Sabtu, 04 Desember 2010

Sarbumusi NU: Jangan Abaikan Kewajiban THR Bagi Buruh

Jakarta, PKB Kab Tegal. Dewan Pimpinan Pusat Konfederasi Sarikat Buruh Muslimin Indonesia (DPP K Sarbumusi) Nahdlatul Ulama mengingatkan Presiden dan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia untuk tidak mengabaikan Tunjangan Hari Raya (THR) keagamaan kepada buruh di lingkungan pemerintahan dan perusahaan.

Presiden DPP K Sarbumusi Syaiful Bahri Anshori di Jakarta, Selasa (14/6) menjelaskan, THR merupakan pendapatan non upah yang diberikan oleh pengusaha kepada pekerja/buruh menjelang hari raya keagamaan.

Sarbumusi NU: Jangan Abaikan Kewajiban THR Bagi Buruh (Sumber Gambar : Nu Online)
Sarbumusi NU: Jangan Abaikan Kewajiban THR Bagi Buruh (Sumber Gambar : Nu Online)

Sarbumusi NU: Jangan Abaikan Kewajiban THR Bagi Buruh

Menurut dia pula, Peraturan Pemerintah nomor 78 tahun 2015 tentang Pengupahan pada pasal 6 menyatakan, pendapatan non upah sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat 2 huruf b berupa tunjangan hari raya keagamaan.

"Dalam konteks tunjangan hari raya keagamaan sebagaimana yang diatur dalam peraturan pemerintah itu, merupakan penghasilan yang layak menurut definisi tersebut, artinya bahwa amanat peraturan pemerintah menegaskan kebijakan pengupahan diarahkan untuk pencapaian penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi pekerja atau buruh," katanya.

PKB Kab Tegal

Syaiful kemudian melanjutkan, penghidupan yang layak didefinisikan sebagai jumlah penerimaan atau pendapatan pekerja/buruh dari hasil pekerjaannya sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidup pekerja/buruh dan keluarganya secara wajar.

Jumlah penerimaan/pendapatan ? yang memenuhi kebutuhan hidup pekerja/buruh dikatagorikan sebagai pendapatan upah dan non upah, dalam konteks ini pendapatan non upah mengikuti definisi dari PP 78/2015 salah satunya dalam bentuk tunjangan hari raya keagamaan yang diberikan kepada pekerja/buruh.

PKB Kab Tegal

"Terkait THR, DPP K Sarbumusi menyampaikan sejumlah seruan. Pertama, meminta Presiden Republik Indonesia untuk segera menunaikan kewajibannya sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan dengan memberikan THR keagamaan kepada seluruh pekerja atau buruh perjanjian kerja waktu tertentu di lingkungan pemerintah pusat, pemerintah daerah dan sekretariat jenderal DPR dan seluruh lembaga pemerintahan," kata Syaiful lagi.

Sarbumusi juga meminta Kementerian Tenaga Kerja Republik Indonesia untuk memperketat pengawasan bagi pengusaha dan Instansi pemerintah yang tidak menunaikan kewajiban pemberian Tunjangan hari Raya keagamaan bagi pekerja/buruhnya untuk diberikan sanksi yang tegas, demikian Syaiful Bahri Anshori. (Gatot Arifianto/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Anti Hoax, Doa PKB Kab Tegal

Jumat, 03 Desember 2010

MWCNU Kaliori Dukung Kaderisasi GP Ansor

Rembang, PKB Kab Tegal - Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang memberikan apresiasi kepada GP Ansor setempat atas sejumlah capaian program kaderisasi yang dilakukan. Pihak MWCNU Kaliori percepatan kaderisasi yang rencananya diselenggarakan GP Ansor Kaliori.

Ketua MWCNU Kaliori H Ali Harmani menyatakan dukungannya atas pelaksanaan ke depan Diklatsar Barisan Serba Guna GP Ansor Kaliori. Terlebih lagi kalau pelaksanaan dipercepat dari rencana yang sudah dijadwalkan.

