Kamis, 27 Desember 2012

Sekretaris GP Ansor Kota Tasik Jadi Kepala KUA Termuda di Jabar

Tasikmalaya, PKB Kab Tegal. Keaktifan di organisasi tak mesti menghalangi karir seseorang. Seperti dialami Husna Mustofa (30) yang pada Jumat (11/11) dilantik menjadi Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat.

Atas dilantiknya Husna Mustofa ini, telah ditoreh sejarah baru dilingkungan Kementerian Agama bahwa Husna sebagai Kepala KUA termuda di Jawa Barat. Pasalnya baru pertama kali PNS berusia 30 tahun sudah menjadi Kepala KUA.

Sekretaris GP Ansor Kota Tasik Jadi Kepala KUA Termuda di Jabar (Sumber Gambar : Nu Online)
Sekretaris GP Ansor Kota Tasik Jadi Kepala KUA Termuda di Jabar (Sumber Gambar : Nu Online)

Sekretaris GP Ansor Kota Tasik Jadi Kepala KUA Termuda di Jabar

Husna merupakan Sekretaris Gerakan Pemuda Ansor Kota Tasikmalaya periode 2015-2019. Ia dikenal sebagai aktifis tulen yang sudah aktif di Nahdlatul Ulama (NU) sejak pelajar. Ia sudah aktif di Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan menjabat Ketua IPNU Kota Tasikmalaya periode 2006-2008.

Lepas dari IPNU, masuk keanggotaan GP Ansor yang kemudian ketika ada tes PNS di Subang Jawa Barat tahun 2009, ia turut seleksi dan lolos. Meski demikian, status sebagai PNS tak menghalangi dia untuk terus aktif. Ia terus mengabdi sampai menjadi Sekretaris GP Ansor Kota Tasikmalaya periode 2015-2019.

Keaktifan Husna di lingkungan NU pun berbuah berkah. Puncaknya menjadi Kepala KUA setelah enam tahun menjadi Fungsional Pengembang Penyuluhan Syariah.

PKB Kab Tegal

"Memang termuda. Pak Husna sudah layak memimpin KUA meski masih muda," kata Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Tasikmalaya, H. Munadi selepas pelantikan.

Diangkatnya Husna menjadi Kepala KUA di Kecamatan yang menjadi pusat Kota Tasikmalaya ini sampai juga ketelingan Ketua GP Ansor Kota Tasikmalaya, Ricky Assegaf.

Ricky langsung menyambangi kediaman Husna di Perum Pagaden Kawalu Kota Tasikmalaya menyampaikan rasa bangganya.

"Tah ieu teu barokahna aktif di NU teh (Nah ini barokah aktif di NU)...Selamat Pak Sekum..hahaha," kata Ricky sambil diikuti tawa Husna.

PKB Kab Tegal

Husna pun mengiyakan mulusnya karir dia sebagai PNS tak lepas dari barokah Nahdlatul Ulama. Ketika tes PNS saja hanya punya uang Rp 100 ribu, tapi bisa lolos di Kementerian Agama.

"Mungkin barokah itu datang terus menerus. Semoga saya amanat. Mudah-mudahan sampai bisa menjadi Kepala Kemenag nanti mah..hehe," ucapnya sambil bercanda. (Nurjani/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Olahraga, Cerita, Internasional PKB Kab Tegal

Jumat, 21 Desember 2012

Intelektual dan Arogansi Gerakan Mahasiswa

Oleh? Ahmad Riyadi

Kabar buruk menggumpal di langit kampus ketika segerombolan mahasiswa secara terang-terangan menolak nilai-nilai pluralitas, demokrasi, serta tak luput dari bidikan mereka untuk mendirikan negara khilafah. Entah dari mana pikiran sempit itu muncul, yang jelas, fanatisme agama—baik dalam lingkup kecil seperti kampus atau masyarakat secara luas—merupakan tantangan besar bagi kita dalam berbangsa dan bernegara.

