Sabtu, 10 September 2016

Lawan Hoax, Dakwah NU Harus Lebih Kreatif

Mataram, PKB Kab Tegal - Selain tetap mempertahankan pola dakwah tradisional, warga NU juga harus membekali diri dengan literasi dakwah melalui media sosial. Media sosial membuat daya jangkau yang lebih luas pesan dan anjuran kebaikan yang disampaikan dalam dakwah para ulama dan tuan guru. Dengan demikian pesan dakwah itu tidak hanya berputar pada jamaah yang terbatas.

“Dakwah melalui internet dapat diakses dengan mudah oleh ribuan bahkan jutaan orang, potensi ini harus bisa dibaca sebagai peluang dakwah,” kata Sekjen PBNU Helmy Faisal Zaini saat menjadi narasumber dalam acara Kopdar Netizen NU bersama keluarga besar NU Kota Mataram di Aula PWNU NTB, Senin (13/2).

Lawan Hoax, Dakwah NU Harus Lebih Kreatif (Sumber Gambar : Nu Online)
Lawan Hoax, Dakwah NU Harus Lebih Kreatif (Sumber Gambar : Nu Online)

Lawan Hoax, Dakwah NU Harus Lebih Kreatif

Menurut Helmy, tantangan warga NU adalah meningkatkan pola dakwah tradisional ke dakwah virtual yang memiliki daya jangkau publik yang lebih luas. Dengan demikian, sekali berdakwah dapat diikuti oleh ratusan ribu bahkan jutaan followers. Dakwah virtual efeknya lebih dahsyat.

Keterampilan dalam menggunakan dan memanfaatkan teknologi informasi dapat digunakan sebagai sarana melawan hoax dan fitnah yang ditujukan kepada para tuan guru dan ulama NU. Di samping itu, keterampilan dalam menggunakan media sosial dirasa efektif untuk menangkal berita dan informasi berbau radikal yang disebar secara besar-besaran oleh para buzzer.

PKB Kab Tegal

“Cara melawannya, yaitu tidak men-share berita hoax dan bernuansa radikal, menghapusnya, juga harus punya kreativitas memanfaatkan media sosial,” kata Helmy.

Kopdar netizen NU diakhiri dengan pembacaan ikrar oleh seluruh peserta. Pembacaan ikrar dipimpin oleh Koordinator Netizen NU NTB Muhammad Jayadi.

PKB Kab Tegal

Ikrar mereka menyuarakan komitmen untuk memosting pesan dan ajaran kebaikan para ulama dan kiai Nahdlatul Ulama, memproduksi karya di media sosial baik berupa gambar, video, meme, dan artikel untuk dakwah yang inspiratif dan berakhlakul kharimah, ala Ahlussunah wal Jamaah An-Nahdliyah. (Red Alhafiz K)Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Berita PKB Kab Tegal

Selasa, 06 September 2016

Hadiri Muktamar, Bupati Lampung Barat Pun Ziarahi Makam Gus Dur

Jombang, PKB Kab Tegal. Bupati Lampung Barat Mukhlis Basri menyempatkan diri ziarah ke makam Presiden RI ke-4 KH Abdurahman Wahid atau Gus Dur kompleks pemakaman Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Sabtu (1/8), di sela kehadirannya di lokasi Muktamar Ke-33 NU.

Politisi PDI Perjuangan ini menegaskan dirinya bagian dari keluarga Nahdlatul Ulama (NU). Mukhlis yang ditemani Kabag Humas dan Protokol Pemkab Lampung Barat Burlianto Eka Putra pun tak canggung berjongkok dan berdoa di depan kuburan ketua umum PBNU tiga periode berturut-turut tersebut.

Hadiri Muktamar, Bupati Lampung Barat Pun Ziarahi Makam Gus Dur (Sumber Gambar : Nu Online)
Hadiri Muktamar, Bupati Lampung Barat Pun Ziarahi Makam Gus Dur (Sumber Gambar : Nu Online)

Hadiri Muktamar, Bupati Lampung Barat Pun Ziarahi Makam Gus Dur

"Saya baru kali ini datang ke? makam Gus Dur dan ke Jombang. Saya warga NU dan pengurus NU di Lampung Barat. Jadi harus hadir pada Muktamar NU ke-33 di Jombang ini. Namun sebelum kegiatan berlangsung, terlebih dahulu sowan KH Abdurahman Wahid atau Gus Dur ini," katanya.

