Jumat, 12 Januari 2018

PBNU: Yang Menang atau Kalah Pilkada, Jangan Berlebihan!

Jakarta, PKB Kab Tegal

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengimbau kepada warga untuk aktif menciptakan suasana damai pada pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak yang berlangsung hari ini, Rabu (15/2). Terkait hasil pilkada, warga harus menghormati aturan yang sudah ada.

“Sudah ada mekanisme legalnya, dan tugas Nahdliyyin hanyalah menciptakan peaceful coexistence, kedamaian antarmasyarakat. Itu saja,” ujar Wakil Ketua Umum PBNU H Mochammad Maksum Machfoedz saat dihubungi PKB Kab Tegal, Rabu.

PBNU: Yang Menang atau Kalah Pilkada, Jangan Berlebihan! (Sumber Gambar : Nu Online)
PBNU: Yang Menang atau Kalah Pilkada, Jangan Berlebihan! (Sumber Gambar : Nu Online)

PBNU: Yang Menang atau Kalah Pilkada, Jangan Berlebihan!

Ia mengajak semua warga untuk mengikuti proses demokrasi dengan baik, serta mengingatkan seluruh jaringan NU di berbagai tingkatan agar tidak terpancing dengan suasana gaduh politik pilkada.

PKB Kab Tegal

“Yang menang maupun yang kalah enggak perlu berlebihan ekspresif. Sudah ada yang ngatur dan semuanya harus Bisa menjaga diri. Wong hasilnya cuma dua: menang dan kalah. Kalau ada yang dipermasalahkan ada jalurnya yang legal,” ujarnya.

PKB Kab Tegal

Warga NU, katanya, dalam hal ini harus berada dalam satu komando Rais ‘Aam dan Ketua Umum PBNU dan tidak mengikuti yang lain.

Sebelumnya, Rais ‘Aam PBNU KH Ma’ruf Amin menyerukan kepada warga NU untuk berpartisipasi aktif dalam pilkada ini dan menyikapi pesta demokrasi tersebut secara sedang-sedang saja. Warga juga diimbau untuk tidak terprovokasi dalam hiruk-pikuk tarik-menarik antarkepentingan. (Mahbib)



(Baca juga: Seruan Rais ‘Aam kepada Warga NU soal Pilkada)


Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Pondok Pesantren PKB Kab Tegal

Rabu, 10 Januari 2018

IPPNU Terus Kuatkan Ideologi Kader

Probolinggo, PKB Kab Tegal - Sebagai upaya penguatan ideologi, Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kota Probolinggo menggelar Masa Kesetiaan Anggota (Makesta) di Pesantren Nurul Hidayah Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo, Sabtu dan Ahad (4-5/6). Sebanyak 100 peserta perwakilan sejumlah lembaga pendidikan ini dibekali sejumlah materi terkait IPPNU, Aswaja NU, dan kebangsaan.

Ketua IPPNU Kota Probolinggo Nur Baiti As-Shiddiqy mengatakan, Makesta ini digelar dengan tujuan memberikan pemahaman tentang NU sebagai wadah perjuangan Islam Ahlussunnah wal jamaah (Aswaja) di Indonesia. Pasalnya saat ini sudah banyak paham-paham baru yang bertentangan dengan Aswaja.

IPPNU Terus Kuatkan Ideologi Kader (Sumber Gambar : Nu Online)
IPPNU Terus Kuatkan Ideologi Kader (Sumber Gambar : Nu Online)

IPPNU Terus Kuatkan Ideologi Kader

“Hal yang terpenting lagi adalah untuk mengenalkan dan memberikan pemahaman tentang organisasi IPPNU sebagai organisasi pelajar yang merupakan badan otonom NU. Sebab selama ini kebanyakan pelajar hanya terkesan ikut-ikutan dan tidak memahami perjuangan organisasi yang sebesarnya,” katanya.

Menurut Baiti, dalam Makesta ini materi yang diberikan fokus tentang penguatan ideologi yang meliputi keorganisasian, ke-IPPNU-an, ke-NU-an dan Aswaja.

