Senin, 30 Mei 2011

Gus Mus Terima Kunjungan Dua Tokoh Inggris

Rembang, PKB Kab Tegal. Rais Aam PBNU, KH. A. Mustofa Bisri (Gus Mus) menerima kunjungan dua orang tokoh Inggris, Ahad, (11/1) lalu di kediamannya, Rembang, Jawa Tengah. Mereka adalah Doug Smith, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Konservatif yang sekarang berkuasa, dan Dean Godson, Direktur Policy Exchange, sebuah lembaga dibawah naungan partai yang sama.

Menurut Dean Godson, mereka amat membutuhkan pencerahan dari Gus Mus karena wacana tentang Islam di Eropa dewasa ini didominasi oleh paham-paham radikal. Adapun Doug Smith, menanyakan kepada Gus Mus mengenai paham radikal tersebut karena pesan yang didapatkannya akan disampaikan jika berbicara kepada kaum radikal itu.

Gus Mus Terima Kunjungan Dua Tokoh Inggris (Sumber Gambar : Nu Online)
Gus Mus Terima Kunjungan Dua Tokoh Inggris (Sumber Gambar : Nu Online)

Gus Mus Terima Kunjungan Dua Tokoh Inggris

Gus Mus pun mengatakan, agar kelompok radikal untuk kembali pada kemanusiaan. “Kalau kita ingat keberadaan kita sebagai manusia, kita tidak akan tega melakukan kekejaman terhadap sesama manusia,” ujar kiai yang juga budayawan ini.

PKB Kab Tegal

Lebih lanjut Gus Mus menambahkan, penghinaan ataupun pelecehan yang dilakukan orang terhadap agamamu tidak akan merusak agamamu. “Yang bisa merusak agamamu adalah kelakuanmu sendiri yang tidak sesuai dengan ajaran-ajaran agamamu,” terang Gus Mus.

PKB Kab Tegal

Doug Smith menyatakan harapannya agar Gus Mus bersedia datang lagi ke Eropa untuk berbicara kepada khalayak yang lebih luas di sana. Dia berharap di Eropa dapat memunculkan gerakan Islam Rahmatan lil ‘Alamin secara nyata dan meluas seperti Nahdlatul Ulama (NU) di Indonesia.

Smith mengatakan, bahwa setiap gerakan membutuhkan figur kepemimpinan. Dia menambahkan, Bapak Mustofa paling tepat dan harus tampil untuk menjalankan peran kepemimpinan itu.

“Dibawah kepemimpinan Bapak Mustofa, Nahdlatul Ulama bisa menjadi ‘Saudara Tua’ (Big Brother) bagi gerakan Islam Rahmatan lil ‘Alamin di seluruh dunia,” tutur Smith.

Mereka datang ke Rembang setelah mendengar informasi tentang Gus Mus dan NU sekaligus mendapat anjuran dari Magnus Ranstorp, seorang penasehat keamanan dalam negeri Swedia.

Pemerintah Swedia pernah mengundang Gus Mus pada 2010 untuk memberikan briefing kepada jajaran pemerintahan Swedia tentang Islam, dan paparan Gus Mus pada waktu itu telah membuka mata mereka tentang Islam rahmatan lil ‘alamin yang dibawakan oleh NU.

Pada tahun 2011, Magnus Ranstorp bersama YM Arief Havas Oegroseno, Duta Besar RI untuk Uni Eropa juga telah mengatur kunjungan Gus Mus ke Brussel, Belgia untuk berbicara di depan para anggota Parlemen Uni Eropa.

Doug Smith dan Dean Godson menyempatkan diri datang untuk berkenalan dengan Gus Mus dan mendengar langsung ? pemahaman Gus Mus tentang Islam. Doug Smith sendiri pernah bertugas sebagai ghost writer (pengkonsep pidato dan pernyataan-pernyataan) bagi Perdana Menteri Inggris, David Cameron. (Red: Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Pahlawan, Sejarah PKB Kab Tegal

Selasa, 24 Mei 2011

Sufisme Syekh Yusuf al-Makassari

Oleh Munawir Aziz

Dalam catatan Lontara yang diwariskan kerajaan Gowa-Tallo, disarikan data bahwa Syekh Yusuf lahir pada 3 Juli 1628 M, tepat pada 8 Syawal 1036 H. Dengan demikian, Syekh Yusuf lahir setelah dua dekade pengisalaman kerajaan kembar Gowa-Tallo oleh ulama Minangkabau, yakni Syekh Abdul Makmur, disebut Datuk Ri Bandang.