PKB Kab Tegal

Setelah berdoa Mukhlis Basri yang ketika itu memakai baju koko dan songkok putih lalu berpose bersama warga di dekat makam Gus Dur. Ia tiba di Jombang Jumat? (31/7).

Selain Mukhlis, ada ribuan peserta muktamar lain dari berbagai daerah peziarah yang turut berziarah. Kompleks pemakaman Pesantren Tebuireng menjadi tempat tujuan favorit muktamirin karena di sini terdapat makam pendiri NU Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari dan juga putranya, KH Wahid Hasyim. (Gatot Arifianto/Mahbib)

PKB Kab Tegal

? Foto: Bupati Mukhlis Basri (tengah) di area Muktamar ke-33 NU

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Lomba, Quote, Pendidikan PKB Kab Tegal

Kamis, 01 September 2016

Mengapa Menggunakan Istilah Halal bi Halal?

Grobogan, PKB Kab Tegal - Salah satu ciri khas Idul Fitri di Indonesia adalah tradisi anjang sana ke sanak saudara atau biasa dijuluki dengan istilah “halal bi halal”. Namun, tahukah anda mengapa masyarakat pada umumnya menggunakan istilah tersebut. Padahal, inti dari tradisi tersebut adalah saling memohon maaf? Mengapa tidak memakai padanan kata maaf berbahasa Arab: Al-afwu bil afwi atau maghfirotan bi maghfirotin, misalnya?

Terkait hal tersebut, Pengasuh Pondok Pesantren Sirojuth Tholibin Brabo, Kabupaten Gobogan, Jawa Tengah, KH Muhammad Shofi Al Mubarok menjelaskan, ulama terdahulu memilih istilah halal bi halal karena kalimat tersebut lebih pas dan fleksibel.

Mengapa Menggunakan Istilah Halal bi Halal? (Sumber Gambar : Nu Online)
Mengapa Menggunakan Istilah Halal bi Halal? (Sumber Gambar : Nu Online)

Mengapa Menggunakan Istilah Halal bi Halal?

Menurutnya, kalimat halal bi halal tidak hanya terkhusus pada urusan maaf memaafkan. Melainkan juga saling menghalalkan. Artinya, benar-benar memaafkan baik secara lahiriah maupun batiniah.

PKB Kab Tegal

"Ibarat najis kalau pakai kata al afwu bil afwi itu masih najis, tapi di-mafu (dimaafkan). Tapi kalau pakai istilah halal bi halal itu ibarat najis, sudah benar-benar disucikan. Thahirun muthahhirun," tuturnya, Ahad (25/6).

Rais Syuriyah PBNU KH Masdar Farid Mas’udi berpendapat, penggagas istilah "halal bi halal" adalah KH Abdul Wahab Chasbullah, salah seorang pendiri NU. Kisahnya dimulai ketika Presiden Soekarno memanggil KH Wahab Chasbullah ke Istana Negara pada pertengahan bulan Ramadhan, untuk dimintai pendapat dan sarannya untuk mengatasi situasi politik Indonesia yang tidak sehat.

Setelah Indonesia merdeka 1945, pada tahun 1948, Indonesia dilanda gejala disintegrasi bangsa. Para elit politik saling bertengkar, tidak mau duduk dalam satu forum. Sementara pemberontakan terjadi dimana-mana, di antaranya DI/TII, PKI Madiun.

PKB Kab Tegal

Kiai Wahab memberi saran kepada Bung Karno untuk menyelenggarakan silaturrahim sebab sebentar lagi Hari Raya Idul Fitri. Namun Bung Karno ingin istilah berbeda dari silaturahim yang menurutnya sudah biasa. Kiai Wahab pun mencetuskan halal bi halal. (Ulin Nuha Karim/Mahbib)



(Baca: KH Wahab Chasbullah Penggagas Istilah “Halal Bihalal”)


Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Pertandingan, Quote PKB Kab Tegal

Selasa, 30 Agustus 2016

Alissa Wahid: KMNU Harus Lanjutkan Perjuangan Para Ulama

Yogyakarta, PKB Kab Tegal. Saat ini bangsa Indonesia butuh kebangkitan mahasiswa, karena dunia ini berubah terus dan semakin lama semakin cepat berubahnya. Dunia saat ini sudah menjadi desa global (global village), apa yang terjadi di sudut dunia, kita tahu. Pertukaran kultur mudah terjadi sehingga terjadi tarik-menarik ? tentang siapa yang dipengaruhi dan siapa yang mempengaruhi. Oleh karen itu, KMNU harus melanjutkan perjuangan yang telah dibangun oleh para ulama.

