Jumat, 09 Februari 2018

Tgk Hasballah-Tgk Marzuki Pimpin Kembali PCNU Pidie Jaya Aceh

Pidie Jaya, PKB Kab Tegal. Konferensi cabang Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, berlangsung Sabtu (26/4) siang. Konfercab mengamanahkan Drs. Tgk. H. M. Nur Hasballah sebagai Rais Syuriyah dan Tgk. Marzuki Ali sebagai Ketua Tanfidziyah masa bakti 2014-2019.

"Saudara Drs. Tgk. H. M. Nur Hasballah dan Tgk. Marzuki Ali  diharapkan dapat menggerakkan PCNU Pidie Jaya dengan benar. Pemimpin artinya mengemban amanat, perjuangan, dan menjunjung tinggi cita-cita bersama,” ungkap Rais Syuriah PWNU Aceh Tgk H Nurruzahri Yahya usai pemilihan, Sabtu (26/04) siang.

Tgk Hasballah-Tgk Marzuki Pimpin Kembali PCNU Pidie Jaya Aceh (Sumber Gambar : Nu Online)
Tgk Hasballah-Tgk Marzuki Pimpin Kembali PCNU Pidie Jaya Aceh (Sumber Gambar : Nu Online)

Tgk Hasballah-Tgk Marzuki Pimpin Kembali PCNU Pidie Jaya Aceh

Tgk H Nurruzahri Yahya mengatakna, NU organisasi kemasyarakatan. Pengurus baru diserahi amanat berat. “Ketua harus orang yang bisa menggerakkan roda organisasi, jangan orang yang diam," tambahnya.

PKB Kab Tegal

Pemilihan berlangsung di Aula Majelis Permusyawaratan Ulama Kabupaten Pidie Jaya, di Kecamatan Meureudu. Pemilihan yang diikuti secara antusias oleh peserta konfercab NU Pidie Jaya berakhir pada 15.00 sore.

PKB Kab Tegal

“Drs. Tgk. H. M. Nur Hasballah terpilih secara  aklamasi setelah calon rivalnya mengundurkan diri sebagai Rais Syuriyah. Sedangkan Ketua Tanfidziyah terpilih Tgk Marzuki Ali terpilih secara aklamasi,” kata  Sekretaris Tanfidziyah PWNU Aceh Tgk Asnawi M. Amin, S.Ag.

Usai pemilihan, Drs. Tgk. H. M. Nur Hasballah dan Tgk Marzuki Ali disambut jabat tangan oleh sejumlah peserta konfercab NU Pidie Jaya. Sementara itu Safaruddin sebagai ketua presidium sidang mengumumkan tim formatur yang akan membentuk jajaran kepengurusan baru PCNU Pidie Jaya. (Indra/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Anti Hoax PKB Kab Tegal

Kamis, 08 Februari 2018

GP Ansor Lampung Tengah Miliki Pemimpin Baru

Lampung Tengah, PKB Kab Tegal. Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Lampung Tengah kini memiliki pemimpin baru. Melalui forum Konferensi Cabang VII, Saryono terpilih secara aklamasi sebagai ketua baru untuk masa khidmah 2016-2020.

Saryono adalah Wakil Bendahara PC GP Ansor Lampung Tengah pada periode kepengurusan sebelumnya. Ia juga merupakan mantan Ketua Panwaskab Lampung Tengah dan alumni STIE Widia Wiwaha Yogyakarta.

GP Ansor Lampung Tengah Miliki Pemimpin Baru (Sumber Gambar : Nu Online)
GP Ansor Lampung Tengah Miliki Pemimpin Baru (Sumber Gambar : Nu Online)

GP Ansor Lampung Tengah Miliki Pemimpin Baru

"Peserta Konfercab VII ini terdiri 28 PAC? dan ratusan pimpinan Ranting GP Ansor se-kabupaten Lampung Tengah, dengan tema Konfercab Memperkuat Basis Ideologi Dengan Tradisi Amaliyah dan Tradisi Intelektual Ahlussunnah wal Jamaah," kata Budi Prasetyo selaku ketua panitia pelaksana Konfercab.

