Jumat, 24 November 2006

Calon Mahasiswa Diingatkan Penyebaran Ideologi Transnasional di Kampus

Jombang, PKB Kab Tegal. Tantangan yang dihadapi generasi muda kian keras dan mengkhawatirkan. Diperlukan persiapan ekstra sebelum mereka berkiprah di masyarakat atau berbaur dengan komunitas baru.

Calon Mahasiswa Diingatkan Penyebaran Ideologi Transnasional di Kampus (Sumber Gambar : Nu Online)
Calon Mahasiswa Diingatkan Penyebaran Ideologi Transnasional di Kampus (Sumber Gambar : Nu Online)

Calon Mahasiswa Diingatkan Penyebaran Ideologi Transnasional di Kampus

KH Zaimuddin As’ad Wijaya SU, Sabtu (27/7) kemarin mengingatkan sejumlah siswa Madrasah Aliyah Negeri Darul Ulum (MAN DU) Rejoso Peterongan Jombang bahwa generasi muda menghadapi tantangan yang tidak ringan, khususnya dalam hal akidah.

Saat memastikan diri untuk melanjutkan studi ke sejumlah kampus di kota-kota terkenal, maka yang akan dihadapi adalah banyaknya ideologi Islam transnasional.?

PKB Kab Tegal

Salah seorang Majlis Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum (PPDU) ini mengingatkan bahwa di sejumlah kampus ternama itu sudah jamak ditemukan aliran yang akan mengenalkan Islam secara puritan.?

“Mereka akan mempersoalkan amaliah yang sebelumnya telah terbiasa dilakukan di lingkungan pesantren dan sekolah,” katanya saat membuka kegiatan Nuzulul Qu’an di Islamic Center PPDU.?

PKB Kab Tegal

Gus Zu’em, sapaan akrabnya juga mengingatkan bahwa tidak sedikit kalangan yang akan “meminang” mahasiswa baru menjadi pengantin dan diajak untuk melakukan tinbdakan terorisme dengan pendekatan agama.

“Karena itulah pemahaman keislaman ala aswaja hendaknya menjadi pengetahuan dasar bagi para siswa khususnya alumnus pesantren Darul Ulum,” ungkapnya pada acara yang dihadiri para guru, karyawan dan siswa-siswi MAN DU ini.

Ustadz Yusuf Suharto sebagai narasumber pertama memberikan gambaran sekilas tentang sejarah Ahlus Sunnah Wal Jamaah (Aswaja). Alumnus Ma’had Ali ini menandaskan bahwa pilihan untuk berada di barisan Aswaja adalah tepat karena telah sesuai dengan pendapat mayoritas ulama yang bisa dipertanggungjawabkan integritasnya.

“Aswaja lebih menekankan kepada akidah dengan melakukan kritik terhadap aliran qadariyah dan jabariyah yang cenderung berseberangan,” tandas Direktur Aswaja Center PCNU Jombang ini.

Namun ketika Aswaja dibawa ke Indonesia, telah melakukan sejumlah modivikasi dengan memperhatikan dan menghargai kearifan lokal berupa budaya dan hal lain yang telah melekat di bumi Nusantara.?

Narasumber kedua, Ustadz Sholihuddin tidak menampik kalau klaim yang disandarkan kepada amaliyah NU dengan tahayyul bid’ah dan churafat atau TBC. Sehingga tidak sedikit yang mengajak warga NU termasuk para mahasiswa dan kalangan terpelajar untuk “kembali kepada al-Qur’an”.

Terhadap hal ini, Ketua PC Lembaga Ta’lif wan Nashr (LTN) NU Jombang ini justru mengharapkan para siswa MAN DU untuk meladeni tantangan tersebut. Dengan sedikit berseloroh, Gus Sholihuddin mengatakan bahwa “Yang dimaksud dengan kembali kepada al-Qur’an itu adalah kembali kepada terjemahan al-Qur’an,” tandasnya.

