Selasa, 14 Februari 2017

Pedagang Terlalu Banyak, Stan Kongres Fatayat NU Kewalahan

Surabaya, PKB Kab Tegal. Puluhan pedagang tidak bisa berbuat banyak ketika Wahyudi, panitia penanggung jawab stan di acara Konggres Fatayat NU XV di Asrama Haji Surabaya, Jawa Timur, Jumat (18/9), menjalakan tugasnya.

Panitia memang menyediakan lapak khusus bagi para pedagang yang hendak berjualan. Namun, karena terbatasnya persediaan ruang bagi pedagang yang ternyata sangat banyak membuat panitia terpaksa mengambil langkah penertiban.

Pedagang Terlalu Banyak, Stan Kongres Fatayat NU Kewalahan (Sumber Gambar : Nu Online)
Pedagang Terlalu Banyak, Stan Kongres Fatayat NU Kewalahan (Sumber Gambar : Nu Online)

Pedagang Terlalu Banyak, Stan Kongres Fatayat NU Kewalahan

"Kebanyakan para pedagang ini masuk ke stan yang sebenarnya sudah dipesan oleh orang yang sudah konfirmasi," ucap Wahyudi.

PKB Kab Tegal

Kemudian, lanjutnya, mereka dengan sengaja membuka lapak, tanpa menghiraukan imbauannya. “Padahal saya bisa memanggil Banser untuk menertibkanya,” katanya.

PKB Kab Tegal

Kejadian ini dimulai ketika para pedagang gelisah, karena dari pagi sampai malam ini tidak menemukan tempat untuk membuka daganganya. "Di acara nasional ini tidak diperbolehkan berjualan sembarang tempat, kita menyediakan tempatnya dengan membayar sewa 2 juta per stan," kata wahyudi.

Para pedagang hanya bisa pasrah atau mencari tempat alteratif untuk dapat berjualan. Apalagi, terkait ongkos sewa stan tersebut, sebagian dari mereka mengaku keberatan. "Waduh, bingung saya mas, 2 juta," keluh satrio pedagang gelang. (Ahmad Syaefudin/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal IMNU, News PKB Kab Tegal

Minggu, 12 Februari 2017

Guru Tohir Rohili Kampung Melayu

Basis NU Jakarta selain di Kuningan-Mampang Prapatan ialah perguruan At-Thahiriyah di Bukit Duri, Kampung Melayu. Keberadaan radio pemancar perguruan ini menjadi corong Ahlussunah wal Jamaah ala thariqatin nahdliyah. Di tempat inilah para kiai NU dari Jawa Tengah dan Jawa Timur khususnya berkumpul untuk melakukan konsolidasi.

Siapakah pendiri perguruan At-Thahiriyah ini? Ia tidak lain adalah Guru Tohir Rohili. Guru Tohir lahir pada 1920 M. Guru yang cukup populer di kalangan masyarakat beragama di Jakarta ini, sempat bermukim agak lama di Mekkah. Hampir setiap halaqah ilmu di Masjidil Haram, ia datangi semasa mukim di Mekkah.

Guru Tohir Rohili Kampung Melayu (Sumber Gambar : Nu Online)
Guru Tohir Rohili Kampung Melayu (Sumber Gambar : Nu Online)

Guru Tohir Rohili Kampung Melayu

Guru-gurunya antara lain Habib Ali bin Husein Al-Atthas (Cikini) atau sering dipanggil Habib Ali Bungur, Guru Marzuqi (Muara), Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi (Kwitang), Guru Madjid (Pekojan), Syekh Yasin Al-Fadani (Mekkah), dan banyak guru lainnya.

PKB Kab Tegal

Pada 21 Januari 1951 (12 Rabiul Awal 1770 H), ia mendirikan lembaga pendidikan Islam dengan nama Madrasa Diniyyah At-Thahiriyah. Dalam perkembangannya madrasah ini telah menjadi Universitas Islam At-Thahiriyah.

Pada tahun 1967 lembaga pendidikan ini membuka radio dengan nama Radio At-Thahiriyah untuk kegiatan dakwah Islam. Sejak 1968, telah dibentuk Yayasan Ad-Diniyah At-Thahiriyah dengan pendiri utamanya Guru H Muhammad Tohir bin H Rohili, Salbiyah Ramli, Hj Suryani Tohir. Lembaga ini memunyai peran sangat besar dalam kegiatan dakwah Islam di Jakarta, (Tim Peneliti, Ulama-Ulama Betawi yang dikutip Fadhli HS).

