Selasa, 27 September 2016

KH Muhaimin Asnawi: Barokahnya Mbah Munawwir Banyak

Yogyakarta, PKB Kab Tegal. KH Muhaimin Asnawi, pengasuh Pesantren Al-Asnawi Salamkanci, Bandongan, Magelang, memberikan taushiyah dalam haulnya Mbah Moenawwir yang ke 75, Kamis (10/4) bada isya di halaman pesantren Al-Munawwir, Krapyak, Yogyakarta.

Dalam taushiyahnya, KH Muhaimin Asnawi menjelaskan bahwa pada saat acara haul, pasti yang dibicarakan adalah tentang kematian. "Kita sadar atau tidak, kita adalah kader mayit. Karena kader mayit, maka ditatar kemayitan kita," tambahnya.

KH Muhaimin Asnawi: Barokahnya Mbah Munawwir Banyak (Sumber Gambar : Nu Online)
KH Muhaimin Asnawi: Barokahnya Mbah Munawwir Banyak (Sumber Gambar : Nu Online)

KH Muhaimin Asnawi: Barokahnya Mbah Munawwir Banyak

Ia berpesan bahwa ketika orang mau meninggal, berprasangka baiklah kepada Allah Swt. insya Allah dosanya diampuni. "Kalau orang sebelum meninggal kok sakit, maka itu akan mengurangi dosanya jika ia sabar," tuturnya.

PKB Kab Tegal

Menurutnya, kalau orang sakit sebelum meninggal merupakan momen untuk mempersiapkan diri. "Tadi dijelaskan bahwa meninggalnya Mbah Moenaweir adalah karena sakit. Ketika ulama sakit itu menjadi hari raya, mereka merasa bahagia," ungkapnya. (Nur Sholikhin/Anam)

PKB Kab Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Kajian PKB Kab Tegal

Senin, 26 September 2016

Siswa Sekolah NU ini Bikin Aplikasi E-Voting

Lamongan, PKB Kab Tegal. Mencoblos dan mencontreng adalah hal yang biasa dalam pemilu. Ada yang tidak biasa diterapkan oleh MA Matholi’ul Anwar Simo. Lembaga pendidikan yang didirikan di bawah naungan Lembaga Pendidikan Ma’arif NU dan beralamatkan di Simo Kecamatan Karanggeneng Kabupaten Lamongan ini melakukan pemilu raya dengan sistem E-Voting atau pemilihan langsung dengan sistem elektronikdalam rangka memilih Ketua dan Wakil Ketua OSIS, IPNU-IPPNU, dan Dewan Ambalan Pramuka.

Siswa Sekolah NU ini Bikin Aplikasi E-Voting (Sumber Gambar : Nu Online)
Siswa Sekolah NU ini Bikin Aplikasi E-Voting (Sumber Gambar : Nu Online)

Siswa Sekolah NU ini Bikin Aplikasi E-Voting

Yang luar biasa, program aplikasi E-Voting disiapkan dan dibuat sendiri oleh Siswa Unggulan IPA Program Teknologi Informatika yang bekerja sama dengan PIKTI-ITS Surabaya.? Program ini dibuat dengan menggunakan platform VB.NET dengan database Microsoft Access.

Sistem pemilu ini dinilai lebih efisien dibanding dengan pemilihan langsung dengan cara manual. Untuk proses pemilihan dengan jumlah hak pilih 1422 dengan model tiga pemilihan yakni pemilihan OSIS, IPNU-IPPNU, dan Pramuka hanya membutuhkan waktu 90 menit. Pemilihan yang berlangsung 2 Oktober lalu ini dimulai pukul 09.00 itu selesai pukul 10.30. “Lebih cepat dan lebih hemat,” tegas Waka Kesiswaan MA Matholi’ul Anwar Simo, Ahmad Fauzan.

PKB Kab Tegal

Proses pelaksaan E-Voting ini terbilang mudah dan sederhana. Setiap siswa yang datang ke bilik suara tinggal memasukkan nomor induk siswa sesuai dengan gendernya. Jika cocok, maka akan terlihat gambar calon Ketua dan Wakil Ketua OSIS, dan IPNU-IPPNU di dalam komputer. “Setiap siswa diberi kartu panggilan yang berisi nomor induk dan gender (jenis kelamin)”. kata salah satu panitia, Mudzakir.