Sufisme Syekh Yusuf al-Makassari (Sumber Gambar : Nu Online)
Sufisme Syekh Yusuf al-Makassari (Sumber Gambar : Nu Online)

Sufisme Syekh Yusuf al-Makassari

Catatan Lontara Riwayat Tuanta Salamaka ri Gowa, menyatakan bahwa ayah Syekh Yusuf ? bernama Gallarang Moncongloe, yang merupakan saudara dari Raja Gowa Sultan Alauddin Imangrang Daeng Marabbia, Raja Gowa yang beragama Islam. Sultan Alauddin menetapkan Islam sebagai agama resmi kerajaan pada 1603 M. Ibu kandung Syaikh Yusuf, tak lain adalah Aminah binti Dampang Komara, keturunan bangsawan kerajaan Tallo, kerajaan kembar yang berdampingan dengan kerajaan Tallo.

Kisah perjuangan Syekh Yusuf dalam mempertahankan kedaulatan di bumi Nusantara menjadikan dirinya diasingkan di Ceylon (Srilangka) dan Afrika Selatan. Syekh Yusuf tidak hanya milik masyarakat Bugis, namun juga warga muslim Nusantara, Ceylon dan Afrika. Presiden Afrika Selatan, pada 1994, menetapkan Syaikh Yusuf sebagai pejuang kemanusiaan. Sementara, di negeri ini, Syekh Yusuf dianggap sebagai waliyullah yang menyambungkan sanad keilmuan, menggerakkan perjuangan melawan kolonialisme hingga mewariskan jejaring tarekat yang dianut keluarga dan muridnya hingga kini.

Pada masa hidupnya, Syaikh Yusuf membawa perubahan penting dalam perjuangan dakwah yang diembannya. Syaikh Yusuf dikenal di Kesultanan Banten, Tanah Bugis (Sulawesi Selatan), Ceylon (Sri Langka), dan Cape Town (Afrika Selatan). Dalam pengasingan di Ceylon dan Capetown, Syaikh Yusuf mengembangkan Islam dengan mengajar warga, hingga menjadi komunitas muslim di negeri tersebut. Jejak komunitas muslim dan keturunan Syaikh Yusuf di Ceylon dan Capetown masih dapat dilacak hingga kini.

PKB Kab Tegal

Pada 2009, Syaikh Yusuf mendapatkan penghargaan Oliver Thambo, penghargaan sebagai Pahlawan Nasional Afrika Selatan. Penghargaan ini penting untuk mengenang sosok Syaikh Yusuf di dataran Afrika, atas jasa besarnya dan menjadi inspirasi warga. Presiden Afrika Selatan, Thabo Mbeki, menyerahkan penghargaan langsung kepada tiga ahli warisnya, di antaranya Andi Makmun dan Syachib Sulton. Wapres Jusuf Kalla menyaksikan langsung prosesi penyerahan penghargaan ini, di Union Building, Pretoria, Afrika Utara.

Dari bumi Bugis

Lahir di tanah Bugis, Syaikh Yusuf mendapat tempaan pendidikan Islam dari keluarga dan ulama di kampungnya. Beliau mengaji al-Quran kepada Daeng ri Tamassang. Setelah itu, ia berkelana ke pesantren Bontoala untuk mengaji ilmu-ilmu bahasa, semisal Nahwu, Sharaf, Balaghah, dan mantiq. Pada waktu itu, Syaikh Yusuf mengaji kepada ulama asal Yaman, Syed Baalawi bin Abdullah, yang dikenal sebagai al-allamah Tahir, pengasuh pesantren Bontoala. Setelah menamatkan belajar di Bontoala, Syaikh Yusuf melanjutkan mengaji kepada Syekh Jalaluddin Aidit, ulama asal Aceh yang mengembara ke Bugis. Di bawah asuhan Syekh Jalaluddin, di pesantren Cikoang, belajar selama beberapa tahun. Syekh Jalaluddin kemudian mengutus Syekh Yusuf untuk belajar ke tanah Hijaz, untuk mengaji lebih intens kepada ulama-ulama Haramain.

Tak lama berselang, pada 22 September 1644, Syaikh Yusuf berangkat menuju Hijaz, dengan menggunakan kapal penumpang. Pada waktu itu, transportasi laut dari kawasan timur Nusantara melalui Banten untuk menyusuri selat Malaka, hingga menembus ke kawasan pesisir Arab. Ketika singgah di Banten, Syaikh Yusuf berkenalan dengan putra mahkota kerajaan Banten, Abdul Fattah, yang merupakan putra Sultan Abu al-Mafakhir Abdul Kadir (1598-1650), penguasa kerajaan Banten.

