Selasa, 14 Maret 2017

Lazisnu Jatim Bukber dengan Anak Yatim di Blitar

Blitar, PKB Kab Tegal - Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) Provinsi Jawa Timur? menggelar buka puasa bersama 100 anak anak yatim di Kampung Coklat, Kademangan, Kabupaten Blitar, Kamis (23/6). Pihak Lazisnu menyalurkan santunan kepada anak yatim.

Tampak hadir Ketua Lazisnu Jatim Dr Nur Shodiq Iskandar beserta seluruh Ketua Lazisnu Kabupaten dan Kota se-Jawa Timur. Jajaran pengurus PCNU Kabupaten Blitar seperti KH Masdain Rifai dan puluhan tamu undangan lainnya.

Lazisnu Jatim Bukber dengan Anak Yatim di Blitar (Sumber Gambar : Nu Online)
Lazisnu Jatim Bukber dengan Anak Yatim di Blitar (Sumber Gambar : Nu Online)

Lazisnu Jatim Bukber dengan Anak Yatim di Blitar

Nur Shodiq Iskandar menyampaikan, kegiatan buka puasa bersama dan pemberian santunan kepada anak yatim merupakan bagian kegiatan yang dilakukan Lazisnu Jatim,menyusul kegiatan lainnya.

PKB Kab Tegal

Menurutnya, seorang muslim yang memiliki kemampuan berupa materi harta diwajibkan untuk membantu sesama muslim yang tidak mampu melalui perantara zakat. Baik itu zakat dalam rangka membersihkan harta (zakat mal) atau zakat yang bertujuan untuk membersihkan jiwa setelah menunaikan ibadah puasa Ramadhan (zakat fithrah).

“Selain memenuhi perintah? Allah SWT dan Rasulullah SAW, zakat berfungsi tersendiri dalam mengurangi angka kemiskinan manusia, khususnya di kalangan muslimin.” katanya.

PKB Kab Tegal

Zakat bisa membuka pintu kasih sayang Tuhan lantaran doanya orang fakir miskin. Sebab seorang fakir miskin ketika berdoa meminta belas kasih kepada Allah SWT? dengan lisan maqal atau lisan hal dengan tadharru, maka terketuklah pintu kasih sayang Tuhan kepadanya dan mengabulkan doanya.

“Doa seorang fakir miskin tersebut akan terwujud pada kemaslahatan para aghniya (orang-orang kaya) yang telah me-tasharruf-kan hartanya untuk zakat. Sehingga pertolongan dan ridlo Allah dilimpahkan kepadanya, yang pada akhirnya memberikan tambahan keberkahan kepada harta dan kehidupannya,” katanya.

Sementara itu wajah-wajah ceria tampak di raut wajah semua anak-anak yatim yang hadir. Karena mereka mendapat bingkisan dari panitia satu per satu. “Alhamdulillah anak-anak tampak ceria,” kata Ketua Lazisnu Blitar Drs Ahmad Muzaki. (Imam Kusnin Ahmad/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Pesantren, Nahdlatul Ulama, Syariah PKB Kab Tegal

Sabtu, 11 Maret 2017

NU Diminta Aktif di Forum Internasional

New York, PKB Kab Tegal

Nahdlatul Ulama (NU), organisasi terbesar di Indonesia diminta meningkatkan perannya di tingkat internasional, terutama dalam upaya menciptakan perdamaian dunia. Peran dan kiprah NU yang lebih besar diharapkan mampu mengatasi berbagai masalah yang dihadapi dunia saat ini, termasuk menyangkut isu keagamaan.

Demikian hasil hasil pertemuan rombongan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), wakil tetap Indonesia di PBB, dan Sekretaris Jenderal World Conference on Relegion and Peace (WCRP) Dr Williem Vandley, di Gedung 777 UN Plasa NY, New York, Sabtu (23/9) lalu. Dalam pertemuan itu, PBNU diwakili Ketua Umum PBNU, KH Hasyim Muzadi dan Rozy Munir.

NU Diminta Aktif di Forum Internasional (Sumber Gambar : Nu Online)
NU Diminta Aktif di Forum Internasional (Sumber Gambar : Nu Online)

NU Diminta Aktif di Forum Internasional

Hasyim mengatakan, NU diharapkan meningkatkan perannya guna mengatasi permasalahan dunia, karena mempunyai massa yang cukup besar, baik di dalam, maupun di luar negeri. Apalagi, NU telah dinilai sukses dua kali mempertemukan tokoh Islam lintas aliran melalui International Conference of Islamic Scholars (ICIS).