PKB Kab Tegal

Forum tertinggi GP Ansor tingkat cabang itu berlangsung di Aula Pesantren Walisongo kecamatan Bumi Ratu Nuban, Lampung Tengah, selama sehari penuh, akhir pekan kemarin (7/8).

?

"Telah banyak hal yang diputuskan dalam arena Konfercab VII ini, khususnya perencanaan pokok-pokok program kerja, rekomendasi dan keputusan-keputusan lain Gerakan Pemuda Ansor Lampung Tengah masa khidmah 2016-2020," tambah Budi.

PKB Kab Tegal

Konfercab VII GP Ansor Lampung Tengah tahun 2016 ini dihadiri tokoh-tokoh NU antara lain Kiai Syaikhul Ulum Syuhada (pengasuh Pesantren Walisongo), Budi Sriono (Wakil Ketua PCNU Lampung Tengah),? Kiai Aminan (Sekretaris PCNU Lampung Tengah), Hidir Ibrahim (Ketua PW GP Ansor Lampung), Muhyidin Thohir (Wakil Ketua PC LP Maarif NU Lampung Tengah), Budi Hadi Yunanto (Ketua KPUD Lampung Tengah), Agus Setiawan (dosen IAIM NU Metro Lampung), Iwanuddin (Ketua Lakpesdam NU Metro Lampung ), serta perwakilan Muslimat NU, Fatayat NU, IPNU, IPPNU, dan PMII setempat.? (Akhmad Syarief Kurniawan/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal RMI NU PKB Kab Tegal

Pesantren, dari Wangi Parfum Kiai hingga Ngaji

Dengan gagasan kreatif para penulis, telah lahir banyak literatur bertemakan pesantren bertebaran di tanah air. Terlepas dari beragam label negatif yang seringkali disandangkan, keberadaan pesantren justru telah memberi energi positif bagi dunia literasi negeri ini yang cenderung lesu dan tertinggal.

Bermacam genre buku telah menghiasi ruang baca, tinggal kita pilih mana yang disukai. Dari buku hasil penelitian semisal Pesantren Studies hingga cerita fiksi macam Negeri Lima Menara, semua tersedia.

Pesantren, dari Wangi Parfum Kiai hingga Ngaji (Sumber Gambar : Nu Online)
Pesantren, dari Wangi Parfum Kiai hingga Ngaji (Sumber Gambar : Nu Online)

Pesantren, dari Wangi Parfum Kiai hingga Ngaji

Tapi bagi anda yang ‘alergi’ dengan buku-buku tebal, atau malas bertele-tele membaca karya fiksi, buku ini mungkin dapat menjadi alternatif. Ditulis oleh alumni pesantren, buku berjudul Lost in Pesantren ini berisi kisah-kisah inspiratif yang mengurai segala dinamika kehidupan di penjara suci.

Dengan bahasa yang renyah dan sederhana, pembaca dapat dengan rileks memilih topik mana yang ingin dibaca. Meski membahas tentang pesantren, buku ini layak dinikmati semua kalangan.

Saeful Bahri membagi buah penanya ini ke dalam tiga bagian. Bagian pertama berisikan fragmen kehidupan pesantren dan laku hidup santri. Dari bab ini kita bisa tahu bahwa meski terjal, perjalanan menjadi santri tak melulu soal duka cita. Baca saja artikel berjudul Elegi Santri di Terungku Suci, anda dapat melihat betapa kreatifnya mereka mengisi waktu.

Selain itu tersaji pula kisah pribadi sang penulis tentang hari pertama di pesantren, perjumpaan dengan sang kiai yang terkenal dengan aroma parfumnya, bahkan sampai detik terakhir perpisahan semua ada. Sangat cocok untuk memancing kenangan masa lalu bagi para alumni.