Demikian dikatakan Alissa Wahid dalam Musyawarah Nasional (Munas) Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) se-Indonesia yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, Yogyakarta, Jum’at, (23/1).?

Alissa Wahid: KMNU Harus Lanjutkan Perjuangan Para Ulama (Sumber Gambar : Nu Online)
Alissa Wahid: KMNU Harus Lanjutkan Perjuangan Para Ulama (Sumber Gambar : Nu Online)

Alissa Wahid: KMNU Harus Lanjutkan Perjuangan Para Ulama

Dalam kesempatan tersebut Alissa mengatakan, saat ini banyak gerakan ‘Islam anyaran’ yang mempengaruhi gerakan Islam di Indonesia. Islam anyaran, ucap Alissa mengutip kata-kata Gus Mus, adalah kelompok Islam yang tidak ikut berinfestasi membentuk Negara Indonesia.?

PKB Kab Tegal

“Islam anyaran ini berbeda dengan NU yang sudah terlibat dalam perjuangan bangsa selama ini,” tutur Alissa.?

Alissa melanjutkan, dari dulu ulama NU bersentuhan dengan masyarakat bawah, tidak berdiri di menara gading. Cara seperti, tambah putri sulung Gus Dur ini, merupakan warisan terbesar dari Walisongo. Hasilnya, lanjut Alissa, jumlah umat Islam di Indonesia saat ini lebih banyak daripada jumlah seluruh umat Islam di Timur Tengah.?

PKB Kab Tegal

“Hal ini karena pendekatan yang dilakukan ulama adalah pendekatan kultural,” terangnya.

Menurutnya, ulama juga menentukan status negara Indonesia sebagai dar al-salam (negara damai), mengingat kondisi Negara ini beragam. Kalau bicara Indonesia, urai Alissa, maka disana ada ras melayu dan lain-lain. “Ndak ada yang tunggal dan kondisi inilah yang disikapi ulama dengan memberi status dar al-salam,” ujar Kakak dari Yenny, Inayah dan Anita Wahid ini.

Seminar dengan tema ‘Sinergi Mahasiswa Nahdlatul Ulama Melalui Nilai Spiritual dan Intelektual Mewujudkan Islam Yang Rahmatan Lil Alamin’ ini merupakan salah satu rangkaian Musyawarah Nasional (Munas) KMNU yang dilaksanakan selama tiga hari, Jum’at-Ahad, (23-25/1). (Anas/Fathoni) ? ?

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal News, Syariah PKB Kab Tegal

Rabu, 24 Agustus 2016

Peringati Harlah Ke-90 NU, PCINU Turki Napak Tilas Jejak Sejarah Islam

Konya, PKB Kab Tegal

Pengurus Cabang Istimewa Nahdhatul Ulama (PCINU) Turki mengadakan rangkaian kegiatan di Kota Konya, Turki dalam rangka memperingati hari lahir (Harlah) Ke-90 Nahdhatul Ulama, Selasa (2/2/2016). Dalam peringatan Harlah NU kali ini, Konya menjadi pilihan warga Nahdliyin Turki sebagai tempat refleksi dan napak tilas jejak dan nilai-nilai sejarah Islam sejak zaman Bani Saljuk (1077–1307).

Ziarah ke makam Maulana Jalaluddin Rumi mengawali kegiatan bertajuk ‘Cinta dari Konya untuk Nusantara’ ini. Nahdhiyin dari beberapa kota di Turki hadir, salah satunya Deo A Pramadhan yang menyempatkan hadir dari Kota Malatya.?