PKB Kab Tegal

Dalam E-Voting ini, ada sepuluh bilik suara. Setiap bilik ada satu komputer, dan setiap komputer yang ada di dalam bilik itu, terhubung ke satu komputer yang menjadi server, yang dihubungkan dengan menggunakan jaringan LAN (Lokal Area Netwrork),” ujar Fachri (Siswa Kelas XI.3 yang menjadi Ketua tim pembuat Aplikasi E-Voting).

Meskipun pagi itu di MA Matholi’ul Anwar Simo terkesan tidak ada aktifitas belajar-mengajar, tapi justru di sinilah proses pembelajaran aktif-implemetatif telah terjadi. Siswa diajak mengimplementasikan materi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, tentang demokrasi. Ini juga sebagian dari latihan menyuarakan hak suara tanpa didasarkan pada tendensi apapun, terutama money politic. Inilah gambaran pemilu yang baik dan benar yang seharusnya dipraktikkan oleh semua warga negara. Pemilu tanpa money politic dan hanya berdasar pada hati nurani. (Ahmad Ubaidillah/Anam)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Bahtsul Masail, News PKB Kab Tegal

Minggu, 25 September 2016

Ansor Way Kanan Paparkan Migrasi Aman

Way Kanan, PKB Kab Tegal. Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Way Kanan, di Blambangan Umpu, Kamis (30/10) memaparkan migrasi aman kepada puluhan anggota Darma Wanita Persatuan (DWP) di daerah yang berada di ujung utara Provinsi Lampung itu.

"Manusia bukan sampah tapi makhluk bermartabat. Perdagangan orang harus dihentikan," ujar Direktur Program Ansor Digdaya (Mendidik Generasi Memberdayakan Masyarakat) Kabupaten Way Kanan Heri Amanudin.

Ansor Way Kanan Paparkan Migrasi Aman (Sumber Gambar : Nu Online)
Ansor Way Kanan Paparkan Migrasi Aman (Sumber Gambar : Nu Online)

Ansor Way Kanan Paparkan Migrasi Aman

Perdagangan orang atau human traficking, demikian Heri menjelaskan, ialah pengrekrutan, pengangkutan, pemindahan, penampungan atau penerimaan manusia melalui ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentuk lain pemaksaan, penculikan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan atau pemberian atau penerimaan pembayaran atau manfaat guna mendapatkan persetujuan seseorang yang memiliki kuasa atas orang lain.

PKB Kab Tegal

"Bentuk-bentuk perdagangan orang yang umum terjadi ialah eksploitasi seksual, antara lain, pelacuran, pelecehan seksual dan lain sebagainya. Namun adapula eksploitasi fisik hingga organ tubuh," papar Heri.

Guna menghindari perdagangan orang, ujar Heri lagi, setiap mau berangkat keluar negeri harus diketahui dengan jelas agennya, calon pekerja harus memenuhi syarat-syarat migrasi aman, yakni terlengkapinya data diri hingga surat dari institusi terkat yang jelas.

PKB Kab Tegal

PC GP Ansor Way Kanan bekerja sama dengan International Organization for Migration (IOM) Indonesia dan Justice Peace Integrity of Creation (JPIC) FSGM untuk mengkampanyekan migrasi aman di daerah yang memiliki 227 kampung/kelurahan dari 14 kecamatan yang berada di sebelah utara Kabupaten Lampung Utara tersebut selama satu tahun. (Gatot Arifianto/Mahbib)

Foto: Direktur Program Ansor Digdaya Way Kanan Heri Amanudin menyampaikan materi migrasi aman

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal News, Kajian, Humor Islam PKB Kab Tegal

Rabu, 21 September 2016

Khilafah Produk Sejarah, Bukan Syariah

Moh. Sholeh pernah menjabat sebagai ketua PMII Jakarta Pusat (1997-1998), pada tahun 2000-2002 ia Fungsionaris PB PMII, ia pun banyak berkecimpung sebagai peneliti di Komisi VIII DPR RI dan Indonesia Politician Index, Jakarta. Penelitian nya yang ia ajukan untuk memenuhi syarat kelulusan S2 Konsentrasi Pemikiran Islam di UIN Sunan Ampel Surabaya menghasilkan buku ini. Buku ini terasa unik juga diakronik. Karena Ia memaparkan sejarah kelembagaan kekuasaan dan politik Islam, secara jernih, runtut dan renyah.

