Bagi Utak Yudin, tak ada kata terlambat untuk menjadi anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser). Meski sudah berusia 77 tahun, pria ini tetap mendaftarkan diri pada penjaringan calon peserta Diklatsar Satuan Khusus Banser 23-IX Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Ahad (18/12). Diklatsar atau Pendidikan dan Pelatihan Dasar merupakan jenjang awal tahap kaderisasi yang diperuntukkan bagi anggota baru Banser.
Menebus ‘Dosa’, Dua Kakek Ini Antusias Daftar Anggota Banser (Sumber Gambar : Nu Online) |
Menebus ‘Dosa’, Dua Kakek Ini Antusias Daftar Anggota Banser
Ketua Pelaksana Diklatsar yang juga Dansatkorcab Banser Kota Tasikmalaya, Ujang Haedar pun dibuat kelimpungan. Pasalnya, dalam Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga (PD/PRT), Gerakan Pemuda (GP) Ansor hasil Kongres XV GP Ansor tahun 2015, batas minimal dan maksimal keanggotaan antara usia 20 sampai 40 tahun."Diterima bagaimana, ditolak juga tak enak. Ya sudah ikut saja. Gak masalah. Kita apresiasi spiritnya dan harus jadi contoh bagi pemuda NU sekarang ini," kata Ujang saat pembukaan pretes dan psikotes calon peserta di Komplek Yayasan Pendidikan Islam Al-Hikmah Tamansari Kota Tasikmalaya.
PKB Kab Tegal
Perasaan bingung Ujang tak sampai disitu. Beberapa saat kemudian datang lagi pria berkopiah putih berjaketkan Banser. Pria tersebut menyampaikan maksud kedatangannya untuk ikut mendaftar menjadi peserta Diklatsar.PKB Kab Tegal
"Usia Bapak berapa ?" Tanya Ujang seraya dijawab pria tersebut bahwa usia dia 59 tahun dengan nama Nano Supriatna.Sontak saja, Ujang yang didampingi Ketua GP Ansor Kota Tasikmalaya, Ricky Assegaf tertawa lepas. Pasalnya baru saja dibuat bingung oleh Utak Yudin, kini datang Nano Supriatna berusia 59 tahun yang sama pula ingin menjadi peserta Diklatsar.
"Ya nggak apa-apa. Kita terima saja. Persoalan PD/PRT memang panduan organisasi. Tapi fakta di lapangan tak memungkinkan kita menolak," saran Ricky.
Setelah menyelesaikan proses pengisian biodata, Utak Yudin yang diketahui kelahiran Tasikmalaya 1 Juli 1939 dan Nano Supriatna juga kelahiran Tasikmalaya pada 15 Juni 1957, dipersilakan ikut tes sebagai calon peserta Diklatsar.
"Ini bagaiamana nantinya kalau lolos. Diklatsarnya saja nanti seminggu," kata Ujang berbisik pada Ricky.
Selepas mengikuti pretes dan psikotes, Utak dan Nano menyampaikan alasan ingin menjadi Banser. Saat masih muda, ia sempat ikut Ansor/Banser namun tak begitu aktif karena terlilit dengan kebutuhan ekonomi keluarga. Setiap ada kegiatan, keduanya kerap mangkir karena harus berladang menanam singkong dan jagung untuk dijual ke pasar.
"Nah kebetulan sekarang ada pengumuman jadi Banser. Maka untuk menebus dosa dahulu, saya dan Nano minta menjadi Banser," ujar Utak diamini Nano.
Utak dan Nano merupakan warga kampung tempat seleksi calon peserta Diklatsar Banser yang tanpa sengaja ketika melihat banyak pemuda berseragam Banser, tergerak untuk ikut menjadi anggota Banser. (Nurjani/Mahbib)
Dari Nu Online: nu.or.id
PKB Kab Tegal Tegal, Hikmah, Olahraga PKB Kab Tegal