Peringati Harlah Ke-90 NU, PCINU Turki Napak Tilas Jejak Sejarah Islam (Sumber Gambar : Nu Online)
Peringati Harlah Ke-90 NU, PCINU Turki Napak Tilas Jejak Sejarah Islam (Sumber Gambar : Nu Online)

Peringati Harlah Ke-90 NU, PCINU Turki Napak Tilas Jejak Sejarah Islam

“Pesan-pesan Rumi tentang cinta dan perdamaian yang disampaikan dalam konteks konflik dan perpecahan antargolongan pada zamannya, sangat relevan dengan kondisi saat ini,” tutur Deo ? yang sedang menyelesaikan Studi Teologi Islam di Universitas Inonu Turki.?

Di samping itu, pengurus Syuriyah dan Tanfidziyah PCINU Turki (2016-2018) ikut menyemarakkan kegiatan ini.?

PKB Kab Tegal

“Pesan cinta dan toleransi Rumi melalui puisi-puisinya, sangat sesuai dengan ajaran yang menjadi ciri NU sejak dilahirkan 90 tahun lalu yaitu sikap tasamuh (toleran) dan tawazun (seimbang). Menapaktilasi Maulana Rumi dan merawat pesan-pesannya sangat penting dan cocok dalam acara Peringatan Harlah 90 Tahun NU di tengah situasi potensi perpecahan umat Islam saat ini,” papar Katib Syuriyah Agung Anggoro, mahasiswa doktoral Universitas Selcuk Konya Turki.

Dalam peringatan kali ini, Nahdhiyin Turki diajak untuk terus merawat warisan tradisi NU. Membaca yasin, tahlil dan doa bersama khas Nahdliyin melengkapi rangkaian kegiatan setelah ziarah. Untuk mengingat perjuangan pendiri dan tokoh-tokoh NU, rangkaian kegiatan Harlah NU di Turki ini ditutup dengan nonton bareng film dokumenter berjudul Nahdlatul Ulama dan Sejarah Kebangsaan. ?

“Kerinduan suasana tahlilan di Indonesia terobati dengan acara seperti ini. Kami ingin merawat tradisi-tradisi NU meski jauh dari Tanah Air,” kata ketua pantia kegiatan, Hari Pebriantok. (Bernando J Sujibto/Fathoni)

PKB Kab Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Humor Islam, Tokoh, Pemurnian Aqidah PKB Kab Tegal

Minggu, 21 Agustus 2016

Majalah NU Dukung Majalah Perti

SERIBU ULAMA Sumatera Barat berdatangan di sebuah surau, di Bukittinggi. Mereka bermusyawarah, menyikapi kelompok yang menyerang tarekat di tanah Minang: Naqsabandiyah. Setidaknya ulama dan jama’ah tarekat, oleh penyerang, divonis sesat dan bid’ah.

Kabar di atas disiarkan majalah Berita Nahdlatoel Oelama (BNO) Nomor 1 Tahun ke-10, terbit Nopember 1940. Sumbernya dari majalah Al-Mizan di Bukittinggi, majalah yang diterbitkan Persatuan Tarbiyatul Islamiyah (Perti).

Majalah NU Dukung Majalah Perti (Sumber Gambar : Nu Online)
Majalah NU Dukung Majalah Perti (Sumber Gambar : Nu Online)

Majalah NU Dukung Majalah Perti

Seribu ulama Minang amat menyesalkan atas sikap Haji Karim Amrullah yang telah memvonis sesat kaum tarikat dan para pemegang madzhab (al-mutamadzhibin). Pertentangan antara penganut tarekat, juga pemegang ajaran Aswaja dengan para pembaharu yang menolak tarekat serta madzhab telah berlangsung lama (sebelum Perang Padri tahun 1821-1837) dan keras. Konflik ini dikenal dengan Kaum Muda dan Kaum Tua. Kaum Tua sebutan untuk para pemegang madzhab dan pengamal tarekat. Sedangkan para penentang madzhab dan yang menyesatkan tarekat disebut Kaum Muda. 