Terasa unik karena ia memiliki sudut pandang yang berbeda terhadap relasi antara agama dan politik, dalam pengantarnya ia mengatakan bahwa dalam perspektif tali-temali agama dan politik, terdapat dua pertanyaan mendasar, yaitu agama dalam arti what does religion do for other? Dan what is religion? Menurut Moh Sholeh, secara empirik bagi umat Islam terdapat tiga paradigm terkait dengan relasi Islam dan Politik.?

Pertama, Integrated Paradigm, yang menyatakan bahwa wilayah agama merupakan lembaga keagamaan sekaligus lembaga politik. Pemerintah Negara diselenggarakan atas dasar kedaulatan ilahi (divine sovereignty), secara faktual model ini dijalankan di Iran. Kedua Symbiotic Paradigm,yaitu pandangan yang menyatakan bahwa agama dan Negara berhubungan secara simbiotik, dalam arti berhubungan secara timbal balik dan saling membutuhkan. Dalam hal ini Negara membutuhkan agama sebagai pijakan kekuatan moral sehingga dapat menjadi alat mekanisme kontrolnya.

Khilafah Produk Sejarah, Bukan Syariah (Sumber Gambar : Nu Online)
Khilafah Produk Sejarah, Bukan Syariah (Sumber Gambar : Nu Online)

Khilafah Produk Sejarah, Bukan Syariah

?

Di antara ulama yang pemikirannya bias digolongkan dalam model ini adalah Imam al-Mawardi. Ulama lain yang pemikirannya masuk kedalam paradigm ini adalah Imam al-Ghazali. Ketiga, Secularistic Paradigm, yang memandang relasi antara agama dan dan Negara harus terpisah. Pandangan inilah yang menolak dengan tegas Paradigm Integrated maupun symbiotic. Dalam pandangan secularistic paradigm tugas Nabi Muhammad SAW tak lebih dari tugas kenabian bukannya kekuasaan (innaha nubuwah la mulk) sebagaimana nabi terdahulu.

Masih dalam pandangan secularistic paradigm, Moh. Sholeh menjelasaskan bahwa urusan keduniaan Nabi SAW diserahkan kepada umatnya (antum a’lamu bi umuri dunyakum), termasuk urusan politik. Lebih jauh secularistic paradigm ini menyatakan bahwa islam tidak memiliki kaitan apapun dengan sistema kekhalifahan, sehingga sistem kekhalifahan adalah tergolong urusan duniawi murni. Secara umum pendukung secularistic paradigm ini selalu menyuarakan bahwa belief is one thing, and politics is another. Pandangan atas secularisticparadigm ini diusung oleh Al-Syaikh Ali Abdu al-Raziq.

PKB Kab Tegal

Sejarah membuktikan bahwa setelah Rasulullah Muhammad SAW kembali keharibaan-Nya, persoalan yang muncul justru bukan masalah aqidah, melainkan politik. Saya sangat setuju dengan Penulis Buku ini, agama dan Negara sebagai inti politik merupakan dua institusi yang mempunyai pengaruh besar dan kuat bagi manusia. Hanya untuk agama dan Negara, terkadang manusia rela mengorbankan dirinya, baik harta maupun nyawa. Tentu dengan motif yang relatif pula, baik dalam rangka mendapatkan gelar syahid dalam pandangan agama, atau mendapat gelar pahlawan dalam pandangan Negara.