“Jadi, NU dan ICIS diharapkan dapat digunakan sebagai konduktor untuk kepentingan perdamaian dan kesejahteraan dunia,” kata Hasyim melalui rilis yang diterima PKB Kab Tegal.

Hasyim juga diberi peluang yang lebih besar untuk lebih berperan, baik sebagai Ketua Umum PBNU, maupun sebagai Presiden WCRP yang pemilihannya dilakukan pada assambley di Kyoto Jepang, 25-29 Agustus lalu.

PKB Kab Tegal

”Sebagai ketua Umum PBNU dan presiden WCRP, saya diminta ikut dalam mengembangkan perdamaian, baik pada tingkat nasional dan regional, maupun tingkat internasional,” ungkap Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam, Malang, Jawa Timur itu.

Sebelumnya, dalam lawatan kunjungan ke Amerika Serikat (AS), Hasyim sempat menghadiri KTT Kerja sama Antar-Agama untuk Perdamaian dan bertemu Sekjen PBB Kofi Annan untuk mendaftarkan ICIS. Dengan didaftarkan di PBB, ICIS akan menjadi organisasi non-pemerintah (Non Government Organization-NGO) yang diakui oleh PBB, sehingga pada setiap sidang umum PBB, ICIS memiliki keanggotaan.

PKB Kab Tegal

Dalam waktu dekat, ICIS akan kembali menggelar pertemuan guna membahas lebih rinci kesepakatan pada ICIS II Juni lalu, termasuk untuk membicarakan kerjasama dengan konferensi negara-negara Islam (OKI). Pada pembukaan ICIS II lalu, Sekjen OKI Abdullah Badawi hadir dalam pertemuan itu dan menyepakati adanya kerjasama dengan ICIS.

“Dalam waktu dekat, kita akan menggelar pertemuan kembali guna menjabarkan hasil keputusan ICIS II lalu, termasuk membahas soal ekonomi. Soal kerjasama dengan OKI juga akan kita bahas dalam pertemuan itu,” katanya. (dtm/rif)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Aswaja, Kajian, Kajian Islam PKB Kab Tegal

33 Pramuka Santri Terpilih Ikuti ASEAN Outbound

Jakarta, PKB Kab Tegal. Setelah lewat seleksi ketat, 33 Pramuka Santri dinyatakan mendapatkan Golden Tickets untuk mengikuti ASEAN Outbound. Selama 15 hari, mereka akan melakukan pengembaraan di negara anggota ASEAN seperti Indonesia, Vietnam, Kamboja, Thailand, Malaysia, Singapura dan negara ASEAN lainnya.

33 Pramuka Santri Terpilih Ikuti ASEAN Outbound (Sumber Gambar : Nu Online)
33 Pramuka Santri Terpilih Ikuti ASEAN Outbound (Sumber Gambar : Nu Online)

33 Pramuka Santri Terpilih Ikuti ASEAN Outbound

Demikian disampaikan Direktur PD Pontren Kemenag RI Mohsen di Bumi Perkemahan Tambang Ulang, kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, Senin (8/5).

"Kemarin sudah kita umumkan. Salah satu tujuan program ini adalah memperkenalkan santri dengan budaya dari berbagai negara di ASEAN. Jika selama ini hanya mengenal negara-negara itu lewat buku, mereka sekarang mendatanginya langsung," kata Mohsen.

PKB Kab Tegal

Sebelumnya, para santri mengikuti kegiatan Perkemahan Pramuka Santri Nusantara (PPSN) yang berlangsung pada 1-7 Juni 2015. Kegiatan ini dibuka oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin yang didampingi Wakil Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka Marbawi A Katon. Perkemahan ini ditutup oleh Gubernur Kalimantan Selatan Rudy Arifin pada Ahad (7/6).

Mardhani Zuhri dari Andalan Nasional Kwarnas Gerakan Pramuka menjelaskan, selama lawatan mereka akan mengunjungi KBRI, berjumpa dengan pemimpin dan tokoh setempat, datang ke NSO (National Scout Organization) di negara-negara tersebut. Peserta juga akan menghadiri dialog dan acara kebudayaan, kemudian menuliskan di blognya masing-masing dengan bahasa Indonesia dan Inggris.