Sebenarnya kalau mau melakukan klarifikasi maupun debat dengan kelompok ini sangatlah mudah. “Mereka tidak memiliki kapasitas untuk mendalami al-Qur’an secara benar dan pandangannya tidak dapat dipertanggungjawabkan,” ungkapnya.

Bedah buku “Landasan Amaliah NU” ini merupakan rangkaian peringatan Nuzulul Qur’an yang sebelumnya diisi khatmil Qur’an dan dilanjutkan buka puasa bersama.?

Redaktur ? ? : A. Khoirul Anam

Kontributor: Syaifullah

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Nahdlatul PKB Kab Tegal

Kamis, 16 November 2006

LPBINU Terus Latih Masyarakat dalam Penanggulangan Bencana

Wajo, PKB Kab Tegal. Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) bekerja sama dengan Departmen of Foreign and Trade (DFAT) Australia melakukan pelatihan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dan Participatory Disaster Risk Assessment (PDRA) untuk masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan. Pelatihan dilaksanakan di Gedung PKK Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan.

Pelatihan akan berlangsung selama 4 (empat) hari, mulai 2-5 September 2016. Pelatihan ini diikuti oleh 30 peserta yang berasal dari berbagai institusi, diantaranya LPBINU Kabupaten Wajo, Banom NU, BPBD, PMI, Tokoh masyarakat, PKK, LSM kebencanaan/lingkungan, Tokoh pemuda/karang taruna, Lembaga pendidikan/guru, dan Pelaku usaha kecil dan menengah. Mayoritas peserta merupakan masyarakat Desa Salomenraeng.?

LPBINU Terus Latih Masyarakat dalam Penanggulangan Bencana (Sumber Gambar : Nu Online)
LPBINU Terus Latih Masyarakat dalam Penanggulangan Bencana (Sumber Gambar : Nu Online)

LPBINU Terus Latih Masyarakat dalam Penanggulangan Bencana

Desa Salomenraleng dipilih sebagai lokasi praktek pelatihan dengan pertimbangan bahwa desa ini memiliki risiko tinggi terjadi bencana banjir. Hampir setiap tahun di Desa Salomenraleng terjadi banjir akibat luapan air dari Danau Tempe. Danau tempe mengalami sedimentasi 5-7 cm setiap tahun, dan menjadi potensi ancaman banjir terutama saat musim hujan.?

Dalam Pelatihan PRB dan PDRA ini, sedikitnya akan dibahas 7 materi, meliputi: Konsep dasar manajemen risiko bencana; Kebijakan dan sistem Penanggulangan Bencana; Daur bencana dan tahapan dalam penyelenggaraan Penanggulangan Bencana; Kajian risiko partisipatif dan pengorganisian komunitas; Kajian Analisis Bencana (Ancaman, Kerentanan, Kapasitas, dan Risiko Bencana) dan Tindakan PRB; Pendekatan Kajian/Analisis Pengurangan Risiko Bencana dengan Teknik Participatory Disaster Risk Assessment (PDRA); dan Menakar risiko bencana partisipatif.?

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta diharapkan memiliki pemahaman tentang konsep dan pengertian dasar penanggulangan bencana dan pengurangan risiko bencana; mampu menjelaskan upaya PRB secara komprehensif; mampu menyusun kajian risiko bencana dengan teknik PDRA; dan memiliki kemampuan dasar dalam menyusun rencana aksi pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat.

PKB Kab Tegal

Pelatihan PRB dan PDRA di Kabupaten Wajo dibuka oleh Kepala Pelaksanan Harian BPBD Kabupaten Wajo, H. Alamsyah dalam sambutannya dia menyampaikan bahwa potensi kejadian bencana di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkataan. Dalam kurun waktu 2012-2015, terjadi angin puting beliung 396 kali, banjir 289 kali, longsor 240 kali, dan erupsi gunungberapi 5 kali.?

