Senin, 28 April 2014

Nahdlatul Muslimat Surakarta (1939), Rujukan Sekolah Perempuan

Sebelum ditetapkan sebagai menjadi bagian dan organisasi tersendiri pada NU, para ibu Muslimat sebetulnya sudah memulai aktivitas mereka. Ada yang memilih untuk bergerak di ranah dakwah, sosial, kesehatan dan pendidikan.

Tak terkecuali, di Surakarta, Ibu-ibu Muslimat mendirikan sebuah sekolah khusus wanita, Nahdlatul Muslimat (NDM) Surakarta. Sekolah yang terletak tak jauh dari Masjid Agung Kauman, Surakarta, ini diperkirakan berdiri pada tahun 1930-an. Para tokoh penggerak dan pengajarnya antara lain, Nyai Hj Mahmudah Mawardi (kemudian hari menjadi Ketua Umum PP Muslimat NU), Kiai Zainuddin dan lain sebagainya.

Nahdlatul Muslimat Surakarta (1939), Rujukan Sekolah Perempuan (Sumber Gambar : Nu Online)
Nahdlatul Muslimat Surakarta (1939), Rujukan Sekolah Perempuan (Sumber Gambar : Nu Online)

Nahdlatul Muslimat Surakarta (1939), Rujukan Sekolah Perempuan

Menurut salah satu alumni sekolah tersebut, Nyai Hj Basyirah Shoimuri, pada masa lampau sekolah NDM ini menjadi rujukan para pelajar dari berbagai daerah. “Muridnya datang tidak hanya datang dari Solo, akan tetapi bahkan juga dari Jawa Timur,” kenang Basyirah, yang juga pernah menjadi Ketua PP IPPNU.

Selain Basyirah, beberapa tokoh juga pernah tercatat menjadi alumni sekolahan tersebut, antara lain ketua IPPNU pertama, Ny Hj Umroh Machfudzoh. Bahkan bisa dikatakan dari sekolah inilah lahir generasi pertama yang mendirikan IPPNU.

PKB Kab Tegal

Sekolah NDM, memiliki dua macam tingkatan, yakni kelas 1-4 atau yang disebut dengan (Sekolah Guru Bawah) dan kelas 5-6 atau disebut dengan Sekolah Guru Atas (SGA). Lulusan dari sekolah ini, memiliki ijazah untuk bisa mengajar.

PKB Kab Tegal

Kurangnya regenerasi serta ditambah semakin berkurangnya para tokoh NU dan Muslimat yang di lembaga tersebut, pada akhirnya membuat sekolah ini kehilangan identitas ke-NU-an.

Yang penulis ketahui sendiri, saat ini Yayasan Pendidikan NDM Surakarta dipegang oleh salah satu tokoh HTI Solo. Ini tentu disayangkan, mengingat NDM justru lahir dan dibesarkan dari para tokoh-tokoh Muslimat NU Surakarta. (Ajie Najmuddin, berdasar wawancara Ny Hj Basyiroh Shoimuri di kediamannya, Jenu, Tuban, 2014)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Ulama, Olahraga PKB Kab Tegal

Mabinas Sarankan PMII Bikin Blue Print dan Lembaga Kajian

Jakarta, PKB Kab Tegal. Majelis Pembina Nasional (Mabinas) Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) H Fahmi Matori meminta mahasiswa dan mahasiswi yang tergabung di organisasi pergerakan untuk berorientasi kekinian.  

Mabinas Sarankan PMII Bikin Blue Print dan Lembaga Kajian (Sumber Gambar : Nu Online)
Mabinas Sarankan PMII Bikin Blue Print dan Lembaga Kajian (Sumber Gambar : Nu Online)

Mabinas Sarankan PMII Bikin Blue Print dan Lembaga Kajian

“Saya mohon dengan sangat, marilah kita melihat fenomen global. Jangan terkungkung dengan masa lalu,” katanya pada orientasi Pengurus Besar PMII di gedung PBNU, Jakarta, Selasa (26/8).

Menurut dia, sejarah adalah tempat berkaca. Tapi kemudian harus diteliti dan diambil pelajaran apakah itu cocok dengan kekinian.