PKB Kab Tegal

“Sebenarnya banyak materi yang harus diberikan. Tapi berhubung ini berdekatan dengan persiapan Ramadhan, maka sementara hanya diberi materi penguatan ideologi saja,” jelasnya.

PKB Kab Tegal

Baiti menambahkan bahwa Makesta merupakan salah satu upaya IPPNU untuk dapat ikut serta dalam pembangunan karakter generasi muda bangsa. Makesta ini suatu sarana untuk mencetak kader muda NU yang militan yang mampu berorganisasi dengan baik.

“Dengan diadakannya Makesta ini, kami berharap kader-kader muda NU ini bersemangat dan bisa berkhidmat dalam NU. Ini merupakan kegiatan awal kita dari pembentukan komisariat sekolah-sekolah swasta melalui utusan-utusan yang sudah mengikuti kegiatan ini,” harapnya. (Syamsul Akbar/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Humor Islam, Nahdlatul, Tegal PKB Kab Tegal

Ikatan Santri Astanajapura Pesantren Kempek Gelar Halal Bihalal

Cirebon, PKB Kab Tegal . Sekurangnya 300 jamaah yang terdiri dari para santri, alumni dan tokoh masyarakat menghadiri acara Halal Bihalal? ke-9 Ikatan Santri dan Alumni Astanajapura (Istajap) Pondok Pesantren Kyai Haji Aqiel Siroj (KHAS) Kempek, Cirebon,? Jawa Barat, Sabtu (2/8) malam.

Ikatan Santri Astanajapura Pesantren Kempek Gelar Halal Bihalal (Sumber Gambar : Nu Online)
Ikatan Santri Astanajapura Pesantren Kempek Gelar Halal Bihalal (Sumber Gambar : Nu Online)

Ikatan Santri Astanajapura Pesantren Kempek Gelar Halal Bihalal

Ketua panitia, Obid Qobidurrizki menjelaskan, acara yang digelar di halaman Madrasah Diniyah Wathoniyah Desa Rawaurip Kecamatan Pangenan Cirebon ini merupakan wadah silaturahim bagi para santri dan alumni Pondok Pesantren Kempek yang berasal dari Kecamatan Astanajapura Kabupaten Cirebon dan sekitarnya, selain itu juga sebagai? media syiar kepesantrenan secara langsung di tengah-tengah masyarakat.

“Mudah-mudahan acara seperti ini mampu memberi semangat bagi kita semua para santri, untuk tetap memegang teguh amanat dan petuah dari para kiai di pesantren, kemudian di teruskan kepada keluarga kami dan masyarakat pada umumnya,” jelas Obid dalam sambutannya.

PKB Kab Tegal

Hal senada juga diungkapkan oleh tokoh sepuh setempat, KH Sirojudin. Dia mengatakan, acara seri kepesantrenan yang mulai jarang di tengah-tengah masyarakat umum ini harus dibangkitkan kembali, dengan tujuan, pesantren turut membantu pembentukan karakter dan akhlak masyarakat secara langsung melalui para santri dan alumninya.

“Halal bihalal ini diharapkan menjadi penghubung yang baik bagi kami kalangan masyarakat untuk mengikuti keilmuan yang diberikan dan berkembang di pesantren. Kami menyambut baik acara ini sebagai tradisi yang baik yang patut dipertahankan,” ungkap Kiai Siroj.

PKB Kab Tegal

Halal Bihalal Istajap kali ke sembilan ini dihadiri oleh pimpinan Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon, KH Muhammad Bin Ja’far, serta diisi ceramah keagamaan oleh KH Niamillah Aqil Siroj. (Sobih Adnan/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Santri PKB Kab Tegal

Selasa, 09 Januari 2018

Idul Fitri, Merangkai Kembali Jalinan Silaturahim

Hari raya Idul Fitri di Indonesia identik dengan silaturahim dan permohonan maaf atas kesalahan yang kita buat selama satu tahun belakangan. Idul Fitri menjadi perayaan keagamaan dan budaya terbesar di negeri maritim ini. Perjalanan mudik dari lokasi-lokasi urban di mana masyarakat mencari nafkah untuk kembali ke daerah asal dilakukan dengan penuh perjuangan. Kemacetan panjang dan ongkos yang mahal tidak dipedulikan demi momen kumpul keluarga selama Lebaran. Ini menunjukkan betapa berartinya perayaan Lebaran bagi Muslim Indonesia.