PKB Kab Tegal

Dalam buku ini seolah-olah Moh. Sholeh ingin mengajak kita untuk mengingat kembali bahwa dalam sejarah, khilafah dikenal sebagai institusi politik Islam pengganti atau penerus Rasulullah SAW sebagai pembuat hukum dalam urusan agama dan politik. Terlepas dari secara etimologis kata khilafah yang berarti perwakilan atau pengganti. Konsep Khilafah yang sampai pada generasi kita ini apakah murni untuk mendapat gelar Syahid? Pahlawan? Atau memang sudah bergeser pada kepentingan lain? Moh. Sholeh menguraikan mengenai itu semua, termasuk bagaimana suksesi gerakan Khilafah melalui Revolusi, Sistem Negara Islam Klasik: Akar Teori Khilafah, termasuk pergulatan Formulasi Teori Khilafah.?

Lebih jauh lagi, dalam buku ini membahas bab-bab yang tidak terjangkau oleh penulis lain, yang menyoroti dan mengkritisi gerkan Khilafah, Moh. Sholeh menyuguhkan beberapa bab khusus mengenai bentuk-bentuk Negar dalam Islam, diantaranya ada; Khilafah, Mulk, Daulah, Imamah. Bab yang tidak kalah menarik adalah ketika ia bercerita tentang berbagai macam Organisasi Pengusung Restorasi Khilafah. Dengan bahasa yang sangat mengalir, saya dibuat tercengang oleh Moh. Sholeh, karena ia mengungkapkan data bahwa bukan hanya Hizbut Tahrir Islami saja yang mengusung Restorasi Khilafah, Ada empat organisasi yang disebutkan oleh Dosen Universitas Islam Attahiriyah Jakarta ini. bahkan organisasi ini benar-benar diluar dugaan saya.

Karya Moh. Sholeh ini dapat kita pakai sebagai petunjuk memahami pernak pernik seputar Khilafah, mulai dari kisah dramatis Musthafa Kaml Attaruk, Ali Abdul Raziq, Hassan Al-Banna, Muhammad Bin Abdul Wahhab, Wahabisme, Saudi Arabia dan Tanah Kaum Salafi. Hingga pola Suksesi dalam Institusi Negara Khilafah dari Khulafa’ al-Rasyidin sampai periode Turki Usmani. Setelah Istana Publishing Yogyakarta menerbitkan dalam buku ini, masihkah secara buru-buru kita mengklaim bahwa Khilafah adalah ancaman untuk Negara Indonesia? Sedangkan dari Judul bukunya saja sudah sangat jelas bahwa “Khalifah Sebagai Produk Sejarah, Bukan Produk Syari’ah.”

Buku ini menyuguhkan ulasan mendetail, runtut dan diutarakan dengan sangat apik oleh Moh. Sholeh mengenai perjalanan Khilafah di Era Modern, dari Kongres ke Kongres; Kongres awal, efek Libia dan Iran, Kongres-kongres kelompok, hingga konferensi Khilafah di Jakarta pada tahun 2007. Termasuk diakronik karena dalam buku ini juga membahas tentang Khilafah, Sekularisme dan Nation State; Pengalaman Bangsa-bangsa Muslim musal persinggungan. Mulai dari Turki Usmani, Arab, Mesir, Aljazair, Iran, Asia Selatan, Indonesia Hingga Malaysia.

Karena kehati-hatian (penulis) dalam mengutip pendapat para ulama, ahli dan kelompok-kelompok yang berbeda pendapat memaknai kesejatian khilafah, saya kira karena itulah buku ini sangat demokratis dan memberi tawaran yang sangat istimewa kepada Para pendukung dan pengikut Khilafah di Indonesia yang barangkali ingin kembali mencintai Negaranya sendiri?

Sebagaimana realitas empirik menunjukkan bahwa masih banyak diantara Umat Islam yang menyadari bahwa tatanan masyarakat Madinah yang didirikan oleh Muhammad SAW adalah identik dengan “Negara” yang plural secara suku dan keyakinan agama. Mereka terdiri dari suku-suku Arab Islam, baik dari Makkah dan Madinah, serta suku-suku di luar keduanya. Masyarakat Madinah juga terdiri dari suku-suku Yahudi, Nasrani, Majusi, bahkan mereka masih musyrik. Sebagai landasan Negara baru tersebut, saat itu Rasulullah SAW memproklamasikan “Konstitusi Dasar” yang kemudian lebih dikenal dengan nama “Mitsaq Madinah” atau piagam Madinah.?