Selain Banten, dalam perjalanannya, Syaikh Yusuf singgah di Aceh. Di kawasan Serambi Makkah ini, Syaikh Yusuf melakukan komunikasi dengan ulama dan pemimpin thariqah al-Qadiriyah di Aceh, Syaikh Muhammad Jilani bin Hasan bin Muhammad Hamid al-Raniry. Ketika singgah di Banten dan Aceh, Syaikh Yusuf menghabiskan waktu selama sekitar 5 tahun, untuk melakukan interaksi dengan ulama setempat.

PKB Kab Tegal

Dalam perjalanan panjangnya, Syaikh Yusuf singgah di Yaman, atas saran dari gurunya selama di Acceh, Syaikh Muhammad Jilani. Di Yaman, Syaikh Yusuf berguru kepada Syaikh Abu Abdillah Muhammad Abdul Baqi (w. 1664), ulama terkenal di Yaman, khalifah tarekat an-Naqsyabandiyah. Syaikh Yusuf tidak berhenti di satu titik, di satu guru. Ia terus berupaya menyegarkan dahaga spritual, dahaga pengetahuannya. Dalam pengembaraannya, Syaikh Yusuf meneruskan perjalanan ke Bandara al-Zubaid, berguru ke Syed Ali al-Zubaidy (w. 1084), seorang muhaddits dan sufi. Dengan Syed Ali, Syaikh Yusuf mendapatkan ijazah thariqah dari silsilah keluarga al-Sadah al-Baalawiyah.

Perjalanan panjang di Yaman, diteruskan menembus Makkah untuk menunaikan ibadah Haji. Kemudian, Syaikh Yusuf menuju Madinah untuk ziarah ke makam Rasulullah Saw. Di kota ini, Syaikh Yusuf berguru kepada Syaikh Ahmad al-Qusysyi (w. 1661), Mullah Ibrahim al-Kawrany (w. 1690), dan Hassan al-Ajamy (w. 1701). Tiga ulama inilah, yang menjadi referensi keilmuan dan tradisi tasawuf yang menyambungkan jaringan ulama Nusantara dengan ulama Haramain.

Syaikh Yusuf masih belum puas dengan dahaga pengetahuan, dan kehausan akan guru yang mencerahkan. Ia terus berjalan menuju Syam (Damaskus) dan Turki. Di Syam, Syaikh Yusuf memperdalam pengetahuan, dan mengasah kepekaan bathin, kepada beberapa guru. Di antaranya, Syaikh Abu al-Barakat Ayyub bin Ahmad al-Khalwaty al-Quraishi. Setelah berkelana Syam dan Turki, Syaikh Yusuf kembali ke Makkah, untuk mengaji dan mengajar. Ketika musim haji tiba, Syaikh Yusuf mengajar santri-santri Nusantara, terutama yang berasal dari kawasan Bugis. Di antara murid-muridnya, ialah Syaih Abu al-Fath Abdul Basir al-Darir (Tuan Rappang), Abdul Hamid Karaeng Karunrung dan Abdul Kadir Majeneng, merekalah yang kemudian meneruskan ajaran tarekat Khalwatiyyah Syaikh Yusuf di tanah Bugis.?

Sufisme Syekh Yusuf

Bagaimana sufisme Syekh Yusuf, yang diwariskan kepada keturunan dan pengikutnya? Dalam pandangan Syaikh Yusuf, Allah tidak ada yang menyerupai, tidak ada yang menandingi.

? ? ? ? ? ? ? ? : ? ? ? ? ? ? ?

“Sesungguhnya, Allah Taala disifati dengan ayat al-Quran al-Shura ayat II, yang bermaksud: Tiada Tuhan apapun yang menyerupai-Nya”.

Konsep tauhid Syekh Yusuf tidak lepas dari konsep tauhid ahl as-sunnah wal-jamaah yang menetapkan zat dan sifat bagi Allah, sebagaimana yang terkandung dalam al-Quran. Syaikh Yusuf menyebutnya sebagai um al-itiqad, induk dari keimanan. Baginya, ayat tersebut menegaskan bahwa dasar Tauhid yang sebenarnya mesti dipegangi dan diyakini. Bahwa, unsur-unsur ketauhidan yang mesti diyakini orang yang menjalani suluk (pendekatan), di antaranya:

(1) Tauhid al-Ahad, meyakini bahwa sesungguhnya Allah adalah wujud Qadim (tidak berpemulaan), qadim bi-nafsih (berdiri sendiri), muqawwim lighairih (mengadakan selain-Nya). Allah Maha Tunggal, tidak bermula wujud-Nya, tiada ujung-Nya, dan tiada serupa-Nya.