Idul Fitri semakin bermakna saat nilai hubungan sesama manusia semakin mengalami degradasi. Sekalipun zaman semakin canggih dengan munculnya beraneka ragama alat untuk mempermudah manusia, tetapi waktu luang yang kita miliki semakin sedikit. Kita malah semakin disibukkan dengan berbagai macam tuntutan hidup agar tetap bisa menikmati kemudahan-kemudahan yang memanjakan ini. Kita dipaksa untuk bekerja keras agar tetap bisa memanfaatkan kecanggihan teknologi ini. Semuanya perlu ongkos tinggi untuk mendapatkan dan mengoperasikannya. Bahkan, banyak di antara kita akhirnya terjebak dalam pengejaran teknologi ini dengan obsesi atas sesuatu yang terbaru dan tercanggih, sekalipun belum tentu dibutuhkan. Eksistensi diri sudah ditentukan seberapa canggih atau mahal peralatan yang kita miliki dan kita gunakan. ?

Idul Fitri, Merangkai Kembali Jalinan Silaturahim (Sumber Gambar : Nu Online)
Idul Fitri, Merangkai Kembali Jalinan Silaturahim (Sumber Gambar : Nu Online)

Idul Fitri, Merangkai Kembali Jalinan Silaturahim

Manusia bukan lagi mengendalikan alat-alat modern tersebut, tetapi peralatan canggih sesungguhnya telah memperbudak manusia. Banyak orang merasa kehilangan separuh dirinya jika ketinggalan telepon cerdas. Kita merasa tak bisa bergerak ke mana-mana tanpa kendaraan. Kita mati kutu saat listrik mati. Semakin lama, ketergantungan kita semakin tinggi pada peralatan hidup. Manusia, menjadi semakin lemah dan rentan di hadapan masin dan teknologi. Manusia semakin terasing dengan sesamanya.

Seusai kerja keras yang melelahkan untuk mempertahankan akses pada beragam kemudahan dan teknologi, waktu rehat sebagian besar orang disibukkan dengan hiburan, yang juga semakin personal. Dulu, hanya ada satu atau dua TV dalam satu kampung. Dalam satu kampung, semua warga berkumpul dalam satu titik. Di sela-sela siaran, orang bisa mengobrol dengan tetangganya sehingga mendekatkan hubungan. Saat TV masuk ke ruang-ruang keluarga, interaksi sosial menjadi semakin terbatas. Semakin jarang acara kumpul-kumpul sekedar untuk mengobrol. Dari hiburan di ruang keluarga yang diakses secara bersama-sama, revolusi teknologi memindahkan segalanya dalam genggaman dalam satu gawai atau telepon cerdas. Ruang keluarga pun semakin sepi. Semuanya semakin personal. Hampir-hampir kita tidak membutuhkan orang lain untuk menghibur diri. Di ruang tunggu dan saat mengantri, kini semuanya sibuk dengan gawainya. Semakin jarang kita ketemu kenalan baru dalam pertemuan-pertemuan seketika itu. Tanpa kita sadari sisi kemanusiaan kita sebagai makhluk sosial semakin tergerus.

PKB Kab Tegal

Ketika kita semakin sibuk dengan diri sendiri, hubungan antarmanusia juga menjadi semakin pragmatis. Kita berhubungan dengan orang lain saat memiliki kepentingan. Banyak orang menjadi semakin menghamba pada orang yang berkuasa, yang memiliki akses pada beragam sumberdaya.