Pada awalnya, Guru Tohir Rohili yang lama bermukim di Mekkah, mendirikan beberapa kamar untuk menampung beberapa pelajar sekolah. Kamar-kamar penampungan yang kemudian ditingkatkan menjadi asrama putra-putri itu, terletak bersebelahan dengan masjid tempat Guru Tohir menyelenggarakan majelis taklim, (Direktori Pesantren I diterbitkan Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) Jakarta, 1986).

PKB Kab Tegal

Guru Tohir bersama menantunya HM Syatiri Ahmad dan putrinya Hj Suryani Tohir berusaha agar para pelajar yang menempati asrama memperoleh pendidikan agama. Maka kemudian diselenggarakan pengajian kitab secara sorogan. Dalam perkembangan selanjutnya Kiai Syatiri mencoba mengembangkan sistem madrasah yang kemudian menjelma menjadi madrasah tsanawiyah, aliyah, dan Universitas At-Thahiriyah. Sesudah itu menyusul madrasah ibtidaiyah.

Majelis taklim yang sudah ada tetap dipertahankan dan dikembangkan hingga menjadi salah satu majelis taklim terkenal di Jakarta. Melalui majelis taklim ini, pengajian kitab terbuka bukan hanya bagi pelajar, tetapi juga untuk umum.

Di bawah kepemimpinan Guru Tohir dan menantunya, perguruan At-Thahiriyah berkembang pesat. Keduanya memadukan model pengajaran tradisional dan klasikal. Artinya, pihak pengelola tetap menjalankan aktivitas pengajian dengan model pesantren. Pada saat yang sama, mereka juga memadukan model klasikal sekolah bagi para santrinya.

Pihak pengelola perguruan ini yang terletak dekat rel kereta Jakarta-Bogor ini, juga melakukan pemberdayaan santrinya di luar jam belajar. Misalnya mereka mengadakan pelatihan keputrian untuk para pelajar putri, lomba memasak, busana muslim, juga MTQ. Grup qasidah pesantren ini pernah mengukir juara dalam MTQ seprovinsi Jakarta. Bahkan sejumlah santri dikirim sebagai delegasi pesantren untuk mengikuti pelatihan sejumlah keterampilan mulai dari manajemen, mengelola perpustakaan, penataran juru dakwah, kependudukan.

Mata pelajaran yang diajarkan kepada santrinya antara lain kitab Matan Zubad, Jauhar Maknun, Fathul Qarib, Tanqihul Qaul, Minhajul Qawim, Nashaihul Ibad, Tafsir Jalalain, Nashaihud Diniyah, Alfiyah, Mukhtarul Ahadits. Materi-materi inilah yang diajarkan Guru Thahir pagi dan petang hari.

Selain sibuk di lapangan dakwah, Guru Tohir juga merambah aktivitas di lapangan lainnya seperti gerakan politik dan juga gerakan sosial. Tidak heran kalau Guru Tohir pernah mengemban amanah sebagai anggota DPR.

Dalam lapangan sosial keagamaan, Guru Tohir melibatkan diri dalam gerakan Nahdlatul Ulama (NU). “Perguruan At-Thahiriyah memang terkenal sebagai pusat gerakan NU. Ketika mengadakan pertemuan di Jakarta, para kiai teras PBNU akan berkumpul di majelis At-Thahiriyah. Syekh Yasin dari Mekkah juga tidak melewatkan Bukit Duri untuk disinggahi. Saya sering mengantar guru saya KH Shalihin Muhasyim untuk pertemuan di At-Thahiriyah,” kata Katib Syuriyah ranting Pondok Pinang 1950-an KH Hasbullah, Kebayoran Lama.

Guru Tohir wafat pada bulan Shafar 1420 H yang bertepatan dengan hari Kamis 27 Mei 1999. Ia dikebumikan di kompleks masjid At-Thahiriyah, Bukit Duri, Kampung Melayu. Kini kompleks masjid At-Thahiriyah tetap ramai oleh para pelajar di hari aktif belajar-mengajar. Di samping itu, kompleks masjid kerap menjadi lokasi pengungsian bagi korban banjir luapan kali Ciliwung yang melintasi kawasan rendah Kampung Melayu. (Alhafiz Kurniawan)

*Tulisan ini diambil dari buku 100 Ulama Nusantara dalam Lintas Sejarah Islam Nusantara yang diterbitkan LTM PBNU pada Oktober 2015.