PKB Kab Tegal

Untuk itu, ia menyarankan PMII untuk membuat blue print kemana arah organisasi dan membuat lembaga-lembaga kajian supaya kadernya tidak gagap dalam menghadapi persaingan global. “Kompetensi macam apa yang akan berkembang di masa akan datang,” katanya

PKB Kab Tegal

Lagi-lagi ia mengingatkan jangan terkungkung dengan heroiknya masa lalu. Dengan blue print dan lembaga kajian PMII bisa menentukan pemuda yang bagaimana mampu bisa bersaing dengan dunia global.

“Ke depan saya ingin diundang lagi pada diskusi keporfiesian. Saya yakin senior-senior PMII ada dai dunia kesehatan, perbankan, politisi,” katanya. (Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Sholawat, AlaSantri, Lomba PKB Kab Tegal

Minggu, 27 April 2014

Ribuan Pasien Akses Layanan Gratis LKNU Banyuwangi

Banyuwangi, PKB Kab Tegal. Baksos Kesehatan Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama Banyuwangi memasuki pelaksanaan di titik ketiga dari lima titik kegiatan yang direncanakan. Pada kegiatan yang berlangsung di pesantren Minhajut Thulab, Sumber Beras, Muncar, Banyuwangi, Sabtu (28/2), ribuan pasien tampak mengantre untuk mendapatkan layanan kesehatan gratis. Mereka yang tidak mendapatkan kupon panitia, bisa membawa KARTANU.

Layanan semula direncanakan berlangsung sejak pukul 09.00 hingga pukul 13.00. namun pihak panitia bakti sosial LKNU Banyuwangi dengan senang hati memperpanjang waktu layanan hingga 1,5 jam dari jadwal yang ditentukan. Perpanjangan waktu ini dilakukan mengingat antusias warga yang ingin memperoleh pelayanan kesehatan gratis tersebut.

Ribuan Pasien Akses Layanan Gratis LKNU Banyuwangi (Sumber Gambar : Nu Online)
Ribuan Pasien Akses Layanan Gratis LKNU Banyuwangi (Sumber Gambar : Nu Online)

Ribuan Pasien Akses Layanan Gratis LKNU Banyuwangi

Mobil yang disediakan panitia, sibuk hilir-mudik mengantarkan calon pasien dari tempat tinggalnya menuju lokasi layanan. Tingginya frekuensi arus hilir-mudik mobil itu sempat membuat panitia dan petugas medis kewalahan. Namun dengan jumlah tenaga medis yang memadai, antrean yang sempat mengular bisa segera teratasi.

PKB Kab Tegal

Ketua panitia Baksos Kesehatan dr H Mufti Anam menyatakan, pihaknya hanya menyebarkan 750 kupon pengobatan gratis dalam setiap kegiatan. Namun pihak panitia tidak menjadikan jumlah kupon sebagai patokan untuk melayani warga yang ingin berobat. Pasalnya, meskipun tanpa membawa kupon, warga tetap mendapatkan layanan kesehatan dengan berbekal KTP atau KARTANU.

PKB Kab Tegal

“Meskipun baksos kesehatan telah ditutup namun masih ada warga yang datang. Alhamdulillah, masih terlayani karena ada petugas medis yang belum meninggalkan lokasi,” ujar dr H Mufti sambil membantu memeriksa pasien yang datang terlambat.

Ketua PCNU Banyuwangi H Masykur Ali dalam kesempatan ini mengingatkan bahwa kegiatan ini telah memberikan manfaat luar biasa bagi masyarakat kurang mampu di Banyuwangi. Kiai Masykur berpesan kepada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan itu untuk senantiasa sabar dan ikhlas dalam melayani warga yang ingin mendapatkan pelayanan kesehatan.

“Dengan kesabaran dan keikhlasan, semoga kegiatan ini dapat menjadi amal sholeh bagi kita semua,” kata Kiai Masykur yang turut mengarahkan warga yang ingin berobat.

Selain pengobatan gratis, tim medis juga melayani pemeriksaan gigi, penyuluhan kesehatan reproduksi wanita, penyuluhan pola hidup sehat, penyuluhan HIV/AIDs, khitanan, donor darah, santunan anak yatim, dan pemberantasan sarang nyamuk. (Fandi Ahmad/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Quote, News, Pahlawan PKB Kab Tegal

Jumat, 25 April 2014

Hasyim: Masyarakat Tak Percaya Pemerintah Bisa Jaga Keselamatan Nuklir

Jakarta, PKB Kab Tegal

Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi menjelaskan penolakan para ulama di Jepara tentang rencana PLTN Muria sebenarnya berakar dari kekhawatiran karena mereka belum percaya pemerintah bisa memastikan keselamatan proyek tersebut.