PKB Kab Tegal

Teknologi sesungguhnya telah memperluas jangkauan. Kita bisa bergerak dari satu tempat ke tempat lain dengan cepat dan ongkos yang relatif murah. Transportasi umum semakin banyak dan terjangkau. Ongkos pesawat dari waktu ke waktu semakin murah, seiring semakin canggihnya teknologi. Revoluasi paling fenomenal pada abad 21 ini adalah ditemukannya internet yang kemudian memunculkan teknologi turunannya, yaitu media sosial.

Media sosial telah merubah secara mendasar hubungan sesama manusia. Mereka yang jauh, yang sudah lama tak bersua seperti teman sekolah, teman sekampung yang masing-masing sudah bertebaran di berbagai penjuru dunia. Kini disatukan kembali dalam pertemanan dan grup-grup di media sosial. Sesaat sebelum tidur dan seketika setelah bangun tidur, banyak di antara kita langsung meraih gawainya untuk melihat pesan-pesan yang masuk. Teman kita semakin banyak, tetapi tingkat hubungan di media sosial sangatlah dangkal dengan komitmen yang rendah. Pertemanan yang kita temukan di media sosial tidak dapat dikatakan sebagai pertemanan sesungguhnya sebagaimana di dunia nyata. Kita memiliki kedekatan emosional pada teman yang kita miliki dalam interaksi nyata sehingga dengan mudah kita dapat memberikan pertolongan pada orang-orang yang kita kenal baik ini. Kita bisa berbagi rahasia-rahasia kecil pada teman yang kita percayai. Semuanya susah kita dapatkan dalam hubungan yang kita dapat di media sosial.

Itulah dua sisi dari teknologi media sosial, satu sisi semakin mendekatkan yang jauh, tetapi di sisi lain, mereka yang dekat secara fisik menjadi sangat berjarak. Yang kita perlukan adalah sebuah keseimbangan. Interaksi sesama manusia tidak dapat sepenuhnya tergantikan dengan media sosial. Media sosial tidak dapat menggantikan banyak hal dari kekerabatan, persahabatan, dan pertemanan yang dibangun melalui interaksi secara langsung. Media sosial bisa memperkuat hubungan tersebut menjadi semakin kokoh. Hubungan yang mendalam, saling pengertian, dan kerelaan untuk membantu sesama susah dibangun sekedar melalui media sosial.

Karena itu, Idul Fitri tidak cukup dengan menyampaikan pesan selamat berlebaran dan permintaan maaf melalui media sosial. Kita juga tidak boleh terlena oleh kemudahan hidup melalui berbagai alat berteknologi canggih itu. Mari kita manfaatkan momen ini untuk mengembalikan fitrah kita sebagai manusia sosial, yang saling berhubungan, berinteraksi sesama tanpa motif-motif lain, tanpa pertimbangan ekonomi, politik, atau kepentingan lainnya. Mudik dan interaksi hubungan manusia secara langsung, menemukan kembali momennya pada Idul Fitri ini. Biarkan semuanya mengalir, menciptakan kesejukan batin, memuaskan dahaga jiwa yang mengering karena terpaan berbagai tuntutan. (Ahmad Mukafi Niam)



Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Kajian Sunnah, Hikmah PKB Kab Tegal

Majalah SMA Walisongo Angkat Isu Pilpres 2014

Jepara, PKB Kab Tegal. Majalah tahunan edisi II Juni 2014 milik SMA Walisongo Pecangaan, Jepara, Gema Smawas mengusung tema Pemilihan Presiden 2014. Majalah setebal 40 halaman ini menyajikan beberapa tulisan antara lain Kursi ke-7 Milik Siapa? Pemilu Indonesia dari Masa ke Masa, opini warga, dan wawancara dengan KPUD Jepara.

Majalah SMA Walisongo Angkat Isu Pilpres 2014 (Sumber Gambar : Nu Online)
Majalah SMA Walisongo Angkat Isu Pilpres 2014 (Sumber Gambar : Nu Online)

Majalah SMA Walisongo Angkat Isu Pilpres 2014

Haidar Fitri dadri KPUD Jepara dalam rubrik Bincang-Bincang mengatakan, pihaknya telah melakukan pemutakhiran data pemilih. Pemutakhiran dilakukan dari data Pilleg lalu. Hasilnya pihaknya tetapkan sebagai daftar pemilih tetap (DPT).?