PKB Kab Tegal

"Kita memberikan akses dan jaringan kepada santri-santri pilihan. 10 atau 20 tahun lagi ini akan sangat bermanfaat bagi mereka, Indonesia dan ASEAN, utamanya dalam menjaga perdamaian. Dari sekarang mereka harus berinteraksi dengan warga ASEAN lainnya," jelas Mardhani di lokasi perkemahan, Senin (8/5).

Apresiasi juga disampaikan oleh Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka Adhyaksa Dault. "Santri sehari-hari sudah berbahasa Inggris dan Arab, jadi untuk bahasa rasanya tidak ada di kendala," kata Adhyaksa.

Ia mengingatkan pentingnya memberikan orientasi kunjungan kepada 33 Pramuka Santri itu. "Mereka duta bangsa. jadi harus memiliki banyak ilmu dan pengetahuan tentang Indonesia," tutup Adhyaksa. (Red Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Nasional, Tokoh PKB Kab Tegal

Jumat, 10 Maret 2017

Inilah Para Politisi Perempuan NU Generasi Awal

Nahdlatul Ulama (NU) memberi ruang yang cukup luas untuk kalangan perempuan. Ketika ada badan otonom yang khusus laki-laki, misalnya, pasti juga dibentuk badan otonom yang khusus perempuan. NU memiliki keyakinan bahwa kaum ibu memiliki peran tak kalah pentingnya dengan kaum bapak, baik dalam membangun bangsa dan negara, maupun dalam bidang agama. 

Pemahaman NU yang akomodatif terhadap kaum perempuan tersebut, juga tercermin dalam ranah politik. Saat NU menjadi partai politik pada 1952 dan terlibat langsung dalam pemilihan umum 1955, kaum perempuan diberi ruang yang cukup luas untuk terlibat. Hal ini terbukti dari jumlah anggota DPR hasil Pemilu 1955 tersebut. 

Inilah Para Politisi Perempuan NU Generasi Awal (Sumber Gambar : Nu Online)
Inilah Para Politisi Perempuan NU Generasi Awal (Sumber Gambar : Nu Online)

Inilah Para Politisi Perempuan NU Generasi Awal

Dari tiga partai yang memperoleh suara terbanyak pada Pemilu 1955 itu, Partai NU memiliki jumlah terbesar dalam keikutsertaan perempuan. PNI dan Masyumi yang sama-sama mengantarkan 57 tokohnya sebagai anggota, hanya empat orang perempuan yang ikut. Sedangkan NU yang mengantarkan 45 orang di parlemen, lima di antaranya adalah perempuan. 

Kelima perempuan tersebut, merupakan generasi pertama para politisi perempuan di kalangan NU. Siapa saja mereka? 

1. Asmah Sjachrunie

Asmah Sjachrunie merupakan politisi kelahiran Rantau, Kalimantan Selatan, 28 Februari 1928. Sejak muda ia telah aktif dalam kegiatan sosial. Lulusan Kjoin Joseidjo itu, terlibat dalam dunia pendidikan sejak era Jepang. Mulai dari menjadi guru bantu di Futsu Tjo Gakko di Rantau I, hingga dipercaya menjadi Wakil Kepala Futsu Tjo Gakko di Rantau III. 

PKB Kab Tegal

Aktivitas Asmah di dunia pendidikan terus berlanjut saat Indonesia telah merdeka. Ia tercatat ikut membantu mengajar di Sekolah Rakyat VI, mulai Rantau III, Batu Kulur Kandangan sampai Ulin Kandangan. Aktivitas mengajar ini, berlangsung hingga 1954.

Selain berkecimpung di dunia pendidikan, Asmah juga aktif dalam dunia militer. Di era Jepang, ia ikut dalam barisan Fujinkai (para militer perempuan). Sedangkan di era kemerdekaan, tepatnya tahun 1948-1949, ia juga tercatat sebagai anggota Angkatan Laut Republik Indonesia. Meski saat itu, ALRI belum menjadi kesatuan yang resmi. 