MWCNU Kaliori Dukung Kaderisasi GP Ansor (Sumber Gambar : Nu Online)
MWCNU Kaliori Dukung Kaderisasi GP Ansor (Sumber Gambar : Nu Online)

MWCNU Kaliori Dukung Kaderisasi GP Ansor

"Saya memberikan apresiasi kepada Ansor Kaliori yang mengutamakan kaderisasi dari ratusan program kerja yang direncanakan. Karenanya saya senantiasa mendukung dan membantu setiap program kerja yang dilaksanakan oleh GP Ansor Kaliori,” kata H Ali, Ahad (6/3) siang.

Menurut Ali, meski belum genap lima bulan usia kepengurusan, kaderisasi GP Ansor menjadi progres terdepan untuk menunjang eksistensi Ansor di belahan wilayah Kecamatan Kaliori.

PKB Kab Tegal

PKB Kab Tegal

Sementara Ketua GP Ansor Kaliori Jasmani menyampaikan, Diklatsar Banser Kecamatan Kaliori akan dilaksanakan pada 25-27 Maret 2016 mendatang. Hal itu dimaksudkan untuk menambah jumlah pasukan Banser Satkoryon Kaliori.

"Mengenai Diklatsar kami akan mempercepat, Insyaallah akan dilaksanakan di Ranting GP Ansor Desa Meteseh. Kami menargetkan peserta 500 orang dari seluruh penjuru Kecataman Kaliori. Bila ada peserta dari luar Kaliori, kita terima jika kuota masih ada.” (Ahmad Asmui/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Kiai, Bahtsul Masail, AlaSantri PKB Kab Tegal

Kamis, 02 Desember 2010

Ulama Yaman: Kafirkan Sesama Muslim, Tindakan Bodoh

Bandung, PKB Kab Tegal. Guru Besar Universitas Darul Musthafa Yaman Prof. Dr. Fahmi bin Abidun menilai sikap gemar memvonis kafir terhadap sesama muslim sebagai tindakan yang bodoh. Hal ini juga menjadi ciri kelompok ekstrem yang tidak toleran terhadap pemahaman pihak di luar dirinya.

Pendapat ini ia sampaikan dalam Seminar Internasional bertajuk “Moderasi Islam: Upaya Menangkal Radikalisme Agama” yang digelar UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Jawa Barat, bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggualan Terorisme (BNPT), Rabu (1/10), di aula utama kampus setempat.

Ulama Yaman: Kafirkan Sesama Muslim, Tindakan Bodoh (Sumber Gambar : Nu Online)
Ulama Yaman: Kafirkan Sesama Muslim, Tindakan Bodoh (Sumber Gambar : Nu Online)

Ulama Yaman: Kafirkan Sesama Muslim, Tindakan Bodoh

Menurutnya, kesalahpahaman ini juga menyasar kepada para pemimpin. Dengan alasan pemimpin tidak menjalankan syariat Islam, maka ia dianggap kafir. Konsekuensinya, elemen-elemen pemerintahan lainnya pun akhirnya juga dihukumi kafir.

PKB Kab Tegal

Fahmi mengajak peserta forum seminar tersebut untuk belajar kepada ulama yang mempunyai pemahaman agama secara mendalam. Ia menilai Indonesia adalah negara yang aman. “Rasa aman apakah harus diganti dengan ancaman dan teror?” tuturnya seraya menegaskan bahwa mencintai tanah air adalah sebagian dari iman dan negara merupakan amanah.

PKB Kab Tegal

Berdampak pada Kondisi Ekonomi

Dalam kesempatan yang sama, Guru Besar Universitas Ahqaf Yaman Prof Dr Abdullah Alaidrus menerangkan, Islam tidak mengajarkan sedikitpun tentang radikalisme.

“Seperti halnya Allah telah memberitahukan bahwa umat Nabi Muhammad adalah umat yang moderat, sehingga Islam datang sebagai rahmat bagi seluruh alam,” terang Abdullah.