“Semoga suasana di Jepara tetap kondusif sehingga Jepara siap menggelar dan menyukseskan Pilpres 2014,” ujar Haidar.

PKB Kab Tegal

Dalam rubrik Ormas, H Darso seorang pengusaha menyatakan dukungannya untuk Prabowo. Menurutnya, pemimpin militer itu bisa lebih tegas. Demikian dengan Suparman. Pria yang kesehariannya sebagai sopir ini mengatakan Indonesia akan lebih dihormati asing dengan kehadiran Prabowo.

Berbeda dengan Darso dan Suparman, Yatno lebih condong dengan Jokowi. “Saya yakin pasangan Jokowi-JK bisa memperluas lapangan pekerjaan,” ujar Yatno. Nuryati satu dukungan dengan Yatno.

PKB Kab Tegal

“Pedagang lebih memilih Jokowi karena ia lebih mengerti rakyat kecil,” tegas Nuryati yang juga pedagang.

Pembina majalah SMA Walisongo Budi Ismail berharap media sekolah ini menjadi wadah untuk mengembangkan potensi kepenulisan serta media promosi SMA Walisongo kepada khalayak. (Syaiful Mustaqim/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Tokoh PKB Kab Tegal

Peristiwa Ajaib Pertobatan Sang Pemabuk

Jika ada kemauan pasti ada jalan. Entah kapan awal mula pepatah masyhur ini muncul. Tetapi, kebenarannya teruji berkali-kali di hampir setiap zaman. Karena “mau”, seorang pemuda pemabuk pada masa Umar bin Khathab, tak hanya mendapat “jalan” tapi juga keajaiban.

Kisah tersebut bermula ketika Umar bin Khathab berjalan-jalan di lorong Kota Madinah. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan seorang pemuda. Amirul Mu’minin tahu, ada sesuatu di balik bajunya.

Peristiwa Ajaib Pertobatan Sang Pemabuk (Sumber Gambar : Nu Online)
Peristiwa Ajaib Pertobatan Sang Pemabuk (Sumber Gambar : Nu Online)

Peristiwa Ajaib Pertobatan Sang Pemabuk

Umar bin Khathab yang penasaran pun menanyakan kepada sang pemuda perihal benda yang disembunyikan tersebut. Karena malu, pemuda ini tak lantas menjawab pertanyaan umar. Siapa tak gugup, ketika kepergok membawa minuman keras (khamr) di hadapan “Singa Padang Pasir”?

“Tuhanku, jangan Engkau membuka rahasiaku. Dan janganlah Engkau permalukan diriku di hadapan Umar bin Khathab. Tutuplah semua itu. Dan aku berjanji, tidak akan minum minuman keras lagi untuk selama-lamanya,” gumam pemuda itu dalam hati.

PKB Kab Tegal

Kehadiran Umar ternyata sanggup menggerakkan komitmen pemuda itu untuk mengakhiri perbuatan terlarangnya. Tekadnya untuk bertobat betul-betul sudah bulat. Tapi, sang pemuda tak bisa menghindar dari pertanyaan Umar bin Khathab.

PKB Kab Tegal

“Ya Amiral-Mu’minin, aku membawa cukak,” aku sang pemuda berusaha menutupi aibnya.

“Bukalah hingga aku mengetahui apa sebenarnya yang berada di balik bajumu.”

Pemuda itu lalu mengeluarkan benda yang ada di balik bajunya. Ajaib, minuman keras itu tiba-tiba sudah berubah menjadi cukak segar yang bisa dinikmati. Cerita ini bisa kita simak di kitab Al-Minahus Saniyah karya Abdul Wahhab Asy-Sya’rani terjemahan Zaid Husein Al-Hamid.