Dalam sebuah keterangan, Syekh Sulaiman Ar-Rasuli (1871-1970), pemangku Surau Candung dan pendiri Persatuan Tarbiyatul Islamiyah (Perti), menulis berbait-bait puisi untuk menyindir tingkah Kaum Muda:

PKB Kab Tegal

Jangan dicari ke dalam Qur’an

Hadistnya nabi-pun demikian

Mujtahid mutlak punya bahagian

PKB Kab Tegal

Nasi yang masak hendaklah makan

Kita nan tidak tahu bertanak

Api dan kayu tungkupun tidak

Hendaklah makan nasi yang masak

Orang yang cerdik janganlah gagak

Dua penggal bait puisi di atas mengilustrasikan posisi orang bermadzhab. Al-Qur’an dan hadits itu bahan, para mujtahid sudah mengolahnya. Ijtihad para imam itu ibarat nasi yang sudah nanak, tinggal makan saja. Ar-Rasuli mengingatkan, orang yang pintar tidak boleh seperti burung gagak. Sementara Kaum Muda lantang bersuara jangan taqlid, ijtihadlah sendiri, tidak perlu tarekat-tarekatan. Semuanya tidak ada dalam Al-Qur’an. Nabi pun tidak mengajarkan.

Majalah yang diterbitkan Pengurus Besar NU mendukung posisi dan sikap Kaum Tua dan menolak vonis sesat yang dilontarkan Hamka dan golongan Kaum Muda. Majalah NU menyatakan tepat keputusan kaum tarekat untuk kunut nazilah selama sebulan sebagai sikap perlawanan. 

Meski demikian, awalnya NU menyerukan agar dilakukan dialog. “Tidakkah dapat diadakan permusyawaratan lebih dahulu antara mereka dan pihak yang mengatakan sesat?” begitu Berita Nahdlatul Oelama menulis.

Akan tetapi, tulisnya, sekiranya tidak bisa didamaikan pendirian yang berlainan itu, mestinya saling mengerti pendirian masing-masing. Tidak perlu dipertentangkan satu dengan yang lainnya.

Lana a’maluna wa lakum a’malukum la hujjata baynana wa baynakum. Bagi kami amal kami, bagi kalian amal kalian, tidak ada pertikaian antara kami dan kalian,” kutip Berita Nahldatul Oelama. “Kamoe djalanlah pada railmoe dan kami berdjalan atas rail kami, dengan tidak edjek-mengedjek dan hina-menghinakan antara kami dan kamoe.

Khusus untuk Hamka diberi peringatan tersendiri,”Perbanjaklah menggoenakan akal fikiran dan ilmoe, daripada menggenakan kemaoean.” (Hamzah Sahal)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal AlaSantri, Bahtsul Masail PKB Kab Tegal

Senin, 15 Agustus 2016

Quraish dan Najwa Shihab Bacakan Puisi Surat dari Penjara

Jakarta, PKB Kab Tegal?

Ulama tafsir terkemuka, Prof Quraish Shihab turut serta membaca puisi pada acara Gus Mus dan Kawan-kawan Mempersembahkan Malam Pembacaan Puisi-puisi Palestina di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Kamis (24 /8).?

Pada acara bertemakan Doa untuk Palestina ini, Quraish Shihab membaca satu puisi berkolabarasi dengan putri keduanya, Najwa Shihab.?

Sebelumnya, penulis tafsir Al Misbah ini menjelaskan dua alasan yang membuat dirinya mau terlibat dalam pagelaran ini. Pertama, karena kecintaannya terhadap Palestina. Kedua, ia tidak bisa menolak ajakan KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus). ?

Quraish dan Najwa Shihab Bacakan Puisi Surat dari Penjara (Sumber Gambar : Nu Online)
Quraish dan Najwa Shihab Bacakan Puisi Surat dari Penjara (Sumber Gambar : Nu Online)

Quraish dan Najwa Shihab Bacakan Puisi Surat dari Penjara

"Yang pertama, saya cinta Palestina, dan yang kedua, saya tidak bisa menolak permintaan saudara saya, sahabat saya, Gus Mus," katanya diikuti tepuk tangan hadirin.

Quraish Shihab membaca syair berjudul “Risalatun minal mu’taqol” karya Samih Al-Qasim. Puisi ini kemudian diterjemahkan Ulil Abshar Abdallah dengan judul “Surat dari Penjara” dan dibacakan Najwa Shihab. (Husni Sahal/Zunus)

PKB Kab Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Tokoh, Pahlawan, Budaya PKB Kab Tegal

PKB Kab Tegal