Kenyataan yang ada, lanjutnya, dimana-mana banyak orang Islam  yang telibat dalam pengeboman, peperangan, dan perampasan. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi, padahal, menurutnya, “Allah menuntut kita untuk memikul beban amanah sebelum kita beriman,” tambahnya di hadapan ratusan hadirin yang terdiri dari mahasiswa dan dosen.

Abdullah mengungkapkan, gerakan radikalisme sangat berpengaruh terhadap kelangsungan ekonomi suatu negara. Menurutnya, tujuh persen penduduk Yaman yang hidup dalam garis kemiskinan adalah akibat dari peperangan. (Muhammad ZidniNafi’/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Humor Islam PKB Kab Tegal

Senin, 29 November 2010

Bertarekat Tak Hanya Dzikir

Pringsewu, PKB Kab Tegal. Bertarekat atau menjadi anggota Jam’iyyah Ahlith Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdliyah tidak hanya sekedar berdzikir. Anggota tarekat NU ini harus juga memberikan teladan di tengah masyarakat.

“Thariqah tidak terpaku kepada amaliah wirid dan dzikir saja namun diharapkan dapat berkiprah atau dawah bil hal (dakwah dengan tingkah laku, red) di tengah-tengah masyarakat,” kata Habib Yahya Assegaf, Ketua Jamiyyah Thariqah Al-Mutabarah An-Nahdliyyah (Jatman) Kabupaten Pringsewu, Lampung ditemui PKB Kab Tegal, beberapa waktu lalu.

Bertarekat Tak Hanya Dzikir (Sumber Gambar : Nu Online)
Bertarekat Tak Hanya Dzikir (Sumber Gambar : Nu Online)

Bertarekat Tak Hanya Dzikir

Kepengurusan baru Jatman Kabupaten Pringsewu telah dibentuk pada 2 Maret 2012 lalu di Pondok Pesantren Sunan Gunung Jati Jati Agung Kabupaten Ambarawa.

PKB Kab Tegal

Pembentukan kepengurusan tersendiri karena Pringsewu telah menjadi kabupaten yang terpisah dari kabupaten Tanggamus.

PKB Kab Tegal

Acara pembentukan dihadiri oleh segenap pengurus Jamiyyah Thariqah Al-Mutabarah An-Nahdliyyah baik dari Kabupaten Tanggamus maupun Kabupaten Pringsewu serta tokoh masyarakat, habaib dan para badal thariqoh.

Kepengurusan Jamiyyah Thariqah Al-Mutabarah An-Nahdliyyah Kabupaten Pringsewu masa khidmat 2012-2015 terbentuk dengan ketua  Habib Yahya Assegaf dan sekretaris Kurdin.

Habib Yahya mengingatkan kepada para warga yang ingin mengikuti tarekat untuk dapat memilih tarekat yang benar-benar jelas silsilahnya. Ini dikarenakan sekarang banyak sekali bermunculan thariqah yang tidak jelas asalnya. 

Ditegaskannya, Jamiyyah Thariqah Al-Mutabarah An-Nahdliyyah yang merupakan salah satu badan otonom jamiyyah NU akan mengarahkan warga untuk memilih thariqah yang benar-benar mutabaroh dan juga membina para jamaah thariqoh lebih maksimal baik dalam amaliah wiridnya maupun amaliyah-amaliyah lainnya.

Redaktur    : A. Khoirul Anam

Kontributor: Muhammad Faizin

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Doa PKB Kab Tegal

Senin, 01 November 2010

Habib Luthfi dan Menhan Resmi Buka Konferensi Ulama Internasional

Pekalongan, PKB Kab Tegal. Konferensi Internasional Ulama Thariqah bertajuk Bela Negara resmi dibuka oleh Rais Aam Jam’iyah Alhith Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyah (JATMAN) Habib Luthfi bin Yahya dan Menteri Pertahanan (Menhan) RI, Rabu (27/7) di Aula Gedung Djunaid Pekalongan, Jawa Tengah.?