“Wong gardu listrik saja njebluk (meledak.red), lalu bagaimana nantinya kalau ada kebocoran nuklir, ini yang dikhawatirkan oleh masyarakat Jepara,” tuturnya di PBNU, Senin (3/9).

Hasyim: Masyarakat Tak Percaya Pemerintah Bisa Jaga Keselamatan Nuklir (Sumber Gambar : Nu Online)
Hasyim: Masyarakat Tak Percaya Pemerintah Bisa Jaga Keselamatan Nuklir (Sumber Gambar : Nu Online)

Hasyim: Masyarakat Tak Percaya Pemerintah Bisa Jaga Keselamatan Nuklir

Dikatakannya bahwa nuklir sendiri sifatnya adalah netral, tidak bisa dihukumi halal atau haram, tergantung pada penggunaannya. Disinilah para ulama di Jepara dalam forum Bahtsul Masa’il pada tanggal 1-2 September 2007 memutuskan bahwa aspek mudharatnya lebih besar daripada manfaat yang akan diperoleh.

Penolakan masyarakat Jepara ini mendapat respon dari sejumlah LSM dan industri yang ada di Jepara dan sekitarnya yang mengkhawatirkan hal yang sama dan bergerak untuk melakukan perlawanan. “Lihat saja, gayanya demo kan bukan gaya NU, tetapi gaya LSM,” paparnya.

Meskipun demikian, Kiai Hasyim berpendapat bahwa energi nuklir tetap diperlukan di Indonesia sepanjang untuk tujuan damai dan sebagai energi alternatif. Sumber energi ini jauh lebih murah dibandingkan dengan energi lainnya.

“Kalau masyarakat Jepara menolak, jangan dipaksakan disitu, nanti terus diriwuki (diganggu.red)), cari saja tempat lain yang masyarakatnya mau menerima,” tandasnya. (mkf)

PKB Kab Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Nusantara, Internasional, Pondok Pesantren PKB Kab Tegal

PKB Kab Tegal

Minggu, 06 April 2014

Santri dan Fenomena Dakwah Online

Jakarta, PKB Kab Tegal



Bulan Ramadhan tahun ini terlihat berbeda. Hal itu ditandai dengan munculnya aktivitas ngaji yang dilakukan secara daring (online) melalui media sosial. Fenomena yang mulai marak pada Ramadhan tahun ini menjadi topik diskusi yang diselenggarakan oleh Ikatan Mahasiswa Tegal (IMT) Ciputat yang bekerja sama dengan PP IPNU dan Santri Online pada Jumat (09/6) malam di basecamp? IMT CIputat.

Dalam memanfaatkan teknologi internet untuk berdakwah, Sya’roni As Syamfury sebagai penggagas media santri yang bergerak secara online itu pada awal mulanya diprakarsai atas dasar dua hal.?

Santri dan Fenomena Dakwah Online (Sumber Gambar : Nu Online)
Santri dan Fenomena Dakwah Online (Sumber Gambar : Nu Online)

Santri dan Fenomena Dakwah Online

“Pertama Dampar Ngebul, yang kedua Dapur Ngebul,” ungkap alumni Ponpes Lirboyo itu yang juga sebagai penggagas awal Santri Online bersama Abdul Wahab.

Menurutnya, Dampar Ngebul bermakna bahwa dakwah melalui media sosial dilakukan secara masif dengan niat untuk menyebarkan Islam yang rahmatan lil alamin. Sedangkan pengertian Dapur Ngebul itu supaya kegiatan yang dilakukan dengan cara online tersebut dapat berjalan secara konsisten, harus diimbangi dengan pemasukan secara material yang dapat menunjang keberlangsungan dakwah.?

“Semangat Nahdlatul Ulama pada awal berdirinya saat itu berawal dari serikat perdagangan atau yang dikenal dengan Nahdlatut Tujjar,” tambahnya.

PKB Kab Tegal

Lain halnya yang disampaikan oleh Ketua Bidang Jaringan Pesantren Gus Aqib Malik yang mengungkapkan bahwa dalam mengemas metode berdakwah harus mengikuti arus, tetapi jangan sampai terbawa arus.?