PKB Kab Tegal

Pada bagian selanjutnya, Saeful Bahri mengulas dengan detail beberapa nilai kehidupan yang tersemai dan tumbuh subur di rahim pesantren. Tak hanya itu, ia juga mengungkap fakta bahwa nilai kearifan tersebut amatlah selaras dengan teori penemuan para intelektual barat.

Soal  kecerdasan adversitas misalnya, buah pemikiran dari Paul G. Stoltz ini menyatakan bahwa kecerdasan seseorang juga bisa dilihat sewaktu menghadapi kesulitan dalam hidup. Lebih lanjut, Paul membagi manusia ke dalam tiga tipe ketika punya masalah, quitter (penyerah), camper (pekemah), climber (pemanjat).

Pesantren sebagai salah satu model pendidikan yang ada di Indonesia memiliki karakter yang dapat menunjang proses pembentukan kecerdasan di atas. Kita tahu, sistem kehifupan pesantren mengajarkan kemandirian, kedisiplinan, daya tahan, dan tempaan untuk hidup siap susah bukan siap senang.

Di pesantren, anak-anak usia belasan tahun tinggal tanpa ada pengawasan dan bantuan orang tua (hal. 95). Kondisi inilah yang kemudian membuat kecerdasan adversiatas santri terasah hingga membentuk pribadi climber (pemanjat) sebagaimana dalam teori Stoltz di atas.

PKB Kab Tegal

Bagian terakhir sungguh di luar dugaan. Alih-alih bicara soal kepesantrenan, alur berubah drastis menjadi cerita penuh hikmah seperti di buku dongeng. Sebagian diambil dari kisah-kisah tempo dulu, sedangkan sisanya adalah catatan perjalanan sang penulis ketika mengikuti pelatihan di benua Afrika. Tapi mengingat muatannya yang positif dan memotivasi, kekecewaan akibat tragedi ganti alur ini bisa sedikit terobati. 

Dan penting diketahui bahwa sebagai intermezzo, masing-masing artikel dalam buku terbitan Republika ini dipisah dengan kata-kata bijak. Pembaca bisa mengambilnya sebagai motivasi, atau sekadar pamer status di dunia maya.

Seperti yang dikatakan sejak awal, buku ini amat sederhana. Andai dikembangkan sedikit saja, saya yakin hasilnya akan jauh lebih memuaskan. Jika mau, prnulis bisa menggarap buku susulan yang pembahasannya lebih luas dan mendalam. Tak harus bersifat ilmiah, novel perjalanan hidup juga boleh. Itupun jika Kang Saeful Bahri selaku penulis mau.

Identitas buku:





Judul: Lost in Pesantren

Penulis: Saeful Bahri

Penerbit: Republika

Cetakan: I, Agustus 2017

Tebal Buku: xiv+195 hal.

ISBN: 978-602-0822-81-5

Peresensi: Ach. Khalilurrahman, penikmat buku asal Sumenep. Juru kunci di terlanjurnulis.blogspot.co.id.

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Olahraga, Pesantren, Tokoh PKB Kab Tegal

Rabu, 07 Februari 2018

Syuriah NU Kudus: IPNU-IPPNU Jaga Jarak!

Kudus, PKB Kab Tegal. Rais Syuriyah PCNU Kudus KH M Ulil Albab Arwani mengingat para pengurus IPNU dan IPPNU Kudus agar saling menjaga kehormatan. Ia mendukung para pelajar NU untuk menunjukkan kepada masyarakat khususnya remaja perihal cara bergaul laki-laki dan perempuan sesuai dengan akhlaq Aswaja.

Syuriah NU Kudus: IPNU-IPPNU Jaga Jarak! (Sumber Gambar : Nu Online)
Syuriah NU Kudus: IPNU-IPPNU Jaga Jarak! (Sumber Gambar : Nu Online)

Syuriah NU Kudus: IPNU-IPPNU Jaga Jarak!

“IPNU dan IPPNU harus jaga jarak, laki-laki dan perempuan. Kalau tidak hati-hati, nanti bisa kena godaan,” kata Kiai Ulil Albab yang kini mengasuh yayasan Arwaniyyah di kediamannya, Ahad (14/9) sore.