Habib Luthfi dan Menhan Resmi Buka Konferensi Ulama Internasional (Sumber Gambar : Nu Online)
Habib Luthfi dan Menhan Resmi Buka Konferensi Ulama Internasional (Sumber Gambar : Nu Online)

Habib Luthfi dan Menhan Resmi Buka Konferensi Ulama Internasional

Dalam sambutannya, Habib Luthfi mengatakan bahwa bela negara jangan diartikan mengangkat senjata, tetapi menjalin ukhuwah dengan para ulama dan TNI-Polri juga termasuk upaya bela negara. Aparat negara akan mempu menunjukkan kekuatan laur biasa jika duduk bersama dengan para ulama.?

“Bangsa akan kuat karena terjalinnya ukhuwah antara ulama, tentara dan masyarakatnya. Bukan berarti menafikan orang lain, dalam melaksanakan kegiatan ini, kami ulama thariqah berusaha menciptakan kedamaian untuk dunia secara luas,” ujar Habib Luthfi.

Masyarakat Indonesia dan dunia dapat memperkuat negara dengan mengupayakan kebaikan dunia pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan bidang-bidang lain sehingga generasi muda sadar akan kecintaannya kepada negaranya yang penuh dengan kebaikan tersebut.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Riyamizard Riyacudu yang diwakili oleh Dirjen Perencanaan Pertahanan Kemenhan Marsekal Muda Muhammad Syauqi mengatakan bahwa kesadaran bela negara harus tertanam dalam diri setiap bangsa. Pemerintah bekerja sama dengan ulama mancanegara untuk mengokohkan pijakan akhlak mulia. Karena kesadaran bela negara dapat diterapkan dalam kegiatan-kegiatan keagamaan.

PKB Kab Tegal

”Bela negara bukan wajib militer tetapi membangun kesadaran dalam diri setiap individu apapun pekerjaan dan profesinya untuk melakukan hal sebaiknya-baiknya. Kesadaran bela negara harus ditanamkan juga ke dunia internasional,” tegas Syauqi menyampaikan pesan Menhan.

Sebelumnya, Ketua Panitia Konferensi Internasional ini, Kolonel Hasbiallah Ahmad menjelaskan, konferensi ini tadinya melibatkan ulama dan intelektual sebanyak 50 orang dari 40 negara, namun saat ini yang hadir 69 orang yang hadir.

Peran besar masyarakat Pekalongan juga antuasias dalam menyambut kegiatan ini. Mereka berharap terus dilibatkan dalam setiap kegiatan. Mereka juga menyiapkan segala sesuatu untuk menyambut para tamu Allah dan orang-orang mulia.?

PKB Kab Tegal

Kegiatan pembukaan ini diikuti oleh sekitar 5000 orang yang terdiri berbagai unsur organisasi Nahdlatul Ulama, TNI, Polri, para ulama thariqat nasional dan internasional, serta masyarakat sekitar yang memadati pelataran Komplek Gedung Djunaid.

69 ulama thariqah dari 40 negara tersebut juga secara khidmat mengikuti acara pembukaan kegiatan bertema Bela Negara: Konsep dan Urgensinya dalam Islam ini. Ulama-ulama ini duduk berjajar di bagian depan dengan memenuhi kursi dari ujung ke ujung. (Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Aswaja, IMNU PKB Kab Tegal

Senin, 25 Oktober 2010

Kitab Nadham ‘Sejarah Besar NU’ Karya KH Abdul Halim Leuwimunding

Ini adalah naskah kitab yang berjudul “Sejarah Perjuangan Kiyahi Haji Abdul Wahhab” karangan salah satu pendiri organisasi Nahdtalul Ulama (NU) yang berasal dari Pasundan (Jawa Barat), tepatnya dari Leuwimunding, Majalengka, yaitu KH. Abdul Halim (1898-1972 M).