PKB Kab Tegal

Di NU sendiri, Asmah terlibat aktif dalam Konsulat NU wilayah Kalimantan Selatan. Ia aktif sejak tahun 1952 dalam naungan Nahdlatoel Oelama Muslimat (NOM) yang sekarang dikenal dengan Muslimat NU di Kalimantan Selatan. Aktivitasnya di NU inilah, yang mengantarkannya menjadi politisi di parlemen. Ia terpilih menjadi anggota parlemen dari dapil Kalimantan Selatan dengan nomor anggota 239. Tak hanya itu, ia juga tiga kali berturut-turut menjadi ketua umum Muslimat. 





2. Mahmudah Mawardi

Nama Mahmudah Mawardi erat kaitannya dengan Muslimat NU. Ia terpilih menjadi Ketua Umum Muslimat NU hasil kongres Ke-IX 1967. Pengabdiannya sendiri dalam gerakan perempuan di lingkungan NU, telah dirintisnya sejak Muslimat NU belum didirikan. Perempuan kelahiran Solo, 1912 itu, aktif sejak usianya belum genap 20 tahun. 

Pada 1931 ia mendirikan organisasi wanita lokal di Solo. Organisasi tersebut diberi nama Nahdlatul Muslimat. Salah satu gerakannya adalah mendirikan lembaga pendidikan. Mulai dari TK, Madrasah Ibtidaiyah hingga Madrasah Nahdlatul Muslimat. Di sekolah terakhir ini, Mahmudah terdaftar menjadi tenaga pengajar sejak 1953.

Sebelum terlibat di dunia politik, Mahmudah juga pernah berkarir di dunia birokrasi. Pada 1952 ia menjadi pegawai Penerangan Agama Provinsi Jawa Tengah. Lalu, dua tahun kemudian, ia menjadi pegawai Kementerian Agama di Jakarta. 

Setelah terpilih menjadi anggota parlemen dengan nomor anggota 85, Mahmudah terlibat aktif dalam penyusunan RUU Perkawinan. Ia menjadi juru bicara fraksi NU. Dalam RUU yang diajukan oleh Nyonya Sumari dari fraksi PNI tersebut, dikritisi habis-habisan oleh politisi lulusan Madrasah Sunnayah dan Pesantren Keprabon, Solo itu. 

NU dan Masyumi menolak RUU Perkawinan yang dinilai banyak menyimpang dari aturan syara tersebut. Sedangkan PNI dan PKI berada di pihak yang mendukung. Setelah melalui perdebatan sengit di sidang parlemen, akhirnya RUU tersebut dinyatakan tertolak. 

3. Mariam Kanta Sumpena

Selain Mahmudah Mawardi, dari Dapil Jawa Tengah juga mengantarkan Mariam Kanta Sumpana sebagai anggota Fraksi NU pada Pemilu 1955 itu. Meski terpilih dari Jawa Tengah, namun ia sebenarnya banyak berkiprah di Jawa Barat. 

Mariam lahir di Tasikmalaya di penghujung Agustus, 1927. Ia menempuh pendidikan mulai dari Sekolah Rakyat Gadis, Perguruan Muchtariah hingga Tamhidul Muallimin.

Setelah menyelesaikan masa belajarnya, Mariam mengajar di Bandung. Pada 1941 - 1945, ia mengajar agama di Sekolah Rakyat Nomor 39. Kemudian pada 1951 - 1956, ia pindah mengajar agama Sekolah Rakyat Raden Dewi. Di sela-sela aktivitasnya di sekolah, Mariam juga menjadi ketua di organisasi wanita. Pada 1942 - 1946, menjadi ketua umum Gerakan Pemuda Islam Indonesia Puteri di Bandung. Sekaligus juga menjadi ketua umum Pemudi NU Cabang Bandung. 

Kegiatannya dalam dunia politik, telah dirintis Mariam sejak era NU gabung Masyumi. Pada 1947 - 1951, ia menjabat sekretaris Masyumi daerah Priangan. Di saat yang sama ia juga menjadi sekretaris Muslimat NU Cabang Bandung. Pada 1951, ia naik menjadi wakil ketua konsul Muslimat Jawa Barat. Jabatan terakhir tersebut, dijabat hingga ia terpilih menjadi anggota parlemen dengan Nomor 195.