Perlu kita ingat lagi, bahwa dengan Piagam Madinah yang terdiri dari 47 pasal itu. Nabi SAW telah meletakkan sendi-sendi kehidupan Nation State untuk masyarakat yang majemuk secara etnis dan agama yang mana secara jelas inti pasal-pasal Piagam Madinah dilukis dengan tinta baru dalam buku Ini. Lebih lanjut, mukaddimah Piagam Madinah tersebut menegaskan bahwa semua penduduk Madinah yang bersifat majemuk itu adalah satu bangsa (innaha ummah wahidah).

Berdasarkan oenegasan itu pula para kiai di Indonesia berpendapat bahwa bangsa dibangun dan didirikan tidak berdasarkan agama saja (based on religion), tetapi berdasarkan pluralitas (based on plurality). Berdasarkan piagam tersebut mereka meyakini bahwa NKRI yang berdasarkan UUD 1945 adalah upaya final bagi umat Islam dalam rangka mendirikan sebuah Negara.?

Hadirnya buku yang berani mengungkap sejarah seperti ini tidak bisa dihindarkan dari ruang public kita, terutama untuk generasi yang kurang memahami sejarah Islam dan Politik dunia. Karena setelah Rasulullah wafat, yang pertama menjadi agenda perbincangan umat Islam adalah peroalan politik tentang suksesi beserta agenda kelompok-kelompok yang muncul setelah itu.

Kembali pada pertanyaan awal, apakah setelah resmi dibubarkan oleh Menteri Hukum dan HAM di Indonesia, masihkah saudara kita Hizbut Tahrir Indonesia tetap menolak pluralisme, kebhinekaan, dan kesaktian Pancasila? Ingin menjadi Pemberontak di Negaranya sendiri? Atau ingin menjadi Syahid di Hadapan Allah? Jika HTI tetap memegang teguh prinsip Khilafah Islamiyahnya, bias jadi hal itu karena HTI menganggap bahwa Khilafah Islamiyah merupakan Produk Syariah, bukan Produk Sejarah.

Upaya Penulis buku yang pernah menimba ilmu di Pesantren al-Basyariyah, Darul Hikam, Darunnajah dan Pesantren Tegalsari Ponorogo ini patut diapresiai. Semoga buku dengan ketebalan 236 halaman ini bisa memperkaya pengalaman kita. Aamiin

Identitas buku:

Judul Buku : Khilafah Sebagai Produk Sejarah, Bukan Syariah

Penulis : Moh. Sholeh?

Penerbit : Istana Publishing, Yogyakarta

ISBN : 978-602-60586-5-2

Ketebalan : 236 Halaman

Cetakan : Pertama, 2017

Peresensi : Ahmad Ali Adhim, Santri Pesantren Kreatif Baitul Kilmah, Yogyakarta.

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Humor Islam, Olahraga PKB Kab Tegal

Selasa, 20 September 2016

Habib Umar: Tak Perlu Respon Gerakan Anti Maulid

Jepara, PKB Kab Tegal. Habib Umar Muthohar mengungkapkan, semua bacaan maulid yang tradisikan oleh NU itu baik tanpa terkecuali.

Demikian diungkapkannya dalam pengajian maulid akbar dan pembacaan maulid Ad-dibai yang dilaksanakan di Masjid Masyarul Mujadidin, desa/kecamatan Tahunan, Jepara, Kamis (07/3). 

Habib Umar: Tak Perlu Respon Gerakan Anti Maulid (Sumber Gambar : Nu Online)
Habib Umar: Tak Perlu Respon Gerakan Anti Maulid (Sumber Gambar : Nu Online)

Habib Umar: Tak Perlu Respon Gerakan Anti Maulid

Menurut Syuriyah PCNU kota Semarang itu, apapun bacaan maulidnya; ad-dibai, al-barjanzi, simtut durar semuanya baik dan paling baik. Habib Umar pun lantas mengutarakan yang tidak baik ialah yang kakean mulut—(kebanyakan mulut-red). Apalagi yang sering mengatakan bahwasanya maulid itu bid’ah dan syirik. 