“Banyak komunitas yang besar, dakwah yang diajarkan pun islam substansial dan rahmatan lil alamin, tetapi mayoritas masih kalah dalam kemasan. Padahal, khalayak umum lebih cenderung melihat kemasannya terlebih dahulu,” ungkap Direktur Almaliki Center itu.

PKB Kab Tegal

Sementara itu, kegiatan diskusi yang berlangsung seusai penutupan ngaji online Kitab Washiyatul Musthofa bersama Gus Aqib Malik itu juga dihadiri oleh Wakil Sekretaris Lembaga Tamir Masjid (LTM) PBNU Ali Sobirin.?

“Ada kendala yang umum dialami oleh beberapa kalangan santri,” ujar pria yang berprofesi sebagai trainer dan juga peramu buku Teknologi Ruh itu.

Ia menilai bahwa kendala tersebut biasanya dipengaruhi oleh sikap tawadhu yang tidak ditempatkan pada tempatnya. Padahal, tambahnya, pada dasarnya sikap tawadhu adalah menempatkan situasi pada kondisi yang sesuai dengan potensinya.?

Menurutnya, teman-teman santri ketika diajak maju ke depan masih dorong-dorongan dengan teman-temannya, tapi kalau sudah maju ke depan dan dipancing untuk berbicara, ilmunya baru bisa keluar semua.?

“Kita kaum santri, ketika berani membuka kitab, kita juga harus berani membuka diri,” tutupnya. (M. Ilhamul Qolbi/Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Kyai PKB Kab Tegal

Jumat, 04 April 2014

Lebaran Ketupat di Masjid Panembahan Bodho

Bantul, PKB Kab Tegal. Syahdu malam di kawasan yang kental nuansa perkampungan menyeruak seiring dengan menyelinapnya dingin angin di tengkuk. Jarum jam sudah menunjukkan angka kembar, 11. Lantang pengeras suara di masjid melantunkan pujian dalam nada Jawa kuno kepada sang kekasih Nabi Muhammad SAW.

Sedikit aneh ketika pujian berbahasa Arab yang diambil dari kitab kumpulan syair Barzanji ditembangkan dengan iringan seperangkat kendang lengkap dengan sebuah rebana besar yang digantung bak gong. Rebana ini mirip dengan beduk tapi tipis dengan kulit hanya di satu sisinya.

Lebaran Ketupat di Masjid Panembahan Bodho (Sumber Gambar : Nu Online)
Lebaran Ketupat di Masjid Panembahan Bodho (Sumber Gambar : Nu Online)

Lebaran Ketupat di Masjid Panembahan Bodho

H Walid, seorang pengurus masjid Sabilurrosyad tempat di mana Lebaran Ketupat diselengarakan mengatakan, kegiatan ini sejak dahulu disebut Sholawat Maulid. Sholawat Maulid biasa dilakukan di pengujung Lebaran Ketupat tepat di hari ke-7 Syawal 1435 Hijriah.

PKB Kab Tegal

Saat ditanya perihal awal mula acara seperti ini dilangsungkan, H Walid menjawab, “Sejak saya masih kecil.” Kegiatan ini, menurutnya, sudah menjadi tradisi warga di sekitar masjid Sabilurrosyad di dusun Kauman Wijirejo Pandak, Bantul.

PKB Kab Tegal

Di masa lalu, masjid yang juga dikenal dengan nama masjid Panembahan Bodho itu turut merayakan setiap kali datang peringatan harai besar Islam. “Untuk syi’ar dan ajang silaturahmi. Masyarakat di sini masih berusaha untuk terus menjaga tradisi silaturahmi melalui kegiatan ini agar jangan sampai hilang,” terang H Walid, Ahad (3/8).

H Walid melanjutkan, “Sekarang-sekarang kegiatan ini hanya dilangsungkan di setiap dua lebaran, dan satu lagi di bulan Mulud. Beda dengan zaman saya masih kecil dulu.”

Para hadirin hampir semuanya terdiri atas bapak-bapak yang sudah berumur. H Walid menjelaskan, “Ya memang karena ini kegiatan bapak-bapak. Anak-anak muda biasanya ada di belakang, nyiapke soghatan.”