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal IMNU, Humor Islam PKB Kab Tegal

Jumat, 10 Februari 2017

Tetaplah NU Jadi Penyejuk Islam yang Marah

Tanggal 31 Januari 2014 kemarin, NU-ku sudah genap berusia 88 tahun. Angka tersebut bukanlah sekedar angka. 88 bermakna 88 tahun pengabdian NU kepada Indonesia, tanah kelahiran ulama dan nahdliyyin. NU memiliki makna yang berbeda-beda di setiap hati nahdliyyin di seluruh Indonesia.

Bagi saya, mahasiswi yang telah dibesarkan NU selama 21 tahun, NU bermakna sebagai rumah yang senantiasa mengayomi dan menenteramkan hati. Di tengah-tengah merebaknya isu gesekan antara golongan keras Islam dan golongan agama Islam lainnya yang saling mengkafirkan satu sama lain, NU menjadi rumah yang menenangkan. Disaat golongan-golongan keras tersebut begitu mudah menyalahkan yang berbeda dengannya, NU dengan prinsip tasamuh dan tawasuthnya selalu menjadi air yang menyejukkan. Di saat golongan-golongan lain terlalu mudah marah dan tersinggung atas perbedaan, NU selalu sabar dan memaafkan perbedaan.

Saya selalu senang mendengarkan ulama NU berbicara di depan publik. Pembawaannya yang santai namun berwibawa membuat pendengarnya menikmati setiap ucapannya. Ketika saya sedang tidak berada di daerah Jawa Timur (karena memang di JawaTimur banyak nahdliyyin) dan mendengar seseorang berbicara, saya bisa merasakan kalau dia juga nahdliyyin tanpa harus diberitahu.

Hal sederhana itu membuat saya tersenyum dalam hati. Mengapa? Karena saya tidak perlu mikir dua kali atau bahkan suudzon tentang apa yang diucapkan. Bukannya saya selalu suudzon sama orang, tapi kalau yang diucapkan itu cenderung menuju ke pemikiran-pemikiran keras, saya otomatis mikir dulu bahkan menolak ucapannya. Itu berarti kemoderatan NU telah mengakar di otak saya.

Tetaplah NU Jadi Penyejuk Islam yang Marah (Sumber Gambar : Nu Online)
Tetaplah NU Jadi Penyejuk Islam yang Marah (Sumber Gambar : Nu Online)

Tetaplah NU Jadi Penyejuk Islam yang Marah

Saya mengagumi Kiai Said Aqil, karena suatu ketika pernah mendengar beliau berbicara. Pidato beliau yang sangat berisi dengan cara penyampaianya yang enak membuat saya bangga memiliki ulama yang fatwanya selalu menjadi patokan. Fatwa-fatwa yang merupakan ijtihad ulama yang menekankan kontekstualisasi terhadap sumber referensi utama, al-Quran dan Hadits, membuat nyaman warga nahdliyyin dalam menjalankan tugasnya sebagai Hamba Allah, baik fatwa dalam lingkup fiqh, hal-hal ubudiyah, uluhiyah dan lainnya. Hal sederhana tersebut hanyalah secuil dari makna istimewa NU bagi saya.

Di lihat dari sejarahnya, NU merupakan salah satu pendiri bangsa ini. Ulama NU turut berjuang melawan kolonialisme dan akhirnya berhasil meraih kemerdekaan. Kini, 88 tahun NU tetap berjuang, mengabdi dan mengawal bangsa ini bersama kelompok lainnya, saudara sesama. 21 tahun dididik oleh Yayasan Taman Pendidikan dan Sosial NU Khadijah secara mengakar membuat saya mencintai tradisi-tradisi NU diantaranya dibaan atau sholawatan. Berada diantara nahdliyyin yang cinta sholawat begitu berkesan dalam hati, terasa tenteram.

Saat ini, suatu hal yang begitu membanggakan mengetahui terciptanya sebuah republik sholawat, wadah bagi mereka pecinta sholawat dengan tali silaturahmi yang erat satu sama lain. Pemuda-pemudi Nahdliyyin luar biasa ? yang begitu aktif membangun bangsa melalui organisasi seperti PMII, IPPNU dan IPNU membuat saya bangga memiliki teman seperjuangan yang sangat potensial menjadi pemimpin bangsa masa depan.