“Yang tidak baik itu yang kakean mulud—kebanyakan mulut dan mengatakan maulid itu bid’ah. Maulid itu syirik,” katanya kepada ribuan jamaah yang hadir. 

PKB Kab Tegal

Penceramah asal Semarang ini menyatakan dua kata kunci syirik dan bid’ah saat ini sambungnya sedang digembor-gemborkan oleh kelompok yang tidak sejalan dengan NU. Meski demikian ia meminta jamaah agar “gunting” syirik dan bid’ah tidak perlu direspon. Maulid harus tetap jalan terus.   

Kemudian dirinya menjelaskan bahwanya maulid adalah sekumpulan hadits yang dirangkum oleh para Ulama mengenai sirah nabawiyah (sejarah kenabian). Sehingga Habib Umar pun menyatakan tepat jika maulid dibaca oleh umat Nabi yang tidak secara langsung hidup pada zamannya.  

PKB Kab Tegal

Tujuan membaca maulid lanjutnya untuk menambah iman disamping juga mahabbah, wujud kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW.  

Cinta masih menurutnya adalah kunci perjuangan. “Peristiwa Fathu Makkah yang saat itu melaksanakan perundingan di Hudaibiyah juga dilandasi dengan cinta. Alhasil, pasukan kafir yang menjadi mata-mata tahu tentang kekuatan itu setelah disampaikan kepada panglima perang kafir kemudian ndredeg—(membuat goyah-red),” tegasnya. 

Dalam kondisi kekinian, Habib Umar mengajak jihad melawan hawa nafsu. Sebab menurut Nabi jihad melawan nafsu merupakan musuh terbesar. Dengan semangat “jihad” harapannya agar mengubah keadaan yang yak henah—(tidak baik) menjadi henah--(baik). 

Ia pun meminta jamaah agar penyakit “lumpuh”—fisiknya sehat tetapi saat mendengar adzan tidak lantas menunaikan shalat dan “buta”—secara fisik bisa melihat kenyataannya tidak bisa membedakan halal dan halal dihindari. Sehingga menjadi hamba yang sesuai dengan jalan yang lurus. 

Redaktur    : A. Khoirul Anam

Kontributor: Syaiful Mustaqim

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Olahraga, Fragmen PKB Kab Tegal

Minggu, 18 September 2016

Halaqah Kebangsaan, Pagar Nusa Usung Islam Nusantara

Kediri, PKB Kab Tegal. Pimpinan Pusat Pencak Silat NU (PSNU) Pagar Nusa, Selasa (26/5) menggelar halaqah kebangsaan di Pondok Pesantren Al-Amien, Ngasinan, Rejomulyo, Kota Kediri, Jawa Timur. Halaqah kali ini bertema “Meneguhkan Islam Nusantara untuk Peradaban Indonesia dan Dunia”.

Kegiatan ini menjadi rangkaian dari acara Pelatihan Pelatih dan Wasit Juri tingkat nasional yang dibuka satu hari sebelumnya. Hadir sebagai penbicara dalam halaqah, Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj dan Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah NU (RMINU) Jawa Timur KH Reza Imam Yahya.

Halaqah Kebangsaan, Pagar Nusa Usung Islam Nusantara (Sumber Gambar : Nu Online)
Halaqah Kebangsaan, Pagar Nusa Usung Islam Nusantara (Sumber Gambar : Nu Online)

Halaqah Kebangsaan, Pagar Nusa Usung Islam Nusantara

Kang Said, sapaan akrab KH Said Aqil Siroj, dalam paparannya antara lain menyoroti tentang radikalisme yang masih tumbuh subur di Indonesia. Untuk itu, ia berharap Pagar Nusa bisa berperan aktif dalam meredam dan memberantas ancaman bagi kedamaian Indonesia itu.

PKB Kab Tegal

Menurutnya, agama Allah disebarkan ke bumi Nusantara dengan cara yang damai dan berhasil menciptakan kedamaian sampai hari ini. Kedamaian itulah, tambah Kang Said, adalah ciri dari Islam Nusantara, yang secara konsep mengharmonikan antara wahyu dan tradisi yang berkembang. Semua itu pada fase berikutnya dilestarikan oleh ulama NU yang memiliki komitmen kuat dalam akidah Ahlussunah wal Jamaah, budaya,? dan nasionalisme.