4. Marjamah Djunaidi

Tak banyak data yang tercatat tentang sosok Marjamah Djunaidi ini. Anggota parlemen dengan nomor urut 207 tersebut, lahir di Jember pada 15 September 1922. Pendidikannya ia rengkuh hanya dari pengajian langgaran di kampung halamannya dan juga di Taman Siswa. 

Sebenarnya, Marjamah telah terlihat sebagai perempuan aktif sejak muda. Di masa Belanda, ia menjadi anggota KBI. Selain itu juga masuk dalam organisasi Indonesia Muda. Di NU sendiri, ia aktif di Muslimat. Saat terpilih dari Dapil Jawa Timur, ia merupakan mantan Ketua Konsul Muslimat Jawa Timur. 

5. Hadinijah Hadi Ngabdulhadi

Sebenarnya, Hadinijah Hadi Ngabdulhadi tidak terpilih secara langsung dalam Pemilu 1955. Ia menggantikan Haji Fatah Jasin yang berhalangan tetap sebagai anggota parlemen. Ia terpilih dari Dapil Jawa Timur. 

Meski terpilih dari Dapil Jatim, Hadinijah memiliki pengalaman yang lintas daerah. Ia sendiri terlahir di Purwokerto, 5 Januari 1928. Kemudian menempuh pendidikan di Muallimat dalam Sekolah Guru Puteri Islam. Kemudian, ia pindah ke Barabai, Kalimantan Selatan. 

Di Barabai tersebut, Hadinijah aktif mengajar di Sekolah Rakyat Islam Haruyan sejak 1945 hingga 1947. Kemudian pindah mengajar di Muallimat Barabai hingga 1949. Selain sibuk mengajar, Hadinijah juga terlibat dalam organisasi kewanitaan. Ia pernah menjabat Ketua Cabang Perwani (Persatuan Wanita Indonesia) Barabai. Ia juga pernah menjadi Wakil Ketua Cabang Gappika (Gerakan Pemuda Pemudi Kalimantan) Barabai. 

Pada 1950, Hadinijah pindah ke Desa Balong, Kecamatan Kandat, Kediri, Jawa Timur. Di tempat baru ini, ia kembali mengajar di Sekolah Rakyat Islam di kampung barunya tersebut. Pada saat yang bersamaan ia juga aktif dalam kepengurusan Konsul Muslimat NU Jawa Timur. Sebenarnya, pada Pemilu 1955, Hadinijah justru menjadi Panitia Pemilu sebagai Wakil Ketua PPS Kecamatan Kandat, Kediri sebagai utusan dari Partai NU. Pada saat itu, memang diperbolehkan utusan partai untuk terlibat dalam kepanitiaan. Namun, justru ia yang menjadi anggota parlemen saat terjadi pergantiaan. Posisinya sebagai Ketua Konsul Muslimat NU Jatim itulah, yang menjadi pertimbangannya. 

Sebenarnya, selain kelima anggota DPR di atas, pada masa awal NU menjadi partai politik tersebut, ada juga beberapa politisi perempuan di kalangan NU yang berkiprah di tingkat Nasional. Mereka adalah orang-orang yang terpilih sebagai anggota konstituante. Ada enam politisi perempuan NU yang terpilih. 

Keenam anggota konstituante dari perempuan nahdliyin tersebut antara lain: Ny. H. Saifuddin Zuhri (wakil Jawa Tengah), Ny. Adiani Kertodirdjo (wakil Jawa Timur), Ny. Ratu Fatimah (wakil Jawa Barat), Ny. Abidah Mahfudz (wakil Jawa Timur), Ny. Nihayah Maksum (wakil Jawa Timur), dan Ny. Zamrud Yala (wakil Sulawesi Selatan).

Merekalah para politisi perempuan nahdliyin generasi awal. Kehadirannya tak sekadar melengkapi struktur, tapi juga memiliki peran yang cukup signifikan. Ia turut mewarnai kancah politik guna membangun bangsa dan negara. (Ayung Notonegoro) 





Sumber: 

1. Parlaungan, Hasil Rakjat Memilih; Tokoh-Tokoh Parlemen (Hasil Pemilu Pertama - 1955), CV. Gita, Jakarta: 1956.

2. ---, Sejarah Muslimat Nahdlatul Ulama, PP Muslimat NU, Jakarta: 1979.

3. ---, Ensiklopedia Nahdlatul Ulama: Sejarah, Tokoh dan Khazanah Pesantren. 