Gus Bab, begitu Kiai Ulil Albab disapa, menyampaikan pesannya kepada rekanan pengurus baru IPNU-IPPNU yang rencananya dilantik pada Oktober mendatang.

PKB Kab Tegal

Pada pertemuan itu, Gus Bab juga menekankan agar putra-putri NU bukan sekadar giat berorganisasi, namun juga mesti pandai meruwat amaliyah NU. “Menjadi anak-anaknya warga NU, ya harus jaga amaliyah,” tegasnya.

Terkait posisi para pengurus yang mayoritas masih duduk di bangku kuliah, Kiai Kudus Kulon yang telah menyusun metode baca tartil Al-Qur’an Yanbu’a ini, menekankan pentingnya membagi waktu antara kepentingan organisasi dan kepentingan akademik.

PKB Kab Tegal

“Kalau masih ada yang di bangku sekolah atau kuliah, harus bisa meluangkan waktu untuk tetap belajar. Jangan sampai hanya sibuk di organisasi lalu mengabaikan tugas utama, belajar,” kata Gus Bab.

Demikian sejumlah wejangan Gus Bab kepada pengurus baru IPNU-IPPNU Kudus yang sowan ke kediamannya. Ia juga berharap kepada Joni Prabowo yang kini memimpin IPNU Kudus dan Futuhal Hidayah yang menggawangi IPPNU untuk menggerakkan program-program lebih giat. (Istahiyyah /Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Sunnah, Pesantren, Doa PKB Kab Tegal

Selasa, 06 Februari 2018

Ilmu Hisab Jangan Disakralkan

Lajnah Falakiyah PBNU telah menyelenggarakan kegiatan Penyerasian Almanak Tingkat Nasional di Gresik, 9-12 Mei 2013, yang dihadiri para ahli astronomi dari berbagai daerah dan pesantren. Berikut ini catatan PKB Kab Tegal selama mengikuti kegiatan dan hasil dialog dengan para “makhluk langka” itu yang akan dimuat berseri.

Gresik kali ini dipilih sebagai tuan rumah penyelenggaraan pertemuan ahli hisab-rukyat. Ketua Lajnah Falakiyah PBNU KH A. Ghazalie Masroeri mengatakan, Gresik punya potensi kefalakiyahan tingkat nasional. Gresik mempunyai lokasi pantai yang cukup strategis untuk mengamati benda-benda langit.

Lajnah Falakiyah Gresik juga punya markaz rukyat khusus yakni Balai Rukyat Condrodipo, bangunan dua lantai yang berada tepat disamping makam Syekh Condrodipo salah seorang murid Sunan Giri, yang terletak pada ketinggian 120 m di atas permukaan air laut m dan dengan sudut pandang ufuk barat yang nyaris tanpa penghalang serta dilengkapi dengan peralatan rukyat yang cukup canggih.

Ilmu Hisab Jangan Disakralkan (Sumber Gambar : Nu Online)
Ilmu Hisab Jangan Disakralkan (Sumber Gambar : Nu Online)

Ilmu Hisab Jangan Disakralkan

Bukan hanya itu, Gresik punya banyak sekali “pemburu hilal” yang cukup militan. Lajnah Falakiyah sendiri tidak hanya diisi oleh para ahli astronomi tetapi juga para aktivis yang siap sedia menjalankan roda keorganisasian dan menyiapkan kader-kader “pemburu hilal” dari sekolah-sekolah dan pondok pesantren.

Kegiatan penyerasian hisab di Gresik sengaja diadakan berbarengan dengan dua peristiwa penting terkait bidang astronomi, yakni gerhana matahari pada Jum’at pagi dan Rukyat Awal Rajab 1434 pada Jum’at Sore. Para peserta hisab penyerasian secara “live” mengikuti observasi gerhana dan rukyat awal bulan, masing-masing di Pelabuhan Gresik dan Balai Rukyat Condrodipo.