Kiai asal Cirebon ini juga mengiimbau semua hadirin untuk mendukung program-program Pagar Nusa, karena hal itu adalah juga program yang diharapkan oleh NU.

PKB Kab Tegal

Senada, pembicara kedua, Gus Reza, juga menyoroti radikalisme dan terorisme yang bertentangan dengan ajaran Islam serta tidak sejalan dengan tradisi para ulama Nusantara.? Berkaitan dengan Pagar Nusa, Gus Reza berharap tradisi spiritual atau bahkan supranatural ala kiai NU tetap dilestarikan, semisal hizib dan sebagainya.

Sementara itu, Ketua Umum PP PSNU Pagar Nusa H Aaizuddin Abdurrahman menyampaikan,? pelatihan serta rangkaian acara yang dilaksankan tersebut adalah upaya dari pihaknya untuk senantiasa mengembangkan pencak silat NU yang diwariskan oleh para ulama, kususnya KH Muhammad Abdullah Maksum Jauhari (Gus Maksum). Di samping itu, katanya, juga sebagai wujud bahkti pada NU, bangsa, dan negara.

Selain ditangani oleh Majelis Pendekar dan Lemabaga Pelatih Wasit dan Juri Pagar Nusa, acara pelatihan ini juga menghadirkan dua pelatih khusus di bidang perwasitan dan penjurian dari PB IPSI Pusat. Acara pelatihan akan dilaksankan sampai tanggal 30 Mei mendatang.

KH Anwar Iskandar, pengasuh Pesantren Al-Amien, atas nama tua rumah menyampaikan rasa bangganya terhadap Pagar Nusa. Menurutnya, selama Pagar Nusa aktif, tradisi khas kiai-kiai NU di bidang ilmu bela diri akan tetap lesatri. (Ali Rahman/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Syariah, Habib, Tegal PKB Kab Tegal

Jumat, 16 September 2016

Gerhana Matahari, PP GP Ansor Ajak Manusia Kembali Kepada Allah

Jakarta, PKB Kab Tegal - Puluhan kader dan pengurus harian PP GP Ansor melangsungkan shalat gerhana matahari di Masjid Abdurrahman Wahid, di bagian muka kantor sekretariat PP GP Ansor jalan Kramat Raya Nomor 65A, Jakarta Pusat, Rabu (9/3) pagi. Mereka shalat dan berzikir bersama mengagungkan asma Allah.

Menurut pengurus haria PP GP Ansor Hasan Basri Sagala, peristiwa gerhana matahari merupakan fenomena alam yang tidak hanya dimaknai sebagai peristiwa alamiah belaka. Fenomena alam ini harus disadari lebih dalam sebagai benarnya bukti-bukti dan tanda-tanda kebesaran juga kekuasaan Allah SWT.

Gerhana Matahari, PP GP Ansor Ajak Manusia Kembali Kepada Allah (Sumber Gambar : Nu Online)
Gerhana Matahari, PP GP Ansor Ajak Manusia Kembali Kepada Allah (Sumber Gambar : Nu Online)

Gerhana Matahari, PP GP Ansor Ajak Manusia Kembali Kepada Allah

Hasan menambahkan, fenomena ini mengisyaratkan secara konkret kepada manusia bahwa Allah telah menetapkan peredaran matahari dan benda-benda langit lainnya dengan teratur. Dari keteraturan ini semua benda raksasa bergerak mengikuti ketetapan yang Allah tentukan.

“Untuk manusia, gerhana matahari ini adalah bentuk peringatan agar kita semakin sadar bahwa kekuasaan Allah di atas segalanya,” kata Hasan Basri kepada PKB Kab Tegal di Jakarta, Kamis (10/3) malam.

PKB Kab Tegal

Fenomena dahsyat itu, kata Hasan, bukti luar biasa kuasa Allah. Siapa saja bisa menyaksikan sendiri peristiwa luar biasa ini dengan kasat mata.

PKB Kab Tegal

“Kita harus kembali kepada ketentuan dan peringatan dari-Nya,” pungkasnya. (Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Lomba, Meme Islam PKB Kab Tegal