PKB Kab Tegal

Tidak hanya pandai dalam berorganisasi, namun juga hebat dalam mengkaji kitab. Pemikiran-pemikiran mereka yang nyeleneh tapi asyik ini mewarnai perjalanan saya dalam usaha perwujudan impian untuk mampu menjadi generasi muda NU yang kompetitif dan membawa nama harum NU ke kancah internasional. Beberapa hari yang lalu NU kehilangan satu nyawanya, Mbah KH Sahal Mahfudh. Kesedihan mendalam kehilangan ulama ahli fiqih sosial dirasakan oleh seluruh warga nahdliyyin. Semoga segera akan muncul fuqaha penerus beliau. Mungkin beberapa dari kita? Siapa tahu. Aamiin.

Selamat Harlah NU ke 88, semoga tetap istiqomah mengawal umat di tengah hiruk pikuk kekacauan yang diderita bangsa ini. Tetaplah pada khittahmu, tetaplah menyejukkan kemarahan, menuju Islam yang ramah, bukan Islam yang marah. Kami, nahdliyyin, akan setia menjadi bansermu. (*)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal

PKB Kab Tegal Sholawat PKB Kab Tegal

Senin, 06 Februari 2017

Diklatsar Ke-3 Banser Rembang Komit Perangi Ekstrimisme

Rembang, PKB Kab Tegal. Dalam upaya memerangi ekstrimisme dan radikalisme di Kabupaten Rembang, Satkorcab Banser Rembang kembali menggelar Pendidikan dan Pelatihan Kader Dasar (Diklatsar) ke-3 yang dilaksanakan di Desa Mlagen, Kecamatan Pamotan, Rembang, Jumat (15/7).

Diklatsar Ke-3 Banser Rembang Komit Perangi Ekstrimisme (Sumber Gambar : Nu Online)
Diklatsar Ke-3 Banser Rembang Komit Perangi Ekstrimisme (Sumber Gambar : Nu Online)

Diklatsar Ke-3 Banser Rembang Komit Perangi Ekstrimisme

Dengan mengembil tema Membangun Militansi dan Meneguhkan Ideologi Aswaja Demi Menjaga NKRI, Diklatsar kali ini diikuti 150 peserta didik dari berbagai daerah yang ada di Kabupaten Rembang, diantaranya Kecamatan Kaliori, Sumber, Sulang, Sedan, dan juga Kragan.

Kasatkorcab Banser Rembang Zainal Arifin menjelaskan jika, level Diklatsar pada kesempatan kali ini ditingkatkan menjadi level 2. Dengan harapan mendapatkan calon Banser yang benar-benar militan.

"Level Diklatsar ini tidak seperti biasanya, kita tingkatkan ke level dua, sehingga melahirkan Banser yang benar-benar solid dan militan,” ujar Zainal.

PKB Kab Tegal

Pada mementum kali ini yang bertindak sebagai inspektur upacara pembukaan adalah Wakapolres Rembang Kompol Pranandya S yang mewakili Kapolres Rembang AKBP Sugiharto yang batal hadir dikarenakan ada kunjungan Kapolda Jateng ke Rembang. (Ahmad Asmui/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Hadits PKB Kab Tegal

PKB Kab Tegal

Memuji atau Menyembah Rasulullah SAW?

Makna puji dan sembah secara bahasa bukan hanya tidak berjauhan, tetapi juga bertetangga samping menyamping. Keduanya akur di dalam kamus. Tetapi ini juga yang bikin kalap sekelompok kecil umat Islam seperti kesurupan kalau ada saudaranya memuji Rasulullah SAW.

Bagi orang Islam berjumlah kecil ini, memuji dan menjunjung Rasulullah SAW dengan bacaan sholawat atau upacara tertentu sederajat dengan penyembahan lazimnya kepada Allah. Mereka menyebut muslim penyanjung dan pemuji Rasulullah mengidap syirik bahkan kafir.

Memuji atau Menyembah Rasulullah SAW? (Sumber Gambar : Nu Online)
Memuji atau Menyembah Rasulullah SAW? (Sumber Gambar : Nu Online)

Memuji atau Menyembah Rasulullah SAW?

Menanggapi orang kalap itu, Sayid Ahmad Zaini Dahlan seorang mufti yang sangat disegani di Mekah abad 19 itu tidak terpancing geram. Ia cukup duduk di kursinya lalu menulis risalah panjang untuk mematahkan pendapat mereka.