Observasi gerhana berjalan sesuai rencana, namun sayang rukyat awal Rajab tidak berhasil karena ufuk barat cukup gelap oleh mendung, meskipun posisi hilal sudah memenuhi kriteria visibilitas pengamatan (imkarurukyat). Dari markaz perhitungan Condrodipo Gresik, seperti dalam data hisab metode Irsyadul Murid yang dihitung oleh Ibnu Zahid Abdo el-Moeid, dewan Pakar Lajnah Falakiyah Gresik, umur hilal sudah mencapai 09:48:54. Sementara tinggi hilal pada saat dilakukan pengamatan mencapai 03018’ 08,38”. Namun Jumat petang itu hilal benar-benar tak tampak.

Penyerasian Hisab

PKB Kab Tegal

Di lingkungan NU, hisab atau teori hitung-hitungan astronomi berfungsi untuk mendukung pelaksanaan rukyatul hilal. Ini kaitannya dengan penentuan awal bulan qamariyah atau hijriyah. Jadi hilal yang hendak diamati itu tidak sekonyong-konyong. Para ahli hisab sudah memperkirakan posisi hilal nanti akan berada di sebelah mana, ketinggian, kemiringan serta lamanya di atas ufuk sudah diperkirakan sebelum pelaksanaan ruakyat.

PKB Kab Tegal

Namun demikian banyaknya ilmu hisab yang berkembang di pesantren dengan berbagai hasil hitung yang berbeda justru menimbulkan persoalan baru. Bukan saja terkait dengan “klaim’ keberhasilan melihat hilal, tetapi juga beberapa hasil hitung yang berbeda juga akan mengakibatkan perbedaan almanak yang beredar dan membingungkan warga yang awam ilmu falak.

Karya-karya orisinil ulama pesantren di bidang ilmu falak juga cukup banyak. Para ahli falak juga belakangan memakai beberapa metode hisab modern. Jadi selain nama kitab yang akrab di lingkungan pesantren seperti Fathur Rouful Mannan, Khulasotul Wafiyah, Ittifaqu Dzatil Bain, Nurul Anwar atau Irsyadul Murid, para ahli falak juga memakai Ephimeris, Ascript Calculation, Javascript Eclipse dan New Comb.  Kiai Ghazalie menyebutkan sedikitnya ada 20 (duapuluh) metode hisab yang saat ini dipakai di lingkungan ahli falak NU dan pesantren.

Buku Pedoman Rukyat dan Hisab Nahdlatul Ulama yang di dalamnya terdapat petunjuk pelaksanaan penyerasian hisab baru diterbitkan pada 2006, namun menurut Kiai Ghazali, rapat penyerasian hisab sudah berlangsung sebelum Muktamar NU di Lirboyo 1999, yang sebelumnya didahului dengan beberapa kali halaqah dan seminar tentang perlunya kesatuan almanak NU.

Dalam buku pedoman itu disebutkan, “…perbedaan hasil perhitungan, terutama pada stadium yang sulit ditoleransi secara ilmu pasti, merupakan permasalahan yang dihasilkan oleh perkembangan ilmu hisab itu sendiri.” Karena itu diperlukan adanya langkah penyerasian berbagai metode hisab yang ada.

Penyerasian sendiri sebenarnya adalah kritik halus untuk beberapa metode hisab yang mempunyai perbedaan hasil yang cukup menonjol dibandingkan dengan metode-metode hisab lain, atau dengan bahasa yang lebih lugas, mempunyai tingkat akurasi yang kurang memadai karena belum memasukkan beberapa data penting yang merupakan produk terbaru dari perkembangan ilmu astronomi itu sendiri.

Istilah "penyerasian" adalah gaya kritik khas pesantren. Di pesantren, beberapa kitab yang sudah dikaji bertahun-tahun diyakini sudah mempunyai tingkat kebenaran yang tidak dapat diganggu gugat. Para muallif atau pengarang kitab adalah orang alim yang ikhlas dan benar-benar berkarya untuk berharap ridlo Allah SWT. Namun ilmu hisab, sungguhpun ia terkait dengan penentuan waktu ibadah, adalah bagian dari pengetahuan alam.