Di Kabupaten Wajo, lanjutnya, pada tahun 2016, sudah terjadi 3 kali banjir, yaitu pada Bulan Februari, Mei dan Juni. Rangkaian bencana yang terjadi seharusnya tidak membuat putus asa, tetapi justru menggerakkan berbagai pihak terkait bencana di Kabupaten Wajo merumuskan solusi untuk menanggulangi bencana melalui pendekatan pengurangan risiko bencana.?

“Dengan adanya pelatihan PRB dan PDRA ini, mudah-mudahan dapat menambah wasasan dan melahirkan tindakan reaksi yang akan dijadikan isu sentral penyusunan pembangunan daerah, baik di tingkat desa maupun tingkat kabupaten/kota. BPBD Kabupaten Wajo sangat mengapresiasi dan memberikan dukungan penuh terhadap kegiatan ini. Diharapkan rekomendasi dari pelatihan ini dapat disampaikan kepada BPBD untuk dijadikan bahan Penyusunan Penyelenggaraan PB,” tandas Alamsyah. (Red: Fathoni)

PKB Kab Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Sholawat, Kajian PKB Kab Tegal

Kamis, 19 Oktober 2006

Ini Daftar 27 Jemaah Haji Indonesia yang Wafat di Arab Saudi

Jeddah, PKB Kab Tegal - Memasuki pekan ketiga kedatangan di Kota Suci Makkah dan Madinah, jemaah haji asal Indonesia yang wafat mencapai 27 orang.

Menurut data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat), sebagaimana dirilis Ditjen Penyelenggara Haji dan Umrah Kemenag hingga hari Rabu (16/8/2017), jumlah jemaah wafat di Madinah sebanyak 21 orang, dan di Makkah 6 orang.

Ini Daftar 27 Jemaah Haji Indonesia yang Wafat di Arab Saudi (Sumber Gambar : Nu Online)
Ini Daftar 27 Jemaah Haji Indonesia yang Wafat di Arab Saudi (Sumber Gambar : Nu Online)

Ini Daftar 27 Jemaah Haji Indonesia yang Wafat di Arab Saudi

Mayoritas jemaah meninggal karena terkena serangan jantung dan gangguan pernapasan. Terakhir dilaporkan jemaah wafat sebanyak dua orang.

PKB Kab Tegal

Kabar terkini, Ida Rosika P binti Maradaman HSB (78), berasal dari kloter 007 embarkasi Medan, meninggal dunia di pemondokan Makkah karena serangan jantung. Selanjutnya Razali Haka bin Abdul Karim (82), berasal dari 016 Batam, wafat di Masjid Makkah karena serangan jantung.

PKB Kab Tegal

Sementara itu, menurut data Klinik Kesehatan Haji Indoensia (KKHI) Makkah jumah jemaah calon haji yang menjalani rawat inap di KKHI Makkah mencapai 62 orang, yang dirujuk ke Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS) berjumlah 23 jemaah. Sedangkan jemaah haji yang menjalani rawat inap di KKHI Madinah 35 orang dan RSAS MAdinah 69 orang.

Berikut data jemaah wafat sebelumnya:

1. Diah Rialati Kasbullah Tjasuri (SOC 05), wafat 7 Agustus 2017 di RS Al Ansaar, Madinah, karena sakit pada saluran pernapasan.

2. Samidi Ciro Sentono (BTH 06), wafat 7 Agustus 2017 di RS King Fahd karena serangan jantung.

3. Mudjiono Sukibat bin Somodimedjo (SUB 08), wafat 5 Agustus 2017 pukul 10.43 WAS di hotel karena mengalami serangan jantung.

4. Supono Suseno Satari bin Suseno (SUB 07), wafat 5 Agustus 2017 jelang Salat Subuh di halaman Masjid Nabawi karena mengalami serangan jantung.

5. Amnah Hasri Husin binti Husin (MES 02), wafat 4 Agustus 2017 pukul 03.00 WAS di hotel karena serangan jantung.

6. Sarnata Sarun (JKG 05), wafat 3 Agustus 2017 pukul 20.00 di hotel karena serangan jantung.

7. Ilebbi binti Jinatta Lepu (UPG 08), wafat 3 Agustus 2017 jam 16.16 WAS di pelataran Masjid Nabawi karena serangan jantung.