Siapa pula dapat mengira, bahwa kampus yang oleh Plato dikatakan sebagai propopuli discimus (kita belajar untuk rakyat) ternyata menjadi tanah lapang bibit-bibit fanatisme tumbuh. Bahwa kampus yang konon mempunyai fungsi Tri Dharma Perguruan Tinggi—pendidikan, penelitian, pengabdian—jauh dari harapan ideal dan kenyataan.?

Intelektual dan Arogansi Gerakan Mahasiswa (Sumber Gambar : Nu Online)
Intelektual dan Arogansi Gerakan Mahasiswa (Sumber Gambar : Nu Online)

Intelektual dan Arogansi Gerakan Mahasiswa

Tetapi berbicara fanatisme seperti kasus di atas, tidak cukup menyandarkan segala macam persoalan dan solusi kepada pihak yang secara struktural terikat dengan kampus. Kampus tidak berdiri sendiri; ada masyarakat, keluarga, ormas dan keagamaan sampai organisasi kemahasiswaan ekstra yang turut serta berada di dalam lingkaran itu dengan kapasitas kepentingan yang beragam.

Lantas bagaimana peran pihak-pihak tersebut bertanggung jawab menjaga keutuhan Indonesia dari bahaya fanatisme agama, dalam lingkup paling kecil sekalipun seperti kampus?

Intelektual anti-Intelektualitas

PKB Kab Tegal

Ada dua pengertian tentang kaum intelektual. Pertama adalah pengertian Bendaian tentang kaum intelektual yang harus menjaga jarak dengan kekuasaan. Kedua yaitu, kaum intelektual harus melakukan keberpihakan terhadap kelompok tertentu sebagaimana termaktub dalam pengertian Gramscian.?

Tetapi, diartikan bagaimanapun kaum intelektual, publik mengamini bahwa kaum intelektual harus berpihak pada kejujuran dan kebenaran di tengah perubahan dan tantangan sosial. Kiranya itu yang di lakukan Soekarno, Hatta, Tan Malaka, Mbah Hasyim, Mahbub Djunaidi sampai Cak Nur dan Gus Dur sebagai kaum intelektual. Mereka adalah kaum intelektulal yang mendedikasikan ide, gagasan, bahkan hidupnya kepada kelompok-kelompok minoritas yang mengalami ketertindasan oleh kekuasaan, menjunjung keadilan dan nilai-nilai universalitas kemanusian.?

PKB Kab Tegal

Di tengah ancaman fanatisme agama yang dewasa ini muncul; penolakan terhadap nilai-nilai universalitas kemanusiaan jelas menunjukkan semakin menggejalanya tindakan intoleransi yang mememecah belah bangsa. Kaum intelektual (baca: kader) organisasi kemahasiswaan, harus menunjukkan keberpihakannya; menjaga kesatuan Indonesia dari bahaya fanatisme agama untuk menjaga keutuhan bangsa dan kebhinekaan.

Kendati persoalan itu sudah tampak di kelopak mata beserta bahayanya, tak banyak perhatian yang diberikan oleh organisasi kemahasiswaan. Meminjam bahasa Martin Suryajaya (2016), mereka kaum intelektual yang penerapan fungsinya mengarah kepada kemubaziran sosial. Suatu keadaan yang mencemaskan ini ditandai dengan arogansi mahasiswa untuk melakukan gerakan-gerakan non-politis dan non-profit secara ekonomi, tapi dibutuhkan keberadaannya oleh masyarakat.?

Berbasis realitas

Fanatisme muncul akibat pengklaiman ? kepercayaan paling baik kelompok tertentu ketimbang kelompok lainnya sebagaimana tertera dalam buku Kala Agama Jadi Bencana (Charles Kimball, 2013). Budi Gunawan dalam artikelnya berjudul Horor Fanatisme, mengatakan bahwa gagasan besar yang tertindas dalam kultur modern adalah Tuhan. Ia menilai, dalam kultur modern fanatisme agama kian tak terbendung, bahkan dengan wajah teror dan pembunuhan. Parahnya, mereka yang melakukan adalah yang mengaku lebih dekat dengan Tuhan (Koloni Keadilan, 2006).