Dalam risalah berjudul Ad-Durorus Saniyyah fir Roddi alal Wahhabiyyah, ulama yang wafat 1886 M ini menyatakan, khayalan mereka itu tidak benar. Masak orang bertawasul dan berziarah ke makam Rasulullah SAW bisa menjadi syirik dan kafir? Padahal Allah sendiri di dalam Al-Quran menyanjung utusan-Nya dengan penghormatan tertinggi dari segala jenis penghormatan yang pernah diberikan-Nya.

PKB Kab Tegal

Karenanya, kata Syekh Ahmad Zaini Dahlan, kita wajib menakzimkan orang yang ditakzimkan Allah. Dan Dia memerintahkan untuk itu. Semua bentuk ketakziman kepada Rasulullah SAW sama sekali tidak dilarang sejauh menjaga ketentuan syariah dan rambu-rambu keesaan.

PKB Kab Tegal

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? * ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? .? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ?.. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. “Kalau menyifatkan Rasulullah SAW dengan salah satu sifat ketuhanan, tentu saja kita dilarang. M Said al-Bushairi dalam Qashidah Burdah-nya mengatakan,

‘Tinggalkan dakwaan Nashara untuk nabi mereka * Dan tetapkan sesukamu segala pujian bagi Rasulullah dan bijaklah dalam memujinya’

Sanjungan kepada Rasulullah SAW dengan selain sifat ketuhanan, bukan bentuk syirik dan kafir. Justru itu semua terbilang bakti dan bentuk taqarub terbesar kepada Allah. Demikian juga berlaku kepada mereka yang dimuliakan Allah, seperti para nabi, rasul, malaikat, mereka yang teguh iman, syuhada, dan orang saleh. Dalam surah Al-Haj Allah berfirman, ‘Siapa saja yang mengagungkan syiar-syiar-Nya, maka syiar itu adalah ketakwaan hati.’ Masih di surah yang itu juga, ‘Siapa saja menakzimkan yang dimuliakan Allah, maka tindakannya itu lebih baik baginya di sisi Tuhannya’.”

Bentuk penakziman kepada Rasulullah SAW antara lain menyatakan kebahagiaan di malam kelahiran beliau, membaca kitab maulid, berdiri ketika disebut saat-saat kelahirannya, memberi makanan yang biasa disebut berkat, dan segala bentuk kebaikan yang biasa dilakukan umat Islam di bulan maulid. Semua itu, kata Sayid Ahmad Zaini, diulas ulama secara khusus pada karya mereka. Ulama memberikan perhatian istimewa pada isu ini.

Setuju 100%! kata Syekh Islam Ibrahim al-Bajuri. Dalam menguraikan syair Burdah al-Bushairi di atas, al-Bajuri mengatakan setiap umat Islam harus menyatakan pujian yang layak kepada Rasulullah SAW sesuai dengan pangkat dan derajatnya yang sangat tinggi dan mulia di sisi Allah. Tentu dengan catatan berikut agar tidak offside.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. Rasulullah SAW bersabda, “Jangan kalian sanjung aku kelewat batas seperti umat Nashara menyanjung al-Masih. Tetapi sebutlah aku sebagai hamba dan utusan Allah.”

Semua bentuk pemuliaan dan sanjungan tinggi kepada Rasulullah SAW tidak mengandung kebatilan sejauh tidak menempatkannya sebagai Tuhan. Dan warga NU sudah maklum Rasulullah SAW kendati dikaruniakan Allah derajat sangat istimewa, tetap juga posisinya sebagai makhluk. Demikian keterangan al-Bajuri pada Hasyiyatul Bajuri ala Matnil Burdah. Wallahu A’lam (Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Santri, Nasional, Humor Islam PKB Kab Tegal

Jumat, 03 Februari 2017

Kasatkornas Alfa Isnaeni: Jangan Bicara Agama Kalau Tidak Paham

Jakarta, PKB Kab Tegal - Kepala Satuan Koordinasi Nasional (Kasatkornas) Banser H Alfa Isnaeni berpesan kepada anggota baru Banser untuk tidak membahas masalah agama di tengah masayarakat. Menurutnya, bicara agama tanpa bekal ilmu agama yang memadai hanya membuat kekacauan baru di masyarakat.

“Syukur alhamdulillah kalau sahabat sekalian ini pandai membaca kitab kuning. Tetapi kalau tidak bisa, lebih baik belajar,” kata Alfa saat menjadi inspektur upacara penutupan DTD Banser Jakarta Selatan di Kompleks Yayasan KH A Wahid Hasyim, Ciganjur, Jakarta Selatan, Ahad (27/8) pagi.