Penulis adalah penggiat sejarah pesantren dan NU di Banyuwangi, aktif di Komunitas Pegon

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Humor Islam PKB Kab Tegal

Senin, 06 Maret 2017

Hidup Gus Dur Untuk Umat

Demak, PKB Kab Tegal. KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tidak akan habis untuk dibahas, mulai dari segi pemahaman agamanya, ke-NU-annya, perjuangannya, sifat nyeleneh dan kontroversialnya, humornya, sampai sifat kewaliannya.

Demikian dalam tahlil umum dan pengajian kebangsaan yang dihadiri KH Yahya C. Staquf (Katib Syuriyah PBNU), KH Nuril Arifin (mantan komandan Pasukan Berani Mati (PBM) dan KH Buchori Masruri (mantan ketua PWNU Jateng)

Hidup Gus Dur Untuk Umat (Sumber Gambar : Nu Online)
Hidup Gus Dur Untuk Umat (Sumber Gambar : Nu Online)

Hidup Gus Dur Untuk Umat

Tahlil umum dan pengajian kebangsaan diselenggarakan oleh Majelis Wakil cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Demak kota bekerjasama dengan pondok pesantren di lingkungan Demak Kota bertempat di Masjid Agung Demak, Sabtu 23/9 kemarin.

Gus Yahya yang mantan juru bicara presiden Gus Dur itu menceritakan kepada jamaah tentang kegigihan Gus Dur dalam berjuang yang tidak mengenal capek, sakit dan pantang menyerah ketika ia mempunyai keinginan untuk kepentingan umat

PKB Kab Tegal

"Selama saya mendampingi beliau jadi presiden pernah dalam perjalanan dinas di Sumatra sampai dua hari dua malam tidak istirahat, sesampainya dibandara dilanjutkan ke luar negeri yaitu ke Barcelona,” tuturnya.

PKB Kab Tegal

Gus Yahya menambahkan, dalam hidupnya Gus Dur hanya ingin masyarakat islam menjadi muslim sejati sepanjang sejarah yang bisa memelopori dirinya sendiri dan agama lain dalam kehidupannya,

"Gus Dur berjuang agar umat itu ingat atas ruhaniyah agama, jangan punya niat berontak kepada Allah," tambahnya

Sementara itu KH Nuril Arifin mengawali tausiyahnya dengan syiiran Gus Dur tanpo waton dengan harapan jamaah selalu mengingat sang Guru bangsa tersebut saat syiir dilantunkan, dan menjadi kenyataan saat syiir tersebut baru di baca langsung di sambung oleh ribuan Nahdliyin yang hadir

"Karena kita malam ini memperingati nyewu Gus Dur monggo kita awali dengan syiiran Gus Dur," tukas Kiai Nuril   

Dalam amaliah sehari hari K Nuril mengajak pada jamaah untuk selalu menambah keyakinan serta memantapkan diri untuk mengikuti ajaran para  ulama dan kyai NU. "Sing penting trisno, cinta dan khusnudhon sama kiai," ajaknya

Sedangkan KH Bukhori Masruri yang didapuk sebagai pembicara terakhir lebih banyak menyoroti pemikiran Gus Dur yang ilmiah, nyleneh dan sulit diterima masyarakat karena kejadian akan diketahui beberapa bulan hingga beberapa tahun kemudian dan penyampaiannya itu diutarakan dalam seminar maupun forum resmi lainnya

"Gusdur itu cerdas, saya menyaksikan itu, kalau ada yang bilang Gus Dur wali silahkan," tegasnya

Saking nylenehnya Gus Dur, K Bukhori menceritakan saat beliau minta bertemu PM Iran  untuk berdialog tentang nasib negara Timur Tengah namun ada persyaratan dari Perdana mentri Iran Hasyemi Rafsanjani tersebut yaitu mau ketemu Gus Dur asal tidak ngantuk persyaratan itu pun diiyakan Gus Dur. Namun saat bertemu PM Iran tersebut pun ia tetap mengantuk. Anehnya, saat berbicara semua pertanyaan terjawab dengan benar,

"Saat dialog dengan Hasyemi Rafsanjani Gus Dur nggih tetep ngorok, namun Gus Dur bisa menjawab pertanyaan PM Iran itu," cerita Kiai Buchori. “Habis dialog PM Iran pun acung jempol dan menyatakan kesalutan terhadap kecerdasan Gus Dur,” tambahnya.