(2) Tauhid al-Afal, meyakini bahwa sesungguhnya Allah, pencipta segala sesuatu. Dialah yang memberi daya dan kekuatan dalam melaksanakan segala urusan. Allah berkehendak, dan semua kehendak manusia berada dalam kehendak Allah.

(3) Tauhid al-Maiyyah, meyakini bahwa sesungguhnya Allah bersama hamba-Nya, di manapun berada.

(4) Tauhid al-Ihatah, meyakini bahwa sesungguhnya Allah meliputi segala sesuatu.

Dimensi tasawuf Syaikh Yusuf bergerak dalam konsep keyakinan terhadap Allah, mengelaborasi konsep tauhid sebagai pintu masuk untuk mengenal dzat yang Maha Besar, Allah Maha Agung. Inilah jalan pembuka, yang disadari Syaikh Yusuf sebagai pelajaran awal bagi pengikutnya untuk mengenal Allah, mengenal Sang Pencipta.

Dalam risalah al-Futuhah al-Ilahiyyah, Syaikh Yusuf merinci rukun tasawuf dalam sepuluh perkara. Bagi Syaikh Yusuf rukun tasawuf ini, menjadi penting bagi salik untuk berada dalam garis perjalanan mendekat menuju-Nya. Sepuluh rukun tasawuf, yakni:

Pertama, Tahrid al-Tauhid, memurnikan ketauhidan kepada Allah, dengan memahami makna keesaan Allah, yang disarikan dari kandungan surat al-Ikhlas. Selain itu, meyakini Allah dengan menjauhi sifat tasybih dan tajsim.

Kedua, faham al-Simai, bermaksud memahami tata cara menyimak petunjuk dan bimbingan Syekh Mursyid dalam menjalani pendekatan diri, kepada Allah. Ketiga, Husn al-Ishra, bermaksud memperbaiki hubungan silaturahmi dan pergaulan. Keempat, Ithar al-Ithar, bermaksud mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri demi mewujudkan persaudaraan yang kukuh.

Kelima, tark al-ikhtiyar, bermaksud berserah diri kepada Allah tanpa itimad kepada ikhtiar sendiri. Keenam, surat al-wujd, memahami secara jernih hati nurani yang seiring kehendak al-Haq. Ketujuh, al-kahf an al-khawatir, bermaksud membedakan yang benar dan salah.

Kedelapan, khatrat al-safar, bermaksud melalukan perjalanan untuk mengambil itibar dan melatih ketahanan jiwa. Kesembilan, tark al-iktisab, bermaksud mengandalkan usaha sendiri, akan tetapi lebih bertawakkal kepada Allah setelah berusaha. Kesepuluh, tahrim al-iddihar, bermaksud tidak mengandalkan pada amal yang telah dilakukan, melainkan tumpuan harapannya kepada Allah.

Bagi Syaikh Yusuf, manusia yang sempurna (al-insan al-kamil) merupakan manusia yang sampai ke makam marifat. Bukan hanya manusia biasa yang berislam secara dangkal. Syaikh Yusuf memberi penekanan tentang hakikat marifat dalam kekhususan tingkatan manusia sebagai al-insan al-kamil. Manusia sempurna akan ingat Allah dalam segala urusan, kapanpun dan di manapun berada.

Syaikh Yusuf lahir pada 3 Juli 1628 M, di Gowa Sulawesi Selatan, dan wafat pada 23 Mei 1699 di Capetown, Afrika Selatan. Beliau sebagai pejuang, jembatan Ulama Nusantara dan Timur Tengah, serta sufi yang mengajarkan lautan ilmu kepada murid-muridnya. Alfaatihah.***

Penulis adalah esais dan peneliti, menulis beberapa buku tentang Islam Nusantara, aktif di Gerakan Islam Cinta, Twitter: @MunawirAziz

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Anti Hoax, Kyai, Sejarah PKB Kab Tegal

Rabu, 18 Mei 2011

Pelajar NU Kebon Jeruk Bersepeda Sehat

Jakarta Barat, PKB Kab Tegal. Sejumlah pelajar NU Kebon Jeruk, Jakarta Barat berkeliling menggunakan sepeda sambil mengibarkan bendera IPNU di kawasan Kebon Jeruk, Selasa (8/4). Dengan keliling itu, mereka menunjukkan semangat peduli lingkungan dan kesehatan jasmani-rohani kepada kalangan pelajar.