8. Hadiarjo Singarejo Singaleksana Kasenet bin Singarejo Kasenet (SOC 01), wafat 3 Agustus 2017 jam 13.00 WAS di hotel karena serangan jantung.

9. Sukamto bin Sudarman Muryadi (JKS 16), wafat 3 Agustus 2017 di RS Al Anshoor, karena serangan jantung.

10. Indriyani Wahadi Wiyono (SOC 02), wafat 2 Agustus 2017 di RS Al Anshoor, karena penyakit jantung.

11. Agus Salim Mulia Siregar (MES 02), wafat 1 Agustus 2017, karena trauma pada tulang leher disebabkan terjatuh.

12. Umi Nadiroh Yunus Husen (SUB 05), wafat 31 Juli 2017 di RS Al Anshoor, karena mengalami serangan jantung.

13. Marfuah merupakan jemaah dari kloter 17 embarkasi Surabaya (SUB 17), wafat di Al Dar Hospital Madinah karena mengalami serangan jantung.

14. Engkos Kostiman bin Darya dari embarkasi JKS 6, asal Parung, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, wafat di Makkah karena serangan jantung.

15. Slamet Tarni Achad (62), calon haji asal Ploso Kandang, Tulungagung, Jawa Timur, mengembuskan napas terakhir di Makkah karena gangguan saluran pencernaan.

16. Risda Yarni Muhammad Rasyid (47) dari embarkasi Batam kloter 6. Meninggal di pemondokan, Madinah.

17. Siti Aminah Janip Sain (53) jemaah haji dari kloter 11 Jakarta-Bekasi, meninggal di pemondokan, Makkah, akibat serangan jantung.

18. Imas Yuhana Misbah dari Embarkasi Jakarta-Bekasi atau JKS 3 berumur 61 tahun, wafat di Makkah karena terkena serangan jantung.

19. Ilyas Muhammad Jasa dari embarkasi Batam atau BTH 8, wafat di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS) Madinah. Ilyas meninggal dunia dalam umur 64 tahun.

20. Ramlah Abdul Jalil Silalahi asal embarkasi Medan atau MES 8. Ia meninggal di pemondokan saat mengikuti rangkaian ibadah Arbain di Madinah. Ramlah meninggal di usia 69 tahun.

21. Dahlia Hanum Nasution (60), berasal dari Embarkasih Medan kloter 5 (MES 5), meninggal pada 12 Agustus 2017 di Rumah Sakit Arab Saudi akibat serangan jantung.

22. Jembar Untung Semo (61), berasal dari Embarkasih Surabaya kloter 18 (SUB 18), meninggal pada 14 Agustus 2017 di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS) akibat gangguan pernafasan.

23. Suyahtri Kasmi Tohjoyo berusia 51 tahun, berasal dari Embarkasih Surabaya Kloter 7 (SUB 7). Meninggal di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS) karena serangan jantung.

24. Dadang Iskandar Empan, berusia 65 tahun dan jemaah dari Jakarta kloter 35 (JKS 35). Meninggal di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS) akibat serangan jantung.

25. Nasiman Mochamad Sahlan (65), dari kloter 46 Solo (SOC 46). Meninggal di pemondokan karena ada pendarahan dalam tubuhnya.

Unified Operations Center (UOC) Arab Saudi berkomitmen selalu siap menghadapi berbagai kondisi darurat. Seperti dilaporkan Arab News, Direktur Jenderal UOC di wilayah Makkah Ali Al-Ghamdi mengatakan, pihaknya beroperasi dalam lima shift untuk mengakomodasi lebih banyak panggilan dan perkiraan kenaikan dalam laporan darurat selama musim haji.

“Sistem ini berhasil selama musim haji tahun lalu,” tambahnya.

Kepala Humas di UOC, Mayor Abdullah Baghdadi, mengatakan, UOC memiliki peran kunci dalam menyatukan dan mengoordinasikan upaya sejumlah badan keamanan.