“Dalil-dalil kauniyah (riset) harus dipakai. Ilmu falak jangan disakralkan. Saya sendiri belajar Khulashoh tetapi tidak menolak yang lain,” kata Kiai Ghazalie. (A. Khoirul Anam)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Sejarah PKB Kab Tegal

Seniman Tegal Gelar Tahlil Budaya

Tegal, PKB Kab Tegal. Sebagai penghormatan kepada tokoh budayawan ulung KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur para seniman Tegal menggelar Tahlil Budaya. Selain pembacaan Tahlil, para seniman juga mementaskan puisi, monolog, pentas musik dan dialog budaya.



Seniman Tegal Gelar Tahlil Budaya (Sumber Gambar : Nu Online)
Seniman Tegal Gelar Tahlil Budaya (Sumber Gambar : Nu Online)

Seniman Tegal Gelar Tahlil Budaya

“Kami punya kepentingan memperingati beliau sebagai seorang budayawan ulung,” tutur Ketua Dewan Kesenian Kota Tegal (DKT) Nur Ngudiyono dalam prakata sambutannya pada Tahlil Budaya Seniman Tegal di alun-alun Tegal Jumat (12/2) malam.

Menurut dia, Gus Dur semasa hidupnya telah membuktikan diri sebagai budayawan, seniman, sastrawan bahkan pelawak yang menggelitik. Ngudiyono bercerita, ketika jadi presiden, Gus Dur berkumpul dengan para pelawak, saat itu juga para pelawak terbahak-bahak mendengar penuturan gaya ‘guyonan’ Gus Dur. “Kalau pelawak saja bisa tertawa, apalagi kita yang bisanya cuma nonton pelawak,” ucapnya.

PKB Kab Tegal

Tahlil dipimpin Mutasyar PCNU Kota Tegal KH Abu Chaer Annur. Sementara pembacaan monolog oleh Penyair Asli Tegal Eko Tunas yang kini menetap di Semarang. Sedangkan pembacaan puisi oleh Dwi Eri Susanto dan Nana Eres.

Dwi Eri membaca puisi godong kembang plastik. Yang menceritakan persoalan pengekangan plurarisme. Betapa sulitnya membangun kebersamaan akibat banyaknya pengkotak-kotakan. Nana Eres lain lagi, dia bercerita tentang feminisme. Yang menceritakan betapa beratnya perjuangan menegakkan feminisme. Dan Nana pun meluapkan kegelisahannya dengan Kutulis Puisi di Pasirmu.

PKB Kab Tegal

Sedang Eko Tunas, memandang Gus Dur sebagai pelayan. Gus Dur menjadi pelayan publik bagi siapa saja. “Gus Dur bersahabat dengan siapa saja,” kata Eko.

Kebudayaan itu, lanjutnya, telah membangun panggung. Ekonomi adalah operanya dan Gus sebagai wali dalam kontek budaya. Eko mengingatkan, berkesenian jangan hanya sekadar jadi alat. Karena bila jadi alat, yang terjadi adalah ketika orde lama kesenian jadi alat politik, pada orde baru jadi alat ekonomi dan pada era reformasi malah jadi alat korupsi. “Jadikanlah puisi sebagai bintang kata-kata, tuk menegakan kebenaran,” tandas Eko dalam monolognya yang menggelitik.

Dalam dialog Budaya, tampil mantan Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) era Presiden Gus Dur Bondan Gunawan, Ketua Majelis Agama Khonghucu Indonesia (Makin) Kota Tegal Gyong gyong dan Wali Kota Tegal H Ikmal Jaya. Muhammad Yusuf Chudlori (Gus Yusuf) yang dijadwalkan mengisi acara berhalangan hadir karena istrinya mengalami pendarahan.