Kitab ini ditulis dalam bahasa Melayu-Indonesia beraksara Arab (Jawi-Pegon) dalam bentuk nadhaman (puisi Arab). Meski berjudul “Sejarah Perjuangan Kiyahi Haji Abdul Wahhab” (KH. Abdul Wahhab Hasbullah), namun kandungan kitab ini mengungkapkan sejarah besar pendirian dan perjuangan NU dari masa ke masa.

Kitab Nadham ‘Sejarah Besar NU’ Karya KH Abdul Halim Leuwimunding (Sumber Gambar : Nu Online)
Kitab Nadham ‘Sejarah Besar NU’ Karya KH Abdul Halim Leuwimunding (Sumber Gambar : Nu Online)

Kitab Nadham ‘Sejarah Besar NU’ Karya KH Abdul Halim Leuwimunding

KH. Abdul Halim Leuwimunding adalah salah satu murid terdekat dari KH. Abdul Wahhab Hasbullah (Tambak Beras Jombang), sekalus kader andalan beliau. Ketika ikut sama-sama membidani kehaliran NU pada tahun 1926 M di Surabaya, KH. Abdul Halim Leuwimunding menjadi salah satu pendiri termuda (selain KH. As’ad Syamsul Arifin, Asembagus Situbondo), sekaligus satu-satunya pendiri yang berasal dari Pasundan. Pada saat itu, KH. Abdul Wahhab Hasbullah menunjuk KH. Abdul Halim Leuwimunding sebagai katib tsani.

PKB Kab Tegal

Melalui kitab ini, sejarah organisasi Islam berhaluan Ahlussunnah wal Jama’ah itu didedahkan oleh KH. Abdul Halim Leuwimunding dalam bentuk puisi secara runut, ringkas, dan kaya akan data serta informasi. Karena itu, keberadaan kitab ini menjadi sangat penting sebagai salah satu sumber utama sejarah besar NU yang langsung ditulis oleh salah satu pendirinya.

Saya mendapatkan salinan naskah ini dari sahabat saya al-Fadhil Agus H. Muhammad al-Barra putra KH. Asep Saifuddin Chalim, yang merupakan cucu dari pengarang kitab ini. Rencananya kitab ini akan dijadikan beliau sebagai bahan utama kajian disertasi doktoral beliau pada Departemen Filologi Universitas Padjadjaran Bandung.

Pada kolofon, disebutkan penulisan kitab ini diselesaikan pada 12 September 1970 M (bertepatan dengan 11 Rajab 1390 Hijri). Kitab ini kemudian dicetak oleh Percetakan “Baru” yang terletak di Jalan Pajagalan 3, Bandung (Jawa Barat), dengan tebal 31 halaman. Tertulis di sana;

PKB Kab Tegal

? ? ? ? ? ? # ? ? ? ? ?

? ? ? ? ? # ? ? ? ? ?

? ? ? ? # ? ? ? ? ? ?

(Dapat izin dicetak ini riwayat # ialah tanggal dua belas itu tepat

September Sembilan belas tujuh puluh # saya menghadap ke Jombang dengan sungguh

Mudah-mudahan Tuhan memberi manfaat # pada riwayat ini yang saya singkat)

Melihat tanggal penulisan kitab ini dalam tahun Hijriah, yaitu 11 Rajab 1390 H), tampaknya kitab ini ditulis untuk menyambut peringatan hari lahir NU yang ke-46. Organisasi NU sendiri diresmikan pada 16 Rajab 1344 Hijri (bertepatan 31 Januari 1926 Masehi).

Dalam kata pengantarnya, KH. Abdul Halim Leuwimunding mengatakan jika banyak koleganya yang hendak mengetahui sejarah besar NU dari awal mula berdirinya, peran serta kiprahnya dalam perjuangan keagamaan Islam, kebangsaan Indonesia, serta kemanusiaan, hingga sampai pada tahun 1970 ketika karya ini ditulis dan NU sudah menjadi sebuah organisasi keislaman terbesar di Nusantara. Beliau menulis;

? ? ? ? ? # ? ? ? ?