UOC biasanya menerima 45.000 panggilan setiap hari, namun angka ini meningkat menjadi 67.000 pada musim haji terakhir, tambahnya. (Red: Mahbib)



Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Makam PKB Kab Tegal

Jumat, 13 Oktober 2006

Perkuat Organisasi, PCNU Jakarta Selatan Lantik Kepengurusan LTN NU

Jakarta, PKB Kab Tegal - H Sima dilantik sebagai Ketua Lembaga Ta’lif wan Nasyr Nahdhatul Ulama (LTN NU) Jakarta Selatan. Ia bersama kepengurusan baru LTN NU Jaksel ini dikukuhkan sebagai pengurus LT NU Jaksel oleh Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jakarta Selatan KH Abdul Razak Alwi di aula Darul Marfu’, Radio Dalam, Jakarta Selatan, Ahad (6/8) malam.

Pengukuhan pengurus LTN NU Jakarta Selatan ini dibarengi dengan peluncuran buku Indahnya Toleransi di Tanah Sultan karya H Sima. Tampak hadir segenap kiai, Ketua LTN PBNU Hari Usmayadi, pemkot Jaksel, Kapolresta Jaksel serta nahdhiyyin sejabodetabek.

Perkuat Organisasi, PCNU Jakarta Selatan Lantik Kepengurusan LTN NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Perkuat Organisasi, PCNU Jakarta Selatan Lantik Kepengurusan LTN NU (Sumber Gambar : Nu Online)

Perkuat Organisasi, PCNU Jakarta Selatan Lantik Kepengurusan LTN NU

Kiai Abdul Razak Alwi mengatakan, “Kalau dilihat dari kiprah dan gelarnya, saya kira tidak pantas H Sima ini masih ditempatkan di struktural LTN NU, bahkan di PCNU pun tidak. Bagi saya ketua LTN NU kita ini hanya pantas didudukan di PBNU. Hal ini menunjukkan bahwa bukanlah struktur yang dikejar oleh ketua kita, melainkan berkah dari Allah SWT.”

Ketua LTN NU Jaksel H Sima mengatakan, “Program terdekat kami adalah menerbitkan buku yang sudah selesai. Insya Allah akan diterbitkan dengan label LTN NU Jakarta Selatan sebagai upaya dakwah-dakwah Islam kami.”

PKB Kab Tegal

Momen pelantikan ini, menurutnya, adalah momen pertama dan sekaligus langkah awal untuk melanjutkan tradisi NU keluarganya, Kiai Cholil Bangkalan di Madura.

PKB Kab Tegal

“Berjuang dalam dakwah Islam Aswaja adalah amanat para leluhur, khusus pribadi saya, dakwah di jalur NU tidak lain merupakan amanat dan warisan dari keluarga saya. Dengan demikian saya memohon kepada para kiai, ulama dan ustadz untuk membimbing kami dalam mengemban tugas ini,” lanjut H Sima.

Sebelumnya, H Sima menempuh pendidikan di Universitas Ummul Qurro Mekkah. Ia sudah menulis 154 buku. (Red Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Sholawat, Pertandingan, Nusantara PKB Kab Tegal

Jumat, 28 Juli 2006

Soal Kurikulum Ma’had Aly, Kiai Masdar: Selain Qiroatul Kutub, Penting juga Qiroatul Ummah

Jakarta, PKB Kab Tegal

Rais Syuriyah PBNU KH Masdar Farid Mas’udi ikut memberikan kontribusi materi dalam rangka penyusunan kerangka kurikulum Ma’had Aly. Kegiatan bertajuk Halaqah Nasional ini berupaya memberikan sumbangsih pemikiran terkait kurikulum yang akan diterapkan di Ma’had Aly. Acara ini dilaksanakan di Hotel Media Jakarta, Kamis (2/6).