Gyong gyong diberi kesempatan pertama oleh moderator Firdaus Muhtadi untuk menjadi kesaksian keagungan Gus Dur. Gyong gyong merasa diewongke oleh Gus Dur ketika meminta Gus Dur tanda tangan pada Grup Barongsainya. Setahun kemudian, Barongsai milik Gyong gyong menjadi juara nasional dua kali berturut-turut. “Pulpen Gus Dur, ternyata jimat juga,” seloroh Gyong gyong yang disambut dengan gerr.

Keberpihakan Gus Dur pada warga keturunan Tionghoa sangat menjadi momentum dengan penjabutan inpres nomor 14 tahun 1957. “Gus Dur berani membawa badannya untuk menjadi tameng pada hal-hal minoritas,” tandasnya.

Ikmal Jaya, yang saat itu masih menjadi Direktur PO Dewi Sri mengaku rela hati bolak-balik ke RSCM untuk sekadar mendorong kursi Roda Gus Dur. Dalam kesempatan tersebut dia senang berbincang tentang kepemimpinan. “Termasuk, untuk menjadi Wali Kota Tegal, saya meminta restu Gus Dur,” ungkapnya.

Yang menggelitik bagi Ikmal, ternyata dia dipertemukan dengan Gus Dur dalam mimpinya juga. Dalam mimpi tersebut, Ikmal disuruh ikut NU. “Gus, saya lagi nyalon Walikota Tegal bagaimana ini?” tanyanya dalam mimpi.

“Kamu harus NU,” kata Gus Dur dalam nasehat mimpinya.

Sehingga mulai saat itu, Ikmal berikrar menjadi NU. Kini, Ikmal tercatat juga sebagai Bendahara MWC NU Margadana Kota Tegal.

Dalam suatu kesempatan, lanjut Ikmal, juga mendapat nasehat Gus Dur yang hingga kini diingat dan dilaksanakan sebagai pemimpin. Gus Dur berkata ‘Le, dadio wong sing wani tur nekad lan iso ngedan. Artinya, dalam menjalankan kepemimpinan harus menjadi seorang yang berani karena benar, bertekad membaja, merealisasikan program dengan penuh kegigihan, kendati orang lain melihat kita sebagai orang gula. “Termasuk mencapai 2010 sebagai daerah yang sehat baik jasmani maupun rohani,” tandasnya.

Bondan Gunawan merasa senang bisa menghadiri undangan DKT untuk Tahlil Budaya. termasuk penataan panggung yang merakyat. “Yang namanya rakyat beneran ya… disini. Kalau digedung-gedung megah, itu rakyat-rakyatan yang hanya membicarakan rakyat,” ucapnya mengawali dialog.

Sebagai Mensesneg, dia sangat tidak mengerti alur pemikiran Gus Dur. Pasalnya, Gus Dur tidak pernah menjelaskan ucapan maupun tindakannya. “Ketika situasi dalam negeri saat itu carut marut, Gus Dur malah keliling dunia,” ceritanya.

Gus Dur saat itu, tidak menjelaskan apapun maksud perjalanannya keluar negeri. Gus Dur hanya berucap. “Siapa bilang saya mau jalan-jalan. Melihat saja gak!,” ucap Gus Dur sebagaimana diceritakan Bondan.

Setelah dipikir lebih jauh, ternyata perjalanannya membawa makna yang dalam. Ternyata Gus Dur sedang memasang strategi perang. “Gus Dur mau menunjukkan kalau situasi dalam negeri Indonesia aman dan terkendali. Wong pemimpinnya saja jalan-jalan, otomatis negaranya dalam keadaan damai,” ucap Bondan disambut gerr.

Bondan mengaku bekerja sama dengan Gus Dur lebih dari 30 tahun. Sehingga tahu sedikit tentang karakter Gus Dur kendati sulit dipahaminya. Dia mengungkapkan kalau Gus Dur lebih senang membangun lingkungan yang beraneka ragam. “Lingkungan yang beraneka ragam maka akan kuat, makanya Gus Dur terus memperjuangkan demokrasi, pluralisme,” terang Bondan.