Dalam masyarakat kita sekarang ini, apa yang dikatakan Kimball maupun Budi Gunawan nyatanya menemukan relevansinya. Kaum agamawan nyaris lupa menghadirkan agama yang manusiawi. Pluralitas masyarakat dari aspek budaya, agama, dan ideologi diindahkan karena klaim berlebihan terhadap kebenaran kelompoknya sendiri. Dampaknya, memandang kelompok lain yang berbeda, adalah "najis" sehingga harus dimusnahkan.?

Gerakan anti universalitas kemanusiaan perlu mendapatkan perhatian dari gerakan mahasiswa. Perlawanan gerakan terhadap pemakzulan nilai-nilai universalitas sangat memungkinkan jika gerakan mahasiswa kembali ke tengah-tengah kesulitan dan problem masyarakat. Mereka hadir dengan seperangkat dan kadar intelektual untuk mewacanakan agama dan Tuhan dengan spirit humanis.

Karena bagaimanapun, keutuhan bangsa Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran agama, baik secara nilai maupun gerakan. Jangan sampai, fakta ini dinodai dengan munculnya gerakan-gerakan fanatisme yang justru membawa agama pada keburukan. Dan itulah tugas gerakan mahasiswa hari ini, mewacanakan agama yang humanis sebagai counter gerakan fanatisme agama.?

Penulis adalah? Anggota Biro Penelitian dan Pengembangan Cabang PMII DIY, dan Peneliti Sosial di Laboratorium Sosiologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Kyai PKB Kab Tegal

Sabtu, 01 Desember 2012

Bentuk Komisariat, Pelajar NU Brebes Gandengan LP Maarif NU

Jakarta, PKB Kab Tegal. Pengurus cabang IPNU dan IPPNU kabupaten Brebes mengadakan rapat bersama dengan LP Maarif NU Brebes dan kepala sekolah di bawah naungan Maarif NU, Sabtu (26/9). Mereka berencana mengoptimalkan peran komisariat IPNU-IPPNU di lingkungan sekolah Maarif.

Dalam mewujudkan upaya itu, mereka sepakat mengadakan "Workshop Pendirian dan Optimalisasi Komisariat IPNU IPPNU" yang akan diikuti oleh para guru pembina PK IPNU dan IPPNU.

Bentuk Komisariat, Pelajar NU Brebes Gandengan LP Maarif NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Bentuk Komisariat, Pelajar NU Brebes Gandengan LP Maarif NU (Sumber Gambar : Nu Online)

Bentuk Komisariat, Pelajar NU Brebes Gandengan LP Maarif NU

Ketua LP Maarif NU Brebes H Syamsul Maarif mengatakan "Semua sekolah di bawah naungan LP Maarif NU wajib mengembangkan adanya PK IPNU dan IPPNU sebagai tonggak awal kaderisasi NU dan mengawal Aswaja."

PKB Kab Tegal

Sekolah di bawah naungan LP Maarif NU Brebes terdiri atas 50 SD/MI, 65 SMP/MTs, dan 35 SMA/SMK/MA. Sementara lahan garapan IPNU dan IPPNU hanya tingkatan SMP/MTs dan SMA/SMK/MA.

PKB Kab Tegal

"Mengingat banyaknya jumlah sekolah Maarif di Brebes, maka sangat diperlukan kerja sama yang baik antara IPNU dan IPPNU di semua tingkatan, LP Maarif, dan pihak satuan pendidikan agar program kaderisasi ini berjalan dengan maksimal," ujar Ketua IPNU Brebes Ferial Farkhan.?

Kini IPNU dan IPPNU Brebes sedang membuat buku pedoman untuk PK IPNU dan IPPNU. Buku ini diharapkan mempermudah jalannya IPNU dan IPPNU di tingkatan komisariat.

Pihak IPNU dan IPPNU Brebes juga akan melakukan pengadaan Kartu Tanda Anggota (KTA) IPNU dan IPPNU dan atribut yang akan dipakai oleh seluruh pelajar NU. (Red Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PKB Kab Tegal Amalan, Sejarah, Kajian PKB Kab Tegal