Soal Kurikulum Ma’had Aly, Kiai Masdar: Selain Qiroatul Kutub, Penting juga Qiroatul Ummah (Sumber Gambar : Nu Online)
Soal Kurikulum Ma’had Aly, Kiai Masdar: Selain Qiroatul Kutub, Penting juga Qiroatul Ummah (Sumber Gambar : Nu Online)

Soal Kurikulum Ma’had Aly, Kiai Masdar: Selain Qiroatul Kutub, Penting juga Qiroatul Ummah

Menurut Kiai Masdar, para mahasantri di Ma’had Aly juga penting dibekali kemampuan membaca umat. “Dididik juga soal kepemimpinan, kemampauan membaca umat, jadi bukan hanya qiroatul kutub (pengajaran kitab kuning), tetapi qiroatul ummah (kemampuan membaca umat),” ujarnya.

Salah satu Muassis atau perintis Ma’had Aly ini menilai bahwa kemampuan membaca umat ini penting karena semua ilmu agama yang bersumber dari kitab kuning atau kitab klasik penerapannya untuk masyarakat. Jangan sampai lulusan Ma’had Aly tak mampu membaca umat sehingga dakwah agama tidak dipahami atau bahkan tidak diterima oleh masyarakat.

“Ilmu agama itu pasarnya masyarakat, jadi kalau sasarannya mereka, maka kita harus memahami berbagai kondisi sasaran itu, yakni masyarakat. Jangan sampai tidak memahami karena bisa salah alamat,” terangnya.

Menurut kiai yang sudah malang melintang dalam kajian kepesantrenan ini, kekurangan dari studi agama itu adalah kemampuan membaca masyarakat. Jadi seolah-olah agama itu berdiri sendiri, padahal ilmu-ilmu tersebut mau dibawa ke masyarakat luas.

PKB Kab Tegal

“Jadi ilmu kita tidak hanya mengurai teks atau nash, tetapi kemampuan mengurai masayarakat juga penting sebagai sasaran penerapan nash tersebut. Jadi qiroatul kutub itu sesungguhnya bisa sekali ditransfer ke dalam ilmu sosial melalui penerapannya sehingga ilmu agama tidak teralienasi (terasingkan),” papar Kiai Masdar.

PKB Kab Tegal

Lebih jauh, dia menjelaskan bahwa ketika ilmu agama berusaha diterapkan di masyarakat, lulusan Ma’had Aly juga harus mampu memahami karakter masyarakat yang berada di pedesaan maupun perkotaan. Sehingga metode dan menu yang disajikan juga tidak sama.

“Pemahaman tersebut yang sering diabaikan oleh para pengkaji studi agama sehingga memahami teks dan memahami sosial-masyarakat, budaya, tradisi yang berkembang, sama pentingnya,” tandas Kiai Masdar.?

Kementerian Agama baru saja menerbitkan Surat Keputusan (SK) tentang Izin Pendirian Ma’had Aly pada Pondok Pesantren, Ahad (29/5/2016) lalu di Pesantren Tebuireng Jombang. Ada 13 Ma’had Aly yang telah menerima SK ini dan masing-masing membuka satu dari 6 pilihan program studi, yaitu Sejarah dan Peradaban Islam, Fiqih dan Ushul Fiqih, Tafsir dan Ilmu Tafsir, Hadits dan Ilmu Hadits, Aqidah dan Filsafat, serta Tasawuf dan Tarekat.? (Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Internasional, IMNU PKB Kab Tegal

Rabu, 19 Juli 2006

Deklarasi Nahdlatul Ulama Diharapkan Jadi Solusi Kemelut Dunia Islam

Jakarta, PKB Kab Tegal

Kegiatan International Summit of The Moderate Islamic Leaders (Isomil), Senin-Rabu (9-11/5) di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan Jakarta ditutup dengan menghasilkan Deklarasi Nahdlatul Ulama. Deklarasi tersebut merupakan komitmen NU dan ulama-ulama di dunia untuk mewujudkan Islam sebagai agama yang benar-benar membawa kebaikan dan kemaslahatan bagi seluruh umat manusia.