Pembinaan tersebut, dengan jalan pendekatan kemanusiaan. Sehingga tidak ada satupun yang merasa dianaktirinkan.

Meskipun di era sekarang amat sulit untuk politik pendekantan kemanusiaan. Karena sekarang telah berkembang Plutokrasi. Yakni politik yang mengabdi karena uang. “Sangat langka politik yang mengabdi pada umat,” terangnya.

Bondan mengagumi Gus Dur karena kehebatannya yang tidak pernah marah. “Meludah didepannya saja, tidak marah,” cerita Bondan.

Kehebatan lainnya, sampai detikdetik terakhir Gus Dur Mikirin Negara. Kehebatan lainnya. Lainnya Gus Dir tidak melarang seseorang untuk berbuat apapun. “Bahkan Gus Dur rela ditabrak oleh tanaman yang ia tanam sendiri.

Termasuk perseteruan dengan Mohamin Iskandar, Gusdur menggelindingkan persoalan tersebut dengan sangat manis. Gus Dur hanya mengingatkan, “Jangan hanya tergantung pada pemimpin format. “Tapi kalau kepatusan pada ulama, mutlak hukumnya untuk dititahkan (diindahkan) (was.)Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Lomba PKB Kab Tegal

Senin, 05 Februari 2018

Upaya Ma’arif NU Kokohkan Karakter Generasi Bangsa

Jakarta, PKB Kab Tegal. Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama (LP Ma’arif NU) menggelar peluncuran Perkemahan Wirakarya Pramuka Maarif NU Nasional (Perwimanas), pada Sabtu (23/3) di Gedung PBNU Kramat Raya Jakarta Pusat.?

Perwimanas yang tahun ini merupakan penyelenggaraan tahun kedua, mengusung tema “Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah, Kokohkan Karakter Generasi Bangsa”.

Upaya Ma’arif NU Kokohkan Karakter Generasi Bangsa (Sumber Gambar : Nu Online)
Upaya Ma’arif NU Kokohkan Karakter Generasi Bangsa (Sumber Gambar : Nu Online)

Upaya Ma’arif NU Kokohkan Karakter Generasi Bangsa

Ketua Lembaga Maarif NU, KH Arifin Junaidi mengatakan Perwimanas 2 akan dihelat pada 18-23 September 2017, bertempat di Lapangan Tembak AKMIL Salaman dan Pondok Pesantren API Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah.

Perwimanas 2 akan diikuti sekitar 5000 orang putra-putri utusan dari SAKO Pramuka Ma’arif NU, Koordinator Daerah se-Indonesia, dan peserta peninjau dari luar negeri. Peserta adalah para pelajar dan murid NU yang berasal dari Sekolah dan Madrasah Ma’arif NU tingkat SMTA (SMA, SMK dan MA).

PKB Kab Tegal

Perwimanas 2 diadakan bersamaan dengan Peringatan Hari Lahir LP Maarif NU, dijadwalkan dibuka oleh Presiden RI, Joko Widodo. Pada kesempatan tersebut juga akan digelar Apel Siaga NKRI yang diikuti 15 ribu orang terdiri dari 10 ribu murid Maarif NU se-Jawa Tengah dan 5 ribu peserta Perwimanas se-Indonesia.

Selanjutnya selama lima hari pelaksanaan Perwimanas, akan diisi berbagai kegiatan, di antaranya Olimpiade Aswaja An-Nahdliyah, Halaqah Pendidikan dan Kebangsaan, Seminar HIV dan Kesehatan Reproduksi, Jurnalistik dan ICT.

Selain itu juga Pameran Pendidikan dan Karya Sekolah/Madrasah, bimbingan ibadah rohani dan kultum, karnaval budaya, lokakarya kepramukaan, wisata religi dan pendiri NU, pentas seni dan tari, aksi Baktimu Padamu Negeri, dan olahraga dan senam Islam Nusantara. (Kendi Setiawan/Fathoni)

PKB Kab Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Daerah, Budaya, Lomba PKB Kab Tegal