Pelajar NU Kebon Jeruk Bersepeda Sehat (Sumber Gambar : Nu Online)
Pelajar NU Kebon Jeruk Bersepeda Sehat (Sumber Gambar : Nu Online)

Pelajar NU Kebon Jeruk Bersepeda Sehat

Program ini menjadi agenda rutin mingguan yang sudah berjalan tiga bulan belakangan.

Ketua PAC IPNU Kebon Jeruk Fajrul Rahmi mengatakan, program ini membawa banyak dampak positif. Kami, kata Fajrul, juga bermaksud mengurangi polusi udara dengan kampanye bersepeda ini selain mengurangi kemacetan di Jakarta.

PKB Kab Tegal

“Selain jasmani sehat, rohani pun menjadi sehat karena aktifitas ini dijalani dengan senang hati di samping menjaga hubungan kekeluargaan dan kekompakan di antara kami,” terang Fajrul.

PKB Kab Tegal

Ketua bidang kesenian dan olahraga IPNU Kebon Jeruk Andre menaruh harapan agar pemuda-pemuda Indonesia menjadi pemuda yang sadar kesehatan untuk diri sendiri maupun lingkungan sekitar.

“Pemuda Indonesia juga harus bersih dari narkoba,” tandas Andre. (Yudhi Permana/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Hadits, Kajian PKB Kab Tegal

Senin, 16 Mei 2011

Pelajar NU Desa Gandu Gelar Ajang Kreativitas Pelajar

Pemalang, PKB Kab Tegal ?

Riuh sorak-sorai mewarnai kegembiraan ratusan peserta Ajang Kreativitas Pelajar yang diselenggarakan oleh Pelajar NU Desa Gandu Kecamatan Comal, Pemalang pada hari Ahad (30/04) di SDN 03 Gandu.

Pelajar NU Desa Gandu Gelar Ajang Kreativitas Pelajar (Sumber Gambar : Nu Online)
Pelajar NU Desa Gandu Gelar Ajang Kreativitas Pelajar (Sumber Gambar : Nu Online)

Pelajar NU Desa Gandu Gelar Ajang Kreativitas Pelajar

Acara yang diselenggarakan guna memperingati hari lahir ke-63 IPNU dan ke-62 IPPNU, walaupun sudah jauh dari tanggal H-nya, tetapi semangat dari kader muda NU ini sangatlah menggebu demi terselenggaranya acara ini.

Dedy (18) selaku ketua Ranting Gandu memaparkan, “Acara ini semata–mata untuk memperkuat tali silaturahmi dan ajang saling tukar bakat dan pengalaman. Bahwasanya ber-IPNU–IPPNU itu asyik bisa dapat banyak teman dll. Acara ini berisi perlombaan dari tenis meja, tata busana, drama, egrang, stand up comedy, kaligrafi, dan tilawatil qur’an. Itu semua kami lakukan karena kami ingin para kader IPNU–IPPNU itu tidak gagap masalah dunia olahraga maupun seni.”

Acara ini diikuti oleh 5 ranting yang berasal dari Kecamatan Comal dan Kecamatan Ulujami, yang kebetulan letak desa mereka sangat berdekatan. Pimpinan Cabang IPNU–IPPNU Pemalang, PAC Comal, Ketua MWC NU Comal, dan semua banom NU Desa Gandu turut hadir dan memeriahkan acara pada siang itu.?

PKB Kab Tegal

Ada yang unik pada acara itu, yaitu hadirnya rombongan dari Comal Animal Club. Mereka adalah sekelompok orang pecinta hewan reptil, seperti ular, kadal, biawak, dll. Hadirnya mereka di acara tersebut memberikan keunikan tersendiri untuk berlangsungnya acara karena para peserta bisa bermain dengan hewan–hewan yang dibawa club tersebut namun tidak melupakan kewajiban mereka dalam menjadi peserta kegiatan.

Rire Pangestu (20) selaku Ketua PAC IPNU Comal saat ditemui pada saat acara mengatakan, “Kita (IPNU-IPPNU) sekarang harus bisa bergerak di bidang eksternal dalam artian tidak selamanya dalam kegiatan yang berbau keagamaan saja. Acara semacam ini adalah salah satu media untuk memperkenalkan IPNU–IPPNU pada masyarakat luas bahwasanya di prganisasi ini tidak hanya handal dalam ilmu agama tetapi juga handal dalam bidang olahraga dan seni semacam ini.”?