Deklarasi Nahdlatul Ulama Diharapkan Jadi Solusi Kemelut Dunia Islam (Sumber Gambar : Nu Online)
Deklarasi Nahdlatul Ulama Diharapkan Jadi Solusi Kemelut Dunia Islam (Sumber Gambar : Nu Online)

Deklarasi Nahdlatul Ulama Diharapkan Jadi Solusi Kemelut Dunia Islam

Katib Syuriyah PBNU KH Yahya Cholil Staquf kepada PKB Kab Tegal sesaat setelah pembacaan dekalarasi mengatakan bahwa deklarasi tersebut merupakan harapan sekaligus jalan keluar dari kemelut dunia Islam saat ini.

Gus Yahya menegaskan kepada pihak-pihak tertentu agar jujur dan mengakui apa yang menjadi sumber masalah dunia Islam sekarang ini. “Kalau kita jujur apa yang menjadi sumber masalah, kita bisa menemukan solusi,” ujarnya, Selasa (10/5).

Ketika ditanya apa yang dimaksud dengan tidak jujur, putra almaghfurlah KH Cholil Bisri ini menjelaskan, selama ini pihak-pihak tertentu menutup-nutupi masalah. Mereka bilang kemelut tersebut tidak ada hubungannya dengan Islam, mereka juga bilang hal ini tidak ada hubungannya dengan Islam.

PKB Kab Tegal

“Kita bisa ambil contoh KH Hasyim Asy’ari dalam Risalah Ahlussunnah wal Jamaah-nya. Beliau sejak dulu jujur bahwa ada orang-orang yang menafsirkan Islam dengan cara berbahaya dan sudah disebut oleh Beliau siapa saja. Dan hal itu merupakan model penafisran yang menjadi sumber legitimasi politik oleh negara-negara yang sedang berkonflik di Timur Tengah sekarang,” papar Gus Yahya.

Dia menjelaskan terkait dengan deklarasi tersebut untuk para pemimpin Islam moderat bahwa NU akan datang dan mengajak mereka untuk bergabung dalam membangun dunia yang damai. “Kita akan melihat nanti siapa yang menginginkan jalan keluar dan siapa yang ingin berjuang dengan NU, kita akan lihat nanti,” tutupnya. (Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal

PKB Kab Tegal Budaya, Nahdlatul Ulama PKB Kab Tegal

Jumat, 03 Maret 2006

Muslimat NU DKI Tunggu Gebrakan 100 Hari Jokowi

Lima belas Oktober lalu, warga DKI Jakarta memiliki gubernur baru. Nama Jokowi-Basuki cukup populer satu bulan terakhir. Keduanya terpilih sebagai pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur baru DKI Jakarta. Wartawan PKB Kab Tegal Alhafidz Kurniawan mewawancarai Ketua Pimpinan WIlayah Muslimat NU DKI Jakarta, Hj. Hizbiyah Rochim pertelepon, Kamis (18/10) petang. Berikut petikan wawancaranya.

Apa harapan Muslimat NU DKI Jakarta kepada Gubernur baru?

Muslimat NU DKI Tunggu Gebrakan 100 Hari Jokowi (Sumber Gambar : Nu Online)
Muslimat NU DKI Tunggu Gebrakan 100 Hari Jokowi (Sumber Gambar : Nu Online)

Muslimat NU DKI Tunggu Gebrakan 100 Hari Jokowi

Kita berharap Pak Jokowi merealisasikan janji-janjinya kepada rakyat DKI Jakarta. Misalnya soal pengentasan rumah kumuh, jaminan kesehatan, pendidikan, dan janji lainnya. Kami juga berharap agar Jokowi ini mengemban amanah dalam lima tahun ke depan. Dengan begitu, ia tidak setengah-setengah membenahi persoalan di Jakarta.

Terkait sosial-keagamaan?