? ? ? () ? # ? ? ? ? ?

? ? ? ? ? # ? ? ? ?

? ? ? ? ? # ? ? ? ? ? ?

(Saya bikin riwayat pada poko[k]nya # banyak teman ingin mengetahuinya

Ingin tau asal NU berdirinya # hingga jadi [se]perti besarlah nyatanya

Menyeluruh sudah dikenal namanya # tidak asing dunia mengetahuinya

Maka yang tempo berdiri pertamanya # hanya tinggal yang masih empat orangnya).

KH. Abdul Halim Leuwimunding kemudian melanjutkan;

? ? ? ? ? # ? ?2 ? ?

? ? ? ? # ? ? ? ?

? ? ? ? ? # ? ? ? ? ?

(Saya susun ialah dengan si’iran # biar anak-anak tau bergembiraan

Mengetahui ulama cara berpikir # mengetahui tradisi bahan pemikir

Murni tidak tercampuri ide penjajah # sebab ngerti sifat manusia huriah [merdeka]).

Dalam menulis kitab nadham sejarah besar NU ini, KH. Abdul Halim terlebih dahulu meminta izin dan restu dari KH. Abdul Wahhab Hasbullah (w. 1971 M) dan KH. Ahmad Syaikhu (w. ?), dan KH. Idham Cholid (yang saat itu menjabat sebagai Ketua Umum PBNU). KH. Abdul Halim Leuwimunding menulis;

? ? ? ? ? ? # ? ? ? ? ? ?

? ? ? ? ? ? # ? ? ? ?

? ? ? ? ? # ? ? ? ? ? ?

(Saya minta izin Pak Kiyai Wahhab # sebab itu guru saya waktu tholab (belajar)

Minta izin Pak Syaikhu ialah sebabnya # sebab Surabaya mulai berdirinya (NU)

Juga minta izin ke ketua umum # Pak Kiyai Idham (Cholid) pemimpin harus maklum).

Dikatakan oleh KH. Abdul Halim Leuwimunding, bahwa dalam menyusun kitab nadham sejarah besar NU ini, dirinya bersandar pada muktamar-muktamar NU yang hingga pada masa itu sudah berlangsung 24 kali. Kesemua (24) muktamar itu selalu dihadiri oleh beliau. Karena itu, sebaga macam perkembangan, perubahan, dan keputusan NU dari masa ke masa dapat diketahui dengan sangat baik oleh beliau.

KH. Abdul Halim Leuwimunding wafat dan dikebumikan di tempat kelahirannya di Leuwimunding, Majalengka, pada 11 April 1972 M (bertepatan dengan 26 Safar 1392 Hijri). Beliau meninggalkan sebuah pesantren dan institusi pendidikan yang masih lestari hingga kini, yaitu Sabilul Chalim. Salah satu putra beliau, KH. Asep Saifuddin Chalim, tinggal dan berkarir di Surabaya dengan mendirikan pesantren unggulan Amanatul Ummah. KH. Asep Saifuddin Chalim pernah menjabat sebagai ketua PCNU Surabaya dan kini sebagai Ketua Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu). (A. Ginanjar Sya’ban)



Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal AlaSantri, Habib, Makam PKB Kab Tegal

Minggu, 03 Oktober 2010

Ahmad Tohari: "Eling", Kata Kunci Masuki Ruh Pancasila

Jakarta, PKB Kab Tegal. Budayawan Ahmad Tohari (Kang Tohari) menilai saat ini banyak elemen masyarakat Indonesia, termasuk para pemimpinnya, menginginkan Pancasila ditegakkan kembali. Tetapi, tantangan sekarang ialah pola kehidupan yang sudah sangat sekuler. Sedangkan Pancasila tidak bisa dikatakan sekuler, karena salah satu sila dalam Pancasila (sila pertama) mencantumkan “Ketuhanan yang Maha Esa”.? Demikian dikatakan penulis novel Ronggeng Dukuh Paruk? itu dalam wawancara dengan PKB Kab Tegal, Selasa (31/5).