PKB Kab Tegal

Harapanya semoga ranting–ranting yang lain di Kecamatan Comal bisa meniru apa yang sudah dilakukan oleh Ranting Gandu ini. Karena ini merupakan salah satu cara yang efektif juga untuk mencari dan mendapatkan anggota atau kader baru, tambah Rire.

Kegiatan ini mendapat respon yang sangat positif dari masyarakat sekitar maupun dari semua peserta yang hadir dalam kesempatan tersebut karena merupakan ajang mereka mengeluarkan bakat–bakat yang mereka miliki selama ini.

Ketua PC IPPNU Pemalang Birul Walidaini (24) juga memaparkan “Kita adalah organisasi pelajar, yang mana kita harus dituntut untuk selalu belajar apapun yang bisa kita lakukan. Dan melalui kegiatan ini dengan perlombaan yang sudah ada diharapkan para peserta bisa mengembangkan bakatnya lebih baik lagi dan nantinya bisa diikutkan dalam kegiatan yang lebih tinggi seperti di kecamatan, kabupaten, maupun tingkat provinsi. Karena ini merupakan cara pembibitan kader dari bawah supaya bisa mempunyai jenjang dalam berekspresi supaya bisa lebih tinggi lagi”.

Sebagai penutup acara pada malam harinya diselenggarakan penampilan grup hadroh dan dilanjutkan dengan pembagian hadiah atau trofi bagi para peserta yang mendapatkan juara pada kegiatan tersebut. Red: Mukafi Niam

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Warta, Kajian, Fragmen PKB Kab Tegal

Sabtu, 14 Mei 2011

Pesantren dan Ormas Bertanggung Jawab Sebar Pesan Perdamaian

Lebak, PKB Kab Tegal. Ahmad Suaedy dari Abdurrahman Wahid Center (AWC) mengatakan, pesantren dan ormas memiliki tanggung jawab mengembangkan pesan perdamaian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara? untuk mewujudkan keadilan.

Pesantren dan Ormas Bertanggung Jawab Sebar Pesan Perdamaian (Sumber Gambar : Nu Online)
Pesantren dan Ormas Bertanggung Jawab Sebar Pesan Perdamaian (Sumber Gambar : Nu Online)

Pesantren dan Ormas Bertanggung Jawab Sebar Pesan Perdamaian

“Karena perdamaian tanpa keadilan adalah ilusi,” katanya mengutip petuah Gus Dur, dalam Workshop Duta Perdamaian yang digelar Pimpinan Cabang Fatayat NU Kabupaten Lebak, Banten, bekerja sama dengan AWC Jakarta.

Ia berharap, peserta lokakarya senantiasa membangun jaringan dengan pemerintah untuk bersinergi melaksanakan kegiatan ini secara lebih luas dan lintas agama, ras, suku dan budaya. “Penting juga mengidentifikasi daerah rawan konflik dengan resolusi untuk Banten yang berkeadaban dan damai,” terangnya.

PKB Kab Tegal

Pentingnya menjaga toleransi dan perdamaian antara umat beragama ditegaskan oleh Ketua Rais Syuriah PCNU Lebak KH. Moch. Mas’ud. “Allah menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar saling kenal-mengenal. Menghormati perbedaan agama, suku, ras dan budaya itu sudah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW,” jelasnya seraya mengutip? Qs. al-Hujurat: 11.

“Islam itu agama rahmatan lil alamin yang berlaku bagi semesta alam, tidak terkecuali manusia dengan latar belakang agama apapun, dari suku dan adat? manapun, serta? tumbuhan dan hewan sekalipun. Menjaga perdamaian itu penting bagi keutuhan NKRI,” jelasnya lagi.

PKB Kab Tegal

Workshop ini juga diisi penyampaikan materi penting terkait toleransi dan perdamaian. Salah satu pengurus PWNU Banten, Dr. KH. Amas Tadjudin didaulat menyampaikan tema Pesantren-NU, Tantangan? Toleransi dan Pemetaan Wilayah Konflik di Banten. Dalam uraiannya, kiai muda yang enerjik ini menyatakan, pesantren dan NU memiliki peranan yang cukup besar dalam mewujudkan perdamaian.

“Melalaui sejarah perjuangan kemerdekaan di antaranya yang melibatkan para kiai dan? santri yang menghantarkan ke gerbang kemerdekaan RI,” jelasnya.