Di akhir pidatonya Kiai Bukhori mengajak warga Nahdliyin untuk selalu berpegang dan memantapkan diri dalam mengamalkan Aswaja mengikuti ulama dan kiai NU seperti yang dilakukan oleh pemimpin NU sekaliber Gus Dur. Ia selalu mangajak umat manusia mengamalkan ajaran agama yang ada disekitarnya selama tidak bertentangan dengan syariat Islam seperti halnya ajaran Wali Songo, sehingga bisa diterima oleh masyarakat sekitar.

"Wali songo itu tidak mengislamkan Jawa tapi menjawakan Islam yaitu mengamalkan ajaran Islam sesuai budaya Jawa," ajaknya

Redaktur     : A. Khoirul Anam

Kontributor : A.Shiddiq Sugiarto

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal RMI NU PKB Kab Tegal

Kamis, 02 Maret 2017

Meneguhkan Islam Nusantara Menuju Kemandirian Ekonomi Warga

Ekonomi merupakan salah satu di antara tiga aspek program yang diamanatkan oleh Muktamar ke-33 NU di Jombang tahun 2015. Hal tersebut didasrakan atas keasadaran abahwa ekonomi merupakan pilar sekaligus tonggak untuk melecut kemandirian serta kesejahteraan warga. Selain ekonomi, Muktamar mengamatkan dua aspek lagi: pendidikan dan kesehatan. Ketiga aspek tersebut memiliki bobot nilai yang sama, harus berjalan seiring dan seirama.

Secara tegas muktamar mengamanatkan pada PBNU salah satunya untuk menyusun platform ekonomi keumatan sesuai dengan khittah konstitusi dan khittah NU sebagai organisasi dîniyyah ijtimâ’iyyah. Platfom yang dimaksud tersebut adalah platform yang harus menggambarkan pandangan dan sikap NU terhadap pembangunan nasional, haluan pembangunan nasional, dan rencana kerja NU dalam menggerakan kegiatan ekonomi umat dan organisasi.

Meneguhkan Islam Nusantara Menuju Kemandirian Ekonomi Warga (Sumber Gambar : Nu Online)
Meneguhkan Islam Nusantara Menuju Kemandirian Ekonomi Warga (Sumber Gambar : Nu Online)

Meneguhkan Islam Nusantara Menuju Kemandirian Ekonomi Warga

Kaitannya dengan perkembangan ekonomi, Bappenas tahun 2015 merilis data tingkat ketimpangan ekonomi antarpenduduk atau rasio gini di Indonesia masih berada pada kisaran angka 0,413. Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun yang sama juga merilis data bahwa jumlah masyarakat miskin di Indonesia masih sebesar 11,2 persen atau sekitar 28 juta penduduk. Jumlah tersebut masih sangat besar. Dan fakta berbicara bahwa warga NU rata-rata masih masuk ke dalam golongan 28 juta penduduk tersebut.

Nahdlatul Ulama (NU) sebagai sebuah organisasi sosial keagamaan memiliki peran strategis dalam kehidupan umat. NU didirikan salah satunya bertujuan untuk kemaslahatan umat yang antara lain bisa ditempuh melalui jalur? pemberdayaan ekonomi.

PKB Kab Tegal

Pada 1938, NU mendirikan apa yang ketika itu disebut dengan importhandel dan exporthandel, yang keduanya diperuntukkan guna mengurusi kegiatan ekspor-impor atau perdagangan luar negeri. Hal ini diputuskan secara resmi di Muktamar Menes, Banten.

Setahun setelah keputusan tersebut, yakni pada tahun 1939 pada forum muktamar yang digelar di Magelang, sebagai sebuah upaya untuk memberi landasan dalam menjalankan ekonomi dan bisnis, NU merumuskan konsep mabadi khoiro ummah yang berisi tiga poin utama. Ketiga poin itu adalah: as-shidqu (kejujuran), alwafa bil ahdi (menepati janji), dan at-ta’awun (saling tolong-menolong).