“Ibu-ibu juga tidak kelihatan karena mereka punya kegiatan masak untuk persiapan bodho kupat tadi sebelum acara ini. Pembacaan sholawatan ini adalah pamungkas dari acara Syawalan atau Halal Bihalal masyarakat sekitar sini,” lanjutnya.

H Walid mengakui bahwa usaha masyarakat di sekitar masjid Panembahan Bodho yang ada di selatan pesantren Al-Imdad Kauman Bantul ini memang masih kalah dibandingkan dengan uri-uri kabudayan yang dilakukan masyarakat di sekitar dusun Mlangi Sleman. Namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat warga untuk terus menjaga benteng ajaran yang konon diwariskan oleh leluhur.

Masyarakat percaya bahwa tradisi ini adalah salah satu bentuk perwujudan dari metode pengajaran yang dijalankan Kanjeng Sunan Kalijogo di masa lalu.

Sementara perangkat Kaur Kesra desa Wijirejo Pandak Hariyadi menjelaskan, “Sebetulnya yang dibaca dalam acara ini sama dengan yang dibaca saat rodatan pada 1 Syawal kemarin. Tapi, kalau rodatan itu nadanya rampak dan meriah di samping juga melibatkan anak-anak muda dan remaja masjid. Sedangkan sholawat maulid di acara Lebaran Ketupat ini nadanya lebih syahdu.” (M Yusuf Anas/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Amalan PKB Kab Tegal

Selasa, 01 April 2014

Kemenag Gelar Dialog Pengembangan Wawasan Multikultural di Papua Barat

Manokwari, PKB Kab Tegal. Kementerian Agama Republik Indonesia melaksanakan gelaran rangkaian acara Dialog/Diskusi Pengembangan Wawasan Multikultural Antara Pemuka Agama Pusat dan Daerah di Propinsi Papua Barat. Dialog ini dilaksanakan di Swiss Belhotel Internasional, Manokwari dari tanggal 10-14 Juli 2012. Gubernur Papua Barat Laksamana Purnawirawan Abram Octovianus Atururi berkenan membuka acara ini dengan ditandai pemukulan gong, Selasa (10/7). 

Dialog dan diskusi ini dinilai penting sebagai langkah strategis untuk mencari formulasi efektif dalam mengelola kemajemukan masyarakat Indonesia.  Demikian dinyatakan oleh Kepala Badan Litbang dan Diklat Kemenag, Machasin dalam sambutannya.

Kemenag Gelar Dialog Pengembangan Wawasan Multikultural di Papua Barat (Sumber Gambar : Nu Online)
Kemenag Gelar Dialog Pengembangan Wawasan Multikultural di Papua Barat (Sumber Gambar : Nu Online)

Kemenag Gelar Dialog Pengembangan Wawasan Multikultural di Papua Barat

Menurut Machasin, Kemajemukan budaya sebagai karunia bangsa Indonesia merupakan perekat yang menyatukan bangsa Indonesia. Kemajemukan perlu dirawat sebaik-baiknya agar tidak menjadi malapetaka.

PKB Kab Tegal

"Kemajemukan tidak harus dilebur. Masing-masing kultur yang berbeda mesti harus dapat hidup berdampingan dengan kekhasannya masing-masing dan menjadi kekayaan bangsa," tandasnya dalam sambutan yang dibacakan oleh H Abdul Azis selaku ketua rombongan.

PKB Kab Tegal

Gubernur Papua Barat Laksamana Purnawirawan Abram Octovianus Atururi saat membuka acara menyatakan, di Papua Barat toleransi antar pemeluk agama tidak perlu diragukan lagi. Bagi orang Papua, toleransi antar pemeluk agama dapat terjadi dengan baik karena masyarakat Papua menganut sistem kekerabatan yang kuat.

"Salah satu contoh kerukunan antar umat beragama di masyarakat Papua Barat adalah pelaksanaan MTQ yang melibatkan kepanitiaan dari berbagai komponen masyarakat luas, termasuk dari agama berbeda," tutur Oktovianus Atururi. 

Sementara itu, dalam sambutannya, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Papua Barat Yuliana Leon menyatakan,  kebebasan beragama adalah potensi yang sangat baik bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun tanpa adanya wawasan multikultural, kebebasan beragama dapat menjadi titik rawan dalam persatuan dan kerukunan antar warga negara.

Redaktur : Syaifullah Amin

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Syariah PKB Kab Tegal