Kasatkornas Alfa Isnaeni: Jangan Bicara Agama Kalau Tidak Paham (Sumber Gambar : Nu Online)
Kasatkornas Alfa Isnaeni: Jangan Bicara Agama Kalau Tidak Paham (Sumber Gambar : Nu Online)

Kasatkornas Alfa Isnaeni: Jangan Bicara Agama Kalau Tidak Paham

Menurutnya, masalah agama adalah pertanggungjawaban dunia dan akhirat. Jangan mudah berbicara agama.

PKB Kab Tegal

“Butuh ilmu tafsir, ilmu hadits, dan disiplin kelimuan lainnya untuk bicara agama,” kata Alfa.

Kepada seratus lebih peserta diklatsar terpadu, ia mengingatkan kembali tugas Banser sebelum kembali ke masyarakat untuk mendakwahkan Islam Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah.

PKB Kab Tegal

“Tugas sahabat adalah mendakwah Ahlusunnah wal Jamaah An-Nahdliyah. Tetapi ‘dakwah’ harus diartikan secara luas. Artinya, sahabat sekalian harus menghidupkan dan mengawal amaliyah Aswaja NU, yaitu tahlilan, malam Yasin, dibaan, tawasulan, ziarah, manaqib di daerah sahabat masing-masing,” kata Alfa.

Terakhir, ia mengimbau seratus lebih anggota baru Banser ini untuk mengajak anak-anak muda di sekitar sahabat masing-masing untuk masuk Diklatsar.

Sebagaimana diketahui, Diklat Terpadu Dasar (DTD) Angkatan I Satkorcab Banser pada 25-27 Agustus 2017 diadakan oleh GP Ansor Jakarta Selatan. Peserta DTD terdiri atas 112 orang. Peserta terdiri atas kalangan laki-laki dan perempuan. (Alhafiz K)Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Santri, Ubudiyah, Internasional PKB Kab Tegal

PCNU Pangandaran Target Punya 500 Kader Penggerak

Pangandaran, PKB Kab Tegal

Menindaklanjuti hasil Pendidikan Penggerak Nahdlatul Ulama (PKPNU) di Kabupaten Purwakarta minggu lalu, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pangandaran Jawa Barat langsung mengaplikasan pendidikan tersebut dengan melakukan "road show" ke 11 Majelis Wakil Cabang NU (MWCNU).

Dimulai sejak hari Rabu (25/5) hingga Senin (30/5), PCNU Kabupaten yang baru mekar pada 2012 dan menjadi kabupaten ke-27 di Tatar Sunda ini berkunjung ke setiap MWCNU dan melakukan sosialisasi.

PCNU Pangandaran Target Punya 500 Kader Penggerak (Sumber Gambar : Nu Online)
PCNU Pangandaran Target Punya 500 Kader Penggerak (Sumber Gambar : Nu Online)

PCNU Pangandaran Target Punya 500 Kader Penggerak

Salah satunya bagaimana menggerakan organisasi para ulama ini agar terjadi sinergitas antara jamiyah dan jamaah.

PKB Kab Tegal

Koordinator tim PKPNU, Imam Ibnu Hajar mengatakan, selain menyosialisasikan terkait PKPNU, dilakukan juga pendataan calon kader penggerak NU ditingkat MWCNU se-Kabupaten Pangandaran. Hasilnya sudah 110 calon dan akan menjadi penggerak di tingkat kecamatan.

"Intinya para penggerak NU ini agar menyampaikan program tingkat pusat maupun daerah di masjid-masjid sehingga jamaah paham apa yang sedang digelorakan NU," kata Imam, Senin.

PKB Kab Tegal

Imam pun menargetkan, tak kurang dari 500 penggerak dimiliki PCNU Kabupaten Pangandaran karena masyarakat Pangandaran terdiri dari percampuran dua suku (Jawa dan Sunda), serta kultur masyarakat pesisir pantai dan pegunungan.

"Pola dakwah yang dipakai juga tentu harus berbeda. Ada yang melakukan pendekatan budaya serta profesi," ujarnya.

Ketua Tanfidiziyah PCNU Kabupaten Pangandaran, KH Fauzan Azis Muslim menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada tim penggerak kader NU yang telah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai kader penggerak NU.

Ia berharap semua jajaran pengurus MWCNU dapat menindaklanjuti serta mengaplikasikan di wilayah masing-masing apa yang telah disosialisasikan oleh tim PKPNU Kabupaten Pangandaran. (Red: Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Sejarah, Anti Hoax, Pemurnian Aqidah PKB Kab Tegal