Kiai Amas yang juga aktif di BNPT Banten mengakui, Banten termasuk daerah rawan konflik, teroris dan radikalisme. Buktinya, kata beliau, terjadinya Cikesik, pengerusakan Masjid Ahmadiyah, isu teroris di Bojonegara, Menes, dan Sajira. Bahkan ada yang terindikasi pergi ke Suriah gabung dengan kelompok ISIS di sana.

“Untuk itu, diharapkan peran serta ulama dan tokoh masyarakat untuk meredam konflik di internal masing masing daerah dengan cara membangun dialog kebangsaan,” harapnya. ?

Pemateri lain yang juga hadir adalah Kabid Ideologi dan Wawasan Kebangsaan Kesbangpol Propinsi Banten, Dra. A. Dolfina Nopelis, MM. Tema yang disampaikan Membangun Jaringan Perdamaian dan? Merawat Kebhinekaan dalam? ? Bingkai NKRI.

“Peran pemerintah itu membina dan? memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat, menumbuhkembangkan keharmonisan hubungan antar warga dan koordinasi dengan lintas agama, ras, suku dan budaya,” katanya.

Permasalahan yang kerap muncul, jelasnya, itu terjadi karena hilangnya jati diri. “Seperti berkurangnya nilai-nilai interaksi manusia dengan lingkungan sekitar, dekadensi moral karena pengaruh budaya asing maupun pergaulan bebas sehingga mengakibatkan kurang tumbuhnya rasa kepedulian terhadap sesama,” tambahnya.

Pimred PKB Kab Tegal, Safi’ Alielha menyampaikan tema Pesantren, Sosmed dan Gerakan Islam Nusantara. Aktivis muda NU ini menyatakan pentingnya peran media dalam perubahan dan pembentukan opini masyarakat.

“Media mempunyai kekuatan yang dahsyat di masyarakat karena sebagai pengendali pikiran manusia. Maka NU dan Pesantren diharapkan memanfaatkan jaringan sosial media untuk kepentingan dakwah dan informasi yang bersifat edukasi baik di bidang agama maupun pengetahuan umum,” jelasnya.

Sedang Ira Novita yang menyampaikan tema Membangun Jaringan Sosmed di Pesantren dan Anak Muda di Banten, mengharapkan pesantren dan anak muda bisa memanfaatkan jaringan sosmed sebagai media interaksi sosial dan eksistensi informasi yang saling menguntungkan.

Workshop Duta Perdamaian berlangsung 2-3 Oktober 2015 di Hotel Kharisma Lebak, dan dihadiri 35 peserta dari berbagai latar belakang aktivisme: tokoh agama, aktivis sosial, aktivis media dan sebagainya.

Ketua Fatayat NU Lebak yang juga ketua panitia pelaksana, Siti Nurasiah, menjelaskan, workshop toleransi dan perdamaian ini digelar sebagai kelanjutan kegiatan yang sama pada Agustus 2015 lalu, di Pusat Kajian Jepang Universitas Indonesia (UI) Depok Jawa Barat, yang diikuti oleh berbagai peserta dari berbagai kalangan di seluruh wilayah Indonesia. ?

“Kegiatan ini dilanjutkan di Lebak dengan menghadirkan peserta dari beberapa kabupaten dan kota, seperti Cilegon, Tangerang, Pandeglang, Serang dan Lebak. Mereka berlatar belakang ormas, tokoh agama, pesantren serta akademisi,” jelasnya. (Nurul H. Maarif/Mahbib) ?

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Meme Islam PKB Kab Tegal

Kiai Muhyiddin: Kenalkan Suasana Agamis pada Anak

Jember, PKB Kab Tegal. Anak-anak harus dikenalkan pada agama sedini mungkin. Sebab, jika terlambat akan sulit membina dan mengarahkan mereka menuju pribadi yang berakhlaq mulia.

Demikian dikemukakan Pengasuh Pondok Pesantren Nuris, Antirogo, Jember, KH Muhyiddin Abdusshomad saat memberi sambutan dalam Pesta Lomba 2013 yang digelar Madrasah Ibtidaiyah (MI) ? Unggulan Nuris (full day school) di halaman SMP-SMA Nuris Jember, Ahad (12/5) kemarin.

