Talfiq

Forum ini terselenggara atas kerja sama PCINU Belanda dan Persatuan Pemuda Masyarakat Eropa Al-Ikhlash Amsterdam (PPME) di aula PPME Al-Ikhlash, Saaftingestraat 312, Amsterdam, Sabtu (27/6) sore.

Pertemuan ini bertujuan memberikan gambaran bagi masyarakat Belanda akan adanya bahtsul masail sebagai tradisi NU. Dengan begitu, masyarakat di sana mengerti bahwa pengambilan sebuah hukum syari melalui proses yang ketat, didasarkan pada referensi-referensi yang valid dari Imam-imam madzhab, dan bisa dipertanggungjawabkan.?

PKB Kab Tegal

Selain membahas talfiq, forum ini juga membahas hukum pelaksanaan ajaran Aswaja di negeri Belanda. Forum ini dipimpin Rais Syuriyah PCINU Belanda KH Nur Hasyim Subadi. Sementara pesertanya adalah sesepuh dan pengurus PCINU Belanda yang pernah belajar di Mesir, Arab Saudi, dan Irak.Tampak hadir meramaikan kegiatan ini para mahasiswa program master dan doktoral yang berlatar belakang NU dari beberapa universitas di Belanda. Sebagai pembanding, PCINU Belanda menghadirkan dua orang pengurus PCINU Maroko, ustadz Muhammad Mahludi Bahran dan ustadz Azhari Maulana.

“Kegiatan bahtsul masail ini benar-benar mendapat apresiasi dari masyarakat muslim di Belanda khususnya Amsterdam. Karena, mereka terlibat secara langsung dan menyaksikan kegiatan dari awal hingga akhir,” kata Mahludi Bahran, delegasi PCINU Maroko.

PKB Kab Tegal

Sementara Pimpinan PPME Al-Ikhlash Amsterdam Hansyah Iskandar Putra mendukung kegiatan bahtsul masail ini. Kegiatan ini merupakan baru pertama kalinya ulama-ulama Islam Nusantara yang tinggal di Belanda membahas dan menentukan hukum atas masalah-masalah yang dihadapi masyarakat Islam di Belanda.

Katib Syuriyah PCINU Belanda Mohamad Shohibuddin mengabarkan, bahtsul masail kedua akan diadakan pada Sabtu (11/7) mendatang. Pertemuan kedua nanti, akan dibahas waktu puasa dan shalat di wilayah yang siang harinya amat panjang.

Insya Allah, selain alim ulama di Belanda, musyawirin juga berasal dari beberapa PCINU yang akan bergabung melalui fasilitas teleconference. Beberapa PCINU dan nahdliyyin yang sudah mau gabung untuk teleconference berasal dari Swedia, Jerman, Belgia, UK, USA, Maroko, dan Turki.” (Kusnadi/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Pendidikan, Ulama PKB Kab Tegal

Ini Hasil Pertemuan PBNU dengan KPK

Jakarta, PKB Kab Tegal. Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj memberikan dukungan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan berkunjung dan berdiskusi, Selasa (11/7) di Gedung KPK Jakarta mengenai peran dan eksistensi lembaga antirasuah tersebut yang sedang digoyang oleh Pansus Hak Angket DPR RI.

“Nahdlatul Ulama di belakang KPK, sampai hari ini masyarakat dan negara butuh KPK. Kecuali jika negara benar-benar sudah terbebas dari praktik korupsi sehingga beberapa kalangan pantas mempertanyakan keberadaan KPK,” tegas Kiai Said Aqil di hadapan para awak media usai pertemuan dengan KPK.

Ini Hasil Pertemuan PBNU dengan KPK (Sumber Gambar : Nu Online)
Ini Hasil Pertemuan PBNU dengan KPK (Sumber Gambar : Nu Online)

Ini Hasil Pertemuan PBNU dengan KPK

Ada sejumlah poin yang dihasilkan dari pertemuan antara PBNU dengan KPK sebagai berikut:

Pertama, KPK adalah konsekuensi logis dari pilihan menciptakan transparansi dan akuntabilitas pasca-reformasi. Sangat keliru jika ada keinginan melemahkan, bahkan membubarkan KPK. Sebaliknya, KPK harus diperkuat dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

?

PKB Kab Tegal

Karena itu, kita perlu mewaspadai upaya-upaya pelemahan KPK. Meski sekarang ini --berdasar berbagai survei-- KPK menjadi lembaga negara yang paling kredibel dan terpercaya, namun perbaikan-perbaikan harus terus dilakukan.

Kedua, di banyak negara, perjalanan komisi antikorupsi selalu membuat repot orang-orang yang selama ini menggerogoti keuangan negara. Selalu saja ada tantangannya. KPK harus tetap istiqomah dan maju terus melaksanakan fungsi pemberantasan korupsi.

Ketiga, KPK adalah amanah rakyat yang mengharapkan adanya negara yang bersih dari korupsi. Baldatun thoyyibatun. Keinginan membubarkan KPK, baik dengan cara yang konstitusional seperti hak angket maupun inkonstitusional, sama artinya dengan ingin mengubur amanah dan harapan rakyat.

?

PKB Kab Tegal

Didampingi oleh Direktur Eksekutif The Wahid Foundation Yenny Wahid, Ketua PBNU Robikin Emhas, dan Ketua Lakpesdam PBNU Rumadi Ahmad, Kiai Said diterima langsung oleh Ketua KPK Agus Rahardjo, Komisioner Laode M. Syarif beserta para komisioner lain. (Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Habib PKB Kab Tegal