PKB Kab Tegal

Saya dengar kiprahnya di Solo cukup baik dengan dunia kemasyarakatan dan keagamaan. Dan kita sebagai tokoh masyarakat termasuk ulama-ulamanya, harus menjemput bola. Tokoh-tokoh ini penting untuk memberikan masukan-masukan kepada Pak Jokowi sebagai Gubernur baru DKI Jakarta. Tentunya ia akan mendengarkan masukan tersebut demi kemaslahatan, ukhuwah Islamiyah, dan kesejahteraan warga DKI.

Kita tidak boleh diam, tetapi harus mengadakan pendekatan-pendekatan. Kita, sejumlah ormas keagamaan, termasuk MUI harus mendukung program-program Pak Jokowi. Para ulama dan habib harus menyambut positif kehadiran Pak Jokowi. Kita tidak boleh menyikapinya secara negatif.

PKB Kab Tegal

Pemimpin itu tergantung lingkungan. Siapa lagi yang melindungi pemimpin kita kalau bukan kita sendiri.

Apa tanggapan ibu terkait ormas Islam tertentu yang menyudutkan Wagub DKI Jakarta yang nonmuslim?

Kita boleh berjuang. Tetapi semua ada aturan dan kondisinya. Artinya saat untuk mengkritisi pemimpin belum saatnya. Orang (pemimpin-red.) belum kerja, sudah dikritisi? Nanti dulu. Kita harus lihat dulu kenyataannya ke depan. Meskipun Wagub nonmuslim, tetapi kalau memberikan kemaslahatan kepada banyak orang, kita harus mendukungnya.

Ini belum apa-apa, sudah diginikan-ginikan? Jadi kerjanya akan terganggu. Ini nggak benar. Kita di Islam, ya nggak boleh seperti itu. Justru kita berkiprah bersama dalam membenahi DKI Jakarta. Tinggal dilihat bagaimana nanti ke depannya?

Kita lihat dulu 100 hari ke depan seperti apa, baru kasih masukan kepada pemimpin dimana kurangnya. Tetapi itu pun harus mengerti jalur dan salurannya. Jangan sampai Islam kita ini dicederai oleh segelintir umat Islam sendiri. Kita tidak menginginkan hal tersebut tentunya. Umat Islam kok menodai Islam sendiri? Nggak boleh itu. Kita bekerja yang cantik lah…

Ada mekanismenya?

Saya kira semua ada strateginya lah. Etikanya pun ada. Kita harus tahu itu. Bukan harus demonstrasi. Itu bukan solusi. Solusi itu yang memberikan kemaslahatan kepada masyarakat.

Harus punya itikad baik?

Iya harus punya niat baik dalam memberikan masukan (kepada pemimpin-red.). Kalau warganya selalu su’uzan, ya repot. Bagaimana kita bisa membangun Jakarta? Maka itu kita harus memiliki semangat yang baik untuk membangun kota Jakarta bersama-sama. Tinggal dilihat ke depan seperti apa? Kita evaluasi sambil jalan nanti.

Tantangan ke depan?

Saya kira setiap pemimpin akan mendapat tantangan. Semua pemimpin akan hadapi itu, tidak hanya gubernur DKI Jakarta saja. termasuk pemimpin ormas, politik, dan pemimpin di pelbagai bidang. Tantangan itu pun harus dilihat dulu. Kalau tantangannya untuk memajukan masyarakat Jakarta, tentu mau tidak mau harus diatasi.

Dilihat dari pelantikan kemarin, siapa sih yang menghendaki Pak Jokowi? Rakyat toh? Pak Jokowi ini kan dipilih oleh masyarakat sendiri. Dan tentunya kebijakannya harus kembali kepada rakyat.

Selain itu kita harus melihat DPRD. Peran DPRD di sini juga cukup menentukan, terkait anggaran, program, dan sebagainya. Saya kira Pak Jokowi juga harus bisa melakukan pendekatan dengan DPRD. Tetapi saya pikir Pak Jokowi jauh hari sudah mengerti strategi dan caranya.

Redaktur: A. Khoirul Anam 

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Warta PKB Kab Tegal