Indonesia, lanjut Kang Tohari, sekarang menganut sebuah sistem kehidupan dan falsaah yang berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa, tetapi di dalam situasi yang sangat sekuler meterialistik. Menurutnya, ini adalah suatu hal yang sangat kontradiktif. Realita yang kita alami sehari-hari adalah bahwa Pancasila sudah tergeser ke belakang atau ke samping.?

Ahmad Tohari: Eling, Kata Kunci Masuki Ruh Pancasila (Sumber Gambar : Nu Online)
Ahmad Tohari: Eling, Kata Kunci Masuki Ruh Pancasila (Sumber Gambar : Nu Online)

Ahmad Tohari: "Eling", Kata Kunci Masuki Ruh Pancasila

“Saya sendiri menilai Pancasila merupakan pencapaian tertinggi kebudayaan Indonesia. Tetapi, Pancasila sudah tergeser dari batin masyarakat,” kata Kang Tohari.

Ia mencontohkan banyak pelajar yang saat diminta menyebutkan sila-sila dalam Pancasila, sudah tidak bisa lagi. Itu merupakan gejala terpinggirkannya Pancasila dari batin masyarakat Indonesia.? Hal yang sangat memprihatinkan, kata Kang Tohari, masyarakat tidak menyadari atmosfer saat ini yang sangat materialistis dan sangat sekuler, bukanlah ruang yang baik untuk Pancasila.?

Kenyataan saat ini kita sudah hidup dalam suatu sistm ekonomi yang mengutamakan akumulasi modal dan keuntungan. Aspek-aspek kemanusiaan, keadilan, apalagi Ketuhanan, tidak ada di dalam sistem ekonomi yang berlaku sekarang. Dan sistem ini sudah sangat menguasia kita dari tingkat atas sampai ke dasar.

PKB Kab Tegal

“Entah mau bagaimana cara kita menegakkan kembali Pancasila,” tutur Kang Tohari dengan nada getir.

PKB Kab Tegal

Disinggung banyaknya pihak yang mengatakan akan melakukan upaya memperkuat Pancasila, ? Kang Tohari mengatakan kesangsiannya.? “Saya ragu, karena banyak orang mengaku pecinta dan pembela Pancasila, tetapi mereka juga tidak tahu bagaimana cara untuk masuk ke dalam ruh Pancasila,” ungkap Kang Tohari.

Menurutnya kunci untuk memasuki nilai-nilai atau ruh Pancasila adalah dengan eling (mengingat dan menyadari sungguh-sungguh, red) ? tentang eksistensi, peran dan fungsinya.? Kang Tohari mencontohkan, misalnya seorang suami yang eling, ia tahu harus bekerja memenuhi kebutuhan keluarga, setia kepada keluarga, tahu perkembangan anak-anaknya, dan mampu meletakkan keberadaan keluarganya di tengah-tengah masyarakat.

“Kalau saya sebagai orang Islam yang eling, ya tentu harus melaksanakan seluruh inti keluhuran agama Islam. Bukan hanya menjalankan syariatnya saja, tatapi juga membumikannya ke dalam perilaku. Sebagai orang Islam tentu menjalankan perilaku dengan akhlakul karimah.

Demikian juga bila saya seorang pegawai atau pejabat yang eling, saya harus sadar bahwa jabatan adalah pemberian rakyat. Saya adalah pelayan rakyat, dan akan saya kembalikan gaji yang saya terima dengan pelayanan sebaik-baiknya kepada rakyat. Saya harus jujur, dan menjaga komitmen,” lanjut Kang Tohari.

Celakanya, kata Kang Tohari, sekarang ini sangat sedikit pejabat yang eling seperti itu. Banyak pejabat yang berpikir bahwa jabatan adalah alat kekuasaan mereka, bukan sebagai amanat dari rakyat untuk kesejahteraan rakyat. (Kendi Setiawan/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Halaqoh, Pesantren, Khutbah PKB Kab Tegal