Santri Bangga Belajar di Pesantren Al-Ashriyyah (Sumber Gambar : Nu Online) |
Santri Bangga Belajar di Pesantren Al-Ashriyyah
Mansur, salah seorang santri asal Wonosobo Jateng yang baru enam bulan nyantri menceritakan kepada PKB Kab Tegal disela-sela acara MLB, Kamis (1/5) bahwa ia senang bisa belajar di pesantren ini.“Disini berkualitas mas, kegiatannya banyak dan padat sekali, sampai-sampai untuk mandi pun kita harus buru-buru,” katanya dengan mata berbinar yang diamini oleh beberapa temannya yang ikut nimbrung bersama PKB Kab Tegal.
PKB Kab Tegal
Aktifitas para santri dimulai pukul 04.00 pagi untuk mandi dan menjalankan sholat malam. Sehabis sholat shubuh, mereka melakukan senam kesegaran jasmani dan sarapan. Lalu mengikuti sekolah hingga pukul 11.30. Berbagai aktifitas, ibadah, belajar, makan, kursus, dan lainnya terus mengalir sampai mereka istirahat kembali pada pukul 22.00 untuk menuju peraduan guna persiapan esok harinya.Pelajaran yang diajarkan di pesantren ini memadukan antara kurikulum depdiknas dan pengajaran pesantren berbasis kitab kuning serta tambahan berbagai kursus sehingga santri mendapatkan pengalaman hidup secara komprehensif.
PKB Kab Tegal
Saat dikonfirmasi PKB Kab Tegal apakah benar semuanya gratis bagi 12.000 santri yang tinggal disana, ia menegaskan bahwa hal ini memang benar adanya. Tak sepeserpun uang yang dikeluarkan untuk membayar biaya sekolah, makan dan kesehatan. Kebutuhan jajan juga sedikit karena santri dibatasi keluar dari pesantren sehingga tak banyak mengeluarkan uang untuk jajan.Untuk menu makan yang disediakan, ia mengatakan sudah cukup memadai asupan gizinya dengan lauk tempa, tahu, ikan gabus atau telur yang selalu berganti-ganti setiap hari. Sayur juga selalu disediakan acap kali makan.
Bukan hanya sampai disini, Mansur menuturkan Abah, panggilan untuk Pengasuh Ponpes Habib Saggaf meminta para santri untuk belajar di Ponpes ini minimal 10 tahun. “Nanti dicarikan jodoh santri putri sini, biaya nikah juga ditanggung,” tandasnya.
Pesantren ini memang sudah biasa mengadakan acara besar, teman-teman Manshur menuturkan saat paling ramai adalah pada peringatan Maulid Nabi. masyarakat dari Parung Bogor dan sekitarnya tumplek blek memeriahkan acara ini.
Lalu, bagaimana pesantren ini membiayai seluruh kebutuhan santri secara gratis, Manshur kurang tahu. Dari hitung hitungan kasar, jika setiap hari seorang santri membutuhkan biaya 10.000 rupiah, maka dibutuhkan 120 juta per hari, 3.6 Milyar per bulan dan 43.8 Milyar per tahun.
“Yang jelas Abah hidupnya sangat sederhana, semuanya didedikasikan untuk santri,” tandasnya.
Diceritakannya, pernah suatu ketika, Habib Saggaf dimintai doa agar oleh seorang tamu agar ia dimudahkan rizki. Selang beberapa waktu kemudian usahanya menjadi sukses dan ia datang kembali ke pesantren sambil membawa hadiah sebuah mobil seharga 1.6 Milyar.
Namun demikian, habib berniat menjual mobil tersebut untuk dibelikan sawah yang akan dijadikan asset pesantren. Si pengusaha tersebut melarang mobil tersebut dijual dan sawah tersebut dibeli dan diwakafkan ke pesantren sehingga total dana yang diberikan ke pesantren totalnya lebih dari 3 Milyar.
Menurut Manshur, Habib Saggaf memang banyak tamu dan kenalan, baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri seperti di Kuwait, Brunei Darussalam, Italia, Jerman dan lainnya.
Bagi mereka yang ingin belajar di pesantren ini, terdapat dua masa bagi santri untuk mendaftarkan diri di ponpes ini, yaitu pada bulan Maulid dan bulan Syawal. Dan semua santri diwajibkan untuk sekolah selain mengaji kitab.
Dalam acara MLB ini, para santri terlibat penuh untuk mensukseskan kegiatan. Mereka menyediakan konsumsi, akomodasi dan menyediakan segala kebutuhan peserta muktamar.
Kepada para peserta, mereka juga bersikap sangat ramah. PKB Kab Tegal yang ikut antrian wudhu untuk sholat jamaah dipersilahkan dahulu. Menyediakan air untuk membasuh kaki dan kebutuhan lainnya. (mkf)Dari Nu Online: nu.or.id
PKB Kab Tegal Kajian PKB Kab Tegal