Kiai Muhyiddin: Kenalkan Suasana Agamis pada Anak (Sumber Gambar : Nu Online)
Kiai Muhyiddin: Kenalkan Suasana Agamis pada Anak (Sumber Gambar : Nu Online)

Kiai Muhyiddin: Kenalkan Suasana Agamis pada Anak

Menurut Kiai Muhyiddin, penanaman aqidah sedini mungkin dalam diri anak-anak, menjadi kunci atau dasar dari pembinaan selanjutnya. “Karena anak-anak itu apa yang dialami dan diterima itulah yang akanmembekas,” tuturnya.

PKB Kab Tegal

Rais Syuriyah PCNU Jember itu menambahkan, saat ini kondisi pembinaan anak-anak cukup memprihatinkan. Betapa tidak, tidak jarang prilaku nakal anak-anak justru seperti orang dewasa, misalnya merokok, minum-minuman keras dan sebagainya.

“Maka salah satu obatnya adalah ? menggiring mereka pada suasana yang agamis,” jelas Kai Muhyiddin sebelum membuka lomba secara resmi.

PKB Kab Tegal

Pesta Lomba 2013 tersebut diikuti tak kurang dari seratus peserta dari seluruh TK-PAUD se-Kabupaten Jember. Adapun jenis lomba meliputi mewarnai kaligrafi, kolase, ? tahfidzul quran nasyid dan fashion show muslim.

Menurut Ketua Panitia, Sayyidah, kelima jenis lomba itu memang dipilih untuk menanamkan kecintaan anak-anak, khususnya peserta lomba terhadap hal-hal yang bernuansa islami. “Missi lomba ini salah satunya adalah mengenalkan agama pada anak-anak,” ucapnya.

Juara umum dalam lomba tersebut diraih oleh TK BIna Anaprasa Nuris dengan menyabet empat juara, yaitu tahfidzul qur’an, fashion show muslim, mewarnai kaligrafi dan ? kolase. Sedangakn lomba Nasyid diraih anak dari ? PAUD Catleya 62 Antirogo.

Redaktur ? ? : A. Khoirul Anam

Kontributor: Aryudi A. Razak

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal AlaSantri PKB Kab Tegal

Jumat, 06 Mei 2011

Seniman Ini Dorong Produktivitas Karya Sastra Masyarakat

Banyumas, PKB Kab Tegal 

Merebaknya media-media maya yang semakin mempermudah orang untuk mempublikasikan sebuah tulisan atau karya sastra membuat kualitas dari sebuah karya sastra tersebut perlu dipertanyakan. Pasalnya di media maya banyak sekali karya sastra yang masih belum bisa disebut sastra.

Ons Untoro, Pegiat Sastra Bulan Purnama Yogyakarta mengatakan hal tersebut dalam acara Sarasehan dan Pertunjukan Sastra Banyumas Besar, Sabtu (29/7) malam di Rumah Makan Selera Roso Ajibarang, Banyumas, Jawa Tengah. 

Seniman Ini Dorong Produktivitas Karya Sastra Masyarakat (Sumber Gambar : Nu Online)
Seniman Ini Dorong Produktivitas Karya Sastra Masyarakat (Sumber Gambar : Nu Online)

Seniman Ini Dorong Produktivitas Karya Sastra Masyarakat

"Kalau yang kita miliki adalah emas, maka kemanapun kita bawa akan menjadi emas," kata Ons Untoro menganalogikan kualitas sebuah karya sastra yang ada di media. 

Menulis sastra atau puisi itu tidak mudah dan bukan asal nulis langsung jadi, tapi melalui proses pergulatan batin penulisnya. "Tidak asal-asalan nulis langsung jadi sastra," lanjutnya. 

PKB Kab Tegal

Karena, tambah Kuntoro, sebuah karya sastra dilihat kualitasnya bukan dimana dimuatnya. "Di facebook misalnya, kalau bagus ya bisa dimuat,".

Selain itu, Kuntoro juga menghimbau kepada teman-teman komunitas sastra di Banyumas untuk lebih giat mempublikasikan karyanya di media masa, juga rajin mengikuti sayembara menulis yang banyak digelar di berbagai tempat.

"Jangan takut menulis di manapun," pangkas Kuntoro. 

PKB Kab Tegal

Sarasehan yang digelar oleh Pemerintah Kabupaten Banyumas dan Komunitas Getek Artinspiration Ajibarang tersebut berlangsung dengan meriah, banyak seniman serta sastrawan dan komunitas hadir malam itu. 

Diakhir acara para seniman Banyumas bergantian maju kedepan membacakan puisinya satu persatu, sehingga membuat acara sarasehan berlangsung semakin meriah. (Kifayatul Ahyar/Fathoni)

 

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Amalan, Nahdlatul Ulama, Doa PKB Kab Tegal