Hikayat di atas merupakan secuil bukti bahwa kejahatan seseorang sesungguhnya sudah menemukan jalan terang sejak niat memperbaiki diri menghujam di dada. Namun demikian, sebagai niat, ia tetaplah pada level permulaan.?

Abdul Wahhab Asy-Sya’rani mengurai lagi tahapan-tahapan tobat untuk mencapai pada puncak kesucian diri. Pertama adalah bertobat dari dosa-dosa besar, kemudian dari dosa-dosa kecil, dari perkaran yang dibenci (makruh), lalu dari perkara yang menyalahi keutamaan.

Selanjutnya, bertobat dari prasangka baik terhadap diri sendiri, dari prasangka bahwa dirinya adalah kekasih Allah, dari prasangka bahwa dirinya sudah benar-benar bertobat, dan akhirnya bertobat dari kehendak hati yang tidak diridlai oleh Allah. Puncaknya adalah bertobat setiap kali alpa dari mengingat Allah, meskipun hanya sekejap. (Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Humor Islam PKB Kab Tegal

Senin, 08 Januari 2018

STAINU Jakarta Jalin Kerjasama dengan Universiti Kebangsaan Malaysia

Selangor, PKB Kab Tegal. Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Jakarta menandatangani nota kesepahaman kerjasama dengan Universiti Kebangsaan Malaysia. Kedua kampus tersebut akan bekerjasama pada bidang-bidang strategis dalam dunia akademik.

STAINU Jakarta Jalin Kerjasama dengan Universiti Kebangsaan Malaysia (Sumber Gambar : Nu Online)
STAINU Jakarta Jalin Kerjasama dengan Universiti Kebangsaan Malaysia (Sumber Gambar : Nu Online)

STAINU Jakarta Jalin Kerjasama dengan Universiti Kebangsaan Malaysia

Ketua Stainu HM. Mujib Qulyubi, M.H mengatakan, di antara yang akan dikerj yang meliputi pertukaran dosen dan mahasiswa, kerjasama riset bersama, dan juga penerbitan jurnal ilmiah dari hasil penelitian dosen pada masing-masing perguruan tinggi.

“Sebagaimana lazimnya keerjasama antar perguruan tinggi yang ada selama ini, kami juga akan melakukan hal yang sama, menjalin kerjasama di bidang pengembangan sumberdaya manusia yang meliputi pertukaran dosen dan mahasiswa, riset dan penelitian, serta kegiatan penerbitan hasil penelitian yang telah dilakukan dosen di masing-masing pergutuan tinggi untuk dimuat di jurnal internasional,” terangnya.

PKB Kab Tegal

Pada kesempatan itu juga, Dekan Fakulti Pengajian Islam Prof. Dr. Mohd. Nasran Mohammad menyatakan kegembiraannya bisa menjalin kerjasama dengan salah satu perguruan tinggi di bawah naungan organisasi Nahdlatul Ulama ini.

PKB Kab Tegal

Nasran menambahkan bahwa kerjasama di bidang pengembangan sumberdaya manusia sangat mungkin dilakukan dengan STAINU Jakarta terlebih menyangkut penguatan pemahaman serta riset keislaman. Hal itu dikarenakan menurut Nasran, Islam yang ada di Malaysia masih satu rumpun dan senafas dengan Islam di Indonesia.

Sebagai salah satu bentuk realisasi kerjasama yang dilakukan oleh STAINU Jakarta dan Universiti Kebangsaan Malaysia ini dalam waktu dekat STAINU Jakarta akan mengundang profesor-profesor dari Universiti Kebangsaan Malaysia untuk memberikan orasi ilmiah pada mahasiswa Stainu Jakarta.

Nota kesepahaman yang berlangsung pada pada 28 Februari pukul 15.30 waktu Malaysia tersebut, selain Ketua STAINU Jakarta, turut serta Katua Prodi Akwalus Syaksiyyah Irfan Hasanuddin, MA, dan beberapa jajaran. (Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Ahlussunnah PKB Kab Tegal