PKB Kab Tegal

Tiga prinsip tersebut adalah landasan yang harus dipegangi oleh warga NU dalam segala hal, utamanya menyangkut kegiatan ekonomi dan bisnis. Dengan tiga prinsip tersebut, turbulensi dan mekanisme berbisnis warga NU diharapkan bisa berjalan dengan lancar, stabil, dan yang paling utama adalah berkah. Apa yang disebut terakhir, yakni keberkahan, adalah tujuan paling paripurna yang dicita-citakan konseptor mabadi khoiro ummah di atas.

Sebagai bagian dari upaya mengembangkan dan menyempurnakan tiga pilar tersebut, pada tahun 1940 KH. Mahfud Shiddiq yang kala itu bertindak sebagai ketua HB NU (istilah sekarang ketua umum PBNU) menambahkan dua prinsip penyempurna yang terdiri atas: al-adalah (keadilan) dan Istiqomah (konsistensi).

Maka jelas, pada tahun 1940 mabadi khairo ummah yang berisikan lima prinsip kemandirian ekonomi dan harus diimplementasikan saat berbisnis diharapkan bisa menjadi alas pijak bagi kemandirian ekonomi umat.

Senyampang dengan itu, NU meyakini bahwa ekonomi bukan saja harus tumbuh, namun lebih dari itu aspek lain yang harus dicapai adalah ekonomi harus merata. Pertumbuhan dan pemerataan adalah dua aspek yang harus berjalan beriringan, tanpa harus menegasikan satu dengan yang lainnya.

PBNU dengan berlandaskan semangat Islam Nusantara melalui Rapat Pleno 23-25 Juli 2016 di Pesantren KHAS Kempek Cirebon yang mengangkat tema “Meneguhkan islam Nusantara Menuju Kemandirin Ekonomi Warga” berkomitmen penuh untuk menggerakkan ekonomi nahdliyyin khususnya dan warga Indonesia pada umumnya.

Cirebon, 24 Juli 2016

? ? ? ? ?

? ? ? ? ?

Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, MA ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? DR. Ir. H. A. Helmy Faishal Zaini

Ketua Umum? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? Sekretaris Jenderal

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Ubudiyah PKB Kab Tegal

Rabu, 01 Maret 2017

Radio Aswaja Terfavorit di Soloraya Peringati Harlah ke-6

Sukoharjo, PKB Kab Tegal. Radio Al-Hidayah FM yang menjadi satu-satunya radio Aswaja terfavorit di kalangan Nahdliyyin Soloraya, Sabtu (7/3) memperingati harlah ke-6 dengan mengundang habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf untuk memandu pembacaan maulid Simthud Durror.

Acara yang digelar di depan studio Al-Hidayah jalan Ir Sukarno nomor 38 Solo Baru, Sukoharjo ini dihadiri para kiai, habib, dan pejabat pemerintahan mulai dari lingkungan pemerintahan setempat hingga pejabat pusat.

Radio Aswaja Terfavorit di Soloraya Peringati Harlah ke-6 (Sumber Gambar : Nu Online)
Radio Aswaja Terfavorit di Soloraya Peringati Harlah ke-6 (Sumber Gambar : Nu Online)

Radio Aswaja Terfavorit di Soloraya Peringati Harlah ke-6

Tampak terlihat seorang warga asing asal Munchen, Jerman yang belum bisa berbahasa Indonesia. Namun kehadirannya di atas panggung untuk menyatakan kalimat syahadat.

PKB Kab Tegal

Sedangkan Ustadz Ahmad Al-Habsyi dalam ceramahnya mengajak jamaah agar mendahulukan menghormati kiai daripada  pejabat, “Jika tamu undangan di situ ada kiai dan presiden, maka yang pertama kali harus dihormati adalah kiai bukan presiden,” ujarnya.

PKB Kab Tegal

Karena memang kedudukan kiai lebih terhormat. Jika ada kiai wafat, maka untuk mencari penggatinya mungkin butuh waktu puluhan tahun. Tetapi presiden wafat di suatu malam, paginya sudah ada puluhan orang antre untuk menjadi penggati, imbuhnya.

Namun disayangkan akhir-akhir ini banyak orang memperlakukan kiai seperti pendorong mobil mogok. Kalau mobilnya sudah jalan, si pendorong pun hanya mendapat asap mobilnya. Kami berharap ini tidak terjadi saat pemilu nanti, pungkasnya. (Ahmad Rosyidi/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Pondok Pesantren, Ubudiyah PKB Kab Tegal